• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Predisposisi dan Pendukung dengan Pemberian Air Susu Ibu Selama 2 Tahun di Desa Simpang Balik Bener Meriah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Faktor Predisposisi dan Pendukung dengan Pemberian Air Susu Ibu Selama 2 Tahun di Desa Simpang Balik Bener Meriah "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume VII, No.1, April 2019 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446

26

Hubungan Faktor Predisposisi dan Pendukung dengan Pemberian Air Susu Ibu Selama 2 Tahun di Desa Simpang Balik Bener Meriah

Ely Arianti

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Payung Negeri Aceh Darussalam Email :[email protected]

ABSTRAK

Air Susu Ibu (ASI) merupakan hal yang sangat penting bagi seorang bayi yang baru lahir hingga berusia 2 tahun. Fakta program pemberian ASI sampai usia 2 tahun di Indonesia masih belum terlaksana secara maksimal. Permasalahan utama adalah faktor pendidikan,sosial budaya, serta masih banyak ditemukan masyarakat atau ibu-ibu menyusui masih belum memahami arti penting ASI dan melaksanakan pemberian ASI selama 2 tahun. Jenis Penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi dan penguat dengan pemberian ASI sampai dengan 2 tahun. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pengetahuan, kepercayaan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pengetahuan, kepercayaan, dukungan keluarga. Selain itu ditemukan tidak ada hubungan antara sikap dan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI sampai 2 tahun.

Kata kunci: Faktor Prediposisi, Faktor Pendukung, Pemberian ASI 2 tahun

PENDAHULUAN

ASI adalah makanan yang terbaik bagi anak, karena ASI mengandung zat nutrisi dengan kualitas, kuantitas dan komposisi ideal untuk pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan bayi. Pada tahun 2001, setelah melakukan penelitian secara sistemik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (Jushophinie, 2015).

ASI adalah hak asasi yang harus didapat oleh setiap bayi yang baru lahir didunia ini. Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya seperti tertulisdalam Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 233 yang artinya “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya“, Ayat ini menegaskan bahwa begitu pentingnya ASI untuk kesehatan anak (Raehanul B. 2012).

Data dari sentra laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, dari jumlah 1.113 anak hanya terdapat 48,9% anak berjenis kelamin pria yang mendapatkan ASI dan 49,7% anak berjenis kelamin perempuan mendapatkan ASI, dari 1.113 anak pada usia 20-23 bulan sekitar 44,7% anak tidak mendapatkan ASI atau sekitar 55,3% anak yang mendapatkan pemberian ASI, yang mendapat ASI eksklusif hanya 0,9%, sebanyak 0,1% hanya

(2)

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume VII, No.1, April 2019 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446

27 mendapat air putih saja, sebesar 0,3% hanya mendapat cairan bukan ASI ibu/jus, sebanyak 53,4% sudah mendapat makanan tambahan (Anonimous, 2012).

Salah satu yang menjadi penyebab rendahnya angka pencapaian pemberian ASI adalah karena faktor ibu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Novayelinda dalam penelitiannya mengenai telaah literatur tentang pemberian ASI dan ibu bekerja didapatkan bahwa kondisi bekerja tidak memengaruhi iniasi pemberian ASI tetapi memengaruhi lama pemberian ASI. Dukungan yang dibutuhkan ibu bekerja dalam pemberian ASI adalah dukungan dari perusahaan dalam bentuk fasilitas dan kebijakan, dan dukungan personal dari teman, dan keluarga. Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari tenaga kesehatan dan tempat bekerja, tipe pekerjaan dan lokasi tempat bekerja (Novayelinda R., 2012).

Banyak faktor yang memengaruhi pemberian ASI 2 tahun salah satunya perilaku ibu dalam pemberian ASI. Menurut Green, faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dibedakan dalam tiga faktor, yaitu 1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, 2) Faktor pemungkin (Enabling factor), yang terwujud dalam ketersediaan fasilitas atau sarana yang mendukung terjadinya perilaku seseorang, 3) Faktor penguat (Reinforcing factor), yang terwujud dalam perilaku tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat, yang merupakan contoh atau panutan dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo S.2014).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian yang dalam jangka pendek dapat mengumpulkan bahan yang banyak untuk memperoleh hasil jumlah tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan faktor predisposisi dan penguat dengan pemberian ASI sampai dengan 2 tahun (Sugiyono, 2010). Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Simpang balik Kecamatan Wih pesam Kabupaten Bener Meriah tahun 2016.

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi dimana seluruh populasi diambil menjadi responden penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Ibu yang memiliki anak batita, warga yang berdomisili di Desa Simpang Balik Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah .Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian tentang faktor predisposisi dan penguat dengan pemberian ASI sampai 2 tahun. Data sekunder diperoleh dari Desa Simpang Balik Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah yang berkaitan dengan penelitian ini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian di lapangan diperoleh bahwa responden masih banyak yang memiliki pengetahuan yang kurang baik. Dikarenakan masih banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa pemberian ASI sampai 2 tahun memiliki dampak yang sangat baik untuk tumbuh kembang batita, meningkatkan kekebalan tubuh batita, membuat batita menjadi lebih sehat, tidak menyebabkan gatal-gatal pada batita, walaupun ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI, mempengaruhi kecerdasan, ASI 2 tahun tidak akan mengurangi kualitas ASI serta mencegah alergi dan asma.

(3)

Ely Arianti

28

Terdapat beberapa responden yang mengatakan bahwa ASI tidak cukup diberikan buat bayi sehingga harus diberikan makanan tambahan berupa susu formula, madu, air putih, dan buah-buahan yang lembek. Makanan tambahan ini dipercaya dapat membantu memenuhi kebutuhan makanan dan minuman bayi. Rendahnya pengetahuan responden juga nampak dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa kolostrum itu tidak pentingdan harus dibuang karena sudah lama sehingga basi dan dapat menyebabkan mencret jika diberikan pada bayi.

Pengetahuan teoritis dan praktis yang rendah tersebut didukung oleh pengetahuan budaya lokal berupa ideologi makanan untuk bayi, antara lain pemberian madu. Secara umum responden menjawab madu bahwa madu bagus untuk bayi dan dapat diberikan dengan alasan bahwa madu dapat mencegah bayi dari penyakit dan bayi dapat tumbuh lebih cepat. Madu ini merupakan makanan yang sering diberikan oleh ibu-ibu responden kepada bayinya. pemberian madu ini memberikan andil dalam memanfaatkan madu sebagai makanan tambahan bayi. Akumulasi tingkat pengetahuan responden tersebut menjadi salah satu penyebab utama rendahnya pemberian ASI sampai 2 tahun di lokasi penelitian.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Anggraini dalam penelitiannya tentang hubungan sosial budaya menyusui dengan pemberian ASI di Kabupaten Bener Meriah tahun 2013 mengatakan bahwa “DENA” yaitu kepercayaan terhadap adanya kuman di dalam air susu ibu, atau istilah lainnya sering disebut dengan susu basi, dena hanya terjadi pada saat ibu sedang menyusui, biasanya ibu akan merasa ada kuman di dalam ASI nya pada saat si ibu merasakan adanya rasa gatal pada puting susu, gejala yang dilihat pada bayi disaat bayi tidak mau disusui, bayi mulai rewel, timbul bercak-bercak pada kulit bayi, lecet diseputar paha bahkan mengeluarkan nanah, perut bayi menjadi gembung, ada kotoran dimata bayi, wajah bayi mulai menguning dan berubah bewarna kehitam- hitaman seperti tersengat matahari, setiap disusui bayi akan muntah, biasanya setelah mengalami hal ini mereka akan mencari dukun untuk mencari pengobatan, mereka tidak mencari pengobatan dipelayanan tenaga kesehatan karena mereka menganggap tenaga kesehatan tidak percaya dengan dena, dan anak mereka tidak sembuh.

Masalah lain yang masih terjadi dikabupaten Bener Meriah adalah masih banyaknya bayi yang baru lahir diberi madu, air gula, air putih bahkan susu formula, setelah beberapa hari kelahiran bayi langsung diberi pisang dan air tajin, hal ini biasanya dilakukan oleh nenek dari si bayi, peran orang tua dari si ibu bayi masih dominan didaerah ini, karena yang merawat ibu setelah bersalin adalah orang tuanya.

Hasil penelitian di lapangan diperoleh bahwa responden masih banyak yang memiliki kepercayaan yang tidak baik. Dikarenakan masih banyak ibu yang tidak percaya bahwa ASI 2 tahun dapat meningkatkan kesehatan anak, mempengaruhi otak anak, memiliki fungsi yang baik bagi perkembangan anak dan ibu meyakini bahwa ASI dapat membuat anak muntah dan gatal-gatal. Pada masyarakat suku Gayo berkembang kepercayaan bahwa pemberian ASI sampai 2 tahun dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatanibu menganggap ASI diatas 1 tahun sudah tidak baik lagi, karena sudah encer, tidak ada gizinya lagi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga medis tidak berperan besar dalam memberikan dampak terhadap pemberian ASI sampai 2 tahun. Hal tersebut mungkin dikarenakan peran tenaga medis dalam mensosialisasikan manfaat ASI sampai 2 tahun tidak dilakukan dengan baik. Kegiatan promosi kurang dilakukan

(4)

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume VII, No.1, April 2019 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446

29 dengan merata sehingga masyarakat tidak mengetahui manfaat ASI dengan baik dan benar. Sebagai akibat dari hal tersebut maka masyarakat tidak berpartisipasi aktif dalam memberikan ASI sampai 2 tahun

Dukungan keluarga sangat pentimg diberikan karena menyusui sampai 2 tahun paling baik untuk batita.Apabila ibu bekerja ASI tetap dapat diberikan dengan menyimpan ASI dalam kulkas.Keluarga juga harus menciptakan suasana rumah yang nyaman,agar ibu tidak stress yang dapat mengganggu produksi ASInya. Menurut penelitian Rahmawati diperoleh hasil hasil p =0,00 ≤ 0,005 terdapat hubungan dukungan keluarga yang artinya semakin tinggi dukungan keluarga semakin tinggi pula pencapaian ASI (Rahmawati A, Bahar B, Salam B, tt).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyimpulkan bahwa dari kelima faktor predisposisi yang menentukan pemberian ASI sampai 2 tahun idapatkan bahwa: Berdasarkan kategori pengetahuan ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI sampai 2 tahun. Berdasarkan kategori kepercayaan ada hubungan antara kepercayaan dengan pemberian ASI sampai 2 tahunBerdasarkan kategori dukungan keluarga bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI sampai 2 tahun. Berdasarkan kategori sikap tidak ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI sampai 2 tahun. Berdasarkan kategori tenaga kesehatan tidak ada hubungan antara tenaga kesehatan dengan pemberian ASI sampai 2 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.

http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/SDKI

Jushophinie LP, Kumar S. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Orang Tua Memberikan Susu Formula Pada Anak Umur 0-2 Tahun . http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/3185.

Notoatmodjo S.2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Novayelinda R., 2012. Pemberian ASI Dan Ibu Bekerja.http://www.e- jurnal.com/2014/10/telaah-literatur-pemberian-asi-dan-ibu.html.

Raehanul B. (2012). ASI Eksklusif Selama Dua Tahun Dalam Ajaran Islam. I http://muslimafiyah.com/asi-eksklusif-selama-dua-tahun-dalam-ajaran- islam.html.

Rahmawati A, Bahar B, Salam B, Hubungan Antara Karakteristik Ibu dan Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bontocani Kabupaten Bone

Sugiyono, 2010..Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Motivasi intrinsik ibu dalam pemberian ASI eksklusif, berada pada kategori cukup sebanyak 46 orang (66,7 %), berdasarkan kebutuhan, berada pada kategori cukup sebanyak

2.   Peningkatan  Pemberian  ASI  selama  waktu  kerJa  di  tempat  kerJa  adalah 

Hasil : Motivasi intrinsik ibu dalam pemberian ASI eksklusif, berada pada kategori cukup sebanyak 46 orang (66,7 %), berdasarkan kebutuhan, berada pada kategori cukup sebanyak

Motivasi ekstrinsik ibu dalam pemberian ASI eksklusif, berada pada kategori cukup sebanyak 40 orang (58,0 %), berdasarkan motif berada pada kategori cukup sebanyak 38 orang (55,1

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh factor Pendidikan terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan dengan p

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur 14 di provinsi Aceh yang menyebutkan bahwa balita dengan riwayat pemberian ASI tidak eksklusif (0-3 bulan)

Hasil analisis diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan faktor Umur Ibu terhadap pemberian ASI eklsusif (p value 0,012 < 0,05).Melihat prosentase perbandingan hasil