PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ivan Wijaya (2020) melakukan penelitian tentang hubungan gaya hidup dan gizi dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Towata Kabupaten Takalar. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan gaya hidup dan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada usia produktif.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang usia kerja (15 – 64 tahun), 6 orang (60,0%) memiliki pola makan yang buruk, termasuk lemak dan santan serta kurang mengonsumsi buah dan sayur, 5 orang (50,0%) kurang aktivitas fisik, 7 orang (70,0%) mempunyai kebiasaan buruk, tidur kurang dari 8 jam sehari dan sering terbangun di malam hari, 3 orang (30,0%) mempunyai kebiasaan merokok sehari-hari dan 6 orang (60,0%) mempunyai pengalaman . stres yang menyebabkan ketidakstabilan emosi seseorang. Berdasarkan data yang tertera pada tahun 2020, angka kejadian hipertensi di Puskesmas Tlogosari Kulon sebanyak 1898 orang.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Hipertensi
- Definisi Hipertensi
- Klasifikasi Hipertensi
- Gejala hipertensi
- Faktor – faktor Resiko Hipertensi
- Patofisiologi
- Komplikasi
- Penatalaksanaan hipertensi
- Usia Produktif
- Pengertian usia produktif
- Gaya Hidup
- Pengertian Gaya Hidup
- Macam – macam gaya hidup
- Tingkat Stres
- Definisi Stres
- Gejala – gejala Stres
- Penyebab stres
- Tingkatan Stres
- Kerangka Teori
- Hipotesis
Jenis kelamin dapat berdampak pada hipertensi, wanita memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan pria pada usia yang sama. Orang yang mengalami obesitas biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan normal, sehingga dapat menyebabkan penumpukan energi ekstra di jaringan tubuh seperti jaringan adiposa. Risiko kolesterol tinggi, yang terkait dengan tekanan darah tinggi, meningkatkan tekanan darah karena mengonsumsi lemak jenuh dalam jumlah berlebihan.
Sugesti atau pemicu stres yang potensial memanifestasikan dirinya dalam organ yang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tekanan darah, menentukan sejauh mana pengaruh pola tidur terhadap tekanan darah (Roshifanni Merokok. Sistem saraf simpatis diaktifkan, yang menyebabkan peningkatan sesekali dalam darah tekanan.Hormon adrenalin meningkatkan tekanan darah pada manusia yang sedang stres, sehingga menyempitkan pembuluh darah dan mempercepat detak jantung.Jika stres terus berlanjut, dapat memicu berkembangnya hipertensi yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah ( Widya Sari dkk.2018).
Semakin keras otot jantung bekerja memompa darah, maka semakin besar tekanan yang diberikan darah pada dinding arteri sehingga terjadi peningkatan tekanan darah tepi. Mengonsumsi makanan bergizi tinggi serat dan kalium serta rendah garam, gula, alkohol dan kafein untuk mencegah dan mengendalikan tekanan darah sekaligus meminimalkan dan mengelola stres (Wulandari, 2020). Tidur berkepanjangan tanpa gangguan dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, mengakibatkan hipertensi, peningkatan sistem saraf simpatis, dan peningkatan retensi garam.
Stressor ini dapat menimbulkan gejala seperti kesulitan bernapas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, perasaan tidak stabil, perasaan lemah, tekanan darah tinggi pada suhu normal dan tidak dilakukan olahraga, panik tanpa sebab yang jelas, dan jantung berdebar.
![Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut 2018 ESC-ESH](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/11363520.0/23.893.229.774.436.1069/tabel-2-klasifikasi-hipertensi-menurut-2018-esc-esh.webp)
METODE PENELITIAN
- Kerangka Konsep
- Variabel Penelitian
- Variabel bebas
- Variabel terikat
- Desain Penelitian
- Populasi dan sampel penelitian
- Populasi
- Sampel
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
- Definisi Oprasional
- Instrumen/Alat Pengumpulan Data
- Alat Penelitian
- Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
- Metode Pengumpulan Data
- Teknik Pengolahan dan Rencana Analisis Data
- Etika penelitian
Angka kejadian hipertensi pada usia produktif menjadi variabel terikat dalam penelitian ini, sedangkan variabel bebasnya meliputi gaya hidup dan tingkat stres. Bab ini akan menyajikan temuan penelitian tentang hubungan gaya hidup dengan tingkat stres dan kejadian hipertensi pada usia produktif. Selain itu, terdapat hubungan antara gaya hidup dan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada usia produktif.
Data penelitian ini menggambarkan karakteristik responden serta hubungan gaya hidup dan tingkat stres dengan prevalensi hipertensi pada usia produktif. Hubungan gaya hidup dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Martapura 2 Hubungan gaya hidup dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Martapura. “Hubungan Gaya Hidup dengan Prevalensi Hipertensi pada Dewasa Muda di Desa Lamakan Kecamatan Karamat Kabupaten Buol.” Jurnal KESMAS 7(6): 1–14.
“Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Klinik Penyakit Dalam RS Sekayu Kabupaten Misi Banyuasin Tahun 0 1.” Jurnal Keperawatan: 5p. Hubungan Riwayat Keluarga dan Gaya Hidup dengan Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.”
![Tabel 3.1. Definisi Oprasional](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/11363520.0/44.893.205.841.335.935/tabel-3-1-definisi-oprasional.webp)
HASIL PENELITIAN
Pengantar Bab
Univariat
- Karakteristik responden
- Variabel
Data dikumpulkan dari 86 responden, dengan penyajian data terdiri dari karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan profesi.
![Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Tlogosari Kulon](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/11363520.0/55.893.229.771.430.842/tabel-distribusi-frekuensi-responden-berdasarkan-kelamin-puskesmas-tlogosari.webp)
Analisa Bivariat
- Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi di Usia
- Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi di usia
Menjaga berat badan yang sehat, tidak merokok, berolahraga dan memantau/memeriksa tekanan darah secara teratur merupakan aspek dari gaya hidup sehat. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam, Banda Aceh (Taslima, 2017). Menurut peneliti, pada penelitian ini terdapat 39 responden (57,4%) dari 68 responden yang menjalani pola hidup baik. Penelitian (Amalia, 2022) di Puskesmas Martapura 2 dengan hasil penelitian gaya hidup sebagian besar responden berada pada kelompok baik sebanyak 69,8%, sebanyak 41 orang (47,7%) mengalami hipertensi ringan, sedangkan pasien dengan gaya hidup miskin sebanyak 26 orang.
Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2023 di Puskesmas Tlogosari Kulon tentang hubungan gaya hidup dan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada usia produktif dapat disimpulkan: Rata-rata penderita hipertensi di Puskesmas Tlogosari Kulon berusia 46 tahun. tua. Jenis kelamin penderita darah tinggi di Puskesmas Tlogosari Kulon sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 61 responden (70,9%), tingkat pendidikan penderita darah tinggi di Puskesmas Tlogosari Kulon lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat SMA sebanyak 64 responden. responden (74,4%). %), ketenagakerjaan penderita hipertensi di Puskesmas Tlogosari Kulon lebih banyak. kalangan ibu rumah tangga sebanyak 41 responden (47,7%). Distribusi frekuensi gaya hidup penderita hipertensi di Puskesmas Tlogosari Kulon menunjukkan bahwa 55 responden (64,0%) mempunyai pola hidup baik, sedangkan 31 responden (36,0%) mempunyai pola hidup buruk yang merupakan tingkat stres penderita hipertensi di Tlogosari Kulon. Masyarakat Puskesmas mayoritas mengalami stres pada kategori sedang. Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia produktif dengan p-value 0,001 (< 0,5) disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, dan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi dengan p-value sebesar 0,006 (<0,5), stres atau ketegangan mental, seperti perasaan tertekan, marah, jengkel, takut atau berselisih paham. Petugas kesehatan di puskesmas diharapkan mampu memberikan informasi mengenai gaya hidup dan stres sebagai faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi.
“Hubungan Tingkat Stres dan Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Klinik Islamic Center Samarinda.” Jurnal Ilmu Kesehatan 5(1): 1–8. “Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada anggota Prolanis di wilayah operasi Puskesmas Parongpong.” Jurnal Keperawatan Klabat 2(1): 11.
![Tabel 4.8 menunjukan bahwa dari total 86 responden, sebagian besar responden mempunyai gaya hidup baik sebanyak 55 responden (64,0%) cenderung mengalami tekanan darah normal sebanyak 28 responden (32,6%), dan mengalami hiperte](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/11363520.0/58.893.205.791.358.968/menunjukan-responden-responden-mempunyai-responden-cenderung-mengalami-responden.webp)
PEMBAHASAN
Interpretasi dan Diskusi Hasil
- Univariat
- Analisa Bivariat
Seiring bertambahnya usia, susunan struktural pembuluh darah mereka berubah, menjadikannya lebih kaku dan lebih rentan terhadap peningkatan tekanan darah. Rendahnya kadar kolesterol HDL dan tingginya kadar kolesterol LDL mempengaruhi perkembangan aterosklerosis dan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi (Yunus, 2020). Perubahan gaya hidup dan kurangnya kesadaran untuk hidup sehat menimbulkan banyak masalah kesehatan, antara lain kebiasaan makan yang tidak sehat, sering merokok, dan stres.
Pola hidup sehat dapat membantu pasien hipertensi mengelola dan mengurangi faktor risiko timbulnya masalah di kemudian hari, serta meminimalkan masalah pada pasien yang sudah menderita komplikasi. Ketika seseorang mengalami stres, kelenjar adrenal menjadi aktif sehingga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan pembuluh darah di jantung melebar sehingga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah meningkat (Suparta, 2018). Menurut penelitian, jumlah stres yang maksimal dapat mempengaruhi hipertensi sebanyak 40,3%, dan hipertensi berpengaruh signifikan terhadap tingkat stres karena dapat menyebabkan tekanan darah intermiten melalui saraf simpatis.
Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya dan teori yang dikemukakan di atas, penulis meyakini bahwa pola hidup yang baik akan mampu mengendalikan kadar tekanan darah tinggi sehingga tekanan darah pasien akan menurun dan masyarakat dapat hidup lebih sehat. Ketika seseorang mengalami stres, kelenjar adrenal akan melepaskan dan bertindak dengan menghasilkan vasokonstriksi pada arteri dan meningkatkan fungsi arteri jantung sehingga mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah (Suparta, 2018).
Keterbatasan Peneliti
Berdasarkan temuan penelitian ini, tingkat stres dan hipertensi memiliki hubungan p-value = 0,000. Zulfikar, 2021) melakukan survei tingkat stres pada pasien hipertensi, menunjukkan bahwa sebagian responden mengalami stres sedang. Penelitian ini hanya meneliti kejadian hipertensi dengan beberapa faktor gaya hidup, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai hubungan faktor tambahan yang tidak diteliti terhadap kejadian hipertensi.
Implikasi Untuk Keperawatan
Diharapkan dapat beradaptasi dengan pola hidup yang lebih sehat dan mampu mengatasi stres dengan lebih baik, serta meningkatkan insentif bagi penderita hipertensi untuk menjalani pemeriksaan apa pun. Untuk memberikan informasi tambahan kepada peneliti selanjutnya yang akan menyelidiki gaya hidup dan hipertensi dengan menggunakan variabel dan pendekatan yang berbeda. “Hubungan Tingkat Stress Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Pekalongan.” Jurnal Kolokium Penelitian Universitas: 261–78.
“Pengaruh aktivitas fisik terhadap prevalensi hipertensi pada pria dewasa awal (18-40 tahun) di Kawasan Puskesmas Bromo Medan, 01.” Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Korelasi Usia dan Jenis Kelamin dengan Hipertensi di Unit Gawat Darurat RS Islam Siti Khadijah Palembang 01." Jurnal Keperawatan Indonesia 3(1): 9–16. "Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di RS Muhammadiyah Palembang." Jurnal.
“Faktor Resiko Penyebab Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga.” Jurnal Kedokteran Kusum Husad: 32–42. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Sumanda Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.” Viva Medika 10(1): 12–.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Maulana, 2018) yaitu responden mengenyam pendidikan formal sambil menempuh pendidikan formal. Pekerjaan mempengaruhi pola aktivitas fisik, pekerjaan yang tidak bergantung pada aktivitas fisik mempengaruhi tekanan darah, dan pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik dapat melindungi terhadap hipertensi (Yodya, 2020). Ketidakaktifan meningkatkan tekanan darah, yang dapat menyebabkan konsekuensi seperti penyakit jantung koroner, fungsi ginjal yang buruk, dan stroke.
Stres dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak senyawa berbahaya, meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan serangan jantung dan stroke dengan mempercepat kerja jantung dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Dikatakan faktor yang dapat menimbulkan stres adalah ketidakpuasan terhadap tugas sehari-hari, ketidakpuasan terhadap ikatan sebagai orang tua, tidak mengungkapkan permasalahan kepada keluarga, dan terus bertanya-tanya mengenai potensi permasalahan. Menurut penelitian (Kurniawan, 2021), gaya hidup adalah tingkah laku atau kebiasaan seseorang yang diwujudkan dengan melakukan tugas sehari-hari, hobi dan memegang keyakinan untuk memperpanjang umur.
Sedangkan pola hidup sehat merupakan kebiasaan sehari-hari yang berupaya menjaga dan menjaga kesehatan serta mengurangi kemungkinan terulangnya komplikasi. Stres dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak zat beracun, mempercepat kerja pemompaan jantung untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh, meningkatkan tekanan darah, serta menyebabkan serangan jantung dan stroke.
Saran
“Hubungan gender, perilaku merokok, aktivitas fisik dengan hipertensi pada pekerja kantoran.” media pangan indonesia. “Hubungan Usia, Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.” Jurnal Sel Penelitian Kesehatan.