• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ilmu Qiraat dengan Tafsir Al-Qur'an

N/A
N/A
reziq mahfiuz

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Ilmu Qiraat dengan Tafsir Al-Qur'an"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Ilmu Qiraat dengan Tafsir Al-Qur’an

Reziq Mahfuz.Ma.Iballa (22105030092) Dian Lintang Sanga (22105030) Nur Aliffiya Kamuktiani Putri (22105030139)

A. Pendahuluan

Al-Qur'an, sebagai sumber utama petunjuk bagi umat Islam, telah menjadi objek studi yang mendalam dan luas sepanjang sejarah Islam. Namun, di balik kemuliaan dan keagungan teks suci ini, terdapat dimensi yang sering kali terlewatkan oleh banyak orang: variasi bacaan atau yang dikenal sebagai ilmu Qiraat. Dalam perjalanan panjangnya, ilmu Qiraat tidak hanya menjadi penting dalam menjaga keaslian teks Al-Qur'an, tetapi juga memberikan wawasan yang mendalam dalam penafsiran ayat-ayat suci tersebut.

Ibnu Asyur menjelaskan ada dua jenis hubungan anatar qiraat dan penafsiran Al-Qur’an yang dapat dibedakan: yang tidak memengaruhi penafsiran dan yang memengaruhi penafsiran.

Namun, pemahaman tentang ilmu Qiraat tidak hanya terbatas pada sejarah dan hubungannya dengan tafsir. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu ini juga menjadi landasan penting dalam pengambilan keputusan hukum fikih dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Arthur Jeffery, seorang orientalis terkenal, bahkan menyoroti pentingnya ilmu Qiraat dalam menafsirkan teks suci, meskipun dari perspektif yang berbeda.

Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek yang terkait dengan ilmu Qiraat. Mulai dari sejarahnya sebagai alat bantu tafsir, pengaruhnya dalam penafsiran Al-Qur'an, hingga kaidah-kaidah tafsir yang berkaitan dengan ilmu ini. Dengan memahami kedalaman dan kompleksitas ilmu Qiraat, kita akan dapat menggali lebih dalam makna dan pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an serta relevansinya dengan konteks kehidupan umat Islam masa kini.

(2)

B. Pembahasan

1. Hubungan Ilmu Qiraat dengan Tafsir

Al-Qur’an dan qiraat merupakan dua hal yang berkaitan namun hakikatnya berbeda.1 Menurut Ibn ‘Asyur, hubungan qiraat dengan tafsir dapat dibagi menjadi dua bagian: Pertama, qiraat yang tidak memengaruhi penafsiran.

Kedua, qiraat yang memengaruhi penafsiran.

Jenis pertama, yaitu qiraat yang tidak memengaruhi penafsiran, bisa disebabkan oleh perbedaan dalam pengucapan huruf, tanda baca (harokat), panjang dan pendeknya bacaan (mad), al-Imalah, al-Takhfif, al-Tashil, al- Tahqiq, al-Jahr, al-Hams, dan al-Gunnah. Sebagai contoh, al-Thahir mengambil ayat (Q.S. al-Baqarah 2:254) sebagai ilustrasi.

ٌةَعاَفَش َلّو ٌةّلُخ َلَو ِهْيِف ٌعْيَب ّل

Tiga kata dalam ayat tersebut bisa dibaca dengan dhommah semuanya, fathah semuanya, atau salah satunya rofa’ dan yang lainnya fathah tanpa mengubah makna yang dapat memengaruhi penafsiran Al-Qur'an.2

Jenis bacaan kedua adalah qiraat yang memengaruhi penafsiran. Al-Thahir memberi contoh pada ayat (Q.S. Yusuf 12:11).

ا ْوُبِذُك ْدَق ْمُهّنَا ا ْٓوّنَظ َو

Kata "kudzdzibu" dapat dibaca dengan atau tanpa tasydid pada huruf "dzal".

Bacaan dengan tasydid bermakna "mereka (para Nabi) telah didustakan oleh kaumnya," sedangkan tanpa tasydid bermakna "mereka (orang-orang yang berdosa) telah mendustakan Rasul." Perbedaan ini berpengaruh pada penafsiran.3

1 Moch Qomari, “Qiraat dalam kitab tafsir (Studi Qiraat pada Ayat-ayat Teologis dalam Kitab Tafsīr al-Kasysyāf Karya Imam al-Zamakhsyarī dan Kitab Tafsir Mafātih al-Ghāib Karya Imam Fakhru al-Dīn al-Rāzi)” (bachelorThesis, 2019), hlm. 28,

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/46606.

2 Syaikh Muhammad at-Thohir bin ’Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, vol. 1 (Tunisia: Daar Sahnun Li an-Nasyri wa at-Tauzi’i, 1984), hlm. 50.

3’Asyur, vol. 1, hlm. 55.

(3)

Contoh lain ada pada Q. Al-Baqarah: 102 ( ِنْيَكَلَمْلا ىَلَع َلِزْنُا اَمَو ) pada bacaan lain yaitu riwayat adh-dhahak bin muhazim kata ‘al-malakaini’ dibaca ‘al- malikaini’ dengan kasrah sehingga berimplikasi pada pemakanaannya yaitu bacaan yang pertama akan memiliki makna dua malaikat atau dua orang saleh yang berperangai seperti malaikat sedangkan bacaan yang kedua akan memiliki makna dua raja yaitu Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman.4

Kemudian, contoh lain berikutnya ada pada Q. Al-Baqarah: 51 ( اَنْدَع ٰو ْذِاَو ى ٰس ْوُم ) perbedaan terdapat pada panjangnya waw, ketika dibaca panjang maka akan memiliki makna saling berjanji antara Allah dan Nabi Musa sementara bacaan pendek akan memiliki makna berjanji dari satu pihak.5 2. Sejarah Qiraat sebagai Alat Bantu Tafsir

Semasa Rasulullah hidup, qiraat telah ada dan tentunya Rasul juga memiliki andil dalam mengajarkan kepada para sahabat sebagaimana yang diajarkan oleh Jibril6 dan tentu saja hingga masa kini masih eksis. Pada masa itu, terdapat juga perbedaan qairaat yang mana dengan ini berarti Nabi Muhammad Saw mengizinkannya untuk meringankan beban para sahabat juga memudahkan orang yang kesulitan melafalkan bahasa Arab Quraisy, mengingat banyaknya dialek kabilah di Jazirah Arab.7

Beberapa ulama memiliki pandangan tentang ragam qiraat dan pengaruhnya terhadap penafsiran Al-Qur'an. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa perbedaan qiraat dapat mempengaruhi penafsiran Al-Qur'an.

Sementara itu, Jalaludin al-Suyuti melihat qiraat sebagai prasyarat tafsir karena adanya berbagai bacaan Al-Qur'an yang berbeda. Perbedaan ini berhubungan dengan substansi lafaz dan dialek bahasa. Perbedaan qiraat yang berhubungan dengan substansi lafaz bisa menyebabkan perbedaan

4 Muhammad Ahsin Sakho, Membumikan Ulumul Qur’an (Jakarta: Qaf, 2019). Hlm. 32.

5 Ahsin Sakho, Hlm. 31.

6 Hasanuddin AF, Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam al- Qur’an (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 5–6.

7 Nur Ramdani Awaludin, “‘DAMPAK RAGAM QIRAAT TERHADAP PENAFSIRAN AL- QUR’AN’ (Dalam Kajian Ayat-Ayat taharah)” (skripsi, Institut PTIQ Jakarta, 2022), hlm. 4, https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/767/.

(4)

makna, sedangkan perbedaan qiraat terkait dialek dapat menyebabkan variasi makna seperti bacaan tashil, imalah, taqlil, tarqiq, tafkhim, dan lain-lain.8

Qiraat sangat memengaruhi penafsiran dan tradisi keagamaan masyarakat muslim, terutama dalam hal hukum fikih. Ilmu Qiraat menjadi landasan dalam pengambilan keputusan, karena hukum fikih memiliki peran dominan dalam mengatur kehidupan umat muslim. Peran qiraat sangat signifikan dalam menentukan hukum fikih.9

Salah satu orientalis dari Australia yang cukup berpengaruh, Arthur Jeffery, berpendapat bahwa kurangnya tanda titik dalam mushaf Usmani memberikan qari kesempatan untuk menambahkan tanda sendiri sesuai dengan pemahaman konteks makna ayat.10 Sebagai contoh, ketika seorang qari dihadapkan dengan teks konsonantal yang polos, ia harus menafsirkannya dan perlu memutuskan apakah suatu huruf adalah syin atau sin, ṣad atau ḍad, qaf, dan lainnya; setelah memutuskan itu, qari harus menentukan apakah akan membaca bentuk kata kerja sebagai aktif atau pasif, atau memperlakukan kata tertentu sebagai kata kerja.

3. Kaidah Tafsir Yang Berhubungan Dengan Ilmu Qiraat

Ilmu qiraat dan kaidah tafsir merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena dua ilmu memiliki hubungan erat yang akan berimplikasi pada penafsiran suatu ayat. Khalid bin Utsman As-Sabt di dalam karyanya Qawaid At-Tafsir Jam’an wa Dirasatan membuat satu bab khusus mengenai kaidah-kaidah tafsir yang berkaitan dengan ilmu qiraat, diantara kaidah-kaidah tersebut ialah:

1. ولو ةينامثعلا فحاصملا دحأ تقفاوو ،هجوب ولو ةيبرعلا تقفاو ةءارق لك ناكأرلا هذه نم نكأر لتخا ىتمو .ةحيحصلا ةءارقلا يهف ,اهدنس حصو ،لامتحا ةلطاب وأ ،ةذاش وأ ،ةفيعض اهيلع قلطأ ةاثلثلا

8 Awaludin, hlm. 5.

9 Awaludin, hlm. 6.

10 Harun Qadaru Ramadhan, Gustiar Abduloh, dan Kerwanto, “SEJARAH QIRĀ’AT AL- QUR’AN DALAM PERSPEKTIF LINTAS MADZHAB,” El-Adabi: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (1 Desember 2023), hlm. 54, https://doi.org/10.59166/el-adabi.v2i2.63.

(5)

Ada tiga poin yang dapat diambil dari kaidah ini, yaitu:

1. Bacaan yang sesuai dengan bahasa Arab: Ini berarti jika bacaan Al- Qur'an cocok dengan prinsip gramatikal bahasa arab (ilmu nahwu), meskipun tidak mencakup keseluruhan prinsip-prinsip yang beragam.

Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, jadi yang paling penting adalah kesesuaian dengan bahasa itu.

2. Sesuai dengan salah satu mushaf Utsmani: Mushaf Utsmani adalah satu bentuk penulisan Al-Qur'an yang diakui secara luas dalam dunia Islam. Jika suatu bacaan cocok dengan mushaf Utsmani, bahkan jika hanya sebagian, itu masih dianggap benar. Ini menghormati warisan penulisan Al-Qur'an yang telah disepakati dalam sejarah.

3. Sanad yang benar: Sanad adalah rantai transmisi dari para pembawa bacaan Al-Qur'an dari generasi ke generasi. Jika sanad atau rantai ini benar, artinya bisa ditelusuri dan dipercaya, maka bacaan tersebut dianggap sah.

Jadi, jika sebuah bacaan memenuhi ketiga kriteria ini, baik berasal dari salah satu dari tujuh Imam besar dalam ilmu qiraat, atau dari Imam-imam lain yang diakui, itu dianggap sebagai bacaan yang benar dan tidak boleh ditolak. Namun, jika ada kekurangan dalam salah satu dari tiga kategori ini, misalnya ketidaksesuaian dengan bahasa Arab, dengan mushaf Utsmani, atau jika sanadnya tidak benar, maka bacaan tersebut dianggap lemah, aneh, atau tidak sah.11 Untuk contoh pada kaidah ini ada pada Q.

Al-Fatihah: 4 dan Q. Yunus: 68.

2. تاآيلا ددعت ةلزنمب تاءارقلا عونت

Kaidah tersebut mengatakan bahwa jika setiap bacaan memiliki makna yang berbeda dengan bacaan lainnya dan keduanya tidak dapat digabungkan menjadi satu, tetapi dari sudut pandang lain tidak saling bertentangan, maka keduanya setara dengan dua ayat. Kemudian Khalid As-Sabt menjelaskan hal ini bisa juga dianalogikan dengan sebuah tafsir

11 Khalid bin Utsman as-Sabt, Qawaid At-Tafsir Jam’an wa Dirasatan, vol. 1 (Dar Ibnu ‘Affan, 1421), hlm. 84.

(6)

suatu suatu ayat ‘ketika suatu qiraat memiliki tafsir yang berbeda dengan tafsir qiraat yang lain maka hal ini juga setara dengan dua ayat’. 12 Hal ini dapat dilihat pada Q.S. Al-Buruj: 15.

3. ًاضعب اهضعب نيبآي تاءارقلا

Suatu qiraat dapat menjelaskan satu sama lain, baik qiraat mutawatir menjelaskan qiraat mutawatir maupun qiraat ahad menjelaskan qiraat ahad. Khalid As-Sabt juga menambahkan sebagian qiraat itu bisa menjelaskan makna-makna yang luput dari qiraat yang lain. Hal ini bisa dilihat pada Q. Al-Baqarah: 222 dan Al-Baqarah 238. 13

C. Penutup

Dalam paparan yang telah disajikan, kita telah menjelajahi berbagai aspek yang terkait dengan ilmu Qiraat, dari hubungannya dengan tafsir Al-Qur'an hingga kaidah-kaidah yang berkaitan dengannya. Melalui analisis yang mendalam terhadap berbagai contoh konkret, kita memahami bagaimana variasi bacaan atau qiraat dapat mempengaruhi penafsiran ayat-ayat suci Al- Qur'an.

Pentingnya pemahaman terhadap ilmu Qiraat tidak hanya terbatas pada kalangan ulama, tetapi juga relevan bagi umat Islam dalam memahami ajaran agama dan mendalami makna serta pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an.

Dengan memahami kedalaman dan kompleksitas ilmu Qiraat, umat Islam dapat menggali lebih dalam tentang kekayaan ajaran Islam dan menerapkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Sebagai penutup, pemahaman yang mendalam tentang ilmu Qiraat tidak hanya memperkaya pengalaman spiritual umat Islam, tetapi juga menjadikan Al- Qur'an sebagai sumber inspirasi dan pedoman yang relevan dalam setiap aspek kehidupan. Dengan memahami betapa Al-Qur'an merupakan wahyu Ilahi yang hidup dan adaptif, umat Islam dapat terus mengembangkan pemahaman mereka tentang agama serta menerapkan ajaran Islam dalam berbagai konteks dan situasi.

12 Khalid As-Sabt, hlm. 88.

13 Khalid As-Sabt, hlm. 91-92.

(7)

Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk terus mempelajari dan memahami ilmu Qiraat, baik secara akademis maupun praktis. Dengan demikian, mereka dapat menjaga keaslian teks Al-Qur'an, menafsirkan ayat- ayat suci dengan lebih mendalam, dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual.

D. Daftar Pustaka

AF, Hasanuddin. Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam al-Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Al-Razi. Mafatih al-Ghoib. Vol. 3. Kairo: al-Maktabah al-Misriyyah al-‘Amiriyyah, 1862.

’Asyur, Syaikh Muhammad at-Thohir bin. al-Tahrir wa al-Tanwir. Vol. 1.

Tunisia: Daar Sahnun Li an-Nasyri wa at-Tauzi’i, 1984.

Awaludin, Nur Ramdani. “‘DAMPAK RAGAM QIRAAT TERHADAP PENAFSIRAN AL-QUR’AN’ (Dalam Kajian Ayat-Ayat taharah).”

Skripsi, Institut PTIQ Jakarta, 2022.

https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/767/.

Hayyan, Abu. al-Bahru al-Muhith. 2. Damaskus: Daar al-Risalah al-‘aalamiyyah, 2015.

Qomari, Moch. “Qiraat dalam kitab tafsir (Studi Qiraat pada Ayat-ayat Teologis dalam Kitab Tafsīr al-Kasysyāf Karya Imam al-Zamakhsyarī dan Kitab Tafsir Mafātih al-Ghāib Karya Imam Fakhru al-Dīn al-Rāzi),” 2019.

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/46606.

Ramadhan, Harun Qadaru, Gustiar Abduloh, dan Kerwanto. “SEJARAH QIRĀ’AT AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF LINTAS MADZHAB.”

El-Adabi: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (1 Desember 2023): 44–65.

https://doi.org/10.59166/el-adabi.v2i2.63.

Sabt, Khalid bin Utsman as-. Qawaid At-Tafsir Jam’an wa Dirasatan. Vol. 1. Dar Ibnu ‘Affan, 1421.

Shobuni, Muhammad al-. Rawa’i al-Bayan. 3 ed. Vol. 1. Damaskus: Maktabah al- Ghozali, 1980.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Metode maudhu‟i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur‟an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-

Implementasi mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap bacaan al- Qur‟an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa sangat berperan selama

\ Dalam menafsirkan Al-Qur‟an dan memahaminya dengan sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya diperlukan ilmu-ilmu Al- Qur‟an karena dengan ilmu-ilmu Al-Qur‟an

Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, dengan gaya penuturan yang sejuk dan lembut serta gambaran masalah yang inspiratif ini, al-Qur‟an menyingkap rasa kesadaran manusia

Tafsir al-Jabiri didasarkan pada sumber konteks situasi dan budaya saat mana suatu ayat diturunkan. Hal itu didasarkan pada prinsip bahwa pemaknaan ayat-ayat al-Qur`an harus

Dari pengertian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa al-Qur‟an adalah kalam Allah berupa Mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang berisi

Menurut hasil analisis yang diperoleh bahwa konsep pendidikan Islam dalam al-Qur‟an surat al-Jumu‟ah ayat 1-5 menurut tafsir al-Maraghi adalah konsep pendidikan Islam

xi ABSTRAK Nama : Rosa Lestari NIM : 217410732 Konsentrasi : Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Judul Tesis : Fungsi Sosial Istifhâm Taubîkh dalam Al- Qur`an Studi Analisis Surat