• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Sekolah Dasar"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh:

NIRMAYANTI JUS’AN NIM: 70600118008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا ﷲ مسب

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi-Nya atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua. Salawat dan salam tidak lupa penulis panjatkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw dan segenap keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya yang mengikuti sunahnya sampai hari pembalasan.

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada kelas 4 sampai 6 di SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus, rasa hormat kepada kedua orang tua ayahanda Jus’an dan ibunda Hj.

Maryam dan seluruh keluarga, serta atas semua bantuan dan dukungan selama pelaksanaan dan penyusunan proposal ini kepada:

1.

Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta seluruh staf dan jajarannya.

2. Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan serta para Wakil Dekan dan Staf Akademik yang telah

(3)

iii

membantu mengatur dan mengurus dalam hal ini administrasi serta bantuan kepada penulis selama menjalankan pendidikan.

3. dr. Rini Fitriani M.Kes dan dr. Andi Tihardimanto M.Kes, Sp.JP selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Dokter, beserta dosen pengajar mata kuliah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menempuh bangku kuliah di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Alauddin Makassar.

4. Ibu Trisnawaty, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku pembimbing I dan dr. Andi Irhamnia Sakinah, M.Biomed selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu perbaikan kepada penulis baik dalam bentuk arahan, bimbingan, motivasi dan pemberian informasi yang lebih aktual.

5. Dr. dr. Nadyah Haruna, M.Kes selaku penguji I dan Dr. Azizul Hakim, M.Pd.I selaku penguji II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan perbaikan kepada penulis baik dalam bentuk arahan, bimbingan, motivasi dan pemberian informasi yang lebih aktual.

6.

Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama proses studi, beserta seluruh staf di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Alauddin Makassar yang telah membantu dalam proses penyusunan penelitian ini.

7. Staf akademik yang telah membantu mengatur dan mengurus dalam hal administrasi serta bantuan lainnya kepada penulis.

(4)

iv

8. Adik saya Asmayanti Jus’an yang telah membantu dalam penelitian ini dan adik saya Nurul Fauzia dan Naailah Maulidiah yang memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

9. Keluarga besar P. Mana, keluarga besar Mustafa dan keluarga besar nenek cambang yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10. Teman-teman Buni, Fibronektin, Kita Sama dan Multitasking yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Atas segala bentuk perhatian dan bantuan dari semua pihak yang ikut berkontribusi dalam penulisan skripsi ini, penulis menghaturkan doa kepada Allah Swt. semoga diberikan balasan oleh-Nya dengan pahala yang berlipat ganda.

Terlepas dari segala dukungan yang diberikan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kekurangan dalam dalam skripsi ini merupakan keterbatasan dari penulis sebagai manusia dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. semata. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi terbentuknya suatu tulisan yang dapat bermanfaat bagi segala pihak.

Makassar, 12 Juli 2022 Penulis

Nirmayanti Jus’an 70600118008

(5)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Hipotesis ... 5

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Tujuan Penelitian... 12

G. Manfaat Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Pola Asuh Orang Tua ... 14

1. Pengertian pola Asuh Orang Tua ... 14

2. Dimensi Pola Asuh ... 15

3. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua ... 16

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pola Asuh ... 20

5. Pandangan Islam tentang Pola Asuh Orang Tua ... 22

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 23

(6)

vi

1. Definisi Perilaku Hidup Besih dan Sehat ... 23

2. Tujuan dan Manfaat PHBS di Sekolah ... 24

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi PHBS ... 24

4. Tatanan PHBS ... 25

5. Pandangan Islam tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 28

C. Kerangka Teori ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Sampel... 32

E. Cara Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Kerangka Konsep ... 38

H. Kerangka Kerja ... 39

I. Langkah Pengelolaan Data ... 40

J. Analisis Data ... 41

K. Etika Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 49

C. Keterbatasan Penelitian ... 49

BAB V PENUTUP ... 63

(7)

vii

A. Kesimpulan... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Definisi Operasional ... 6

Tabel 1.3 Kajian Pustaka ... 9

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang tua ...35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ...38

Tabel 4.1 Distribusi Data Frekuensi Usia Responden ...43

Tabel 4.2 Distribusi Data Frekuensi Kelas Responden ...44

Tabel 4.3 Distribusi Data Frekuensi Pola Asuh ...44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi PHBS ...45

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi PHBS berdasarkan kelas ...46

Tabel 4.4 Hubungan antara Pola Asuh dan PHBS .. ...47

(9)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 30 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 37 Bagan 3.2 Kerangka Kerja ... 38

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Persetujuan Informed Consent Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Lampiran 4 Persuratan

Lampiran 5 Pengolahan data Penelitian Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswi yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nirmayanti Jus’an

NIM : 70600118008

Tempat/Tgl Lahir : Bulo, 7 Maret 2000 Jur/Prodi/Konsentrasi : Pendidikan Dokter

Fakultas/Program : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Alamat : Perumahan Citra Bonewa Blok/5

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Sekolah Dasar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 15 Agustus 2022 Penyusun

Nirmayanti Jus’an 70600118008

(12)

xii .

(13)

xiii

(14)

xiv

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Nirmayanti Jus’an1, Trisnawaty2, Andi Irhamnia Sakinah3, Nadyah4, Azizul Hakim5

Program Studi Pendidikan Dokter

ABSTRAK

Kebiasaan hidup bersih dan sehat merupakan masalah penting yang menjadi fokus dalam pencegahan timbulnya berbagai masalah kesehatan pada anak. Permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah dasar masih banyak ditemukan terutama yang berhubungan dengan pencernaan seperti diare, kecacingan dan gangguan pencernaan lainnya. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak salah satunya yaitu dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar di UPT SPF SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar. Penelitian dilakukan dengan pendekatan scross sectional dan didapatkan sebanyak 134 responden yang diambil dengan menggunakan purposive sampling. Dari hasil penelitian ini ditemukan sebagian besar orang tua responden menunjukkan pola asuh autoritatif dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dengan 70 responden (52.24%) dan 50 responden (37.31%) secara berturut-turut. Hasil uji hubungan menggunakan uji chi square ditunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0.041. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta semakin tinggi kelas responden tingkat perilaku hidup bersih dan sehat semakin baik.

Kata kunci: Pola Asuh, PHBS

(15)

xv

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING STYLE AND CHILDREN’S CLEAN AND HEALTHY BEHAVIOR IN ELEMENTARY

SCHOOL

Nirmayanti Jus’an1, Trisnawaty2, Andi Irhamnia Sakinah3, Nadyah4, Azizul Hakim5

Medical Education Program of UIN Alauddin Makassar

ABSTRACT

Clean and healthy living habits have been considered to be essential, particularly in preventing various health issues in children. However, it was evident that there were numerous health problems found in elementary school children, especially those related to digestion such as diarrhea, roundworms, and other digestive disorders. Parenting syles implemented by parents were suggested to affect the behavior of children, and one of them was clean and healthy lifestyle.

The major objective of this research was to investigate the relationship between parenting styles and children’s clean and healthy behaviour in the elementary school of SPF Inpres Pajjaiang of Makassar. The methodological approach used in this study was a cross sectional study appracoh in which 134 respondents were selected in this research by using a purposive sampling method. The findings of this research indicated that most of the parents saw an authoritative parenting style accounting for 70 respondents (52.24%), while other respondents acknowledged to practice healthy lifestyles comprising only 50 respondents (37.31%). The results of the relationship test using the chi square test showed that the p-value was 0.041. This research concluded that there was a significant relationship between parenting styles and children’s clean and healthy behaviour where the better the parenting styles implemented by parents, the cleaner and healthier the children were.

Key words: Parenting Style, Children’s Clean and Healthy Behavior

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebiasaan hidup bersih dan sehat merupakan masalah penting dan menjadi fokus dalam pencegahan timbulnya berbagai masalah kesehatan pada anak.

Permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah dasar masih banyak ditemukan, karena rentannya terhadap berbagai penyakit, terutama yang berhubungan dengan pencernaan seperti diare, kecacingan dan gangguan pencernaan lainnya.

Permasalahan ini muncul kebanyakan disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai PHBS pada anak serta anak masih mengabaikan masalah kesehatan yang sering mereka alami, sehingga dibutuhkan upaya preventif dan promotive agar anak sekolah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan PHBS yang baik agar mencegah terjadinya beberapa masalah kesehatan (Madanih, Syahnas, and Mutholib 2019).

Peran orang tua merupakan faktor lain yang memiliki dampak besar terhadap perkembangan perilaku kesehatan anak, karena sering berinteraksi dengan anak dapat membantu perilaku kesehatan anak. Orang tua memiliki kekuatan untuk memandu perkembangan anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku orang tua sehari-hari dapat mempengaruhi anak, salah satunya yaitu PHBS. Peran orang tua kepada anak untuk terus mengingatkan akan perilaku hidup bersih dan sehat dimana orang tua harus mampu menjadi teladan atau menjadi role model, selain menjadi teladan orang tua juga harus memastikan anak-anak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat tersebut, semakin baik

(17)

2

peran yang diberikan orang tua maka semakin baik juga kebiasaan anak dalam melakukan hidup bersih dan sehat. Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat membiasakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam pengawasan anak dalam perilaku hidup bersih dan sehat (Rompas, Ismanto, and Oroh 2018).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan rangkaian kegiatan dalam bidang kesehatan. PHBS adalah sarana yang bertujuan agar masyarakat bisa menjadi penggerak perubahan sehingga dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS juga dapat meningkatkan kesehatan yang diawali dari menumbuhkan kebiasaan sebagai individu yang bersih dan sehat. PHBS diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang memiliki pemahaman, kesadaran dan pola hidup yang sehat. Demi terwujudnya tujuan PHBS, maka diperlukan tatanan masyarakat yang dimulai dari akitivitas kehidupan sehari-hari yaitu lingkungan rumah tangga, masyarakat dan sekolah (Aprizah 2021).

Angka PHBS dari tahun 2005 sampai 2015 menunjukkan kenaikan. Mulai dari 27% meningkat menjadi 36,3% di tahun 2013 dan 40% di tahun 2015.

Sementara itu target nasional tahun 2019 diharapkan penduduk Indonesia yang memenuhi kriteria PHBS baik dapat mencapai angka 80%. Menurut Riskesdas tahun (2018) menunjukkan upaya pemerintah dalam mempromosikan PHBS ini sudah melampaui target pencapaian, yaitu 70,62% dari target 70%. Angka tersebut menunjukan bahwa 70,62% kabupaten/kota mendukung program PHBS.

(18)

Data menunjukkan setidaknya hanya 38% keluarga yang mempraktikan program PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian lain menunjukkan masih rendahnya PHBS masyarakat dalam berbagai indikator seperti: mencuci tangan dengan benar, penggunaan air bersih, menyikat gigi dan kebiasaan membuang sampah sembarangan (Lesmana, Pramesthi, and Andirini 2021).

Menurut Notoatmodjo dalam penelitian Wulandari dan Pertiwi (2018).

Kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat harus ditanamkan sejak dini agar bisa terbawa hingga usia tua. Murid Sekolah Dasar (SD) cenderung menjadi target yang tepat untuk dibekali dengan hal-hal yang positif seperti perilaku hidup bersih dan sehat untuk hidup lebih sehat. Seorang anak secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh orang tuanya di rumah, sehingga faktor tersebut juga dapat berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat anak di lingkungan sekolah. Anak usia sekolah merupakan usia yang masih muda, mereka masih membutuhkan bantuan dan tuntunan dari orang sekitar lingkungannya yaitu orang tua, pada dasarnya orang tua merupakan unit terkecil bagi yang memungkinkan untuk menjadi awal dari proses pendidikan dan sosialisasi budaya yang baik seperti salah satunya adalah budaya perilaku hidup bersih dan sehat (Yuningsih 2019).

Islam sangat memperhatikan kebersihan karena sesungguhnya Allah menyukai kebersihan sebagaimana Allah Swt. berfirman QS Al-Baqarah/2:222

ىﱣتَح ﱠنُه ْوُب َرْقَت َﻻ َو ِۙضْي ِحَمْلا ىِف َءۤاَسِّنلا اوُل ِزَتْعاَف ۙىًذَا َوُه ْلُق ۗ ِضْي ِحَمْلا ِنَع َكَن ْوُلـْسَي َو َن ْرﱠهَطَت اَذِاَف ۚ َن ْرُهْطَي

ْلا ﱡب ِحُي َو َنْيِبا ﱠوﱠتلا ﱡب ِحُي َ ﱣ ﱠنِا ۗ ُ ﱣ ُمُكَرَمَا ُثْيَح ْنِم ﱠنُه ْوُتْأَف َنْي ِرِّهَطَتُم

(19)

4

Terjemahnya

Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.

Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.

Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri (Departemen Agama 2019).

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya Allah memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan, karena Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Dengan mensucikan diri dan menjaga kebersihan akan menciptakan lingkungan yang sehat dan hidup yang bersih. Dengan demikian akan memengaruhi pula pada kehidupan manusia, yakni terciptanya lingkungan yang bersih serta hidup yang sehat.

SD Inpres Pajjaiang merupakan Sekolah Dasar yang memiliki tingkatan rayon ekonomi keatas, sedang, dan kebawah yang siswanya terdiri dari 359 siswa.

SD Inpres Pajjaiang telah menerapkan tentang hidup bersih sehat di sekolah dengan memberikan materi tentang kesehatan lingkungan sekolah. Namun pada kenyataannya SD Inpres Pajjaiang yaitu: kurang bersih dan rapi dalam berpakaian dan bersepatu, piket membersihkan ruang kelas yang harus selalu diingatkan, ada yang membuang sampah tidak pada tempatnya, siswa tidak mencuci tangan setelah berolahraga dan sebelum makan, siswa memiliki gigi berlubang, siswa memiliki kuku yang panjang dan tidak bersih, siswa memiliki rambut yang kurang bersih (terdapat kutu) dan siswa juga belum mengetahui manfaat dari kebersihan lingkungan sekolah dan rumah. Permasalahan tersebut membuat penelitian tertarik

(20)

untuk mengambil judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar”.

B. Rumusan masalah

Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa sekolah dasar ?

C. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar.

(21)

6

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Definisi Operasional

Tabel 1.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen 1. PHBS (Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat)

Upaya untuk memperkuat budaya seseorang, kelompok dan masyarakat agar peduli dan mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas

Kuesioner 1 : Sangat kurang 2 : Kurang 3 : Cukup tinggi 4 : Tinggi 5 : Sangat tinggi

Ordinal

Variabel Independen 2. Pola asuh orang

tua

Metode orang tua memperlakukan anaknya dengan melindungi, menjaga, serta mendidik.

Kuesioner 1 : Pola Asuh Demokratis 2 : Pola Asuh Otoriter

Nominal

(22)

Tabel 1.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Dari metode perlakuan orang tua hendak mencerminkan ciri tertentu yang memengaruhui pola perilaku anak dikemudian hari.

3 : Pola Asuh Diabaikan 4 : Pola Asuh Permisif

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Inpres Pajjaiang kota Makassar untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak sekolah dasar dengan menggunakan metode pengisian kuesioner oleh siswa.

Tabel 1.2 Definisi Operasional (lanjutan)

(23)

8

E. Kajian Pustaka

No Peneliti/Tahun Judul Metode Jumlah

sampel

Cara pengukuran

Hasil

1 Chrisnawati and Suryani (2020)

Hubungan Sikap, Pola Asuh, Peran Orang tua, Guru, Sarana dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pendekatan kuantitatif

39 siswa Kuesioner Tidak ada hubungan antara sikap, peran guru dan ketersediaan sarana dengan PHBS dan ada hubungan antara pola asuh keluarga dan peran orang tua dengan PHBS siswa.

2 Saurin (2021) Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak

Pendekatan kuantitatif

34

responden

Google form Pola asuh demokratis berdampak pada perilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel 1.2 Kajian Pustaka Tabel 1.2 Kajian Pustaka

(24)

No Peneliti/Tahun Judul Metode

Jumlah sampel

Cara

pengukuran Hasil

Usia Dini Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19 di KB (Kelompok Bermain) Cahaya Insani Sidoarjo

3 Chandra, Fauzan, and Aquarista (2018)

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Cerbon Tahun 2016

Pendekatan kuantitatif

66 siswa Kuesioner Ada hubungan signifikan antara Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (p = 0,029 < 00,05), dan juga terdapat hubungan signifikan antara Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (p = 0,012 < 0,05)

(25)

10

No Peneliti/Tahun Judul Metode

Jumlah sampel

Cara

pengukuran Hasil

4 Akmal (2021) Hubungan Dukungan Orang tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak Usia Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19

Pendekatan kuantitatif

250 siswa Kuesioner Ada hubungan yang signifikan antara dukungan informatif, dukungan emosional, dan dukungan instrumental dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa-Siswi SD Inpres Barru I Tahun 2021.

Namun, Tidak terdapat hubungan antara dukungan penghargaan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel 1.2 Kajian Pustaka (lanjutan)

(26)

No Peneliti/Tahun Judul Metode

Jumlah sampel

Cara

pengukuran Hasil

(PHBS).

(27)

12

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar di UPT SPF SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pola asuh orang tua siswa kelas 4 sampai 6 di UPT SPF SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar.

b. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa kelas 4 sampai 6 di UPT SPF SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar.

G. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam hal penelitian dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bidang kesehatan terutama mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa sekolah dasar.

2. Bagi Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan bacaan dan acuan untuk penelitian selanjutnya di bidang kesehatan khususnya di bidang kesehatan lingkungan.

3. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai besarnya pengaruh orang tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

(28)

4. Bagi Instansi

a. Memberikan hasil data tambahan di bidang kesehatan ibu dan anak, khususnya mengenai Pola Hidup Bersih daan Sehat anak sekolah dasar.

b. Menambah referensi penelitian tentang ibu dan anak, sehingga bisa menjadi dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

(29)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Menurut Wood dan Zoo dalam (Sari, Saparahayuningsih, and Suprapti 2018) pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak yaitu bagaimana cara, sikap, atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga di jadikan panutan/contoh bagi anaknya. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak yaitu bagaimana cara, sikap, atau perilaku orang tua saat, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan contoh bagi anaknya (Madyawati 2018).

Menurut Kohn dalam Utami and Raharjo (2021) pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.

Kesimpulan dari beberapa definisi diatas bahwa pola asuh adalah suatu sikap orang tua terhadap anak dalam membimbing dan mengasuh anak-anaknya agar mendapatkan kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk dapat tumbuh dan berkembang terutama pada fisik, social dan emosinya.

(30)

2. Dimensi Pola Asuh

Menurut Baumrind, Maccoby dan Martin dalam Shabarina, Mediani, and Wiwi (2018) menjabarkan bahwa pola asuh orang tua terdiri dari 2 dimensi Responsiveness/Acceptance (penerimaan orang tua) dan dimensi Demanding/Control (tuntutan orang tua). 2 dimensi tersebut dijabarkan menjadi empat jenis pola asuh orang tua, yakni: (1) otoriter (authoritarian), (2) permisif (permisive), (3) demokratis (authoritative), dan (4) mengabaikan (neglectful).

a. Parental Responsiveness

Parental Responsiveness adalah cara orang tua memberikan respon yang hangat, memberikan kasih sayang serta menghargai dan mendukung kepentingan dan tuntutan anak (Hermawan 2018). Dimensi ini merujuk pada beberapa aspek yaitu:

1) Orang tua mendukung dan sesitif terhadap kebutuhan anak-anaknya.

2) Sensitif terhadap emosi anak.

3) Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dengan anak.

4) Memberikan pujian dan kasih sayang saat anak memiliki prestasi.

b. Parental Demanding

Parental demanding (tuntutan orang tua) artinya orang tua menuntut anaknya untuk menjadi bagian dari keluarga dengan pengawasan, penegakkan disiplin dan tidak segan memberi hukuman jika anaknya tidak menuruti. Selain respons dan tuntutan, masih ada faktor lain yakni pola asuh yang juga ditentukan oleh faktor yang ketiga, yaitu kontrol psikologis (menyalahkan, kurang

(31)

16

menyayangi atau mempermalukan) (Hermawan 2018). Dimensi ini merujuk ke beberapa aspek yaitu:

1) Pembatasan

Orang tua memberikan batasan kepada anak mengenai tingkah laku dan menentukan hak-hak yang harus dan ingin dilakukan anak.

2) Tuntutan

Orang tua memberikan standar yang harus dipenuhi anak mulai dari aturan, sikap, tingkah laku dan tanggung jawab sesuai keinginan orang tua.

3) Sikap ketat

Orang tua bersifat tegas dan ketat supaya anak mampu memenuhi tuntutan serta aturan mereka agar tidak ada bantahan dari anak.

4) Campur tangan

Orang tua tidak memberikan kebebasan kepada anak dan ikut andil dalam pengambilan keputusan, rencana dan relasi.

5) Kekuasaan sewenang-wenang

Orang tua menerapkan kekuasaan yang mutlak pada anak.

Jadi, bahwa pola asuh orang tua terdiri dari 2 dimensi yaitu dimensi Responsiveness/Acceptance (penerimaan orang tua) dan dimensi Demanding/Control (tuntutan orang tua), kemudian dijabarkan menjadi empat jenis pola asuh orang tua yakni: otoriter, permisif, dan diabaikan.

3. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang tua

Orang tua yang bertindak selaku pemimpin dituntut memiliki keahlian (technical skill). Sebagai seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam

(32)

hal, yaitu keahlian menarik hati anak, kemampuan membina ikatan yang serasi dengan anak, kemampuan-kemampuan teknis mendidik anak, membagikan contoh yang baik kepada anak, memperbaiki jika anak memiliki kekeliruan dalam mendidik, membimbing, dan melatih anak (Nur and Karismatika 2019).

Tipe-tipe pola asuh orang tua dalam keluarga yaitu:

a. Pola otoriter

Menurut Santrock dalam Bun, Taib, and Ummah (2022) pola asuh otoriter merupakan gaya pengasuhan orang tua dengan membatasi dan memaksa anak agar menuruti aturan mereka. Jika anak melanggar maka orang tua dengan pengasuhan ini akan memberikan hukuman. Anak harus patuh terhadap aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada dasar mengapa peraturan itu dibuat meskipun terkadang peraturan yang ditetapkan tidak masuk akal. Ciri anak dengan gaya pengasuhan ini cenderung bersikap mudah tersinggung, penakut, mudah stress, dan suka mengasingkan diri.

Jenis pola asuh otoriter merupakan jenis pola asuh orang tua yang memaksakan kehendak. Dengan jenis orang tua ini cenderung selaku pengendali ataupun pengawas (controller), yang senantiasa memaksakan kehendak pada anak, tidak terbuka terhadap komentar anak, sangat susah menerima anjuran serta cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan, sangat yakin akan dirinya sehingga menutup katup musyawarah. Dalam upaya memengaruhi anak kerap kali memakai pendekatan (approach) yang memiliki faktor paksaan serta ancaman.

Perkataan yang diucapkan orang tua merupakan hukum ataupun peraturan serta tidak bisa diubah memonopoli tindak komunikasi serta kerap kali meniadakan

(33)

18

umpan balik dari anak. Ikatan antara individu diantara orang tua serta anak cenderung renggang serta berpotensi antagonistik (bertentangan). Pola asuh ini sangat sesuai untuk anak PAUD serta TK dan masih dapat digunakan untuk anak SD dalam kasus-kasus tertentu (Nur and Karismatika 2019).

b. Pola asuh demokratis/autoritatif

Menurut Hurlock dalam Kartika and Budisetyani (2018) Tipe pola asuh demokratis merupakan tipe orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya namun disaat yang bersamaan tidak ragu-ragu untuk mengendalikan mereka. Aturan-aturan yang terdapat dalam keluarga dengan tipe pola asuh demokratis dibuat dengan melibatkan orang tua dan anak-anak dimana komunikasi diantara keduanya bersifat dua arah dan hangat. Orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada maslah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan yang rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu,mengharapkan anak untuk mematuhi orang dewasa dan kemandirian, saling menghargai antara anak dan orang tua.Orang tua tidak mengambil posisi mutlak dan tidak juga mendasari pada kebutuhan anak semata.

Jenis pola asuh demokrasi yakni jenis pola asuh yang terbaik dari semua jenis pola asuh karena pola asuh ini memadukan kepentingan bersama diatas kepentingan individu anak. Pola asuh ini diugunakan buat anak SD, SMP, SMA dan akademik besar (Nur and Karismatika 2019). Adapun jenis pola asuh yang demokratis yaitu:

(34)

1) Dalam prosess pembelajaran anak senantiasa bertitik tolak dari komentar jika manusia itu merupakan makhluk yang termulia di dunia.

2) Orang tua senantiasa berupaya untuk menselaraskan kepentingan serta tujuan individu dengan kepentingan anak.

3) Orang tua bahagia menerima anjuran, komentar, serta kritik dari anak.

4) Mentolerir jikalau anak membuat kesalahan serta memberikan pembelajaran kepada anak supaya tidak berbuat kesalahan dengan mengurangi energi kreativitas, inisiatif serta prakarsa dari anak.

5) Lebih menitikberatkan kerjasama unntuk mencapai tujuan 6) Bekerjasama dalam menggapai tujuan.

7) Orang tua senantiasa berupaya menjadikan anak lebih sukses darinya.

c. Pola asuh permisif

Menurut Hurlock dalam Makagingge, Karmila, and Chandra (2019) Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk membuat keputusan sendiri sesuai dengan keinginan dan kemauannya, ini mengarah pada sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anak.

Orang tua memberikan kebebasan dan tidak dibatasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Ciri anak dengan pengasuhan ini yaitu memiliki kemampuan mengendalikan diri kurang, terlalu memaksakan kehendak, kurang dalam pengambilan keputusan.

d. Pola asuh diabaikan

Pola asuh diabaikan merupakan pola asuh dengan orang tua yang tidak memberikan tuntutan apapun kepada anak. Tidak ada standar-standar atau target-

(35)

20

target yang harus dicapai anak dalam usia perkembangannya ataupun secara prestasi sekolah. Semua dibebaskan serta tidak ada pengontrolan. Tidak adanya figur yang jelas dari orang tua membuat anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang diabaikan ini tidak mengerti mana yang salah dan yang benar (Baskoro 2019).

Jadi, pola asuh orang tua ada 4 yaitu otoriter, demokratis, permisif dan diabaikan. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang pengasuhan orang tuanya membatasi dan memaksa anak agar menuruti aturan mereka, pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang sangat mendorong anak-anaknya agar mandiri tetapi tetap memberi batasan dan pengendalian atas tindakan anaknya,dan pola asuh permisif adalah pola asuh yang terlalu memanjakan anak serta pola asuh diabaikan merupakan pola asuh dengan orang tua yang tidak memberikan tuntutan apapun kepada anak.

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pola Asuh

Menurut Maccoby dan Martin ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak, yaitu: (1) pendidikan, (2) faktor sosial ekonomi, (3) agama yang dianut oleh orang tuanya, (4) kepribadian, dan (5) jumlah anak (Madyawati 2018).

Faktor-faktor yang memengaruhi pola asuh yaitu:

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua, terutama sekolah ibu, dalam proses perkembangan kognitif dan nonkognitif anak telah ditekankan dalam literature. Mengenai pengasuhan, ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi dapat menciptakan

(36)

lingkungan rumah yang lebih memelihara dan lebih sehat untuk perkembangan anak, seperti memiliki lebih banyak masukan ekonomi, perilaku pengasuhan yang tepat, pemrosesan informasi yang baik, kapasitas, dan efisiensi yang lebih tinggi dalam investasi modal manusia (Miyati 2020). Orang tua dengan pendidikan yang baik dibandingkan dengan orang tua yang pendidikannya terbatas akan cenderung menerapkan pola asuh autoritatif ataupun permisif. Pendidikan sangat membantu orang tua untuk lebih dapat mengenali kebutuhan anak serta berpengaruh terhadap kesiapan mereka dalam melaksanakan peran pengasuhan.

b. Lingkungan

Peran penting dari pola asuh orang tua dan lingkungan menajadi salah satu peran penting bagi terbentuknya pola asuh bagi seorang anak, dengan hal ini orang tua diharapkan mampu memberikan sikap yang selektif dalam menerapkan pola asuh yang tepat bagi keberlangsungan perkembangan karakter pada anak.

Akan tetapi jika orang tua terlalu abai dengan pergerakan zaman itupula akan mempengaruhi pada perkembangan karakter dari seorang anak (Latifah 2020).

c. Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi terbentuknya pola asuh orang tua dalam keluarga. Dengan perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan pola asuh orang tua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orang tua. orang tua menengah ke bawah cenderung lebih keras dan lebih memaksa dan sedikit toleransinya dibandingkan keluarga menengah ke atas. Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi kurang

(37)

22

memperhatikan keadaan anak-anaknya, yang mengakibatkan fungsi atau peran menjadi “orang tua” diserahkan kepada pembantu. Orang tua dengan tingkat ekonomi kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi dibanding mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten (Latifah 2020).

Jadi, faktor yang memengaruhi pola asuh yaitu pendidikan orang tua, sosial ekonomi dan lingkungan.

5. Pandangan Islam tentang Pola Asuh Orang Tua

Manusia pada hakikatnya saling membutuhkan satu sama lain, oleh karena itu manusia disebut makhluk sosial, salah satunya yaitu dengan berkeluarga. Dalam berkeluarga orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anaknya, salah satunya mendidik dalam hal pendidikan, karena dalam ajaran agama Islam pendidikan bagi anak merupakan hal yang sangat penting.

Proses dalam melakukan pendidikan dalam keluarga perlu dasar yang bersifat universal dan urgen. Dalam hal ini dasar pendidikan yang harus dilakukan dalam keluarga telah banyak disebutkan dalam al-Qur’an, hadis maupun ijma’ ulama.

Allah Swt. berfirman QS At Tharim/66:6

اَهْيَلَع ُة َراَج ِحْلا َو ُساﱠنلا اَهُد ْوُق ﱠو اًراَن ْمُكْيِلْهَا َو ْمُكَسُفْنَا ا ْٓوُق ا ْوُنَمٰا َنْيِذﱠلا اَهﱡيَاي َ ﱣ َن ْوُصْعَي ﱠﻻ ٌداَدِش ٌظ َﻼِغ ٌةَكىٰۤلَم

َن ْوُرَمْؤُي اَم َن ْوُلَعْفَي َو ْمُهَرَمَا ٓاَم Terjemahnya

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Departemen Agama 2019).

(38)

Ayat diatas memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : Hai orang- orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi dan pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu dengan mendidik dan membimbing mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia- manusia yang kafir dan juga batu- batuantara lain yang dijadikan berhala- berhala. Salatnya yakni yang menangani neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya. Mujahid (komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid mengatakan,

“Apabila datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu”) mengatakan: “Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah” (Katsir 1996).

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Definisi Perilaku Hidup Besih dan Sehat

Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) merupakan upaya yang dilakukan dalam menciptakan kondisi bagi perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat mengambil sikap dan prilaku dalam menerapkan prilaku hidup sehat untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan (Wati and Ridlo 2020) Menurut Notoadmojo dalam Wulandari, Redita, and Pertiwi (2018) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui

(39)

24

pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).

Berdasarkan definisi salat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat disimpulkan sebagai cerminan pola yang dilakukan atas dasar kesadaran terkait kesehatan baik secara individu, keluarga maupun di kalangan masyarakat.

2. Tujuan dan Manfaat PHBS di Sekolah

a) Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu untuk menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari-hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat (Wulandari, Redita, and Pertiwi 2018).

b) manfaat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Secara umum manfaat PHBS yaitu untuk meningkatkan kesadaran dan keinginan masyarakat dalam menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut sangat penting dilakukan dalam mencegah dan mengantisipasi serta menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang mungkin terjadi. Dengan demikian manfaat dalam penerapan PHBS di sekolah yaitu mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga mampu mendukung kelancaran proses belajar mengajar para siswa, guru serta masyarakat yang ada di sekitar lingkungan sekolah tersebut (Kementrian Sosial 2020).

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi PHBS

Menurut Lawrence Green (1980) penelitian (Wati and Ridlo 2020) PHBS dipengeruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu, yaitu faktor pemudah, faktor

(40)

pemungkin, dan faktor penguat. Faktor pemudah (predisposing factor) faktor ini mencakup aspek tingkat pengetahuan individu serta sikapnya dalam menerapkan PHBS di masyarakat. Kedua adalah faktor pemungkin (enabling factor) yang merupakan pemicu adanya suatu perilaku yang memungkinkan suatu tindakan agar terlaksana. Faktor ini meliputi tersedianya alat atau fasilitas kesehatan bagi rumah tangga, misalnya air bersih, rumah sehat yang bertambah jumlahnya, tempat untuk pembuangan sampah, tersedianya jamban pada tiap rumah. Ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor) yaitu faktor yang menentukan tindakan dan menjadi acuan berupa dukungan yang biasanya berasal dari tokoh atau orang yang dipercaya oleh anak seperti orang tua dalam pola pengasuhan anak.

Menurut Lwrence Green dalam penelitian Prihanti et al. (2018), faktor- fakor yang memengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat terdiri dari 3 bagian yaitu faktor predisposisi (umur, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan masyarakat), faktor pemungkin (fasilitas dan sarana) serta faktor penguat (dukungan dari masyarakat, perilaku petugas kesehatan, dan tersampaikannya atau tidaknya promosi kesehatan PHBS ke masyarakat tersebut).

Penerapan PHBS di sekolah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, pengetahuan siswa, sikap, peran guru, peran orang tua, keterpaparan media, ketersediaan sarana prasarana dan faktor lainnya (Nasiatin and Hadi 2019).

4. Tatanan PHBS

a. PHBS lingkungan sekolah

PHBS di Sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah dasar atas kesadaran

(41)

26

sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Terdapat beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu: 1) mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun, 2) mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, 3) menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 4) olahraga yang teratur dan terukur, 5) memberantas jentik nyamuk, 6) tidak merokok di sekolah, 7) menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap enam bulan, 8) membuang sampah pada tempatnya (Natsir 2019).

b. PHBS tempat kerja

Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktekkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja Ber- PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain (Ramli 2018).

c. PHBS rumah tangga

Program PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Adapun 10 indikator dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga adalah

(42)

1) melaksanakan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) ASI eksklusif 3) anak di bawah 5 tahun ditimbang setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik nyamuk, 8) makan sayur dan buah setiap hari, 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari dan 10) tidak merokok di dalam rumah.PHBS Tempat Kerja (Natsir 2019).

d. PHBS di tempat umum

Tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktekkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain (Ramli 2018).

e. PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan

PHBS di tatanan fasilitas kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat, pengunjung dan petugas agar semua yang berada di fasilitas pelayanan kesehatan tahu, mau dan mampu dalam melaksanakan PHBS sehingga dapat berperan aktif dalam terwujudnya fasilitas pelayanan kesehatan yang sehat dan mencegah terjadinya penularan berbagai penyakit. Fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan fasilitas pelayanan kesehatan berperilaku hidup bersih dan sehat yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak

(43)

28

merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain (Ramdani, Susilaningsih, and Nurhakim 2022).

5. Pandangan Islam tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Islam sangat memperhatikan kebersihan karena sesungguhnya Allah menyukai kebersihan sebagaimana Allah Swt. berfirman QS Al-Baqarah 2/222:

ىﱣتَح ﱠنُه ْوُب َرْقَت َﻻ َو ِۙضْي ِحَمْلا ىِف َءۤاَسِّنلا اوُل ِزَتْعاَف ۙىًذَا َوُه ْلُق ۗ ِضْي ِحَمْلا ِنَع َكَن ْوُلـْسَي َو َن ْرﱠهَطَت اَذِاَف ۚ َن ْرُهْطَي

َا ُثْيَح ْنِم ﱠنُه ْوُتْأَف ﱡب ِحُي َ ﱣ ﱠنِا ۗ ُ ﱣ ُمُكَرَم

َنْي ِرِّهَطَتُمْلا ﱡب ِحُي َو َنْيِبا ﱠوﱠتلا Terjemahnya

Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.

Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.

Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri (Departemen Agama 2019).

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya Allah memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan, karena Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Dengan mensucikan diri dengan menjaga kebersihan akan menciptakan lingkungan yang sehat dan hidup yang bersih. Dengan demikian akan mempengaruhi pula pada kehidupan manusia, yakni terciptanya lingkungan yang bersih serta hidup yang sehat.

Dalam hal ini kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh badan yang sehat dan lingkungan yang bersih, untuk menjaga pola hidup yang sehat yang nantinya memberikan pengaruh positif bagi kesehatan seseorang. Begitu juga sebaliknya jika seseorang kurang memperhatikan kesehatan dan kebersihan

(44)

lingkungan maka dampak yang akan terjadi adanya berbagai virus atau penyakit yang akan menyerang tubuh sehingga ia tidak lagi merasakan kesehatan. Oleh karena itu, seseorang perlu menjaga gaya hidupnya dengan baik dan teratur untuk mendapatkan hidup sehat (Hidayati 2019).

Hidup bersih dan sehat merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Sebagaimana kesehatan merupakan nikmat Allah yang senantiasa harus kita syukuri, sebab dengan kesehatan kita dapat menikmati kebahagiaan hidup yaitu melakukan rutinitas dan beribadah dengan baik. Karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

ﱠطلا ﱡب ِحُي ٌبِّيَط ىَلاَعَت َﷲ ﱠنِإ َلَق َمﱠلَس َو ِهْيَلَع ُﷲ ىﱠلَص ِّيِبﱠنلا نَع ْصاﱠق َو ْيِبَا ِنْبا ِدْعَس نَع ﱡب ِحُي َفْيِظَن َبِّي

ﱡب ِحُي ٌمْي ِرَك َةَفاَظﱠنلا ْمُكَتَيِنْفَا ا ْوُفِّظَنَف َد ْوُجلا ﱡب ِحُي ٌدا ﱠوَج َم َرَكلا

Terjemahnya

Sesunguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci (bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, Allah itu penderma dan menyukai kedermawanan maka bersihkanlah teras rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi (HR. Tirmidzi).

Hadits ini menjelaskan bahwa Allah Swt. adalah Dzat yang Maha Baik, Maha Suci, dan Maha Indah. Dia mencintai kebaikan, kesucian, kemuliaan, dan keindahan. Agar kita dicintai Allah Swt. maka hendaknya kita harus senantiasa berbuat kebajikan, menjaga kesucian (kebersihan lahir dan batin), mengagungkan Allah Swt. dan berbuat kemuliaan terhadap sesama manusia dan menjadikan tempat tinggal dan lingkungannya terlihat teratur, tertib dan indah.

(45)

30

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori PHBS

PHBS di rumah tangga

PHBS tempat umum PHBS tempat kerja

PHBS Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PHBS di sekolah

Mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat dan berolahraga

Dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

Sarana dan

prasarana Pengetahuan

siswa Guru Orang tua

Pola asuh orang tua

Otoriter

Permisif

Diabaikan

Demokrasi Faktor-faktor yang

memengaruhi Pola asuh

Pendidikan Lingkungan Sosial ekonomi Mencegah

timbulnya berbagai masalah Kesehatan pada anak

(46)

31 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan metode yang berlandaskan data konkrit yang datanya berisikan angka-angka yang diukur menggunakan statistik sebagai alat uji perhitungan, yang akan menghasilkan sebuah kesimpulan (Sugiyono 2018). Cross sectional adalah penelitian non eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu bersamaan (Notoatmodjo 2018).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT SPF SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2022.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2018). Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas 4 sampai 6 di SD Inpres Pajjaiang Kota Makassar yang berjumlah 200 orang.

(47)

32

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan serta memiliki karakterisitik yang dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono 2018). Sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas 4 sampai 6 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengukuran jumlah sampel menggunakan Slovin yaitu:

𝑛 = N

1 + N(𝑑 )

𝑛 = 200

1 + 200(0.05 ) 𝑛 = 133,4

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 134 siswa.

Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan. Pada penelitian ini menggunakan tingkat ketepatan 0.05.

D. Teknik Pengumpulan Sampel 1. Data primer

Menurut Sugiyono (2018) data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dengan mengisi lembar pengumpulan data, kuesioner pola asuh orang tua dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

(48)

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung diberikan kepada pengumpul data (Sugiyono 2018). Data sekunder dalam penelitian ini didaptkan dari instansi lokasi penelitian, yaitu, bekerja sama dengan pihak sekolah dalam pengambilan data jumlah siswa di SD Inpres Pajjaiang.

Terdapat teknik dalam pengambilan sampel untuk melakukan penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling adalah metode pengambilan data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2018). Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa (i) di SD Inpres Pajjaiang dengan kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian dari suatu populasi yang akan diteliti.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang dapat dipenuhi oleh populasi yang bisa dijadikan sampel (Notoatmodjo 2018). Pada penelitian ini kriteria inklusi untuk mendapatkan sampel yaitu sebagai berikut:

1) Siswa kelas 4 sampai 6 yang bersekolah di SD Inpres Pajjaiang.

2) Siswa kelas 4 sampai 6 yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo 2018). Kriteria eksklusi digunakan untuk mengeluarkan subjek yang tidak layak untuk diteliti adalah dan siswa kelas 4 sampai 6 yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap dan tidak berada di lokasi pada saat pengambilan data.

(49)

34

E. Cara Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari kuesioner penelitian. Data primer yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner antara lain yaitu identitas, pola asuh, dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Data sekunder merupakan data awal yang diperoleh peneliti secara langsung di SD Inpres Pajjaiang.

F. Instrumen Penelitian 1. Kuisioner Pola Asuh

Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui tipe pola asuh orang tua yaitu kuesioner pola asuh. Skala pengukuran yang digunakan pada kuesioner pola asuh ini adalah skala Likert dengan 5 jawaban yaitu Sangat Sesuai Sekali (SSS), Sangat Sesuai (SS), Cukup Sesuai (CS), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Jawaban dari kuesioner pola asuh tersusun menjadi pernyataan yang disajikan dalam kalimat pernyataan favorable, yakni jika isinya mendukung, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur dan unfavorable yakni jika isinya tidak mendukung atau jika menggambarkan atribut yang diukur. Skoring dimulai dari skor satu sampai lima, untuk pernyataan favourable dengan jawaban sangat sesuai sekali (SSS) mendapat skor lima, sangat sesuai (SS) mendapat skor empat, cukup sesuai (CS) mendapat skor tiga, tidak sesuai (TS) mendapat skor dua, sangat tidak sesuai (STS) mendapat skor satu. Pernyataan unfavourable dengan jawaban sangat sesuai sekali (SSS) mendapat skor satu, sangat sesuai (SS) mendapat skor dua, cukup sesuai

(50)

(CS) mendapat skor tiga, tidak sesuai (TS) mendapat skor empat, sangat tidak sesuai (STS) mendapat skor lima.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang tua

Variabel Dimensi Indikator Jumlah Nomor

Pola asuh orang tua

Dimensi kontrol

1. Pola Asuh Autoritatif

10 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10

1, 5

2. Pola Asuh Otoriter

10 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20

13, 16

Dimensi kehangatan

3. Pola Asuh Diabaikan

10 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30

26, 28

4. Pola Asuh Permisif

9 31, 32, 34, 36, 37, 38, 39

33, 35

Total 39 31 8

2. Kuesioner Perilaku Hidup Sehat dan Bersih

Kuesioner penelitian ini disusun berdasarkan indikator PHBS yaitu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menjaga kebersihan lingkungan dan berolahraga. Adapun pernyataan yang disajikan terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.

Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang bersifat positif (mendukung)

(51)

36

aspek-aspek dalam variabel, sedangkan pernyataan unfavorable terdiri dari pernyataan yang negatif (tidak mendukung) aspek dari variabel. Pada pelaksanaannya, variabel ini menggunakan skala likert. Selalu dilakukan (SL) diberi skor 4, Sering dilakukan (SR) diberi skor 3, Kadang-kadang dilakukan (KD) diberi skor 2, Tidak pernah dilakukan (TP) diberi skor 1. Pernyataan unfavorable Selalu dilakukan (Sl) diberi skor 1, Sering dilakukan (SR) diberi skor 2, Kadang-kadang dilakukan (KD) diberi skor 3, Tidak pernah dilakukan (TP) diberi skor 4.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Variabel Faktor No. Butir Jumlah

Positif Negatif Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap makanan dan minuman

1,2,3,4, 5

6 6

Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kebersihan diri sendiri

7,8,9,1 0,11,13

,14

12 8

Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap lingkungan

15,16,1 7,19,20

18 6

Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap sakit

21,22,2 3,25,27

24 7

Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kebiasaaan merusak kesehatan

28,30,3 2

29,32 5

Jumlah 5 25 7 32

(52)

Dari penelitian Melinda and Kriswanto (2019) Hasil uji validitas menunjukkan bahwa terdapat 32 soal yang valid dari 49 butir soal dan 17 soal yang gugur, karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel 0,433. Jadi 32 butir soal dapat digunakan untuk penelitian ini. Hasil dari uji coba didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,90. Berdasarkan kriteria di atas, maka hasil reliabilitas instrumen termasuk sangat kuat dan nilai alpha cronbach sebesar 0,90 sudah lebih besar dari 0,6 maka dinyatakan reliabel.

Terdapat kategori-kategori atau kelompok dalam pemberian makna skor yang ada yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, kurang tinggi, dan sangat kurang tinggi. Pengkategorian itu menggunakan mean (M) dan standar deviasi (SD), dengan pengkategorian sebagai berikut.

1. Sangat tinggi : X ≥ M + 1,5 SD

2. Tinggi : M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD 3. Cukup tinggi : M - 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD 4. Kurang tinggi : M - 1,5 SD ≤ X < M - 0,5 SD 5. Sangat kurang tinggi : X < M - 1,5 SD

Keterangan :

M : Nilai rata-rata (Median) X : Skor

SD : Standar deviasi

(53)

38

G. Kerangka Konsep

Pola asuh orang tua

Pola Asuh Otoriter

Pola Asuh Demokratis

Pola Asuh Permisif

Pola Asuh Diabaikan

PHBS

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

: variabel dependen : variabel independen

(54)

H. Kerangka Kerja

Menyusun proposal penelitian

Memperoleh persetujuan dari pembimbing dan penguji

Membuat surat permohonan izin dari Prodi Pendidikan Dokter UIN Alauddin Makassar yang ditujukan ke SD Inpres Pajjaiang

Peneliti memperoleh data calon responden siswa (i) SD Inpres Pajjaiang

Peneliti memberikan kuesioner serta penjelasan terkait tata cara pengisian kuesioner

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dilakukan dan meminta persetujuan kepada responden

Peneliti menyeleksi calon responden yang memenuhi kriteria inklusi

Peneliti melakukan pengumpulan data serta melakukan pengecekan kelengkapan data

Bagan 3.2 Kerangka Kerja

(55)

40

I. Langkah Pengelolaan Data 1. Penyuntingan Data (Editing)

Editing merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing bisa dilakukan pada saat pengumpulan data atau setelah pengumpulan data. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam editing yaitu kelengkapan data, tulisan yang jelas dan mudah dipahami(Notoatmodjo 2018). Pada penelitian ini, peneliti menyeleksi dan memeriksa setiap item kuesioner setelah data penelitian terkumpul.

2. Pengkodean (Coding)

Cooding yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kode angka (numeric) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Melakukan perubahan data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka dalam memudahkan penginterpretasian hasil penilaian (Sugiyono 2018). Pada tahap ini peneliti memberikan kode berhubungan dengan pengolahan data yang menggunakan software computer.

3. Processing

Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi dan benar serta telah dikode jawaban ke dalam aplikasi pengolahan data (Masturoh and Anggita 2018). Pada penelitian ini, peneliti akan mengolah dan memproses data dengan menggunakan aplikasi Statistical Package for The social Science (SPSS) dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik.

(56)

4. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan penelitian (Masturoh and Anggita 2018). Pada penelitian ini, data dituangkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan tabulasi data, agar menganalisis data sesuai dengan tujuan peneliti.

J. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan aplikasi Statistical for Social Science (SPSS), dengan menggunakan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik sampel dan responden. Kemudian melakukan uji bivariat yaitu uji Pearson Chi Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel, yaitu Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

K. Etika Penelitian

Mengajukan permohonan persetujuan etik penelitian ke komite etik penelitian kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Aalauddin Makassar.

Dalam melakukan penelitian ini ada hal-hal yang berhubungan dengan etika penelitian, yaitu:

1. Membuat surat pengantar yang ditujukan kepada pihak atau instansi sebagai permohonan izin untuk melaksanakan penelitian.

2. Memberikan penjelasan kepada responden tentang penelitian yang dilakukan dan meminta persetujuan dari responden.

(57)

42

3. Menjamin kerahasiaan responden terkait data yang diperoleh dari hasil kuesioner dengan tidak membagi informasi identitas responden kepada pihak manapun.

(58)

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Penelitian ini dilakukan di UPT SPF Sekolah Dasar Inpres Pajjaiang mulai pada tanggal 13 Juni 2022 sampai 15 Juni 2022 dengan jumlah sampel sebesar 134 sampel. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS, yang terlebih dahulu dilakukan uji analisis univariat kemudian dilanjutkan analisis uji bivariat yaitu menggunakan uji Pearson Chi-Square. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut ini.

1. Analisis Univariat

Diperoleh hasil analisis deksriptif dengan menggunakan perhitungan distribusi dari sampel yang tercantum pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Data Frekuensi Usia Responden

Usia Frekuensi (n) Persen (%)

9 7 5.22%

10 32 23.88%

11 51 38.06%

12 38 28.36%

13 6 4.48%

Total 134 100.00%

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.1, didapatkan distribusi frekuensi usia responden, responden terbanyak berusia 11 tahun sebanyak 51 responden (38.06%) sedangkan terendah pada usia 13 tahun sebanyak 6 responden (4.48%). Sisanya,

(59)

44

45 terdapat 7 responden (5.22%) berusia 9 tahun 32 responden (23.88%) berusia 10 tahun, serta 38 responden (28.36%) berusia 12 tahun. Jadi, rerata usia responden adalah 10 tahun sebanyak 32 orang.

Tabel 4.2 Distribusi Data Frekuensi Kelas Responden

Kelas Frekuensi (n) Persen (%)

4 49 36.57%

5 54 40.30%

6 31 23.13%

Total 134 100.00%

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.2, distribusi responden berdasarkan tingkatan kelas.

terdapat 49 responden (36.57%) pada tingkat kelas 4, 54 responden (40.30%) pada tingkat kelas 5, dan 31 responden (23.13%) pada tingkat kelas 6. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa responden dominan berada pada tingkat kelas 5.

Tabel 4.3 Distribusi Data Frekuensi Pola Asuh Orang tua

Pola Asuh Frekuensi (n) Persen (%)

Autoritatif 70 52.24%

Otoriter 29 21.64%

Diabaikan 9 6.72%

Permisif 26 19.40%

Total 134 100.00%

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.3, distribusi data frekuensi pola asuh orang tua, responden yang memiliki orang tua dengan tipe pola asuh autoritatif sebanyak 70 responden dengan persentase 52.24%. Responden yang memiliki orang tua dengan tipe pola asuh otoriter sebanyak 29 responden dengan persentase 21.64%.

Responden yang memiliki orang tua dengan tipe pola asuh diabaikan sebanyak 9

(60)

responden dengan persentase 6.72%, sedangkan responden yang memiliki orang tua tipe pola asuh permisif sebanyak 26 responden dengan persentase 19.40%.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi PHBS

PHBS Frekuensi (n) Persen (%)

Sangat Kurang 11 8.21%

Kurang 34 25.37%

Cukup 50 37.31%

Tinggi 26 19.40%

Sangat Tinggi 13 9.70%

Total 134 100.00%

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.4, distribusi data frekuensi PHBS didapatkan, responden yang termasuk dalam kategori sangat tinggi dalam menerapkan PHBS sebanyak 13 responden (9.70%), responden yang termasuk kategori tinggi dalam menerapkan PHBS sebanyak 26 responden (19.40%) responden yang termasuk kategori cukup dalam menerapkan PHBS sebanyak 50 responden (37.31%), responden yang termasuk kategori kurang dalam menerapkan PHBS sebanyak 34 responden (25.37%), sedangkan responden yang kategori sangat kurang dalam menerapkan PHBS sebanyak 11 responden (8.21%).

Gambar

Tabel 1.1 Definisi Operasional
Tabel 1.1 Definisi Operasional
Tabel 1.2 Definisi Operasional (lanjutan)
Tabel 1.2 Kajian Pustaka   Tabel 1.2 Kajian Pustaka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Balita Diare Di Posyandu X Bantul Tahun.. Persamaan penelitian

pendampingan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, serta membiasakan semua orang yang ada di

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh setiap indi#idu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada anak Sekolah

Kegiatan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada anak sekolah dilakukan di dua sekolah yaitu TK Al-Fadhiilah dengan peserta sejumlah 18 siswa berusia 4-6

Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya perbedaan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) berdasarkan pola asuh permisif, demokratik, dan otoriter dengan pada anak sekolah dasar

Berdasarkan tabel 4.4 diatas tentang distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah kelas IV dan V di SD Negeri Tuguran Gamping

Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Kualitas Hidup Bagian Kognitif Anak SD N 08 Pagi Rawa Buaya 2016 Pendahuluan Mengurangi kemiskinan dan meningkatkan