• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Perceraian Orang Tua dengan Trust pada Pasangan pada Wanita Dewasa Awal

N/A
N/A
afina salsabila nurussyifa

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Antara Perceraian Orang Tua dengan Trust pada Pasangan pada Wanita Dewasa Awal"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERCERAIAN ORANGTUA DENGAN TRUST(KEPERCAYAAN) PADA PASANGAN PADA WANITA DEWASA

AWAL

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

AFINA SALSABILA NURUSSYIFA (20221770038) AULIA PUTRI ANDRIANTI (20221770075) MUHAMMAD ROSHIN ANWAR (20221770103)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURABAYA 2024

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peceraian orang tua adalah sebuah keputusan berat yang harus diambil oleh pasangan dan keluarga, terutama jika telah ada anak di dalamnya dan berdampak pada kehidupan anak-anaknya (Ramadhani & Krisnani, 2019).

Perceraian dapat mengganggu kepercayaan diri, membuat mereka cenderung menjadi penyendiri dan memiliki harga diri yang rendah. Kualitas hubungan orang tua dengan anak sebelum, selama, dan setelah perceraian orang tua lebih mungkin memperlihatkan bagaimana anak tersebut merespon keperceraian. Pada gilirannya mempengaruhi pengembangan bahasa anak dan kebencian atau komplikasi anak dan membuat pola pemikiran terhadap pandangan dalam berpasangan[ CITATION Ira18 \l 1033 ].

Di sisi lain, penanaman perilaku pada anak kadang-kadang mengalami hambatan yang tak terduga. Jika perceraian menimpa seseorang, hal ini akan membahayakan individu dalam kehidupan impian anak, orang tua. Menurut philip dalam bukunya parenting after divorce bahwa orangtua tunggal memiliki tanggung jawab yaitu orang tuanya berkewajiban merawat dan mendidik anak dengan baik. Pasca perceraian seperti yang terjadi, tentu saja beberapa orang tua sendiri akan mendapatkan masa-masa kritis lalui dihadapi dengan hal yang salah dengan memberikan fasilitas anak secara berlebihan dan coba mulai untuk membrtikan yang lebih kepada anak, hal yang tentu saja buruk kepada anak, yaitu sikap kemandirin akan anak atas impianledan cita-citanya[ CITATION Hay20 \l 1033 ].

Dampak perceraian orang tua pun terasa sampai masa dewasa. Individu yang mengalami sebuah perceraian orangtua pada masa tumbuh dewasanya lebih memiliki masalah waktu pernikahannya dengan pola pemikiran yang mereka

(3)

rasakan, mereka lebih berfikir pernikahannya akan berakhir juga[ CITATION Ira18 \l 1033 ]. Selain itu beberapa juga, Perceraian orang tua memiliki dampak pada trust (kepercayaan) pada orang yang jatuh cinta dan pasangan. Terutama Wanita dewasa awal yang memiliki gaya tipe yang aman dengan cara bisa mengalami cinta. Pada akhirnya, itu bisa merusak perasaan diri dan menyebabkan mereka untuk menjadi rasa perilaku berhubungan individu di masa depannya[ CITATION Ira18 \l 1033 ].

Pada masa dewasa awal, individu akan mulai membangun hubungan romantis dengan lawan jenisnya agar dapat mememenuhi tugas perkembangan individu pada masa ini yaitu menikah dan membangun keluarga. Dalam hubungannya dengan pasangannya, rasa percaya (trust) menjadi salah satu faktor yang penting. Seperti yang disebutkan oleh [ CITATION May14 \l 1033 ] ada empat hal yang penting dalam menjalin hubungan romantis yaitu meningkatkan komitmen (increase commitment), komunikasi (communicate your self), keintiman (keep the romance alive), serta saling percaya (trust each other).

Menurut Mayer[ CITATION Dav17 \l 1033 ], kepercayaan adalah kesediaan seseorang untuk menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa yang lain akan melakukan tindakan tertentu. Seringkali kita salah memberikan kepercayaan kepada orang terdekat kita sehingga kepercayaan yang kita berikan telah rusak dan membuat kita menjadi sulit percaya lagi terhadap orang lain. Dalam beberapa kasus, kepercayaan bisa saja dipengaruhi oleh faktor lain, seperti bagaimana kebiasaan orang tua dalam hubungan rumah tangganya yang tidak stabil atau tidak didasari kepercayaan, maka secara tidak langsung itu dapat mempengaruhi bagaimana anak-anaknya akan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan mereka sendiri.

Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis bermaksud bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceraian orang tua dengan trust (kepercayaan) pada pasangan pada wanita dewasa awal.

B. Rumusan Masalah

(4)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara perceraian orang tua dengan tingkat kepercayaan pada pasangan pada wanita dewasa awal?

2. Apakah wanita dewasa awal yang orang tua nya bercerai memiliki tingkat kepercayaan lebih rendah dibandingkan dengan wanita dewasa awal yang orang tua nya tidak bercerai?

3. Faktor – faktor apa saja yang memediasi hubungan antara perceraian orang tua dan kepercayaan pada pasangan pada wanita dewasa awal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang maslah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceraian orang tua dengan trust (kepercayaan) pada pasangan pada wanita dewasa awal.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah dan mengembangkan kajian teoritis dan penelitian dalam bidang psikologi khususnya psikologi perkembangan terkait hubungan antara perceraian orang tua dengan trust (kepercayaan) pada pasangan pada wanita dewasa awal.

2. Manfaat Praktis

(5)

Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi dan informasi mengenai bagaimana hubungan antara perceraian orang tua dengan trust (kepercayaan) pada pasangan pada wanita dewasa awal a. Manfaat bagi perguruan tinggi adalah dapat mengembangkan materi

kuliah psikologi tentang dinamika keluarga di mana dengan kita melakukan hal ini juga dapat meningkatkan reputasi perguruan tinggi melalui publikasi penelitian yang dilakukan.

b. Bagi mahasiswa melalui penelitian ini membantu mahasiswa lebih memahami dampak perceraian orang tua terhadap perkembangan psikologis dan sosial individu serta dapat memberikan pembekalan dengan pengetahuan di bidang psikologi klinis, konseling atau pekerjaan sosial lainnya.

c. Bagi masyarakat dapat meningkatkan kesadaran tentang dampak perceraian orang tua terhadap anak-anak dalam membangun kepercayaan dalam hubungan serta dapat memberikan praktis bagi orang tua yang bercerai untuk mengurangi dampak negatif pada anak- anak.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan

1. Pengertian Kepercayaan

Kepercayaan sikap seseorang tidak selalu benar atau suat, karena kepercayaan adalah sikap pribadi seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "kepercayaan adalah harapan dan keyakinan seseorang terhadap orang lain akan kejujuran, kebaikan, dan kesetiaan", dan

"kepercayaan adalah "suatu sikap yang merasa dirinya paling benar dan sikap tersebut ditunjukkan ke orang lain."

Menurut Lewicky & Whiethoff, (Ismawati, 2002)"kepercayaan menjadi keyakinan individu & kemauan untuk bertindak atas dasar istilah- istilah tindakan & keputusan orang lain", sedangkan Mayer mengatakan

"kepercayaan adalah kesediaaan seorang untuk menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain dari harapan bahwa yang lain akan melakukan tindakan tertentu".

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan adalah suatu harapan dan keyakinan terhadap orang lain, yang melibatkan kejujuran dan kesetiaan dalam hubungan. Kepercyaan

(7)

bersifat pribadi dan subjektif, dapat dipengaruhi oleh keyakinan dan pengalaman invidu itu sendiri.

B. Perceraian Orangtua

1. Pengertian Perceraian Orangtua

Perceraian merupakan bagian dari perkawinan karena tanpa perkawinan, tidak ada perceraian. Jika seorang pria dan wanita menikah, mereka memulai kehidupan bersama sebagai pasangan, sedangkan perceraian adalah akhir dari hubungan mereka. Setiap orang ingin perkawinannya tetap utuh sepanjang hidupnya. Namun, ada banyak kasus di mana perkawinan yang dibangun dengan susah payah berakhir dengan perceraian. Tidak selalu perkawinan yang dilaksanakan sesuai dengan cita-cita. Meskipun perkawinan telah diusahakan semaksimal mungkin dan dibangun dengan baik, mereka pada akhirnya harus berpisah dan memilih untuk membubarkan perkawinan[ CITATION ZAI21 \l 1033 ].

Segala Perceraian menurut hukum agama selain hukum Islam, yang telah dipositifkan dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Impelementasi Hukum Perkawinan Nasional, yaitu perceraian yang gugatan cerainya diajukan oleh dan atas inisiatif suami atau istri kepada pengadilan negeri, yang dianggap terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung sejak saat pendaftaranya pada pencatatan oleh pegawai pencatat nikah di kantor catatatan sipil.

(8)

Menurut Hurlock oleh [ CITATION ZAI21 \l 1033 ] menyebutkan bahwa perceraian dan perpisahan orang tua dapat memengaruhi perilaku dan kepribadian anak. Perceraian berdampak terbesar pada anak. Sebelum kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, anak sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi pada mereka. Namun, anak tidak dapat mengungkapkan perasaannya karena kecemasan dan kekhawatiran bahwa dia bertanggung jawab atas kondisi yang terjadi antara kedua orang tuanya. Anak percaya bahwa dia adalah alasan orang tuanya bertengkar hingga akhirnya berpisah dan bercerai. Anak juga percaya bahwa salah satu dari orang tuanya adalah orang jahat, sehingga dia takut bahwa dirinya juga adalah orang jahat.

Perasaan yang dirasakan oleh anak tersebut akan tetap melekat, yang dapat berdampak pada perilaku dan kepribadiannya di masa mendatang.

2. Aspek Penyebab Perceraian

Gunarsa (1986) bahwa perlunya menambah pengetahuan tanpa henti- hentinya untuk memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan keluarga, sangat perlu untuk mengetahui anggota keluarganya, yaitu setiap perubahan yang terjadi dalam anggota keluarganya. Berikut beberapa ciri perilaku yang menjadi aspek penyebab perceraian sebagai berikut :

a. Campur tangan Orang Tua Suami b. Suami Selingkuh

c. Suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi d. Kekerasa Dalam Rumah Tangga (KDRT)

(9)

3. Faktor yang mempengaruhi Perceraian

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perceeraian dibagi menjadi 2, antara lain :

1. Internal

a. Ketidaksiapan dalam rumah tangga b. Kurangnya komunikasi

c. Kurangnya pengelolaan emosi 2. Eksternal

a. Lingkungan pertemanan b. Kurangnya penerimaan

C. Hubungan Antara Perceraian Orang Tua dengan Kepercayaan

Sedijoprato (1982) bahwa kecenderungan wanita untuk bekerja walaupun telah berumah tangga menentukan bentuk keluarga di Indonesia.

Artinya wanita (istri) tidak lagi menerima nilai untuk sepenuhnya hidup terlibat dalam urusan rumah tangga saja, seiring dengan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan terhadap dirinya, mereka menuntut persamaan hak sebagai manusia dengan kaum pria, sejumlah wanita mulai memasuki lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Hubungan perceraian orang tua dan kepercayaan bisa dijelaskan dengan teori Sosialisasi yang dikemukakan oleh Bandura. Di dalam teori tersebut

(10)

dijelaskan bahwa anak- anak mempelajari perilaku sosial melalui observasi dan peniruan. Teori ini menekankan pentingnya pengalaman masa kecil dalam membentuk bagaimana pola pikir dan perilaku sosial di masa depan. Hal ini dapat dijelaskan saat anak-anak menyaksikan bagaimana perceraian orang tua yang sebelumnya dipenuhi konflik, hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk memberikan kepercayaan kepada pasangan mereka.

D. Kerangka Konseptual

Perceraian Orang Tua

Usia saat perceraian

Kejujuran Kesetiaan Kerentanan

Konflik Orang Tua

Perilaku Kewirausahaan Kepercayaan

(11)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konseptual

E. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis di dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara perceraian orang tua dengan trust (kepercayaan) pada pasangan pada wanita dewasa awal.

Perilaku Kewirausahaan

(12)
(13)

References

Dias Yunas Eka Purnama, B. S. (2013). Aspek-Aspek Penyebab Perceraian Gugat Di Desa Karangbendo Kecamatan Rogojampi. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, 1-7.

Hayati, & Damaryanti, F. (2020). SIKAP KEMANDIRIAN PADA DEWASA AWAL ANAK KORBAN PERCERAIAN. JP3SDM, 9(2).

Ira, & Suryadi, D. (2018). GAMBARAN TRUST PADA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PERCERAIAN. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2(1). 378-385.

Ismawati. (2002). budaya dan kepercayaan jawa. Yogyakarta: Gama Media.

Ismawati. (2002). Budaya dan Kepercayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.

Maya, S. R., & Pratiwi, A. (2014). PERSEPSI TERHADAP KONFLIK PERKAWINAN ORANGTUA. JURNAL-libre.

PUTRA, Z. A. (2021). FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PADA PASANGAN . Bengkulu:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU .

Wong, D. (2017). Pengaruh Ability, Benevolence Dan Integrity Terhadap Trust, Serta Implikasinya Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce: Studi Kasus Pada Pelanggan E-Commerce di UBM. Jurnal Riset Manajemen Dan BisniS, 2(2). 155- 168.

Ramadhani, P. E., & Krisnani, D. H. H. (2019). Analisis dampak perceraian orang tus terhadap anak remaja. 2(1)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dengan self esteem pada wanita dewasa awal yang menggunakan skincare, untuk mengetahui peran body image

HUBUNGAN KEPUASAN PERNIKAHAN DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN DEWASA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja awal yaitu usia anak SMP, (2) peran

Pangesti, L.N.2002.Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan Dalam Memilih Pasangan Hidup Pada Wanita Usia Dewasa Awal.. Pengantar

Skripsi Yang Berjudul "GAMBARAN KECEMASAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBES!TAS DALAM MEMILIH PASANGAN HIOUPNVA" ini Telah Diujikan Dalam Sidang Munaqasah

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemburuan terhadap pasangan pada wanita dan pria usia dewasa

Penelitian mengenai komitmen berpacaran jarak jauh bertujuan untuk mengetahui gambaran komitmen wanita dewasa awal, bagaimana komitmen yang dijalani oleh

Saya berharap dengan adanya penelitian ini, maka di masa depan akan lebih banyak lagi wanita dewasa awal yang ditinggal oleh pasangan hidupnya menjadi termotivasi untuk