• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sikap dan Karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Sikap dan Karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

105

Hubungan Sikap dan Karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Keikutsertaan dalam Program KB di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur

Ainul Mardhiah, Nova Hasbani Prima Dewi, Aminy Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Harapan Ibu

Email : aminy2540@gmail.com ABSTRACT

The family planning program also aims to improve the quality of the family in order to generate a sense of security, peace and hope of a better future in realizing the prosperity of birth and inner happiness. Allegedly the factor causing EFA participation in the family planning program is characteristic. The purpose of this research is to know the relationship of attitude and characteristic of Elderly Age Couple (PUS) with participation in family planning program at UPT Puskesmas Sungai Raya Sungai Raya District, East Aceh regency 2018. The research design used was analytic survey with cross sectional design. The population of this study is all Pairs Age of Fertile located in Work Area UPT Sungai Raya Public Health Service Center in January to December 2017 which amounted to 1897 people.

Sampling using Slovin formula, obtained as many as 95 samples. The study was conducted from 7-17 July 2018 using questionnaires by interview. Statistical test using chi-square test. Result of research indicate that majority of fertile couple couples (PUS) participate in family planning program as much as 67 respondents (70,5%). Statistically there is relationship of attitude and characteristic of Elderly Age Couple (EFA) with non participation in family planning program in Working Area of UPT Puskesmas Sungai Raya Sungai Raya District of East Aceh Regency 2018 with p value <0,1. It is recommended that the family planning program holders in UPT Puskesmas Sungai Raya Sungai Raya District of East Aceh District to invite cross-sectoral figures to hold meetings to create mini workshop plans at least once a month to increase the participation of the Elderly Age Couple (PUS) in family planning programs.

Keyword : Family Planning Program, Attitudes, Characteristics ABSTRAK

Program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Diduga faktor yang menyebabkan ketidakikutsertaan PUS dalam program KB adalah karakteristik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap dan karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dengan keikutsertaan dalam program KB di Wilayah

(2)

106

Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan bedah lintang. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur yang berada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2017 yang berjumlah 1.897 orang. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, didapatkan sebanyak 95 sampel. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 7-17 Juli tahun 2018 menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Uji statistik menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritasPasangan Usia Subur (PUS) ikut serta dalam program KB yaitu sebanyak 67 responden (70,5%). Secara statistik ada hubungan sikap dan karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dengan ketidakikutsertaan dalam program KB di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur tahun 2018 dengan p value

< 0,1. Sebaiknya pemegang program KB di UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur agar mengajak tokoh lintas sektor agar mengadakan pertemuan untuk membuat rencana loka karya mini setidaknya satu bulan sekali untuk meningkatkan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam program KB.

Kata Kunci : Program KB, Sikap, Karakteristik PENDAHULUAN

Program Keluarga Berencana (KB) sangat penting dalam memungkinkan pasangan untuk menentukan apakah, kapan, berapa jumlah anak dan yang sangat penting untuk menentukan jarak kehamilan serta keluarga yang sehat. Keluarga berencana memiliki manfaat kesehatan, ekonomi, dan sosial yang mendalam bagi keluarga dan masyarakat (USAID, 2018).

Di Indonesia, Program Keluarga Berencana sudah dilaksanakan sejak tahun 1957, dan diresmikan menjadi program pemerintah pada tahun 1970. Sejak itu, pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke seluruh Indonesia.

Makna Program KB sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2017).

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 yang berjudul Statistik Indonesia 2017 (Statistical Yearbook of Indonesia 2017), jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 258.704.900 jiwa pada tahun 2016.

Angka tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak 20.186.200 jiwa dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 238.518.800 jiwa. Sepanjang tahun 2014 data menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 5.048 kasus. Lanjut pada tahun 2015 berkurang menjadi 4.897 kasus dan data terakhir di tahun 2016 ada 4.834 kasus. AKI di Indonesia masih sekitar 305 per 100 ribu kelahiran.

KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas

(3)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

107 usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berusia antara 15 sampai dengan 49 tahun (Kemenkes RI, 2017).

Pencapaian peserta KB aktif semua metode di Provinsi Aceh tahun 2016 di dapatkan data dengan jumlah 625.414 peserta, dengan rincian pengguna aktif Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 53.202 peserta, pengguna aktif Intra Uteri Device (IUD) 21.348 peserta, pengguna aktif Implan 23.926 peserta, pengguna aktif Metode Operasional Pria (MOP) 195 peserta, pengguna aktif Metode Operasional Wanita (MOW) 7.733 peserta, pengguna aktif kontrasepsi suntik 293.861 peserta, pengguna aktif Pil 225.566 peserta dan pengguna aktif kondom 52.785 peserta (BKKBN Provinsi Aceh, 2016).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dapat diketahui bahwa pada tahun 2017, jumlah PUS sebesar 67.858. Penggunaan alat kontrasepsi terbanyak adalah suntik sebanyak 17.088, disusul pil sebanyak 12.351, implan sebanyak 741 dan AKDR sebanyak 618. Penggunaan alat kontrasepsi terbanyak pada tahun 2018 adalah suntik sebanyak 16.938 (Dinkes Aceh Timur, 2018)..

Program KB di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Raya masih belum berjalan maksimal. Hal ini dapat diketahui dari jumlah peserta KB aktif yang hanya meningkat sedikit. Pada tahun 2017, jumlah PUS di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya sebesar 1.897 orang dan jumlah Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 2.824 orang.

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi sebesar 861 orang (45,4%).

Pencapaian tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, yaitu sebesar 85% dari PUS mengikuti program KB (Puskesmas Sungai Raya, 2018).

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada saat survei awal kepada 10 PUS di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Raya dapat diketahui bahwa 6 PUS tidak bersedia ikut serta dalam program KB dengan alasan tidak diijinkan oleh suami, riwayat sakit jantung, keagamaan dan berpegang pada mottonya “banyak anak banyak rejeki”. Pola fikir ortodok tersebut tentu sangat tidak baik jika ditinjau dari segi kesehatan. Program KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan.

Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan PUS tidak menjadi peserta KB adalah pelayanan KB yang masih kurang berkualitas, keterbatasan alat kontrasepsi, penyampaian konseling maupun KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) belum dilaksanakan dengan baik, hambatan budaya, kelompok wanita yang sudah tidak ingin anak lagi tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need), dan kelompok hard core yaitu kelompok wanita yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan ketidakikutsertaan PUS dalam program KB adalah karakteristik PUS, yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, paritas, jumlah anak dan lain-lain (Dewi, 2014).

(4)

108

Keluarga Berencana merupakan suatu usaha dalam menekan lonjakan angka kelahiran di Indonesia. KB juga merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama, alasan utama diperlukan keluarga berencana untuk mencegah mortalitas dan morbiditas ibu. Kontrasepsi dibutuhkan untuk membatasi jumlah penduduk dan menjamin ketersediaan sumber daya alam sehingga menjaga kualitas hidup manusia. Pemakaian kontrasepsi selain ditujukan untuk merencanakan kapan kehamilan akan berlangsung, ditujukan pula untuk mengatur jarak antara kelahiran pertama dan kelahiran berikutnya (Kemenkes RI, 2016).

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Sulistyawati, 2013).

Gerakan KB Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun keluarga serta bangsa secara menyeluruh.

Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi (BKKBN, 2014).

Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2015).

Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate.

Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.

2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas

(5)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

109 artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Darmawati, 2017).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan bedah lintang (cross sectional) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari variabel dependen dan variabel independen secara bersamaan untuk mengetahui Hubungan Sikap dan Karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Keikutsertaan dalam Program KB di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018.

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7-17 Juli tahun 2018. Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti adalah populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur yang berada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2017 yang berjumlah 1.897 orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik acak stratifikasi (stratified random sampling), yaitu mengambil perwakilan pada masing- masing desa. Pengambilan sampel per desa dilakukan dengan cara menghitung jumlah populasi per desa dibagi jumlah populasi keseluruhan dikali jumlah sampel yang dibutuhkan. Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata. Oleh sebab itu maka disebut pengambilan sampel secara proporsional stratified sampling. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan stratified, mula-mula kita menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik umum dari anggota-anggota populasi yang berbeda- beda. Setiap unit yang mempunyai karakteristik umum yang sama, dikelompokkan pada satu strata, kemudian dari masing-masing strata diambil sampel yang mewakilinya.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara pengisian angket (kuesioner) tertutup secara tidak langsung melalui wawancara.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya atau menurut jenis penyusunan item yang diwujudkan, angket dibedakan menjadi:

1) Angket berbentuk isian, dimana responden diberi kebebasan untuk mengisi jawaban yang sesuai menurut responden (open ended item).

2) Angket berbentuk pilihan, dimana jawabannya telah disediakan (closed ended item), responden tinggal memilih jawaban yang benar dan salah.

Data yang telah di peroleh dari hasil angket (kuesioner) diolah secara komputerisasi. Pengolahan data melalui langkah berikut :

1) Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.

2) Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias

(6)

110

3) Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang diteliti.

4) Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS for Windows.

5) Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian (Muhammad, 2013).

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa secara univariat menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi, dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase (%) dari masing-masing variabel. Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi-square, pada batas kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (H0) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang (Muhammad, 2013).

Aturan yang berlaku pada uji Chi Square adalah sebagai berikut:

1) Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai harapan (expected value = E) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact.

2) Bila pada tabel 2 x 2 dan semua nilai E > 5 (tidak ada nilai E < 5), maka nilai yang dipakai sebaiknya Continuity Correction.

3) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan lain-lain, maka digunakan uji Pearson Chi Square (Muhammad, 2014).

HASIL PENELITIAN

1) Analisis univariat menunjukkan bahwa Mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) ikut serta dalam program KB yaitu sebanyak 67 responden (70,5%).

2) Hasil analisis bivariat menunjukkan Secara Statistik Ada Hubungan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Keikutsertaan dalam Program KB di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 dengan p value 0,000 (P < 0,1).

3) Secara Statistik Ada Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Keikutsertaan dalam Program KB di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 dengan p value < 0,1.

(7)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

111 PEMBAHASAN

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) ikut serta dalam program KB. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 yang ikut serta dalam program KB dari pada yang tidak ikut serta dalam program KB. Hal ini sudah cukup baik, namun harus ditingkatkan agar mencapai target yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, yaitu sebesar 85% dari Pasangan Usia Subur (PUS) ikut serta dalam program KB. Dalam penelitian ini, Pasangan Usia Subur (PUS) yang ikut serta dalam program KB karena adanya dukungan dari keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ikut serta dalam program KB dapat diketahui bahwa umumnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ikut serta dalam program KB dikarenakan tidak diijinkan oleh suami karena suami masih berharap untuk menambah anak lagi. Penyebab lainnya dikarenakan Pasangan Usia Subur (PUS) belum bisa menentukan metode kontrasepsi apa yang cocok untuk digunakan. Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan dan peran aktif dari bidan dan kader yang lebih terfokus pada metode kontrasepsi yang cocok dan efektif bagi masing-masing Pasangan Usia Subur (PUS), karena program KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan.

Penelitian ini mengasumsikan bahwa lebih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 yang ikut serta dalam program KB dari pada yang tidak ikut serta dalam program KB dikarenakan sebagian besar Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur sudah mengerti bahwa program KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Kemajuan program KB juga tidak bisa lepas dari adanya dukungan keluarga karena hal tersebut berkaitan erat dengan dorongan atau motivasi yang diberikan keluarga terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) untuk ber-KB. Dukungan keluarga dalam program KB merupakan suatu bentuk dari kepedulian keluarga yang memberikan kontribusi secara nyata untuk mewujudkan keluarga kecil yang berkualitas.

Hasil analisis univariat pada variabel karakteristik menunjukkan bahwa mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) berusia dewasa akhir dan minoritas berusia lansia awal. Mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) berpendidikan menengah dan minoritas berpendidikan tinggi. Mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) tidak bekerja.

Mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) memiliki pendapatan rendah dan mayoritas Pasangan Usia Subur (PUS) dengan paritas aman.

Hasil analisis bivariat pada variabel karakteristik dan variabel Keikutsertaan dalam Program KB menunjukkan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia remaja akhir mayoritas ikut serta dalam program KB. Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpendidikan menengah mayoritas ikut serta dalam program KB. Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak bekerja mayoritas ikut serta dalam program KB. Pasangan Usia Subur (PUS) yang memiliki pendapatan rendah mayoritas ikut serta dalam program KB

(8)

112

dan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan paritas aman mayoritas ikut serta dalam program KB. Keseluruhan hasil uji statistik menunjukkan bahwa Ada Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Keikutsertaan dalam Program KB di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurafni (2013) yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan tidak mengikuti program keluarga berencana dengan nilai probabilitas (p) 0,008. hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifah Istiqomah (2014) yang menyimpulkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan paritas merupakan faktor yang memengaruhi keikutsertaan penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur.

Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia dewasa akhir (26-45 tahun) dan lansia awal (46-55 tahun) umumnya sudah berpengalaman dalam menggunakan metode kontrasepsi. Pasangan Usia Subur (PUS) pada usia ini lebih dapat memilih metode kontrasepsi yang dibutuhkan. Usia dalam pengaruhnya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor intrinsik. Semakin bertambah usia seseorang, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan melakukan tindakan.

Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpendidikan dasar (tingkat pendidikan rendah), keikutsertaannya dalam KB adalah untuk mengatur kelahiran. Sementara itu Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpendidikan menengah dan tinggi (tingkat pendidikan tinggi), keikutsertaannya dalam KB untuk mengatur kelahiran dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih luas tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pemilihan suatu metode kontrasepsi karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu menyerap informasi dan lebih mampu mempertimbangkan hal-hal yang menguntungkan atau efek samping bagi kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian suatu metode kontrasepsi. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Pasangan Usia Subur (PUS) yang bekerja cenderung memilih KB yang tidak menganggu aktivitas pekerjaannya. Hal ini terkait dengan ketidakinginan dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang bekerja, terganggu pendapatan atau penghasilannya. Pasangan Usia Subur (PUS) yang bekerja cenderung tidak memilih pil yang pemakaiannya diwajibkan rutin dengan jangka pendek, sehingga banyak yang memilih suntik (Muslima & Herjanti, 2019). Begitu juga dengan pendapatan yang merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pasangan Usia Subur (PUS) dengan paritas aman mayoritas ikut serta dalam program KB, begitu juga sebaliknya Pasangan Usia Subur (PUS) dengan paritas tidak aman mayoritas tidak ikut serta dalam program KB. Pasangan Usia Subur (PUS) yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan daripada Pasangan Usia Subur (PUS) yang mempunyai anak lebih

(9)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

113 sedikit. Jumlah anak mulai diperhatikan setiap keluarga karena semakin banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan materil selain itu juga untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi karena semakin sering melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan ibu. Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang ibu, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga ibu dapat mengambil keputusan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai, sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi.

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia remaja akhir mayoritas ikut serta dalam program KB. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia remaja akhir mayoritas ikut serta dalam program KB.

DAFTAR PUSTAKA

USAID. (2018). Family Planning Programming. Diambil dari https://www.globalhealthlearning.org/program/family-planning-and-

reproductive-health. Diakses oleh: Ainul Mardhiah. 8 April 2018. 08.30 wib.

BKKBN. (2014). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Ditjalpem Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

BKKBN. (2017). Info Demografi 2017 BKKBN. Jakarta: LD-FE Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

BKKBN Provinsi Aceh. (2016). Rapat Pengendalian Program (Radalgram). Diambil

dari https://

nad.bkkbn.go.id/data/Documents/RADALGRAM%20MARET%202016.pdf.

Diakses oleh: Ainul Mardhiah. 14 April 2018. 14.00 wib.

Darmawati. (2017). Keikutsertaan Menjadi Akseptor Keluarga Berencana pada Pasangan Usia Subur Ditinjau dari Aspek Sosial dan Budaya. Idea Nursing Journal Bagian Keilmuan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Vol. VIII No. 1 2017.

Dewi, Putri Hariyani Chandra. (2014). Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Biometrika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Vol.

3, No. 1 Juli 2014.

Sulistyawati, A. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

(10)

114

Muhammad, Iman. (2013). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Muhammad, Iman. (2014). Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bidang Kesehatan &

Umum. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Muslima, L., & Herjanti, H. (2019). Pengukuran Faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Akseptor KB Suntik Ulang 1 Bulan. Serambi Saintia : Jurnal Sains Dan Aplikasi. https://doi.org/10.32672/jss.v7i1.991

Referensi

Dokumen terkait

Angka Prevalensi Penggunaan Metode Kontrasepsi (Cpr) Semua Cara Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Usia 15-49 Tahun Yang Berstatus Kawin.. Survei Demografi Dan Kesehatan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKIP) pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kendal Tahun 2013.. Pelayanan