• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Terbit setiap dua bulan sekali pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan November yang kajian bidang geografi dan pendidikan geografi . ISSN

Ketua Penyunting:

Deasy Arisanty Penyunting Pelaksana:

Sidharta Adyatma, Nasruddin, Arif Rahman Nugroho, Ellyn Normelani, Karunia Puji Hastuti, Parida Angriani, Eva Alviawati, Rosalina Kumalawati,

Norma Yuni Kartika, Nevy Farista Aristin.

Penelaah:

Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada), Herry Porda Nugroho Putro (Universitas Lambung Mangkurat), Wahyu (Universitas Lambung Mangkurat), Ariyani (Universitas Negeri Semarang), Iya Setiasih (Universitas Mulwarman),

Nugroho Hari Purnomo (Universitas Negeri Surabaya).

Pembantu Tata Laksana:

Hasa Noor Hasadi

Alamat Penyunting:

Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Jl. H. Hasan Basry, Telp. (0511) 3304914, Fax: (0511) 3304914, Banjarmasin, 70123, E-mail:

geografiunlam@gmail.com, HP 081348260253.

Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan. Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan nama JPG (Jurnal Pendidikan Geografi).

Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa pada Petunjuk Bagi Penulis disampul belakang dalam jurnal ini.

(2)

2 DAFTAR ISI

Jurnal Halaman

1. Motivasi Pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Program Keluarga Berencana ... 108 2. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Sebagai Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMP

NegeriBanjarmasin ... 118 3. Upaya Pengrajin Sasirangan Di Kampung Sasirangan Bajarmasin

Dalam Menjaga Keberlangsungan Industri... 127 4. Persepsi Nasabah Terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah

Fkip Unlam Banjarmasin ... 136 5. Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Terhadap Hasil

Belajar Mahasiswa Angkatan 2012Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPSFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lambung Mangkurat ... 150 6. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Utara Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 ... 159 7. Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap

Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin ... 168 8. Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan di

Kecamatan Banjarmasin Selatan ... 178 9. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/SederajatDi Kecamatan

Banjarmasin TengahMenghadapi Penerapan Kurikulum 2013 ... 189 10. Kerentanan Kebakaran di Kelurahan Sungai AndaiKecamatan

Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin... 197

(3)

108 MOTIVASI PRIA KECAMATAN TELAGA LANGSAT KABUPATEN

HULU SUNGAI SELATAN DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Oleh

Erni Jayanti, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati, S.Pd.

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Motivasi Pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Dalam Program Keluarga Berencana”. Tujuan penelitian adalah mengetahui motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program Keluarga Berencana.

Populasi dalam penelitian ini yaitu Pria Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ikut dalam program Keluarga Berencana dengan jumlah 1797 menggunakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah sampel random, yaitu semua pria pasangan usia subur Kecamatan Telaga Langsat yang tidak ikut dalam program keluarga berencana memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel yaitu dengan melihat pada tabel Morgan diperoleh sampel berjumlah 317 pria pasangan usia subur. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan data primer yang diperoleh dari angket dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan studi pustaka. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Teknik Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik persentase.

Hasil penelitian menunjukkan motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk mengikuti suatu hal. Motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program KB yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria untuk tidak ikut KB. Motivasi intrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu persepsi bahwa KB adalah urusan wanita atau istri, tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan mengenai KB, dan khawatir akan mengurangi kejantanan. Motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, pilihan KB pria yang terbatas yaitu kondom dan vasektomi, kurangnya dukungan dari para tokoh.

Kata Kunci : Motivasi, Motivasi Intrinsik, Motivasi Ekstrinsik, Program Keluarga Berencana.

I. PENDAHULUAN

Program Keluarga Berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi. Bentuk program keluarga berencana yaitu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi,kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan

(4)

109 partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan (ICPDdalam BKKBN 2006).

Partisipasi pria secara langsung dalam program KB adalah menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan seperti vasektomi (MOP/kontap pria), kondom, senggama terputus, pantang berkala, dan kontrasepsi lainnya yang dikembangkan. Sedangkan partisipasi pria secara tidak langsung dalam program keluarga berencana yaitu menganjurkan, mendukung, atau memberikan kebebasan kepada pasangan (istri) untuk menggunakan kontrasepsi (BKKBN, 2006)

Masalah utama yang dihadapi dengan banyaknya jumlah penduduk saat ini diantaranya adalah rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi serta dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian (maternal) ibu hamil dan melahirkan.

Keikutsertaan pria dalam berKB baru mencapai 4,4 persen yang meliputi kondom 0,9 %, vasektomi 0,4 %, senggama terputus 1,5 % dan pantang berkala 1,6 % (SDKIdalam BKKBN, 2006).

Keikutsertaan pria dalam berKB di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2009 sebesar 0,7 %, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 0,8 %, pada tahun 2011 menurun lagi menjadi 0,7 %, pada tahun 2012 meningkat menjadi 1,6

% serta pada tahun 2013 tetap yaitu 1,6 %. Jadi, keikutsertaan pria dalam berKB di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak stabil kadang menurun dan kadang meningkat bahkan tetap.Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki 11 Kecamatan yaitu Sungai Raya, Padang Batung, Telaga Langsat, Angkinang, Kandangan, Simpur, Daha Selatan, Daha Utara, Kalumpang, Loksado, dan Daha Barat.

Adapun Kecamatan yang partisipasi pria dalam mengikuti program KB paling rendah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yaitu Kecamatan Telaga LangsatSelama ini sudah banyak upaya yang ditempuh oleh BKBPMP Kabupaten Hulu Sungai Selatan untuk meningkatkan partisipasi pria dalam berKB dengan bantuan kondom gratis, kelompok KB pria ditingkat desa, penyuluhan, pelatihan petugas untuk melakukan MOP, tersedianya tenaga penyuluh lapangan keluarga berencana ditiap-tiap desa dan lain-lain, namun partisipasi pria masih tetap rendah.Dari permasalahan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Motivasi Pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Program Keluarga Berencana”.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Program Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.

2. Program Keluarga Berencana

Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan

(5)

110 reproduksi. Bentuk program keluarga berencana yaitu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan (ICPD dalam BKKBN 2006).

3. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004 – 2005 sebagai berikut:

a) Menurutnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun.

b) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

c) Menurunnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmeet need) menjadi 6%.

d) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5% (Sulistyawati, 2011).

B. Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplant (melekat) dan berkembang dalam rahim.Macam-macam metode kontrasepsi yaitu:

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian belum haid 8x sehari, belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan.

2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Metode KBA efektif bila dipakai dengan tertib, tidak ada efek samping, tetapi ibu harus belajar untuk mengetahui kapan masa suburnya tiba dan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu atau melakukan senggama untuk mencapai kehamilan.

3. Metode Senggama Terputus atau Coitus Interuptus

Metode senggama terputus adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksternal wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan

(6)

111 demikian tidak ada pertemuan antara spermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah (Pinem 2009).

4. Metode Barrier

Macam-macam barrier intra-vaginalis antara lain:

a) Diafragma b) Kap Serviks c) Spons

d) Kondom Perempuan

e) Spermisida Vaginal (Pinem, 2009).

5. Kontrasepsi Hormonal

Mekanisme kerja kontrasepsi hormon steroid (Hanafi dalam Pinem 2009), kontrasepsi hormonal mempengaruhi ovulasi, implantasi, transportasi gamet, fungsi korpusluteum dan lendir serviks.

C. Peserta/Akseptor KB

Macam-macam akseptor KB yang diikuti Pasangan Usia Subur (PUS) dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Akseptor atau peserta KB baru yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.

2. Akseptor atau peserta KB lama yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

3. Akseptor atau peserta KB ganti cara yaitu peserta KB yang ganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke motede+ kontrasepsi lainnya (http://www.mitrariset.com/Akseptor_KB.html).

D. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari kata motivasion, yang dapat diartikan sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rahmat dalam Panjaitan, 2013).

2. Teori Motivasi

Teori motivasi mula-mula dipelopori oleh Maslow dalam Panjaitan (2013) ia menyatakan bahwa manusia mempunyai berbagai keperluan dan mencoba mendorong bergerak memenuhi kebutuhan tersebut. Keperluan itu wujud beberapa tahap kepentingan.

3. Jenis-Jenis Motivasi

Handoko dalam Panjaitan (2013), motivasi terdiri atas motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya tanpa rangsangan dari luar, karena dalam diri individu tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar individu.

(7)

112 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor motivasi dibedakan menjadi dua, yang pertama dinamakan situasi motivasi yang “subjective“ atau faktor intrinsik dan yang kedua adalah faktor

“objective” atau ekstrinsik.

5. Manfaat Motivasi

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktifitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang ditetapkan dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaanya.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Pria dalam Program Keluarga Berencana

a. Pengetahuan pria terhadap KB b. Tingkat pendidikan

c. Persepsi

d. Kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB pria e. Terbatasnya metode kontrasepsi pria

f. Khawatir akan mengurangi kejantanan g. Malu datang ke puskesmas

h. Dukungan istri terhadap suami untuk KB i. Dukungan pengambil keputusan

III. METODE PENELITIAN A. Pemilihan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini adalah Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Penentuan daerah penelitian berdasarkan pada pertimbangan Kecamatan Telaga Langsat merupakan kecamatan yang paling rendah partisipasi pria dalam program KB dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasangan usia subur khususnya pria yang tidak ikut program Keluarga Berencana pada tahun 2013 yang terdapat di Kecamatan Telaga Langsat yang berjumlah 1.797 pasangan usia subur khususnya pria yang tidak ikut program KB. Berdasarkan tabel Morgan dan memperhatikan jumlah populasi yakni 1.797 pasangan, maka sampel penelitian berjumlah 317 pasangan usia subur khususnya pria yang tidak ikut program keluarga berencana di Kecamatan Telaga Langsat dengan perhitungan proporsional sampling.. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah teknik random sampling dengan prosedur undian.

C. Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa motivasi pria dalam program Keluarga Berencana yang terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi

(8)

113 ekstrinsik menggunakan metode angket dan wawancara sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum Kecamatan Telaga Langsat, jumlah peserta KB dan program KB menggunakan metode studi dokumen dan studi pustaka.Teknik analisis menggunakan persentase.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Motivasi Intrinsik

1. Persepsi Bahwa KB adalah Urusan Wanita/Istri

Sebagian besar pria setuju dengan persepsi bahwa KB adalah urusan wanita/istri sebanyak 200 orang pria (63,1%). Alasan pria setuju dengan persepsi bahwa KB adalah urusan wanita/istri karena istri yang melahirkan jadi KB merupakan urusan istri sedangkan suami fokus untuk mencari nafkah. Padahal urusan KB tidak hanya urusan wanita/istri tetapi juga urusan suami, terbatasnya pengetahuan menyebabkan pria masih berpersepsi bahwa KB hanya urusan wanita/istri.

2. Tingkat Pendidikan Mempengaruhi Pria Tidak Ikut KB

Sebagian besar pria menyatakan setuju bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pria tidak ikut KB sebanyak 245 orang pria (77,0%). Alasan pria setuju tingkat pendidikan mempengaruhi pria tidak ikut KB karena tingkat pendidikan mempengaruhi pria tidak ikut KB, apabila pendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi sedangkan pendidikan rendah lebih sulit menerima informasi tentang KB. Kalau pendidikan tinggi sangat ingin mengikuti KB sedangkan yang kurang pendidikan tidak sepenuhnya ikut KB. Padahal tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pria mau ikut KB atau tidak ikut KB. Orang yang berpendidikan tinggi belum tentu mau ikut KB. Jadi tergantung niat dari pria mau ikut KB atau tidak ikut KB.

3. Kurangnya Pengetahuan Mengenai KB Pria

Lebih banyak pria menyatakan setuju kurangnya pengetahuan mengenai KB pria menyebabkan pria tidak ikut KB sebanyak 290 orang pria (91,5%).

Alasan pria setuju kurangnya pengetahuan mengenai KB pria menyebabkan pria tidak ikut KB karena kurangnya pengetahuan dan penyuluhan tentang KB pria sedangkan pengetahuan pria tentang KB pria sedikit jadi perlu diadakan penyuluhan tentang KB pria. Kurangnya pengetahuan mempengaruhi pria untuk ikut KB atau tidak ikut KB.

4. Khawatir akan Mengurangi Kejantanan

Sebagian besar pria menyatakan setuju pria tidak ikut KB karena khawatir akan mengurangi kejantanan sebanyak 186 orang pria (58,7%). Alasan pria setuju pria tidak ikut KB khawatir akan mengurangi kejantanan karena karena kalau memakai alat seperti kondom atau vasektomi takut kurang memuaskan lawan (istri) dan takut tidak bisa mempunyai anak lagi. Padahal KB tidak akan mengurangi kejantanan pria tetapi tujuan KB pria agar tidak terjadi pembuahan/mengikat saluran sel sperma.

(9)

114 5. Malu Datang Ke Puskesmas

Sebagian besar pria menyatakan tidak setuju apabila malu datang ke puskesmas sebanyak 152 orang pria (47,9%). Alasan pria tidak setuju apabila malu datang kepuskesmas merupakan alasan pria tidak ikut KB karena pria tidak malu untuk datang ke puskesmas apabila dilakukan penyuluhan pria mau datang sedangkan penyuluhan untuk KB pria tidak pernah dilakukan kebanyakannya penyuluhan KB untuk wanita saja.

B. Motivasi Ekstrinsik

1. Rendahnya Kualitas dan Aksesibilitas terhadap Informasi dan Pelayanan KB

Sebagian besar pria menyatakan setuju rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB sebanyak 287 orang pria (90,5%). Alasan pria setuju rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB karena kebanyakan dari petugas yang berwenang jarang bahkan tidak sama sekali untuk mengadakan penyuluhan tentang KB pria, hanya KB wanita saja yang digencarkan. Padahal KB pria juga perlu digencarkan sosialisasinya agar semua pria tahu tentang baiknya berKB. Jadi tidak hanya wanita saja yang dianjurkan untuk berKB.

2. Pilihan KB Pria yang Terbatas Yaitu Kondom dan Vasektomi

Sebagian besar pria menyatakan setuju pilihan KB pria terbatas yaitu kondom dan vasektomi sebanyak 296 orang pria (93,4%). Alasan pria setuju pilihan KB pria terbatas yaitu kondom dan vasektomi merupakan alasan pria tidak ikut KB karena pilihannya hanya dua saja yaitu kondom dan vasektomi, kalau ada pilihan lain misalnya seperti suntik KB pria mau saja ikut KB. Kalau pakai kondom mengurangi “rasa”, sedangkan vasektomi menurut pandangan mereka akan mengakibatkan berkurangnya kejantanan sebagai suami.

3. Kurangnya Dukungan dari Para Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Tentang KB Pria

Sebagian besar pria menyatakan setuju kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat alasan pria tidak ikut KB sebanyak 220 orang pria (69,4%). Alasan pria setuju kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat karena para tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat berpengaruh terhadap pria tidak ikut KB karena mereka merupakan contoh atau panutan bagi masyarakat. Padahal tokoh agama dan tokoh masyarakat tidak berpengaruh karena tergantung dari niat pria tersebut mau ikut KB atau tidak.

Karena tokoh agam dan tokoh masyarakat merupakan panutan bagi mereka sehingga mereka menganggap apabila tokoh agama dan tokoh masyarakat tidak ikut KB mereka juga tidak perlu ikut KB

4. Istri Tidak Setuju Suaminya BerKB

Sebagian besar pria menyatakan setuju istri tidak setuju suaminya berKB merupakan alasan pria tidak ikut KB sebanyak 184 orang pria (58,0%). Alasan pria setuju istri tidak setuju suaminya berKB merupakan alasan pria tidak ikut KB karena istri takut kejantanan suaminya melemah atau berkurang dan istri ingin

(10)

115 mempunyai anak lagi sehingga istri melarang suaminya ikut KB dan suami mengikuti apa yang dikatakan istri. Kurangnya penyuluhan dan pengetahuan menyebabkan istri berpendapat kalau suaminya ikut KB kejantanan suaminya akan melemah.

V. KESIMPULAN

a. Motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program KB masih rendah. Motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program KB yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria untuk tidak ikut KB.

b. Motivasi intrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu persepsi bahwa KB adalah urusan wanita atau istri, tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan mengenai KB, dan khawatir akan mengurangi kejantanan.

c. Motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, pilihan KB pria yang terbatas yaitu kondom dan vasektomi, kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang KB pria dan istri tidak setuju suaminya berKB.

VI. UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebagai wujud penghargaan dari penyusun, kepada:

a. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan izin penelitian bagi saya sehingga penelitian ini dapat selesai.

b. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

c. Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd. selaku pembimbing I, Ibu Eva Alviawati, S.Pd., M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga penelitian ini dapat selesai.

d. Bapak/ibu dosen Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, dorongan dan bantuan kepada saya sehingga penelitian ini dapat selesai.

e. Ibu Camat Kecamatan Telaga Langsat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat selesai.

f. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan keasabaran, ini persembahan kecil ananda untuk kalian.

g. Teman-teman Pendidikan Geografi yang telah memberikan motivasi dan masukkan serta nasehatnya selama ini.

h. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anapah, Yoseph dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor Keluarga Berencana Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga

(11)

116 dengan Pertisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakuk Kabupaten Buleleng. Surakarta:Magister Kedokteran Keluarga Universitas Negeri Sebelas Maret.

Anggraini, Lilis. 2012. Hubungan antara Faktor Sosial dan Faktor Pribadi dengan Keputusan Pasangan Usia Subur Tidak Ikut Program Keluarga Berencana di Desa Barabai Darat Kecamatan Barabai. Banjarmasin:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Anonim, Definisi Akseptor, (Online), (http://www.artikata.com/arti-318230- akseptor.html, diakses 3 Desember 2013).

Anonim, Akseptor KB, (Online), (http://www.mitrariset.com/Akseptor_KB.html, diakses 11 Desember 2013).

Budisantoso, Saptono Iman. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dlam Keluarga Berencana di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Semarang:Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

BKKBN. 2006. Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta:

BKKBN.

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: IKAPI.

Hasibuan.2005.(Online),(www.google.co.id.repository,USU.co.id.Otstream/1234 56789125447 / Chapter % 2011, diakses tanggal 3 Desember 2013)

Istiqomah,Andrianty. 2012. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

Tasikmalaya:Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi.

Koordinator Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 2010. Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka Tahun 2010. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

______________________________________________. 2011. Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka Tahun 2011. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

______________________________________________. 2012. Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka Tahun 2012. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Koordinator Statistik Kecamatan Telaga Langsat. 2013. Kecamatan Telaga Langsat dalam Angka Tahun 2013. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Panjaitan, Masriati. 2013. Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Keikutsertaan Pria Menjadi Akseptor KB Metode Operasi Pria (MOP) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam. Medan:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan. 2009. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN.

__________________________________________________________________

_______________________________________. 2010. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN.

(12)

117 __________________________________________________________________

_______________________________________. 2011. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN.

__________________________________________________________________

_______________________________________. 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN.

__________________________________________________________________

_______________________________________. 2013. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN.

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.

Siagian, 2009. Teori Motivasi Dua Faktor, (Online), (www.google.co.id/fred 1607,wordpress.com>psikologi. diakses tanggal 3 Desember 2013)

Sibagariang, Eva Ellya dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Ngadiyana, Y.M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher.

Wahyuni, Chamnah. 2012. Mekanisme Operasional Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di Lini Lapangan. Jakarta:

BKKBN.

Wirosuhardjo, Kartomo dan Eko Gianiarto. 2010. Kebijakan Kependudukan.

Dalam Sri Moertiningsih Adioetomo dan Omas Bulan Samosir (Eds).

Dasar-Dasar Demografi (hal : 26-277). Jakarta: Salemba Empat.

Yasin, Mohammad dan Sri Moertiningsih Adioetomo. 2010. Demografi : Arti dan Tujuan. Dalam Sri Moertiningsih Adioetomo dan Omas Bulan Samosir (Eds). Dasar-Dasar Demografi (hal : 1-19). Jakarta: Salemba Empat.

(13)

118 PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

Oleh

Dessy Dwi Ariyani, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati Abstrak

Penelitian berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai Sumber Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin”. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin dengan jumlah 235 siswa, dengan sampel sebesar 235 siswa menggunakan teknik Sampel Penuh. Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan penyebaran angket, sedang data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan studi kepustakaan. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik persentase dan Korelasi Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar dengan rhitung =0,025, tetapi tidak ada signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar karena rtabel 5% =0,129rhitung =0,025rtabel 1% =0,169.

Kata Kuci: Pemanfaatan TIK, Sumber Belajar, Prestasi Belajar, Siswa.

I. PENDAHULUAN

Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah berkembang seiring dengan globalisasi sehingga memberikan banyak kemajuan pada teknologi yang memungkinkan semua orang termasuk anak-anak memperoleh fasilitas yang serba canggih. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal handphone, kamera dan berbagai peralatan yang kondisinya berbeda sangat jauh dengan zaman dahulu.

Teknologi memudahkan masyarakat dari berbagai negara untuk dapat saling bertukar informasi dan ilmu pengetahuan dengan cepat dan mudah. Adanya globalisasi dapat menumbuhkan kompetensi antarbangsa, sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia, bagi Indonesiaini akan menjadi tantangan, salah satunya dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (2) bahwa: pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman. Pendidikan di Indonesia sudah seharusnya lebih terbuka dalam hal perubahan kegiatan pengajaran karena adanya tuntutan terhadap perubaha zaman.

(14)

119 Sejalan dengan pernyataan Sanjaya, (2006) mengemukakan bahwa pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan, dianggap sudah tidak sesuai dengan keahlian sekarang, alasan yang mendorong terjadinya perubahan paradigma mengajar, siswa merupakan organisme yang sedang berkembang, agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang optimal.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan siswa dengan mudah mendapatkan berbagai informasi.

Siswa memanfaatkannya untuk menambah wawasan sehingga proses belajar bagi siswa dapat dilakukan tidak hanya di sekolah tetapi dengan kemajuan teknologi mereka dapat belajar dimana saja (dengan bantuan teknologi).

Suatu sistem pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:

a. Memberikan kesempatan kepada semua orang agar bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat

b. Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula yang ingin mendapatkannya

c. Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan”.Illich (2010).

Pernyataan yang diungkapkan oleh Illich, dapat dipahami bahwa pendidikan yang baik seharusnya dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada atau yang telah disediakan oleh lingkungan sekitar contohnya dengan adanya kemajuan teknologi, semua orang termasuk siswa dapat dengan mudah mengakses informasi yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang seluas-luasnya dari berbagai sumber agar tercipta kemajuan dalam sumber daya manusianya.

Teknologi pendidikan merupakan pemikiran yang sitematis tentang pendidikan, yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern. Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang dihasilkan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti internet dan televisi,(Nasution: 2005). Televisi merupakan fungsi audio visual. Siaran televisi berfungsi menjelaskan dan memberikan informasi kepada siswa dalam pembelajaran. Informasi tentang kemajuan teknologi, berita, wacana, budaya, dan lain-lain dapat diperoleh dari siaran televisi. Jadi, internet adalah jaringan global yang menghubungkan beribu- ribu bahkan berjuta-juta jaringan komputer (local/wide areal network) dan komputer pribadi (stand alone), memungkinkan setiap komputer yang terhubung dapat menghubugi banyak komputer kapan saja, dan dari mana saja dibelahan bumi untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer data.

Dapat dipahami teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk menunjang proses belajar siswa.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, (Djamarah: 2006). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi

(15)

120 segenap aspek organisme atau pribadi. Semua siswa, orang tua, dan guru sebagai pengajar menginginkan tercapainya prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar.

Pada kenyataannya tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu, Slameto (2003).

Pemanfaatan fasilitas teknolologi pada proses belajar termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhu prestasi belajar siswa. Tursquou (2004), bahwa prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi”.

Hasil observasi terkait keadaan sekolah yang telah dilakukan, SMP Negeri 15 Banjarmasin memiliki 21 kelas belajar. Kelas-kelas terbagi kedalam tiga tingkatan yaitu kelas VII, VIII, IX. Masing-masing tingkatan kelas terdiri dari 7 rombongan belajar (A-G). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, SMP Negeri 15 Banjarmasin merupakan urutan terakhir nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2012/2013, bila dibandingkan dengan sekolah lain yang berada di kecamatan yang sama yaitu kecamatan Banjarmasin Utara. Dari data yang ada, SMP Negeri 15 Banjarmasin dapat dijadikan sebagai contoh sekolah yang paling rendah nilai rata-rata UN untuk satu Kecamatan.

Data tersebut dapat disajikan di Tabel 1.

Tabel 1. Data Nilai Rata-Rata Ujian Nasional (UN) SMP Negeri Tahun Ajaran 2012/2013 seKecamatan Banjarmasin Utara

No Nama Sekolah Nilai Rata-Rata UN

1 SMPN 13 Banjarmasin 25,95

2 SMPN 15 Banjarmasin 23,74

3 SMPN 17 Banjarmasin 25,75

4 SMPN 21 Banjarmasin 24,43

5 SMPN 24 Banjarmasin 29,62

6 SMPN 27 Banjarmasin 27,21

7 SMPN 29 Banjarmasin 27,43

8 SMPN 31 Banjarmasin 27,97

9 SMPN 32 Banjarmasin 26,99

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin.

Hasil dari observasi yang dilakukan di SMP Negeri 15 Banjarmasin, identifikasi masalah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin, yaitu:

(16)

121 a. Masih sedikitnya guru yang memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses belajar-mengajar dan metode mengajar yang dilakukan oleh kebanyakan guru, masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif dan kurang memiliki minat pada proses belajar-mengajar.

b. Adanya peraturan sekolah yang melarang siswanya membawa peralatan elektronik ke sekolah.

c. Masih kurangnya akses bagi siswa untuk mendapatkan informasi atau sumber belajar lain dengan bantuan internet disekolah, karena laboraturium komputer SMP Negeri 15 Banjarmasin tidak berfungsi dengan baik.

d. Berdasarkan kurikulum KTSP, pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang diajarkan di SMP Negeri 15 Banjarmasin hanya secara lisan dan tertulis. Siswa tidak diajak untuk mempraktikan langsung di laboraturium komputer, sehingga banyak siswa yang kurang paham menggunakan fasilitas komputer.

Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti

“Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai Sumber Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin”.

Tujuan dalam penelitian adalah “mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat dan sumber daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi, penciptaan, penyebaran, penyimpanan dan pengelolaan informasi, Ariani, dkk (2010). Teknologi termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran dan telepon. Jadi bisa disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah alat bantu mengolah dan memproses data untuk menyalurkan atau mengkomunikasikan informasi.

Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar, Winkel (1996). Menurut Arif Gunarso (1993) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif Kuantitatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus Korelasi Product Moment, sebagai berikut:

rxy = 𝐍𝐗𝐘− 𝐗 (𝐘)

𝐍𝐗𝟐−(𝐗)𝟐𝐍𝐘𝟐−(𝐘)𝟐

(17)

122 yang diketahui dimana rxy= koefisien korelasi, X= variabel bebas, N= jumlah data, dan Y= variabel terikat.

Data yang akan diinput pada rumus Korelasi Product Moment didapatkan dari data angket yang telah diberi coding dan skoring yang dihitung dengan menggunakan rumus formula prosentase. Apabila sudah didapatkan hasil dari perhitungan dengan rumus formula prosentase, data akan diinput kedalam rumus Korelasi Product Moment untuk mengetahui nilai tingkat hubungan (korelasi).

Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hubungan (korelasi) antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar) adalah sebesar rxy= 0,025. Selanjutnya mengadakan interpretasi terhadap rxy dengan cara:

1. Interpretasi secara sederhana

Hasil dari perhitungan, telah diperoleh rxy sebesar 0,025 karena indeks korelasi yang diperoleh bertanda positif ini berarti korelasi antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar) terdapat hubungan korelasi searah diantara kedua variabel tersebut. Nilai rxy dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r berada antara 0,000 sampai dengan 0,200 yang berarti hubungannya sangat rendah.

Faktor yang mungkin menyebabkan hubungan antara variabel X dan variabel Y sangat rendah yaitu: siswa menggunakan televisi serta internet sebagai sarana hiburan, dan hanya sedikit yang memanfaatkannya sebagai sumber bahan belajar.

2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r”

Analisa korelasi antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar) menghasilkan besar koefisien korelasi 0,025, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel dengan N= 235. Jumlah data (N) sebesar 235 tidak ada pada Tabel nilai “r” Product Moment maka dapat dihitung dengan cara interpolasi sebagai berikut:

rtabel 5%

N t5%

200

235

300

35

65

0,138

?

0,113

0,025

= 0,138 - x 35 100

= 0,138 – 0,00875

= 0,12925

 0,129

(18)

123 Pada taraf signifikan 5% rtabel menujukkan angka 0,129 dan pada taraf signifikan 1% rtabel menunjukkan angka 0,169. Korelasi pada tingkat signifikan 1% dan 5% adalah tidak signifikan karena nilai rxy lebih kecil dari rtabel 5% dan 1%

yaitu 0,1290,0250,169. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara varabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (prestasi belajar), tetapi hubungan tersebut tidak signifikan.

Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat dan sumber daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi, penciptaan, penyebaran, penyimpanan dan pengelolaan informasi, Ariani, dkk (2010). Teknologi termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran dan telepon. Jadi bisa disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah alat bantu mengolah dan memproses data untuk menyalurkan atau mengkomunikasikan informasi.

Ada berbagai jenis dan bentuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam pendidikan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran Berbasis Internet

Internet adalah jaringan global yang menghubungkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta jaringan komputer (lokal/wide areal network) dan komputer pribadi (stand alone), memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya dapat menghubungi banyak komputer kapa saja, dan dari mana saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer data.

b) Siaran Televisi Pendidikan

Siaran TV mempunyai daya jangkau yang luas dan mampu meniadakan batas wilayah geografis, sehingga dimanfaatkan untuk penyiaran program- program pembelajaran secara nasional agar dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan efektivitas pendidikan.

Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangannya dan

rtabel 1%

N t1%

200

235

300

35

65

0,181

?

0,148

0,033

= 0,181 - x 35 100

= 0,181 – 0,01155

= 0,16945

 0,169

(19)

124 lingkungannya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya. Oleh karena itu, sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh atau hubungan yang positif terhadap prestasi belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin, tetapi tidak memiliki taraf signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar dengan prestasi belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin, karena nilai rhitung rtabel 5% rtabel 1% yaitu 0,0250,1290,169. Hal ini dimungkinkan karena siswa hanya memanfaatkan televisi sebagai hiburan.

Kemudian, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi lainnya yaitu internet selain digunakan untuk mencari materi pelajaran juga dimanfaatkan untuk bermain game online dan jejaring sosial seperti facebook, tweeter, dan lain-lain.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 15 Banjarmasin yang berjudul “pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 15 Banjarmasin”, dapat disimpulkan bahwa:

Hasil jawaban angket dengan analisis harga koefisien korelasi Product Moment antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (prestasi belajar), terdapat pengaruh positif antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar), walaupun pengaruhnya berada di korelasi yang sangat rendah yaitu 0,025.

Korelasi pada tingkat signifikan 1% dan 5% adalah tidak signifikan karena r- hitung  r-tabel.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan izin penelitian bagi penyusun, sehingga usulan penelitian dapat selesai,

2. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberi motivasi selama penyusun mengikuti proses pendidikan,

3. Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd. dan Ibu Eva Alviawati, S.Pd., M.Sc.

selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi, sehingga usulan penelitian dapat selesai,

4. Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, yang

(20)

125 telah memberikan saran dan motivasi kepada penyususn, sehingga usulan penelitian dapat selesai,

5. Dinas Pendidikan kota Banjarmasin beserta staf dan SMP Negeri 15 Banjarmasin beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan fasilitas kepada penyusun untuk menyelesaikan skripsi,

6. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan perhatian dengan kasih sayang yang tulus dan kesabaran, serta semangat, do’a dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini,

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013: Pengertian Prestasi Belajar Siswa. (Online). http://ppg- pgsd.blogspot.com/2013/01/pengertian-prestasi-belajar-siswa.html.

diakses 08 Desember 2013.

Ariani, Niken. dan Dany Haryanto. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah (Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif dan Prosfektif). Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Cetakan ke-14. Rineka Cipta, Jakarta.

Bachrintania, A.F. 2012. Pengaruh Pemafaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Ekonomi Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di SMAN 3 Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Everani, A. 2012. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Reguler B Universitas Lambung Mangkurat. Skripsi.

Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNLAM.

Hariningsih, S.P. 2005. Teknologi Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Unlam. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pendidikan Geografi FKIP Unlam, Banjarmasin.

Luficha, ggugut. 2012. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli.(Online).

(http://PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR MENURUT PARA AHLI.html, diakses 17 Januari 2014).

Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Belajar.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Prasetyo, Bambang. dan L. M. Jannah. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Cetakan ke-8. Rajawali Pers, Jakarta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudijono. 2004. Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Cetaka ke-16. Alfabeta, Bandung.

Syaiful Bahri. Djamrah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(21)

126 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 2. Jakarta: Sisdiknas.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.

Rineka Cipta, Jakarta.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grafindo.

(22)

127 UPAYA PENGRAJIN SASIRANGAN DI KAMPUNG SASIRANGAN BANJARMASIN DALAM MENJAGA KEBERLANGSUNGAN INDUSTRI

Oleh

Dimas Prasetiyo, Deasy Arisanty, Arif Raman Nugroho Abstrak

Penelitian ini berjudul ”Upaya Pengrajin Sasirangan di Kampung Sasirangan Dalam Menjaga Keberlangsungan Industri”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat dan upaya untuk mengatasi faktor penghambat industri sasirangan di Kampung Sasirangan

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengrajin sasirangan yang ada di Kampung Sasirangan Banjarmasin. Sampel yang dijadikan responden adalah sampel penuh yaitu seluruh pengrajin sasirangan. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode angket (kuesioner) sedangkan data sekunder menggunakan metode studi pustaka dan dokumen. Analisis data penelitian ini adalah analisis data statistik deskriptif menggunakan teknik distribusi frekuensi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberlangsungan industri sasirangan serta upaya yang dilakukan dalam menjaga keberlangsungan industri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menghambat keberlangsungan industri. Faktor-faktor tersebut yaitu bahan baku yang mahal dan sulit didapat, modal yang tidak mencukupi, tenaga kerja, teknologi, pemasaran, kelembagaan serta upayanya untuk mengatasi faktor penghambat tersebut. Upaya pengrajin dalam mengatasi faktor penghambat menunjukkan upaya yang baik. Bukti tersebut terlihat dari beberapa upaya pengrajin dalam menghadapi faktor penghambat industri sasirangan seperti membeli bahan baku di luar daerah, melakukan pinjaman modal di bank atau koperasi, mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah, menggunakan teknik pewarna sintetis, melakukan pemasaran di lokasi industri dan outlet serta bergabung dalam berbagai kelompok usaha.

Kata kunci: upaya, pengrajin sasirangan, Kampung Sasirangan, Faktor Penghambat dan Upaya

I. PENDAHULUAN

Industri menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi Negara berkembang, industri sangat penting untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kenutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Banyak kebutuhan manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sector industri (Philip,2002).

Industri kecil menempati posisi strategis dalam kebijaksanaan pembangunan nasional karena industri kecil mempunyai karakteristik yang lebih

(23)

128 banyak menggunakan tenaga kerja dibandingkan modal dan peralatan (mesin- mesin). Hal ini menempatkan industri kecil sebagai salah satu strategi perluasan kesempatan kerja. Sementara itu, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang sering kali dipandang sebelah mata ternyata mampu bertahan pada saat krisis moneter bahkan dapat memulihkan perekonomian nasional.

Kalimantan Selatan memiliki banyak potensi Usaha Kecil Menengah yang bisa dikembangkan secara maksimal. Salah satu peluang yang dapat dikembangkan untuk memperkuat perekonomian adalah industri Kain Sasirangan.

Kain Sasirangan merupakan produk unggulan yang dihasilkan di Kalimantan Selatan khususnya di Kota Banjarmasin. Pengembangan industri sasirangan tidak lepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Salah satu faktor pendukungnya adalah bahwa kain sasirangan merupakan kain khas Banjarmasin dan tidak terdapat di daerah lain yang tentunya memiliki banyak peminat dan permintaan terhadap kain tersebut, sehingga industri harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan konsumen. Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang merupakan hasil dari penelitian ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui faktor yang mengambat keberlangsungan industri sasirangan serta mengetahui upaya yang dilakukan pengrajin sasirangan dalam menjaga keberlangsungan industri.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengrajin Sasirangan

Pengrajin adalah orang yang pekerjannya membuat barang-barang kerajinan atau orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu. Barang-barang kerajinan yang dibuat tidak menggunakan mesin, tetapi dengan tangan sehingga sering disebut barang kerajinan tangan (Ani Wijayanti, 2007).

Pengrajin sasirangan pekerja sektor informal yang menggambar, mencelup dan mengeringkan berbagai jenis kain sebagai bahan baku untuk diproses menjadi kain sasirangan dengan cara kerja yang tradisional.

Sasirangan merupakan kain jumputan. Jumputan adalah kain yang dihiasi dengan teknik ikat celup yang banyak ditemui di Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah. Kain sasirangan digunakan sebagai pengganti kain batik untuk acara-acara pernikahan sebagai paduan kebaya (Kamila, 2008).

B. Upaya Pengrajin Sasirangan

Upaya pengrajin sasirangan merupakan cara atau usaha seseorang membuat kain sasirangan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah dengan teknik menggambar, mencelup dan mengeringkan berbagai jenis kain sebaai bahan baku untuk diproses menjadi kain sasirangan sehingga menghasilkan barang yang sesuai pengrajin harapkan. Selain itu, upaya pengrajin sasirangan juga diartikan sebagai cara atau usaha seseorang dalam meningkatkan hasil produksi dan mengatasi ancaman yang dapat mengancam industri sasirangan.

(24)

129 C. Keberlangsungan Industri

Keberlangsungan diartikan sebagai suatu bentuk kata kerja yang menerangkan suatu keadaan atau kondisi yang sedang berlangsung terus menerus dan berlanjut, merupakan suatu proses yang terjadi dan nantinya bermuara pada suatu eksistensi atau ketahanan suatu keadaan (disarikan dari Kamus Lengkap Bahasa Indonesia).

Berdasar definisi ini keberlangsungan usaha merupakan suatu bentuk konsistensi dari kondisi suatu usaha, dimana keberlangsungan ini merupakan suatu proses berlangsungnya usaha baik mencakup pertumbuhan, perkembangan, strategi untuk menjaga kelangsungan usaha dan pengembangan usaha dimana semua ini bermuara pada keberlangsungan dan eksistensi (ketahanan) usaha.

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri yakni kelompok industri hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi (UU RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian).

Menurut Kartasapoetra (2000), Pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri.

Menurut Hasibuan (2000) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara Mikro Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro dapat membentuk pendapatan.

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa suatu perusahaan industri akan menghasilkan produk-produk tertentu yang memiliki ciri khas perusahaan, demi untuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tersebut. Untuk perlindungan terhadap hak-hak perusahaan yang bersangkutan, maka produk yang dihasilkan dari industri mendapat perlindungan hukum. Dengan demikian dalam usaha mendirikan perusahaan industri tidak terlepas dari pengawasan pemerintah.

D. Sasirangan

Pada mulanya dikenal adanya kain pamintan. Istilah pamintan ini adalah singkatan dari parmintan (permintaan), maksudnya adalah selembar kain putih yang diberi warna tertentu dengan motif tertentu pula atas permintaan seseorang yang berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan.

Menurut (Seman 2007), Kain pamintan tersebut berfungsi sebagai sarana pengobatan atas petunjuk seorang tabib sebelumnya. Berbagai macam penyakit

(25)

130 contohnya sakit perut, sakit kepala, bisul, demam, bahkan sampai penyakit sakit jiwa serta yang disebabkan oleh gangguan mahluk halus. Pengobatan yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah ini disebut oleh masyarakat dengan nama

“Batatamba” dengan mempergunakan kain pamintan, yang dipakaikan secara berkala.

Dalam proses pengetahuan, nasehat tabib, proses pembuatan kain pamintan serta pemakaian sebagai terapi, dilaksanakan agak tertutu, artinya tidak terbuka untuk umum. Begitulah adanya kain pamintan yang dikenal di Kalimatan Selatan sejak abad XVI” (Seman, 2007).

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong jenis penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan format deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin sasirangan di Kampung Sasirangan Banjarmasin.

Berdasarkan data primer yang telah di dapat, jumlah populasi pengrajin sasirangan di kampung Sasirangan adalah sebanyak 73 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel yang menggunakan seluruh populasi disebut sampel penuh. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel penuh yaitu seluruh pengrajin sasirangan yang berada di Kampung Sasirangan yang berjumlah 73 orang.

Menurut Bungin (2005). Variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Variabel merupakan sebuah fenomena yang berubah-ubah sehingga bisa jadi tidak ada satu peristiwa di alam ini yang tidak dapat disebut sebagai variabel, tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu bagaimana bentuk variasi fenomena tersebut. Variabel penelitian ini adalah upaya pengrajin sasirangan.

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Tim Dosen Pendidikan Geografi, 2011).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Observasi dan Angket atau Kuesioner

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden tetapi dari pihak ketiga. Data sekunder ini merupakan data yang ada pada instansi tertentu yang di peroleh dengan cara studi dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat dan mempelajari bukti- bukti yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan dan biasanya berbentuk arsip pada instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:studi dokumen dan studi pustaka

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini

(26)

131 yaitu analisis data statistik deskriptif menggunakan teknik distribusi frekuensi yang dilakukan dengan cara menghitung frekuensi data hasil penelitian kemudian di persentasekan. Menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut dapat menggunakan rumus :

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan :

P = Angka persentase (%)

𝑓 = Frekuensi yang dicari presentasenya

N = Jumlah frekuensi/banyaknya responden (Bungin,2005).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor yang Menghambat Keberlangsungan Industri Sasirangan dan Upaya Mengatasinya

A. Bahan Baku

Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, semua responden menyatakan mereka merasa harga bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kain sasirangan terbilang mahal.

Responden menyatakan mahalnya harga bahan baku berkisar antara Rp. 4.000.000 sampai <Rp. 6.000.000. Mahalnya bahan baku disebabkan karena seringnya kehabisan stok bahan baku dipasaran.

Responden menyatakan bahwa dia merasa kesulitan dalam mendapatkan bahan baku yang.disebabkan karena pemasok bahan baku tersebut sangat terbatas sehingga kekurangan stok bahan baku. Sebagaian responden lainnya menyatakan bahwa mereka kesulitan menemukan kualitas yang baik yang diakibatkan pemasok yang terbatas dengan stok yang juga terbatas, sehingga mereka tidak bisa memilih kain yang sesuai mereka inginkan.

Setelah mengetahui apa yang dirasakan para responden dari sulitnya mendapatkan bahan baku, maka yang selanjutnya adalah tentang bagaimana upaya yang dilakukan pengrajin untuk mensiasati kesulitan bahan baku. Sebagian besar responden mengatakan bahwa upaya yang mereka lakukan adalah dengan cara membeli bahan baku di luar daerah. Responden mengatakan alasan mereka melakukan hal tersebut karena agar industri mereka tidak mengalami kekosongan bahan baku yang dapat menghambat keberlangsungan industri.

B. Modal

Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, sebagian besar menyatakan modal yang mereka gunakan adalah modal pribadi walaupun kadang modal tersebut tidak cukup dalam usaha industri sasirangan. Sebagaian responden lainnya menyatakan bahwa modal yang digunakan dalam usaha sasirangan mereka berasal dari modal pinjaman bank.

Responden menyatakan ini karena mereka mengaku tidak memiliki modal yang 𝑃 = 𝑓

𝑁× 100%

(27)

132 cukup untuk usahanya, walaupun sebagian lagi ada menyatakan ingin memajukan usaha mereka.

Responen menyatakan modal yang mereka perlukan dalam menjalankan usaha mereka berkisar antara Rp. 30.000.000 – <Rp. 45.000.000, sebagian lagi menyatakan modal yang mereka perlukan adalah >Rp.45.000.000.

Mengetahui modal yang responen perlukan, maka yang selanjutnya adalah tentang bagaimana upaya yang dilakukan pengrajin untuk mensiasati keterbatasan modal. Sebagian besar responden mengatakan bahwa upaya yang mereka lakukan adalah dengan melakukan pinajaman bank atau koperasi. Dengan melakukan pinjaman bank atau koperasi, responden beranggapan akan dapat memajukan industri mereka menjadi lebih besar lagi.

C. Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, sebagian besar mengaku bahwa mereka pernah mengikuti pendidikan (pelatihan, keterampilan, dan lokakarya) mengenai industri sasirangan.

Pendidikan yang mereka dapatkan sebagian besar berupa pelatihan keterampilan tentang pembuatan sasirangan. Responden menyatakan dengan mengikuti pelatihan keterampilan tentang pembuatan sasirangan, akan menambah ilmu pengetahuan mereka terhadap sasirangan tersebut.

Lama bekerja juga menentukan seberapa besar keahlian mereka dalam bidang sasirangan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka bekerja sebagai pengrajin sasirangan selama 10 – 20 tahun. Sebagian responden lainnya juga menyatakan mereka bekerja selama >20 tahun.

Sebelum terjun menjadi pengrajin sasirangan, responden menyatakan pernah bekerja di tempat lain. Sejumlah pengrajin yang pernah bekerja ditempat lain, sebagian besar berprofesi sebagai pedagang.

Berdasarkan latar belakang pekerjaan, maka banyak yang menyimpang dari pekerjaan yang dilakukan sekarang ini. perbedaan latar belakang pekerjaan tentunya menimbulkan hambatan. Untuk menghindari hambatan, maka ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan pengalaman kerja. Responden menyatakan upaya mereka dalam meningkatkannya adalah dengan cara mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah. Mereka mengaku dengan adanya pelatihan tersebut, mereka lebih terampil dalam pembuatan kain sasirangan.

D. Teknologi

Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, semua responden menyatakan teknik yang mereka gunakan dalam pembuatan kain sasirangan adalah dengan teknik tradisional. Teknik ini merupakan warisan budaya turun temurun dari nenek moyang mereka yang harus dijaga kelestariannya.

Pembuatan dengan cara tradisional tentunya akan ada kendala yang dihadapi. Sebagian besar responden mengatakan bahwa hambatan mereka dalam menggunakan teknik tradisional ini adalah waktu produksi yang lama. Lamanya waktu produksi berakibat kurangnya hasil produksi. Setelah mengetahui hambatan yang dialami, pengrajin melakukan upaya untuk mempermudah produksi. Semua

Referensi

Dokumen terkait

Uji sitotoksisitas ekstrak etanol tanaman akar kucing, buah mahkota dewa dan sari buah merah, dilakukan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (6), karena metode ini

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-P Formulasi Diversi ( Rehabilitasi dan Resosialisasi ) sebagai

Kemampuan berpikir kritis siswa dari siklus satu pemanfaatan tayangan berita. di televisi masih berada pada

2016.. Judul Penelitian : Pemanfaatan Sluri Gas Bio dengan Input Feses Kambing dan Biji Durian Terhadap Kualitas Nutrisi Pastura Campuran.. Nama : Mhd. Ma’ruf Tafsin, M.Si)

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang

Diperoleh dari hasil angket, bahwa 76% siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan pada soal dengan alasan lupa atau tidak paham, sebesar 19% siswa kurang

Pada Universitas Widya Kartika system penilaian kinerja karyawan masih menggunakan cara dimana banyak data masih menggunakan data dari kertas, satu-satunya program

Sikap dan keputusan ini bertepatan dengan ultimatum Mutinghe untuk menyerahkan Putra Mahkota sebagai bentuk tanggung jawab Sultan Mahmud Badaruddin II kepada Belanda serta