• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Ketenagakerjaan

N/A
N/A
Usamah Rievzqy Ahmad

Academic year: 2024

Membagikan "Hukum Ketenagakerjaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum

Ketenagakerjaan

(2)

Hubungan Hukum dalam Ketenagakerjaan

Hukum dalam ketenagakerjaan merupakan kesepakatan antara Pekerja/Buruh dengan Pemberi Kerja/Pengusaha untuk bekerja secara bersama-sama dalam menjalankan suatu kegiatan usaha yang didasari oleh sebuah perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut dapat dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis (lisan), dan dapat digolongkan berdasarkan waktunya, yakni tertentu (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) dan waktu tetap (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu).

PKWTT

PKWT

(3)

P A G E 0 2

PKWTT PKWT

Perjanjian Kerja

Merupakan perjanjian kerja yang dibuat dan mengikat dengan jangka waktu yang disepakati dengan batas maksimal sampai dengan 5 (lima) tahun.

Merupakan perjanjian kerja yang dibuat dan mengikat secara terus-menerus dan tidak dibatasi oleh jangka waktu sampai memasuki masa pensiun, selama tidak terjadi pemutusan hubungan kerja atau pengunduran diri atas inisiatif pekerja/buruh.

Berdasarkan Pasal 5 PP 35/2021, PKWT dapat diberlakukan untuk beberapa jenis pekerjaan seperti:

• Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya tidak lama;

• Pekerjaan yang bersifat musiman;

• Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan;

• Pekerjaan yang sekali selesai; atau

• Pekerjaan yang sementara sifatnya.

Berdasarkan Pasal 60 UU Ketenagakerjaan, PKWTT dapat diperbolehkan bagi Pemberi Kerja/Pengusaha untuk memberi masa percobaan kerja terhadap Pekerja/Buruh, dengan jangka waktu maksimal 3 (tiga) bulan dan tidak dapat diperpanjang.

(4)

P A G E 0 3

Pemutusan Hubungan Kerja

Berdasarkan Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan jo Pasal 1 angka 15 PP 35/2021, Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja/Buruh dan Pengusaha. Berakhirnya hubungan tersebut dapat berupa pemutusan oleh Pengusaha atau pengunduran diri atas inisiatif Pekerja/Buruh sendiri.

PHK Resign

(5)

P A G E 0 4

Pemutusan Hubungan Kerja

Pengunduran Diri/Resign

Berdasarkan Pasal 40 PP 35/2021, Pengusaha wajib memberikan hak-hak berikut apabila terjadi PHK:

• Uang Pesangon;

• Uang Penghargaan Masa Kerja; dan/atau

• Uang Penggantian Hak.

Berdasarkan Pasal 50 PP 35/2021, Pengusaha wajib memberikan hak-hak

berikut apabila

Pekerja/Buruh mengajukan resign:

• Uang Penggantian Hak;

dan

• Uang Pisah.

(6)

P A G E 0 5

Berakhirnya Hubungan Kerja

PKWT Pekerja/Buruh PKWT yang berakhir hubungan kerjanya berhak mendapatkan uang kompensasi (Pasal 15 PP 35/2021).

Pekerja/Buruh PKWT tetap mendapat uang kompensasi meskipun mengajukan resign (Pasal 17 PP 35/2021).

PKWTT Pekerja/Buruh PKWTT yang berakhir hubungan kerjanya berhak mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan/atau uang penggantian hak (Pasal 40 PP 35/2021).

Namun Pekerja/Buruh PKWTT yang mengajukan resign tidak berhak atas uang pesangon, melainkan hanya uang penggantian hak dan uang pisah (Pasal 50 PP 35/2021).

(7)

P A G E 0 6

Pemutusan hubungan kerja hanya dapat dilakukan oleh Pengusaha dengan alasan-alasan tertentu yakni (Pasal 36 PP 35/2021):

• Merger, Acquisition, Split-off;

• Efisiensi perusahaan;

• PKPU/Pailit;

• Putusan Pengadilan Hubungan Industrial;

• Pekerja/Buruh mangkir;

• Pelanggaran Perjanjian Kerja/Peraturan Perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama;

• Pekerja/Buruh melakukan tindak pidana;

• Pekerja/Buruh sakit berkepanjangan/kecelakaan kerja;

• Pensiun;

• Meninggal dunia.

(8)

P A G E 0 7

Apabila Pengusaha diketahui melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan yang dilarang tersebut, maka pemutusan tersebut batal demi hukum dan Pekerja/Buruh wajib dipekerjakan kembali (Pasal 81 butir 43 Pasal 153 ayat (2) UU Cipta Kerja).

Namun, terdapat beberapa alasan yang dilarang untuk digunakan sebagai dasar melakukan PHK, yakni (Pasal 81 butir 43 Pasal 153 ayat (1) UU Cipta Kerja):• Sakit ˃ 12 bulan;

• Berhalangan karena kewajiban negara;

• Menjalankan ibadah;

• Menikah;

• Hamil/melahirkan/gugur/menyusui;

• Memiliki ikatan dengan Pekerja/Buruh lainnya;

• Berbeda paham (agama, suku, politik, dll);

• Mendirikan/menjadi

anggota/pengurus Serikat Pekerja

(9)

P A G E 0 8

Mekanisme Pemutusan Kerja

Mekanisme pemutusan hubungan kerja dapat diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama, namun pada umumnya berdasarkan Pasal 37 - 39 PP 35/2021, pemutusan hubungan kerja harus melalui tahap- tahap sebagai berikut:

Pemberi

Kerja/Pengusaha menyampaikan pemberitahuan pemutusan

maksimal 14 (empat belas) hari kerja

Upaya Pekerja/Buruh dan Pemberi Kerja/Pengusaha,

agar tidak terjadi pemutusan

hubungan kerja.

Apabila Pekerja/Buruh tidak menolak surat pemberitahuan

tersebut, maka Pemberi

Kerja/Pengusaha

harus melaporkan pemutusan ke Kemnaker/Disnaker

Apabila Pekerja/Buruh menolak surat pemberitahuan, wajib membuat surat penolakan disertai alasan maksimal 7 (tujuh) hari setelah surat diterima

Jika terjadi perbedaan pendapat mengenai pemutusan hubungan

kerja, maka

penyelesaian hharus dilakukan melalui Bipartit

(10)

P A G E 0 9

Mekanisme Pemutusan Kerja

Mekanisme pemutusan hubungan kerja dapat diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama, namun pada umumnya berdasarkan Pasal 37 - 39 PP 35/2021, pemutusan hubungan kerja harus melalui tahap- tahap sebagai berikut:

Pemberi

Kerja/Pengusaha menyampaikan pemberitahuan pemutusan

maksimal 14 (empat belas) hari kerja

Apabila Pekerja/Buruh tidak menolak surat pemberitahuan

tersebut, maka Pemberi

Kerja/Pengusaha

harus melaporkan pemutusan ke Kemnaker/Disnaker

Apabila Pekerja/Buruh menolak surat pemberitahuan, wajib membuat surat penolakan disertai alasan maksimal 7 (tujuh) hari setelah surat diterima

Jika terjadi perbedaan pendapat mengenai pemutusan hubungan

kerja, maka

penyelesaian hharus dilakukan melalui Bipartit

Jika setelah Bipartit

masih belum

menghasilkan

kesepakatan, maka penyelesaian

selanjutnya dilakukan melalui mekanisme penyelesaian PHI

(11)

P A G E 1 0

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Perselisihan Hubungan Industrial adalah sengketa yang terjadi antara Pekerja/Buruh yang dapat diwakili oleh Serikat Pekerja (Pasal 1 ayat (1) UU Serikat Pekerja) dengan Pemberi Kerja/Pengusaha yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis, yakni:

(12)

PPHI

P A G E 1 1

Perselisihan Hak

Perselisihan Kepentingan

Perselisihan PHK

Perselisihan Pemutusan

antar

Serikat Pekerja

Perselisihan Hubungan Industrial adalah sengketa yang terjadi antara Pekerja/Buruh dengan Pemberi Kerja/Pengusaha yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis, yakni:

(13)

P A G E 1 2

Bipartit

Perundingan antara Pemberi Kerja/Pengusaha dengan Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja yang dilaksanakan dalam waktu maksimal 30 (tiga puluh) hari. Apabila tercapai kesepakatan, maka dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak dan didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Sedangkan jika tidak tercapai kesepakatan maka Bipartit dianggap gagal.

Tripartit

Perundingan antara Pemberi Kerja/Pengusaha dengan Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja yang melibatkan pihak ketiga. Tripartit dapat dilaksanakan melalui Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase, pihak ketiga yang terlibat berasal dari kementerian atau instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pada tingkat kabupaten/kota.

Pengadilan Hubungan Industrial

Gugatan ke PHI hanya dapat dilakukan apabila Tripartit melalui Mediasi dan Konsiliasi gagal, dengan melampirkan risalah penyelesaian dari Mediator atau Konsiliator sebagai bukti bahwa telah dilakukan upaya perdamaian namun tidak tercapai kesepakatan.

(14)

Terima kasih!

Referensi

Dokumen terkait

 Upah adalah : hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan

Hubungan kerja antara pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh yang dalam perjanjian kerjanya tidak menggunakan bahasa Indonesia tetap sah dan berlaku bagi para pihak,

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan

Perjanjian kerja menurut pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau

adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja.. yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para

80 dalam bidang hukum ketenagakerjaan yang menyangkut hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha, pemerintah telah ikut campur tangan terhadap isi perjanjian yang dibuat

Dengan demikian perjanjian kerja adalah suatu perbuatan hukum antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan/pemberi kerja, yang memuat syarat, hak dan kewajiba para pihak Perjanjian

bersama, dimana kesepakatan itu terjadi karena adanya perjanjian yang saling menguntungkan antar pekerja/buruh serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha/perusahaan dan perjanjian