• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan - Repository Universitas Bangka Belitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan - Repository Universitas Bangka Belitung"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sejak di proklamasinya kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia berusaha memperbaiki kondisi ketenagakerjaan agar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.1 Dan Indonesia adalah negara hukum , hukum itu sendiri dalam kehidupan manusia sangatlah penting baik itu untuk individu maupun dalam kelompok. Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya) dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.2 Pemberi kerja adalah orang perorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).3 Manusia bekerja membanting tulang agar dapat bertahan hidup, mengeluarkan tenaga agar mendapatkan upah. Upah selama ini diidentikan dengan uang padahal ada pula pekerja yang menerima imbalan dalam

1

Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2007, hlm 4

2Ibid, hlm 12 3

(2)

bentuk barang.4 Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan peraturan perundang-undangan yang mengatur yang berkaitan dengan pangkat, jabatan, kedudukan, posisinya maupun upah

Karena Indonesia sebagai Negara kelima dengan penduduk terbesar menyebabkan harusnya ada pengaturan mengenai ketenagakerjaan tersebut. Hukum ketenagakerjaan pada zaman dahulu dikenal dengan dengan hukum perburuan. Sejak diundangkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan istilah hukum perburuan semakin tidak populer. Dimana Undang-undang ketenagakerjaan telah mejadi payung bagi masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum perburuan atau hukum ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja atau buruh dan pengusaha/majikan dengan segala konsekuensinya.5 Dalam hal tersebut terjadilah hubungan kerja. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.6

Menurut Amrah Sakti, Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan ketenagakerjaan Dinas Sosial Tenaga Kerja kota Pangkalpinang menyatakan bahwa di Bangka Belitung terdapat 34 kasus yang ditangani sejak Januari – Agustus 2016. Dari 34 kasus tersebut diantaranya terkait permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja dan lainnya

4

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ,Rajawali Pers, Jakarta, 2010, Hlm. 45

5

Rocky Marbun,Jangan Mau di PHK Begitu Saja, Visimedia, Jakarta, 2010, hlm 24- 25

6

(3)

mengenai hubungan industrial mengenai perusahaan yang melanggar Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.7

Sumber data ketenagakerjaan seperti instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan yang berada didaerah baik Provinsi maupun kabupaten/kota tidak mau lagi mengirim data dan informasi ke pusat. Kondisi ini telah mempengaruhi keberadaan data dan informasi ketenagakerjaan, yang pada akhirnya data dan informasi ketenagakerjaan yang dipergunakan saat ini masih bertumpuh pada data dan informasi ketenagakerjaan yang berisifat makro. Salah satu Masalah yang dihadapi Indonesia adalah kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia pekerjaan.8Angkatan kerja yang memasuki pasar kerja (karena putus sekolah) setiap tahunnya 80% lebih masih hanya berpendidikan sampai sekolah dasar dengan tidak mempunyai keterampilan, disamping itu 15,3 juta penduduk Indonesia yang berumur 10-44 tahun masih buta huruf.9 Data dan informasi ketenagakerjaan makro tersebut, sampai saat ini belum mampu untuk menjawab berbagai tantangan dan masalah ketenagakerjaan yang dihadapi.

Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada bulan Februari 2017 memiliki pola yang berbeda dengan periode sebelumnya. Pada bulan Februari 2017, jumlah angkatan kerja mencapai 728.489 orang bertambah sebanyak 23.316 orang dibanding keadaan pada

7

http://m.antarababel.com/berita/41505/, Dinsosnaker Pangkalpinang tangani 34 kasus ketenagakerjaan, 9 November 2017

8

Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Harvarindo, Jakarta, 2009, hlm 21

9

(4)

Agustus 2016. Jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 9.158 orang selama periode agustus 2016 sampai Februari 2016. Pada Agustus 2016 jumlah yang bekerja sebanyak 686.830 orang menjadi 695.988 orang pada Februari 2017. Sementara jumlah pengangguran naik yaitu sebanyak 14.158 orang dari 18.343 orang pada Agustus 2016 menjadi 32.501 orang pada Februari 2017.10

Dalam melakukan hubungan dengan manusia lain sudah pasti terjadi persamaan dan perbedaan-perbedaan dalam kepentingan, pandangan, dan perbedaan ini dapat melahirkan perselisihan, pertentangan atau konflik.11tujuan pokok hukum ketenagakerjaan adalah melaksanakan keadilan sosial dalam perburuan dengan melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak majikan bertindak sesuai dengan kemanusiaan.12

Persoalan yang paling menonjol dalam permasalahan di Indonesia sejak krisis ekonomi yang lalu, salah satunya adalah mengenai permasalahan dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam bidang ketenagakerjaan, ketidaksamaan kedudukan antara pekerja/buruh dan pengusaha ini sering kali menimbulkan konflik. Pengusaha mengeluarkan kebijkan atau peraturan yang menurut pertimbangannya baik dan dapat

10

Babel.bps.go.id, brslnd- 20150504141403, Berita Resmi statistik Provinsi kepulauan Bangka Belitung No. 31/05/19/Th.XV, 8 November 2017

11

Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di Luar Pengadilan, Pt RajaGrafindo, Jakarta, 2007, hlm. 1

12

(5)

diterima oleh pekerja/buruh.13 Permasalahan yang masih menjadi fokus utama sampai saat ini salah satunya mengenai lapangan pekerjaan, pengangguran, kualitas tenaga kerja dan masih banyak lagi permasalahan yang masih menjadi sesuatu yang umum terjadi di dalam ketenagakerjaan di Indonesia.

Permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia dengan berbagai jenis permasalahannya menjadikan suatu acuan munculnya solusi bagi pemecahan-pemecahan permasalahan tersebut di atas yaitu munculnya Perundang-undangan yang mengatur mengenai hal-hal tersebut. Ketenagakerjaan itu sendiri lebih luas cakupannya yaitu terdapat sub-sub pembahasan yang di bahas didalamnya. Munculnya permasalahan yang ada akibat dari adanya kelalaian atau pun kesengajaan dari pengusaha atau pun perusahaan yang menerapkan suatu peraturan didalam perusahannya yang malah menimbulkan permasalahan diantara pekerja/buruh dengan pengusaha atau perusahaan. Misal mengenai upah, setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan dan ukuran layak adalah relatif.14

Dalam hukum ketenagakerjaan terdapat Perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha, perjanjian kerja diatur dalam Bab IX Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003.15Dalam pasal 1 angka 14 Undang-Undang Ketenagakerjaan 2003 disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang 13

Zaeni Ashadie,Peradilan hubungan Industrial, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm 2

14

Asri Wijayanti,Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, 2009, hlm 102

15

(6)

memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Didalamnya terdapat unsur-unsur seperti pekerjaan, upah dan perintah16 sehingga hubungan kerja dengan perjanjian kerja saling mengikat satu sama lain.

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dibuat untuk melindungi pekerja/buruh serta untuk mensejahterakan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam suatu perjanjian kerja terdpat syarat sah perjanjian. Adapun syarat-syarat sah perjanjian kerja terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.17

Syarat sah perjanjian kerja dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni kata sepakat, kecakapan, objek tertentu, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Syarat sah perjanjian kerja dalam pasal 52 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, sebagai berikut: kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang di perjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.18

Dalam menyikapi uraian diatas masih terjadi permasalah-permasalahan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan menyangkut perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Di Bangka

16

Ibid

17

Rahmat Trijono, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Papas Sinar Sinanti, Depok, 2014, hlm. 28

18

(7)

Belitung masih sering terjadi permasalahan perjanjian kerja. Salah satunya permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia yaitu Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat antara pengusaha dan pekerja/buruh terdiri dari perselisihan hak dan kepentingan dalam hubungan Industrial.19

Selain perselisihan hak dan kepentingan dalam Hubungan Industrial, juga dikenal dengan adanya perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perselisihan PHK berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 adalah: “ perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak.20

Perselisihan PHK ini merupakan jenis perselisihan yang banyak terjadi, pihak pengusaha dengan berbagai alasan mengeluarkan surat PHK kepada pekerja/buruh tertentu jika pengusaha menganggap bahwa pekerja atau buruh tidak dapat lagi bekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan, tetapi PHK juga dapat dilakukan atas permohonan pekerja/buruh karena pihak pengusaha tidak melaksanakan kewajiban yang telah disepakati atau berbuat sewenang-wenang kepada pekerja/buruh.21

Karena telah banyak terjadinya PHK kepada pekerja/buruh yang dilakukan oleh pengusaha dengan berbagai macam alasan pengusaha tersebut dan permohonan pekerja/buruh karena pengusaha tidak melaksanakan apa yang telah disepakati atau berbuat sewenang-wenang

19

Joni Bambang dan Dedi Ismatullah,Op.Cit, hlm.292

20

Ibid

21

(8)

terhadap pekerja atau buruh. Dalam hal ini dilakukan penelitian skripsi yang berjudul “Kedudukan Hukum Pekerja Terhadap Wanprestasi Perjanjian Kerja Oleh Pelaku Usaha Di Tinjau Dari Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ?

2. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa ketenagakerjaan tentang wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?

2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa ketenagakerjaan tentang wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ?

D. Manfaat Penelitian

(9)

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan wawasan yang lebih kongkrit bagi instansi-instansi terkait dengan Perjanjian kerja, masyarakat serta terutama kepada mahasiswa hukum perdata terkait dalam suatu perjanjian kerja

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan bacaan agar mengetahui permasalahan-permasalahan ketenagakerjaan yang marak terjadi, sehingga pemerintah lebih mengawasi perusahaan atau pengusaha yang melanggar aturan-aturan yang telah ada terkait Ketenagakerjaan. b. Bagi Akademisi

(10)

c. Masyarakat

Menjadi suatu referensi ilmiah bagi masyarakat dalam kalangan luas sehingga dapat mengetahui bagaimana kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja, dalam menanggulangi permasalahan ketenagakerjaan, sehingga masyarakat umum dapat mengetahui hak-hak apa saja didapatkan dalam suatu perjanjian kerja.

E. Kerangka Teori

Perjanjian kerja menurut pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak22

Teori asas-asas perjanjian kerja antara lain: 1. Asas konsesualisme

Bahwa perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus) dari pihak-pihak.23Perjanjian pada pokoknya dapat dibuat bebas terikat bentuk dan tercapai tidak secara formil, tetapi cukup melalui konsensus belaka.24 Seperti namanya konsesus yang bearti kesepakatan, maka perjanjian kerja akan sah demi hukum, setelah tercapainya kesepakatan antar pihak dan perjanjian itu mengikat begitu kesepatan itu di ucapkan. Pengecualian terhadap prinsip ini

22

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

23

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Pt Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm 95

(11)

adalah dalam hal undang-undang memberikan syarat formalitas tertentu terhadap suatu perjanjian, misalkan syarat harus tertulis. 2. Asas Itikkad baik

Bahwa orang yang membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik itikad baik dalam pengertian yang subjektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseoran, sedangkan dalam pengertian objektif adalah bahwa pelaksanaan sesuatu perjanjian harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam masyarakat.25

Adapun Asas penempatan tenaga kerja meliputi hal berikut, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Penempatan kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil dan setara tanpa diskriminasi.26

1. Asas terbuka

pemberian informasi kepada tenaga kerja secara jelas meliputi jenis kerja, jam kerja dan upah

2. Asas bebas

Pencari kerja bebas memilih jenis pekerjaannya dan pemberi kerja bebas memilih tenaga kerja yang diinginkan agar tidak ada unsur pemaksaan.27

25

Broto Suwiryo,Hukum Ketenagakerjaan, Laksbang Pressindo, Surabaya, 2017, hlm 44

26

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

27

(12)

3. Asas objektif

pemberi kerja menawarkan pekerjaan yang cocok dengan pencari kerja sesuai dengan kemampuan dan persyaratan jabatan yang dibutuhkan dengan memerhatikan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.28

4. Asas adil dan setara

penempatan tenaga kerja berdasarkan kemampuan, tidak berdasarkan ras, jenis kelamin, warna kulit, agama dan politik.

Adapun penyelesaian sengketa dalam penelitian ini menggunakan mediasi. Mediasi merupakan suatu prosedur dimana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi antarpara pihak,sehingga pandangan mereka berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di tangan para pihak sendiri.29

Sedangkan peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di pengadilan mendefinisikan mediasi sebagai cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Beberapa prinsip mediasi adalah bersifat sukarela atau tunduk pada kesepakatan para pihak, pada bidang perdata, sederhana, tertutup dan rahasia, serta bersifat menengahi atau bersifat sebagai fasilitator.30

28 Ibid 29

Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm 15-16

(13)

Keterlibatan mediator di dalam sengketa yang terjadi hanya sebagai pemacu para pihak untuk menuju penyelesaian secara damai, sehingga mediator pada umumnya tidak turut campur dalam menetukan isi kesepakatan damai, kecuali memang betul-betul dibutuhkan. Hal ini didasarkan pada prinsip proses mediasi, bahwa materi kesepakatan damai merupakan hak mutlak para pihak untuk menentukannya tanpa ada intervensi dari pihak mediator.31

Mediasi berdasarkan prosedurnya dibagi menjadi 2 bagian antara lain:32

1. Mediasi yang dilakukan di luar pengadilan (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999);

2. Mediasi yang dilakukan di pengadilan (Pasal 130 HIR/154 Rbg jo Perma No.1 Tahun 2008).

Mediasi di luar pengadilan dilakukan oleh para pihak tanpa adanya proses perkara di pengadilan, hasil kesepakatan yang di peroleh dari proses mediasi di luar pengadilan dapat diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan pengukuhan sebagai akta perdamaian yang berkekuatan layaknya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.33 Sedangkan mediasi yang dilakukan di pengadilan adalah proses mediasi yang dilakukan sebagai akibat dari adanya gugatan perdata ke pengadilan.34

31

Witanto, Hukum Acara Mediasi Dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama Menurut Perma Nomor. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm 18

32Ibid 33Ibid

,

34Ibid

(14)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Perselisihan hubungan Industrial juga mengatur penggunaan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa hubungan industrial. Pasal 1 butir 11 merumuskan pengertian mediasi hubungan industrial, yaitu penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditenagi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.35

Selanjutnya, Pasal 1 butir 12 merumuskan pengertian mediator, yaitu pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang beselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. 36unsur-unsur pengertian mediasi sebagaimana dikenal secara akademik, yaitu ketidakberpihakan (Netral) dan memberi anjuran kepada para pihak. Namun mestinya rumusan secara tegas mediator tidak memiliki kewenangan memutus.37 Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 menyatakan: pengajuan gugatan yang tidak

35

Takdir Rahmadi, Mediasi Penyeleseaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm 62

36Ibid

37

(15)

dilampiri oleh risalah penyelesaian melalui mediasi dan konsiliasi, maka hakim pengadilan hubungan industrial wajib mengembalikan gugatan kepada penggugat. Pasal 83 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 mengandung implikasi bahwa, Pengadilan Hubungan Industrial tidak berwenang memeriksa sengketa jika sengketa belum diupayakan penyelesaiannya melalui mediasi dan konsiliasi.38

F. Metode Penelitian

Suatu laporan penelitian akan disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila disusun dengan metode yang tepat. Penelitian menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

a. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini adalah penelitian hukum doktrinal. Adapun penelitian Doktrinal menurut Soetandyo Wignjosoebroto adalah penelitian-penelitian atas hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut sang pengonsep dan/atau sang pengembangnya.39Ada berbagai doktrin yang pernah dianut dan dikembangkan dalam kajian-kajian hukum, mulai dari doktrin klasik yang dikenali sebagai doktrin aliran kaum mosot dan doktrin positivism, yuridis-legis sampai doktrin historisme dan doktrin realism-fungsionalisme para ahli hukum yang terbilang kaum realis.40

38Ibid

, hlm 64

39

Sulistyowati Rianto dan shidarta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan refleksi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2011, Hlm 121-122

40

(16)

Penelitian hukum Doktrinal Peneltian hukum ini merupakan suatu penelitian hukum yang dikerjakan dengan tujuan menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku. Penelitian type ini lazim disebut sebagai “studi dogmatik” atau yang disebut dengan doctrinal research.

Didalam penelitian hukum ini orang (peneliti) bekerja secara “analitis induktif”. Proses bertolak premisa-premisa yang berupa norma hukum positif yang diketahui, dan berakhir (sementara) pada penemuan asas-asas hukum atau doktrin ini adalah norma-norma hukum positif.41

b. Metode penelitian a. Metode penelitian

Yuridis normatif penelitian hukum normatif disebut juga penelitian doktrinal. Pada penelitian jenis ini, dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.42 b. Metode Pendekatan

Pendekatan kasus ini dilakukan dengan cara melakukan telah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi baik untuk keperluan praktek maupun kajian akademis.43 Hal ini merupakan refrensi bagi penyusunan argumentasi dalam 41

Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, Raawali Pers, Jakarta, 2011, hlm 86

42

Saifullah,Tipologi Penelitian Hukum, Intelegensia Media, Malang, 2015, hlm 123-124

43

(17)

pemecahan isu hukum. Pendekatan kasus tidak sama dengan studi kasus. Karena di dalam pendekatan kasus terdapat beberapa kasus ditelaah untuk refrensi bagi suatu isu hukum. Sementara studi kasus merupakan suatu studi terhadap kasus tertentu dari berbagai aspek hukum.44

3. Sumber data a. Data Primer

Data primer adalah hasil penelusuran literatur studi kepustakaan dalam bentuk bahan-bahan pustaka dan sampel perjanjian kerja. b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan Pustaka.45Data sekunder sebagai penunjang data primer agar lebih lengkap. Data sekunder di bagi menjadi 3 unsur Bahan hukum yaitu :

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer bahan hukum yang mempunyai otoritas autoritatif.46 Atau dapat disebut bahan hukum yang mengikat yang terdiri atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan.

44Ibid 45

Zainudin Ali,Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm 23

46Ibid

(18)

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.47

Bahan hukum sekunder terdiri atas Buku Hukum ketenagakerjaan, Buku Perjanjian kerja, Buku Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan sebagainya.

3) Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan bahan hukum primer dan sekunder.48 Terdiri dari Internet yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

4. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan cara pengumpulan data, yaitu Studi Kepustakaan, Pada tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya. Aktivitas ini merupakan tahapan yang amat penting. Bahkan dapat dikatakan, bahwa studi kepustakaan merupakan separuh dari keseluruhan aktiivitas penelitian itu sendiri.49

Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan 47

Bambang Sunggono,Op.Cit,hlm 114

48Ibid 49

(19)

lengkap. Studi kepustakaan dapat membantu peneliti mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan.50 Studi kepustakaan tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku, studi pustaka adalah serangkain kegiatan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.51

5. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriktif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati52

Lodico, Spaulding dan voegtle penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi kedalam seting pendidikan.

Penelitan kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan

50Ibid 51

Mestika Zed,Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hlm 3

52

Andi Prastowo,Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

(20)

dibawah studi. 53 Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah.54 Dari uraian diatas dapat dipahami metode penelitian kualitatif adalah metode untuk mengkaji atau meneliti objek pada latar yang alamiah tanpa ada manipulasi didalamnya.55

53

Emzir, Metodologi Peneltian Kualitatif Analisis Data, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 2

54Ibid 55

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui respon kinerja produksi dan fisiologis kambing Peranakan Etawah terhadap tingkat pemberian pakan tambahan (dedak halus) pada agroekosistem

Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih

Daerah mengungkapkan bahwa “penerapan SAP berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah”, dan Setyowati (2016: 190)

Pemindahbiakkan bakteri dari ose ke media baru dapat dilakukan dengan menggoreskan ose pada media yang terdapat dalam tabung atau petri dengan menggunakan

Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis. Lapisan luar terdapat korteks renalis dan lapisan sebelah dalam disebut medula renalis.

Kemudian dalam perkembangannya$ pada Perusahaan Negara (PN I sampai dengan 7III. Kemudian dalam perkembangannya$ pada tahun )261 aspek operasional Pelabuhan dikoordinasikan oleh

Setelah mendapat pertapakan yang baik, selanjutnya keluarga-keluarga yang hendak mendirikan rumah tersebut mencari dan menetapkan satu hari yang baik melalui seorang dukun,

Hal ini dapat dilihat dari indikator: (a) Efisiensi, setiap aparatur pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan program dan kegiatan dengan menggunakan sumber daya