MAKALAH BIOLOGI SEL DAN GENETIKA HUKUM MENDEL DAN HUKUM NON MENDEL
Dosen Pengampu:
Rosida Arisanti, Amd. AK., S. Si.
Oleh:
Anayya Raima Aradya Rachman NIM. 23D3TBD0001
PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI BANK DARAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
TAHUN 2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas segala rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hukum Mendel dan Hukum Non Mendel” ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosida Arisanti, Amd. AK., S.Si., selaku Dosen mata kuliah Biologi Sel dan Genetika serta teman-teman yang telah membantu penulisan dan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Sel dan Genetika. Selain itu, juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hukum-hukum yang ada pada pewarisan genetika seperti Hukum Mendel dan Hukum Non Mendel.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Banjarbaru, November 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 2
BAB II ... 3
KAJIAN PUSTAKA ... 3
A. Hukum Mendel ... 3
1. Sejarah Singkat Gregor Johann Mendel ... 3
Gambar 1: Gregor Johann Mendel ... 3
2. Definisi Gen, Alel, Lokus dan Kromosom ... 5
Gambar 2: Gen, Alel, Lokus dan Kromosom ... 7
3. Hukum Mendel I ... 7
Gambar 3: Persilangan Monohibrid ... 8
Gambar 4: Persilangan Intermediate ... 9
4. Hukum Mendel II ... 9
Gambar 5: Persilangan Dihibrid ... 10
Gambar 6: Persilangan Dihibrid Intermediate ... 10
5. Prinsip-Prinsip Hukum Mendel ... 11
B. Hukum Non Mendel atau Penyimpangan Semu Hukum Mendel ... 11
1. Atavisme (Interaksi Gen) ... 12
Gambar 7: Atavisme ... 12
Sumber: www.slideshare.net ... 12
2. Kriptomeri ... 12
Gambar 8: Kriptomeri ... 13
3. Polimeri ... 13
Gambar 9: Polimeri ... 13
4. Epistasis-Hipostasis ... 14
iii
Gambar 10: Epistasis-Hipostasis ... 14
5. Gen Komplementer ... 14
Gambar 11: Gen Komplementer ... 15
C. Pola-pola Hereditas ... 15
1. Pautan Gen (Gene Linkage) ... 15
Gambar 12: Pautan Gen ... 16
2. Pindah Silang (Crossing Over) ... 16
Gambar 14: Rumus Nilai Pindah Silang ... 17
Gambar 13: Pindah Silang ... 17
3. Gagal Berpisah (Non Disjunction) ... 17
Gambar 14: Gagal Berpisah ... 18
BAB III ... 19
PENUTUP ... 19
A. Kesimpulan ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak cabang-cabang ilmu Biologi, salah satunya genetika yakni ilmu biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada makhluk hidup.
Kata genetika sendiri pertama kali diperkenalkan oleh William Bateson sebagai cabang baru dalam ilmu Biologi.
Genetika berasal dari bahasa Latin “Genos” yang berarti suku bangsa atau asal usul. Dengan demikian genetika berarti ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) yang diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya. Sedangkan menurut sumber lain, genetika berasal dari bahasa Yunani “Genno” yang memiliki arti melahirkan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa genetika adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion.
Manusia, hewan, maupun tumbuhan pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk mewariskan sifat-sifat atau ciri-ciri tubuh kepada keturunannya melalui perkawinan. Perkawinan ini dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan spesies yang akan dibawa oleh anak sehingga kelestarian suatu spesies dapat tetap terjaga. Perkawinan ini juga dapat menimbulkan banyak keanekaragaman.
Terdapat banyak penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para ilmuwan yang berkaitan dengan ilmu pewarisan sifat dan variasinya.
Penemuan-penemuan tersebut memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan ilmu Biologi bagi manusia dalam menciptakan keanekaragaman terlebih pada hewan dan tumbuhan. Salah satu penemuan yang memiliki peran besar pada dunia genetika adalah Hukum Mendel milik Gregor Johann Mendel, Bapak Genetika.
2 B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Mendel?
2. Apa saja Hukum-hukum yang menyimpang dari Hukum Mendel?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari wawasan tentang Hukum Mendel.
2. Untuk mengetahui Hukum-hukum yang menyimpang dari Hukum Mendel.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hukum Mendel
1. Sejarah Singkat Gregor Johann Mendel
Hukum Mendel ditemukan pada abad ke-19 oleh ilmuwan bernama Gregor Johann Mendel yang lahir pada 22 Juli 1822 dan disebut sebagai Bapak Genetika karena penemuannya. Diketahui sebelum memulai percobaannya, ia memiliki sebuah pemikiran bahwa dalam tubuh makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan terdapat suatu hal atau suatu bagian yang bertanggung jawab terhadap peristiwa menurunnya sifat atau karakter fisik induk kepada keturunannya.
Dengan hipotesisnya tersebut, Mendel pun melakukan sebuah percobaan dengan menggunakan kacang ercis atau kacang polong (Pisum sativum L) dengan cara melakukan perkawinan silang/hibdridisasi yang memiliki karakteristik yang berbeda. Tujuan dilakukannya persilangan dengan dua karakteristik yang berbeda ini adalah untuk memudahkan pengamatan pada proses penurunan sifat yang terjadi. Mendel memilih kacang ercis atau polong sebagai bahan
Gambar 1: Gregor Johann Mendel Sumber: cerdika.com
4 percobaannya karena kacang ercis atau polong memiliki kelebihan karakteristik sebagai berikut.
a) Memiliki siklus hidup yang cepat untuk melakukan penyerbukan, b) Terdapat jenis-jenis dengan sifat dan ciri-ciri yang yang mencolok
sehingga mudah untuk dibedakan karena terlihat kontras, c) Dapat melakukan penyerbukan sendiri,
d) Mudah didapat dan dipelihara,
e) Menghasilkan keturunan yang banyak.
Lalu, sekitar pada tahun 1866 Mendel menuliskan hasil percobaannya di dalam sebuah jurnal yang berjudul Natural Science Society of Brunn yang berisikan dasar genetika modern dan sejumlah prinsip genetika. Berkat penemuannya yang terkenal ini, persilangan untuk menentukan pewarisan sifat memiliki dua jenis yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid. Untuk memudahkan dalam mempelajari hukum pewarisan sifat-sifat, berikut istilah-istilah yang perlu diketahui.
1) Fenotipe, sifat yang tampak atau yang dapat diamati seperti warna bunga, ukuran, rambut hitam.
2) Genotipe, sifat yang tidak tampak yang berupa susunan genetik yang berada pada suatu individu.
3) Homozigot, merupakan alel yang memiliki dua gen pada individu yang sama (simbolnya sama atau genotipenya sama).
Misal, AA (homozigot dominan) dan aa (homozigot resesif).
4) Heterozigot, merupakan alel yang memiliki dua gen yang tidak sama (simbolnya berbeda atau genotipenya sama). Contohnya yaitu Bb (heterozigot dominan).
5) Bastar, persilangan dua individu yang berbeda jenis.
6) Filial, keturunan/anakan. Filial 1 (F1) merupakan turunan pertama dari persilangan dua individu, sedangkan Filial 2 (F2) merupakan turunan kedua dari persilangan dua individu (persilangan antara F1 dengan F1).
5 7) Parental, induk/orang tua.
8) Gen Dominan, gen yang menutupi gen lain atau gen yang mendominasi (kuat), biasanya disimbolkan dengan huruf besar seperti A, dan B.
9) Gen Resesif, gen yang ditutupi atau gen yang tertutupi (lemah), disimbolkan dengan huruf kecil seperti a, dan b.
10) Gamet, macam gen yang dihasilkan.
11) Carrier, gen pembawa sifat yang tidak menunjukkan adanya gejala tetapi membawa gen yang dapat diturunkan atau diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
12) Galur Murni, turunan yang selalu memiliki sifat yang sama dengan induknya.
2. Definisi Gen, Alel, Lokus dan Kromosom a. Gen
Gen merupakan unit-unit terkecil herediter yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Dapat disebut sebagai faktor menurun. Pertama kali diperkenalkan oleh W. Johansen pada tahun 1909, sebagai pengganti istilah faktor keturunan atau elemen yang dikemukakan oleh Mendel.
Dari sudut pandang genetika modern saat ini, gen didefinisikan sebagai lokasi spesifik dalam genom (struktur yang menyimpan semua informasi genetik pada sel) yang terkait dengan pewarisan suatu sifat yang dapat dikaitkan dengan fungsinya sebagai faktor pengatur, target transkripsi, atau elemen fungsional lainnya.
Bentuk fisik dari gen adalah urutan DNA (Deoxyribonucleat acid), yang memiliki fungsi untuk menurunkan dan mengatur berbagai jenis karakter ataupun sifat-sifat dalam tubuh baik fisik maupun psikis.
6 b. Alel
Berdasarkan sudut pandang genetika klasik, alel yang berasal dari bahasa Inggris “allele” merupakan bentuk alternatif atau variatif dari gen yang berkaitan dengan ekspresi pada suatu sifat (fenotipe). Sedangkan dalam pandangan genetika modern, alel merupakan banyaknya ekspresi alternatif dari gen atau seberkas DNA yang bergantung pada tingkat ekspresi genetik yang diamati.
Dengan kata lain, alel bertugas membawa suatu sifat atau karakter, alel yang berbeda dapat menghasilkan variasi dalam pewarisan sifat.
Tak semua gen memiliki dua alel, ada juga yang dua alel atau lebih atau disebut juga dengan alel ganda (double alele).
c. Lokus
Thomas Hunt Morgan adalah ahli genetika dari Amerika Serikat yang menemukan bahwa faktor-faktor keturunan (gen) tersimpan dalam lokus yang khas dalam kromosom. Dengan kata lain, lokus adalah sebuah lokasi yang digunakan sebagai tempat yang berisikan gen dalam kromosom. Gen yang terdiri dari unit informasi genetik yang mengatur sifat-sifat keturunan tertentu yang memenuhi lokus pada suatu kromosom.
d. Kromosom
Kromosom berasal dari bahasa Yunani “chrome” yang berarti warna, dan “soma” yang berarti badan. Pertama kali diperkenalkan oleh W. Waldeyer pada tahun 1888. Kromosom adalah komponen seluler di dalam inti sel yang berfungsi sebagai pembawa sifat genetik selama pembelahan sel yang terdapat dalam inti sel (nukleus). Kromosom terdiri dari DNA dan bertindak sebagai
"pemandu" bagi sel untuk menghasilkan protein yang dibutuhkannya. Manusia mempunyai 46 kromosom dalam setiap selnya, terdiri dari 23 pasang yang terdiri dari 22 pasang kromosom tubuh (autosom) dan 1 pasang kromosom seks (gonosom).
Kromosom memiliki struktur unik di mana DNA membungkus
7 protein membentuk jalinan yang disebut histon. Tanpa kumparan ini, molekul DNA akan terlalu panjang untuk masuk ke dalam sel.
3. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I berbunyi, “Setiap alel dari gen yang sama akan berpisah atau bersegregasi secara bebas pada saat pembentukan gamet.”
Hukum Mendel I dapat disebut juga dengan Hukum Segregasi (Pemisahan) karena adanya pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet yang menyatakan bahwa “gen-gen akan memisah secara bebas”
artinya pewarisan sifat dari dua gen induk terjadi dalam bentuk pasangan alel yang terpisah, lalu pemisahan ini terjadi sebanding dengan jumlah gen induk yang akan diterima setiap gamet.
Pembentukan gamet terjadi melalui meiosis. Pada meiosis, pasangan homolog berpisah satu sama lain dan tidak dapat kawin/pemisahan alel suatu gen terjadi secara independen dari diploid ke haploid. Oleh karena itu, setiap sel gamet hanya mengandung satu gen untuk alel tersebut.
Gambar 2: Gen, Alel, Lokus dan Kromosom Sumber: ruangguru.com
8 Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohibrid, yaitu persilangan karakter dengan dua sifat berbeda.
a. Persilangan Monohibrid
Percobaan yang dilakukan Mendel merupakan persilangan antara kacang berbunga ungu dan kacang berbunga putih. Untuk menemukan gen dominan, persilangan haploid harus dilakukan antara individu dengan karakteristik genetik (alel) yang berbeda yang semuanya merupakan ras murni. Jika fenotipe F1 mirip dengan sifat gen yang diuji, berarti sifat tersebut dominan.
b. Persilangan Monohibrid Intermediate
Persilangan ini terjadi apabila sifat dari salah satu alel tidak dapat menutupi sifat alel lain secara penuh, sehingga individu heterozigot menurunkan atau memiliki fenotipe intermediate (diantara) sifat kedua induknya. Persilangan intermediate termasuk dalam persilangan monohibdrid karena memiliki proses yang sama, hanya saja terdapat perbedaan pada hasil akhirnya. Dimana persilangan monohibrid tidak mempunyai fenotipe yang berbeda dengan induknya, sedangkan persilangan intermediet mempunyai atau mempunyai fenotipe yang berbeda dengan induknya.
Gambar 3: Persilangan Monohibrid Sumber: youtube.com “Rumah Belajar Kamil”
9 4. Hukum Mendel II
Hukum Mendel II memiliki bunyi, “Setiap alel dari gen yang berbeda akan bergabung atau berasortasi secara acak pada saat pembentukan gamet.”
Hukum Mendel II juga sering dikenal dengan hukum asortasi bebas (The Law Independent Assortment of Genes) dan hanya berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda atau persilangan dihibrid. Hukum tersebut menyatakan bahwa segregasi (pemisahan) suatu pasangan gen terjadi secara independen atau lepas dari pasangan gen lainnya, sehingga dapat disimpukan, hal tersebut terjadi hanya pada gen-gen yang tidak tertaut atau bagi lokus-lokus pada kromosom-kromosom yang nonhomolog.
a. Persilangan Dihibrid
Setiap individu memiliki puluhan bahkan ratusan karakter yang berbeda, sehingga timbul sebuah pertanyaan “Apakah pewarisan suatu karakter dipengaruhi oleh karakter lainnya?”.
Kemudian untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan dua galur murni yang memiliki dua karakter yang berbeda (dihibrid), dimana ia menyilangkan kacang ercis biji bulat berwarna kuning dengan kacang ercis biji kisut berwarna hijau.
Gambar 4: Persilangan Intermediate Sumber: memetmulyadi.blogspot.com
10 Hasil persilangan dihibrid yang dilakukan oleh Mendel menunjukkan pewarisan sifat bentuk biji tidak dipengaruhi oleh pewarisan sifat warna biji. Dimana kedua sifat itu berpisah secara bebas terhadap sesamanya saat terjadinya pembentukan gamet.
b. Persilangan Dihibrid Intermediate
Pada persilangan dihibrid intermediate (dominan tidak penuh), perbandingan fenotipe tidak sama dengan salah satu induknya tetapi memiliki sifat diantara kedua gen dominan dan gen resesifnya.
Gambar 5: Persilangan Dihibrid Sumber: fitrishabrinana.blogspot.com
Gambar 6: Persilangan Dihibrid Intermediate Sumber: youtube.com “Bio Mio”
11 5. Prinsip-Prinsip Hukum Mendel
1) Prinsip Hereditas; menyatakan bahwa pewarisan sifat-sifat pada suatu organisme dikendalikan atau diatur oleh faktor menurun (gen).
Lalu pada setiap individu yang berkembang dari zigot merupakan sebuah hasil dari peleburan gamet-gamet, yaitu gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (ovum). Melalui gamet inilah unit informasi genetik dari kedua induk diturunkan atau mewariskan kepada keturunannya.
2) Prinsip Segregasi Bebas; pada pembentukan gamet, pasangan gen memisahkan diri secara bebas sehingga pada setiap gamet mendapatkan salah satu gen dari pasangan gen (alel) yang memisah.
3) Prinsip Berpasangan Secara Bebas; pada proses pembuahan atau fertilisasi, gen-gen dari gamet jantan maupun gen-gen dari gamet betina akan berpasangan secara bebas.
4) Prinsip Dominansi Penuh dan Tidak Penuh (Intermediate);
fenotipe pada gen dominan akan terlihat menutupi pengaruh dari gen resesif. Sedangkan pada prinsip dominansi tidak penuh, fenotipe gen pada suatu idnvidu heterozigot berada diantara penagruh kedua alel gen yang menyusunnya.
B. Hukum Non Mendel atau Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Pewarisan sifat memiliki suatu pola tertentu untuk dapat mewariskannya. Hukum non Mendel merupakan hukum yang menyimpang dari hukum Mendel. Hukum ini diperkenalkan oleh Morgan dengan menyilangkan lalat buah (Drosophilia melanogaster). Berikut hukum- hukum yang menyimpang dari hukum Mendel. Penyimpangan semua hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio fenotipe yang berbeda dengan dasar dihibrid pada hukum Mendel. Disebut semu karena hanya memiliki sedikit kelainan akibat sifat gen-gen yang unik.
12 1. Atavisme (Interaksi Gen)
Pertama kali ditemukan oleh Bateson dan Punnet. Pada persilangan dihibrid hukum Mendel, kedua alel yang terlibat memberikan kontribusi pada fenotip keturunannya secara bebas (independen). Terdapat banyak terdapat kasus dimana dua alel atau lebih yang berbeda saling memberikan pengaruh dan berinteraksi sehingga memunculkan efek kombinasi fenotipe yang berbeda dengan induknya. Fenomena ini yang disebut dengan interaksi gen atau atavisme. Contohnya terdapat pada kasus jengger ayam.
2. Kriptomeri
Pertama kali diungkapkan oleh Corens pada saat penyilangan bunga Linaria marrocana galur murni warna merah dan putih. Kriptomeri merupakan peristiwa dimana suatu gen dominan jika tidak berpasangan dengan gen dominan dari alel lainnya maka akan bersembunyi (kriptos:
tersembunyi). Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya akan tersembunyi.
Gambar 7: Atavisme Sumber: www.slideshare.net
13 3. Polimeri
Polimeri pertama kali ditemukan oleh Nielson Ehle, merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling menambah, hal ini terjadi akibat dari adanya interaksi antara dua gen atau lebih, sehingga disebut juga dengan gen ganda. Peristiwa polimeri mirip dengan persilangan dihibrid dominan tidak penuh (intermediate).
Gambar 8: Kriptomeri Sumber: ruangguru.com
Gambar 9: Polimeri Sumber: ruangguru.com
14 4. Epistasis-Hipostasis
Epistasis dan hipostatis merupakan interaksi ketika gen dominan yang mengalahkan atau menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Epistasis berarti menutupi dan hipostatis berarti tertutupi.
Pada peristiwa epistasis, gen yang bersifat epistasis tidak akan menutupi gen yang menjadi pasangannya, tetapi akan menutupi gen lain yang bukan pasangannya. Peristiwa epistasis dibedakan menjadi epistasis dominan dan epistasis resesif.
5. Gen Komplementer
Pertama kali ditemukan oleh W. Bateson dan RC Punnet.Gen komplementer merupakan interaksi antara dua gen dominan berbeda alel yang saling melengkapi untuk memunculkan fenotipe tertentu.
Gambar 10: Epistasis-Hipostasis Sumber: ruangguru.com
15 Apabila salah satu gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul.
C. Pola-pola Hereditas
1. Pautan Gen (Gene Linkage)
Setiap kromosom yang mengandung gen akan disimpan dalam lokus pada kromosom yang sama ataupun kromosom yang berbeda. Gen-gen yang terletak pada kromosom homolog akan berdekatan satu sama lain, sehingga memungkinkan terjalinnya pautan gen. Semakin panjang
Gambar 11: Gen Komplementer Sumber: ruangguru.com
16 kromosom, semakin banyak pula gen yang dikandungnya sehingga semakin besar pula peluang terjadinya pautan gen.
2. Pindah Silang (Crossing Over)
Pindah silang merupakan peristiwa perpindahan gen dari satu kromosom ke kromosom lainnya. Peristiwa ini terjadi pada fase profase I atau awal metafase I pada pembelahan meiosis I, dimana satu buah kromatid akan membelah menjadi dua lalu terjadi pertukaran segmen kromatid yang bukan saudaranya dari sepasang kromosom homolog.
Makin panjang gen yang terangkai makan akan semakin besar terjadinya pindah silang. Peristiwa pindah silang akan menghasilkan keturunan baru yang berbeda dari kedua induknya. Sederhananya, terjadi sebuah rekombinasi gen yakni penggabungan dari sebagian gen induk jantan dan sebagian gen induk betina pada proses pembuahan atau fertilisasi sehingga dihasilkan susunan gen yang berbeda dari kedua induknya.
Gambar 12: Pautan Gen Sumber: ruangguru.com
17 3. Gagal Berpisah (Non Disjunction)
Gagal berpisah terjadi saat tahap meiosis I maupun meiosis II pada proses pembelahan sel. Pada tahap ini, kromosom ditarik ke arah kutub yang berlawanan namun pada keadaan abnormal (kelainan) dapat terjadi dimana kromosom mengalami gagal berpisah. Hal ini tersebut menyebabkan kromosom hanya ditarik ke salah satu kutub saja, sehingga gamet mengalami pengurangan ataupun penambahan pada jumlah kromosom.
Gambar 13: Pindah Silang Sumber: ruangguru.com
Gambar 14: Rumus Nilai Pindah Silang Sumber: Hartono et al., 2019
18 Gambar 14: Gagal Berpisah
Sumber: www.nafiun.com
19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Mendel merupakan serangkaian hukum atau prinsip yang digunakan untuk menjelaskan cara atau pola sifat-sifat genetik yang akan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya pada makhluk hidup.
Hukum ini ditemukan oleh Gregor Johann Mendel pada abad ke-19, yang kemudian terbagi menjadi dua prinsip, yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
Disisi lain, terdapat pula penemuan pola-pola pewarisan sifat yang menyimpang dari Hukum Mendel, disebut sebagai Hukum Non Mendel atau Penyimpangan Hukum Mendel yakni Atavisme, Kriptomeri, Polimeri, Epistasis-Hipostasis, dan Gen Komplementer.
20
DAFTAR PUSTAKA
(2020). Dalam E. J. Daulay, Modul Pembelajaran SMA Biologi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dipetik November 2023, dari https://repositori.kemdikbud.go.id/22097/1/XII_Biologi_KD-3.5_Final.pdf Ammariah, H. (2022, September). 4 Macam Pola Hereditas pada Makhluk Hidup
| Biologi Kelas 12. Dipetik November 2023, dari ruangguru.com:
https://www.ruangguru.com/blog/biologi-kelas-12-pola-pola-hereditas Ammariah, H. (2022). Penyimpangan Semu Hukum Mendel | Biologi Kelas 12.
Dipetik November 2023, dari ruangguru.com:
https://www.ruangguru.com/blog/biologi-kelas-12-penyimpangan-semu- hukum-mendel
Ammariah, H. (2022, November). Persilangan Monohibrid dan Dihibrid pada Hukum Mendel | Biologi Kelas 12. Dipetik November 2023, dari ruangguru.com: https://www.ruangguru.com/blog/biologi-kelas-12- persilangan-monohibrid-dan-dihibrid-pada-hukum-mendel
Cahyono, F. (2010). Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Sifat. Dipetik
November 2023, dari
https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2010- 2011/Makalah2010/MakalahStrukdis2010-083.pdf
Effendi, Y. (2020). Buku Ajar Genetika Dasar. Kabupaten Magelang: Pustaka Rumah C1nta. Dipetik November 2023
Efira. (2023, Agustus). Mengenal Hukum Mendel tentang Pewarisan Sifat Makhluk Hidup | Biologi Kelas 9. Dipetik November 2023, dari ruangguru.com:
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-hukum-mendel-tentang- pewarisan-sifat-makhluk-hidup
Ida Bagus Made Artadana, W. D. (2018). Dasar-Dasar Genetika Mendel dan Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dipetik November 2023, dari https://repository.ubaya.ac.id/34275/1/Dasar-
dasar%20Genetika%20Mendel_Wina%20Dian%20Savitri_2018.pdf Rodhi Hartono, R. A. (2019). Bahan Ajar Teknologi Bank Darah (TBD) Biologi Sel
dan Genetika. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dipetik November 2023
Suryati, H. (2016). SKL. 33 Penyimpangan Semu Hukum Mendel. Dipetik November 2023, dari slideshare.net: https://www.slideshare.net/herfen/skl- 33-penyimpangan-semu-hukum-mendel