• Tidak ada hasil yang ditemukan

24040124410007 ILHAM RAMDANI

N/A
N/A
Ilham ramdani

Academic year: 2024

Membagikan "24040124410007 ILHAM RAMDANI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL 2024 Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Hari/Tgl : Senin, Oktober 2024 Waktu. : 07.00

Program Studi : Magister Ilmu Fisika

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno, M.Hum Sifat Ujian : Take Home

Petunjuk mengerjakan soal :

Kerjakan soal UTS secara urut nomor, dan jawaban diketik rapi jarak spasi 1,5 dengan ukuran Font 12 Times New Roman. Pengumpulan hasil pekerjaan UTS paling lambat Rabu 8 Oktober 2024 jam 10.00 dalam bentuk soft file. Hasil pekerjaan UTS dikirim secara kolektif melalui komting ke alamat email: [email protected]

NAMA : Ilham Ramdani NIM : 24040124410007

Jawab soal berikut ini secara urut nomor !

1. Jelaskan ; (a) apa focus filsafat ilmu dan (b) tujuannya apa?; (c) Mengapa dalam pengembangan ilmu harus berlandaskan kerangka eksistensi ilmu (ontologi, epistemologi dan aksiologi).

(a) Fokus Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dasar-dasar ilmiah dari perspektif mendalam, yaitu meneliti apa itu ilmu, bagaimana ilmu diperoleh, dan bagaimana ilmu digunakan. Fokus utama filsafat ilmu meliputi:

Ontologi: Mempelajari sifat dasar realitas atau apa yang ada. Dalam konteks filsafat ilmu, ontologi mengeksplorasi apa yang dianggap ada dalam dunia yang dapat dipelajari oleh ilmu pengetahuan.

(2)

Epistemologi: Mempelajari asal-usul, metode, validitas, dan batasan pengetahuan.

Bagaimana manusia mengetahui sesuatu, bagaimana kebenaran diperoleh, dan bagaimana kita bisa yakin bahwa pengetahuan kita akurat adalah beberapa pertanyaan kunci yang diangkat dalam epistemologi.

Aksiologi: Mempelajari nilai-nilai atau manfaat yang diberikan oleh ilmu pengetahuan, serta bagaimana ilmu pengetahuan seharusnya diterapkan. Ini melibatkan pertanyaan tentang etika dan moralitas dalam penggunaan ilmu.

(b) Tujuan Filsafat Ilmu

Tujuan utama filsafat ilmu adalah:

Memahami dasar pengetahuan ilmiah: Filsafat ilmu mencoba memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang dianggap sebagai pengetahuan ilmiah, dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat divalidasi.

Mengembangkan metode yang tepat: Filsafat ilmu berupaya menemukan metode yang paling tepat untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan ilmiah.

Mengidentifikasi batas-batas ilmu pengetahuan: Filsafat ilmu juga berusaha mengidentifikasi sejauh mana ilmu pengetahuan dapat diterapkan, dan kapan ia harus berhenti atau mengakui keterbatasannya.

Mengaitkan ilmu dengan nilai-nilai manusia: Filsafat ilmu meneliti bagaimana pengetahuan ilmiah dapat bermanfaat atau berbahaya bagi masyarakat, serta bagaimana ilmu dapat digunakan secara bertanggung jawab.

(c) Mengapa Pengembangan Ilmu Harus Berlandaskan Kerangka Eksistensi Ilmu (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi)?

Pengembangan ilmu pengetahuan harus berlandaskan pada kerangka eksistensi ilmu yang terdiri dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi karena:

Ontologi memastikan landasan yang jelas tentang apa yang dipelajari: Dengan memeriksa apa yang ada atau realitas yang bisa dipelajari, ontologi memberikan batasan yang jelas tentang objek-objek yang sah untuk dijadikan bahan penelitian ilmiah. Ini membantu menghindari asumsi yang salah atau tidak realistis.

Epistemologi menentukan bagaimana pengetahuan diperoleh: Epistemologi memberikan panduan tentang metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Tanpa dasar

(3)

epistemologi yang baik, hasil penelitian mungkin tidak bisa diandalkan, karena metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan bisa jadi tidak valid atau tidak bisa diverifikasi.

Aksiologi memberikan arahan tentang tujuan dan etika dalam penggunaan ilmu: Aksiologi membantu memastikan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya dikembangkan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri, tetapi juga diarahkan pada manfaat dan kemaslahatan bagi manusia dan lingkungan. Dengan mempertimbangkan nilai-nilai etika, ilmu dapat digunakan secara bertanggung jawab, bukan hanya untuk tujuan yang destruktif.

Dengan berlandaskan ketiga aspek ini, ilmu pengetahuan bisa berkembang secara menyeluruh, tidak hanya pada aspek teknis, tetapi juga pada makna dan manfaat bagi kehidupan manusia secara umum.

2. Jelaskan ; (a) karakter cara kerja filsafat dan ilmu (science); (b) Tunjukkan letak fungsi filsafat bagi ilmu.

(a) Karakter Cara Kerja Filsafat dan Ilmu (Science) 1. Filsafat:

Metode Kritis dan Reflektif: Filsafat bekerja dengan cara merenungkan dan mengkritisi ide-ide serta konsep-konsep dasar. Filsafat menggunakan metode yang bersifat reflektif, yakni mempertanyakan konsep-konsep mendasar tentang realitas, pengetahuan, nilai, dan eksistensi.

Spekulatif dan Abstrak: Filsafat sering kali berurusan dengan konsep-konsep yang lebih abstrak dan spekulatif, mencoba menjawab pertanyaan mendasar yang mungkin tidak memiliki jawaban pasti, seperti "Apa itu kebenaran?" atau "Apa hakikat realitas?"

Argumentatif: Filsafat bekerja dengan membangun argumen rasional yang koheren. Para filsuf sering menggunakan logika untuk mendebat ide-ide dan membandingkan berbagai pandangan untuk mencari kebenaran.

Pendekatan Komprehensif: Filsafat tidak hanya membahas satu aspek realitas, tetapi juga mencoba untuk memberikan pandangan yang lebih menyeluruh mengenai dunia, termasuk dimensi moral, etika, estetika, dan metafisika.

2. Ilmu Pengetahuan (Science):

(4)

Metode Empiris: Ilmu pengetahuan bekerja melalui observasi, eksperimen, dan pengukuran dunia nyata. Ilmu menggunakan pendekatan yang berbasis pada data empiris (pengalaman dan observasi nyata), sehingga kesimpulan dapat diuji ulang.

Sistematis dan Terukur: Ilmu bekerja dengan metode yang terstruktur dan sistematis, mengembangkan hipotesis, melakukan eksperimen, dan mengukur hasil untuk mendapatkan kesimpulan yang valid.

Reduktif: Ilmu sering kali berfokus pada pemecahan masalah-masalah yang spesifik dan terbatas, membagi dunia ke dalam kategori-kategori yang lebih mudah dipahami dan diukur.

Pragmatis: Hasil dari ilmu pengetahuan sering kali bersifat langsung dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Sains cenderung mencari solusi yang dapat diuji, diterapkan, dan ditingkatkan berdasarkan bukti yang ada.

Perbedaan utama:

Filsafat berfokus pada pertanyaan-pertanyaan mendasar dan konsep-konsep yang abstrak, sedangkan ilmu pengetahuan berfokus pada fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan diuji secara empiris.

Filsafat lebih teoritis dan berorientasi pada argumen, sedangkan ilmu lebih bersifat praktis dan terfokus pada penemuan-penemuan berbasis data.

(b) Letak Fungsi Filsafat bagi Ilmu

Filsafat memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa fungsi penting filsafat bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

Menetapkan Dasar Ontologis: Filsafat membantu ilmu pengetahuan dalam menentukan apa yang dianggap sebagai realitas (ontologi). Misalnya, apakah ilmu pengetahuan hanya mengakui hal-hal yang dapat diukur dan diuji secara empiris sebagai nyata? Filsafat ontologi membantu membentuk pandangan ini.

Menentukan Dasar Epistemologis: Filsafat memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana pengetahuan diperoleh dan divalidasi. Filsafat epistemologi mengajukan pertanyaan seperti: "Bagaimana kita tahu sesuatu itu benar?", "Apa metode yang valid untuk mendapatkan pengetahuan?". Ilmu pengetahuan berkembang berdasarkan gagasan epistemologis yang dipelajari dalam filsafat.

(5)

Memberi Kerangka Aksiologis (Nilai dan Etika): Filsafat memberikan panduan dalam hal nilai-nilai dan etika penggunaan ilmu pengetahuan (aksiologi). Ilmu pengetahuan dapat menghasilkan banyak penemuan yang berpotensi besar, tetapi filsafat membantu menentukan bagaimana penemuan tersebut seharusnya digunakan secara etis. Contohnya, dalam penelitian genetik atau teknologi kecerdasan buatan, filsafat etika berperan penting untuk menentukan batasan-batasan moral.

Mengkritisi dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan: Filsafat juga berfungsi sebagai pengkritik ilmu pengetahuan. Filsafat menguji asumsi dasar dari metode ilmiah dan hasil- hasilnya. Dengan demikian, filsafat berperan dalam mengembangkan metode yang lebih baik dan memperbaiki kesalahan dalam pandangan ilmiah yang ada.

Menyatukan Ilmu dengan Perspektif Holistik: Filsafat memberikan landasan untuk memahami ilmu pengetahuan dalam konteks yang lebih luas. Ia menyatukan berbagai disiplin ilmu dalam kerangka yang lebih koheren dan holistik, mempertimbangkan hubungan antara disiplin-disiplin tersebut, dan bagaimana mereka berkontribusi pada pemahaman kita tentang dunia.

Secara keseluruhan, filsafat berfungsi sebagai landasan konseptual dan etis bagi ilmu pengetahuan, membantu ilmu bergerak dalam arah yang rasional dan bermanfaat untuk kemanusiaan.

3. Apa yang saudara pahami tentang; (a) teori ilmiah, (b) bagaimana fase pembentukan teori ilmiah, dan (c) apa fungsi teori itu, (d) apa arti teori bersifat tentatif, dalam batas mana suatu teori masih bisa dipercaya.

(a) Teori Ilmiah

Teori ilmiah adalah penjelasan yang didasarkan pada serangkaian bukti yang konsisten, logis, dan teruji yang menjelaskan fenomena alam atau sosial. Teori ilmiah dibuat berdasarkan pengamatan, eksperimen, dan analisis data yang berulang, serta sering kali melibatkan penyusunan hipotesis yang kemudian diverifikasi atau difalsifikasi. Teori ilmiah memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana berbagai fenomena bekerja dan menghubungkan satu sama lain. Contoh dari teori ilmiah adalah Teori Evolusi, Teori Relativitas, dan Teori Mekanika Kuantum.

Karakteristik teori ilmiah:

(6)

Bersifat Prediktif: Teori ilmiah tidak hanya menjelaskan fenomena yang ada, tetapi juga dapat memprediksi fenomena atau hasil yang belum diamati.

Konsisten dengan Data Empiris: Teori ilmiah harus didukung oleh data dan eksperimen yang bisa diverifikasi oleh para peneliti lain.

Terbuka untuk Diuji dan Direvisi: Teori ilmiah selalu terbuka untuk diuji ulang, disempurnakan, atau direvisi jika ada bukti baru yang menantang teori tersebut.

(b) Fase Pembentukan Teori Ilmiah

Pengamatan dan Pertanyaan: Tahap pertama dalam pembentukan teori ilmiah dimulai dengan pengamatan terhadap fenomena alam atau sosial yang menimbulkan pertanyaan.

Ilmuwan mengamati pola-pola atau fenomena yang belum sepenuhnya dipahami.

Hipotesis: Setelah pengamatan, ilmuwan merumuskan hipotesis, yaitu penjelasan sementara tentang fenomena yang diamati. Hipotesis ini dapat diuji melalui eksperimen atau pengumpulan data.

Eksperimen dan Pengujian: Hipotesis diuji melalui eksperimen yang dirancang dengan hati-hati atau observasi yang lebih detail. Data yang dihasilkan digunakan untuk mendukung atau menolak hipotesis.

Analisis dan Kesimpulan: Berdasarkan hasil eksperimen, ilmuwan menganalisis data untuk menentukan apakah hipotesis awal benar atau salah. Jika hipotesis berulang kali divalidasi, ia menjadi semakin kuat.

Penyempurnaan dan Formulasi Teori: Jika hipotesis telah diuji dan didukung oleh berbagai data empiris dari berbagai konteks, ilmuwan mulai merumuskan teori yang lebih luas.

Teori ini menyatukan berbagai temuan dan menyediakan kerangka untuk menjelaskan fenomena secara lebih umum.

Verifikasi dan Replikasi: Agar dapat diterima sebagai teori ilmiah, hasil dari pengujian teori tersebut harus direplikasi oleh ilmuwan lain di berbagai tempat dan situasi. Jika hasilnya konsisten, maka teori tersebut diakui lebih luas.

(c) Fungsi Teori Ilmiah

Penjelasan Fenomena: Teori ilmiah memberikan penjelasan mendasar tentang bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi. Teori membantu mengintegrasikan berbagai hasil penelitian ke dalam kerangka penjelasan yang koheren.

(7)

Prediksi: Teori ilmiah tidak hanya menjelaskan fenomena yang sudah diamati, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memprediksi hasil yang belum terjadi atau fenomena yang belum diamati. Misalnya, Teori Gravitasi dapat memprediksi perilaku benda-benda yang dipengaruhi oleh gravitasi.

Kerangka Kerja untuk Penelitian Lanjutan: Teori ilmiah menyediakan dasar bagi penelitian lanjutan. Hipotesis dan eksperimen baru sering kali didasarkan pada teori yang sudah ada.

Menyatukan Pengetahuan: Teori ilmiah berfungsi untuk menyatukan pengetahuan yang tampaknya terpisah-pisah ke dalam satu kesatuan yang lebih mudah dipahami. Dengan adanya teori, berbagai fenomena bisa dihubungkan satu sama lain.

(d) Arti Teori Bersifat Tentatif dan Batas Kepercayaan Terhadap Teori

Teori bersifat tentatif artinya teori ilmiah tidak bersifat final dan tetap, melainkan selalu terbuka untuk diuji ulang, diperbarui, atau bahkan digantikan jika ditemukan bukti baru yang lebih kuat. Meskipun teori ilmiah dapat memberikan penjelasan yang kuat dan berguna, tidak ada teori yang dianggap sebagai kebenaran absolut. Ilmuwan selalu memperlakukan teori dengan sikap terbuka terhadap perubahan, mengingat penemuan baru atau pengembangan metode ilmiah yang lebih canggih dapat mempengaruhi keabsahan teori tersebut.

Namun, teori yang sudah teruji secara luas dan didukung oleh data empiris dari berbagai sumber dan situasi bisa dipercaya hingga tingkat yang sangat tinggi. Dalam praktiknya, suatu teori ilmiah dipercaya selama:

Didukung oleh Bukti Empiris yang Kuat: Teori yang secara konsisten sesuai dengan hasil eksperimen dan observasi dapat dipercaya, meskipun bersifat tentatif.

Tidak Ada Bukti yang Bertentangan Secara Signifikan: Teori tetap dipercaya selama tidak ada bukti yang bertentangan secara fundamental atau tidak bisa dijelaskan oleh teori tersebut.

Mampu Mempertahankan Validitasnya dalam Berbagai Kondisi: Teori yang dapat diaplikasikan secara konsisten dalam berbagai situasi dan kondisi, serta tidak terbatas pada konteks yang sempit, cenderung lebih dipercaya.

(8)

Dapat Memperbarui Diri: Teori yang mampu diperbarui dan disempurnakan seiring dengan perkembangan bukti baru menunjukkan fleksibilitasnya, sehingga teori tersebut tetap relevan dan terpercaya.

Contohnya, Teori Relativitas Einstein dipercaya karena telah teruji dalam berbagai eksperimen, tetapi jika ada penemuan baru yang lebih akurat, teori ini bisa disempurnakan.

4. Jelaskan bagaimana memposisikan fungsi pengalaman (experience) dalam mendukung objektivitas Sain.

Pengalaman (Experience) dalam Mendukung Objektivitas Sains

Dalam konteks sains, pengalaman atau observasi empiris adalah salah satu elemen kunci yang membantu memastikan objektivitas. Pengalaman di sini merujuk pada segala sesuatu yang dapat diamati, diukur, atau dialami secara langsung oleh indera atau instrumen. Posisi pengalaman dalam mendukung objektivitas sains dapat dijelaskan melalui beberapa cara:

1. Dasar Empiris bagi Pengetahuan Ilmiah

Pengalaman langsung melalui observasi dan eksperimen adalah pondasi dari sains empiris.

Melalui pengalaman, peneliti dapat mengumpulkan data empiris yang menjadi bahan dasar bagi pembentukan hipotesis, pengujian, dan pembentukan teori. Objektivitas dalam sains tercapai karena data tersebut bisa diverifikasi dan diulang oleh ilmuwan lain di berbagai tempat dan waktu.

Contoh: Dalam sains alam, seperti fisika atau kimia, data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan langsung merupakan sumber utama yang digunakan untuk memvalidasi teori. Misalnya, pengukuran suhu air mendidih pada tekanan tertentu memberikan data yang objektif dan dapat diuji ulang.

2. Mengurangi Subjektivitas dan Bias

Pengalaman empiris membantu mengurangi subjektivitas karena data yang dihasilkan bersifat terbuka untuk verifikasi publik. Data yang diperoleh dari pengalaman tidak bergantung pada pendapat atau keyakinan individu, melainkan pada fakta yang dapat diamati dan diukur secara konsisten oleh siapa pun yang menggunakan metode yang sama.

Replikasi: Dalam sains, hasil eksperimen harus bisa direplikasi oleh ilmuwan lain yang menggunakan metode serupa. Jika hasil tersebut konsisten, maka hal itu mendukung

(9)

objektivitas, karena hasil tersebut tidak tergantung pada orang tertentu melainkan pada fenomena itu sendiri.

3. Menghasilkan Bukti yang Dapat Diandalkan

Fungsi utama pengalaman dalam sains adalah menghasilkan bukti empiris yang dapat diuji dan diverifikasi. Ilmu pengetahuan menuntut bahwa setiap klaim harus didasarkan pada bukti nyata yang dapat diuji melalui pengalaman, bukan hanya asumsi atau dugaan.

Pengujian Hipotesis: Teori dan hipotesis dalam sains diuji berdasarkan bukti empiris yang diperoleh dari pengalaman. Jika bukti mendukung hipotesis, maka hipotesis tersebut dikuatkan. Jika tidak, hipotesis tersebut harus direvisi atau ditolak.

Objektivitas Bukti: Karena pengalaman menghasilkan data nyata, klaim ilmiah bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan bukti yang dapat diakses dan diuji oleh orang lain, yang menghindarkan klaim tersebut dari bias atau penafsiran subjektif.

5. Jelaskan kelebihan dan keterbatasan metode ilmiah. Apa tujuan ekperimen dalam riset ilmiah.

Kelebihan Metode Ilmiah

Objektivitas: Metode ilmiah didesain untuk menghasilkan pengetahuan yang objektif, bebas dari bias pribadi. Penggunaan pengamatan empiris, pengukuran, dan eksperimen terstruktur memastikan hasil yang bisa diverifikasi oleh orang lain.

Replikabilitas: Salah satu kekuatan terbesar dari metode ilmiah adalah kemampuannya untuk diuji ulang dan direplikasi oleh ilmuwan lain. Ini memastikan bahwa hasil-hasil penelitian dapat divalidasi dan diulang dalam kondisi yang sama, memberikan bukti yang konsisten.

Sistematis dan Terstruktur: Metode ilmiah mengikuti proses yang sistematis, mulai dari pengamatan, perumusan hipotesis, eksperimen, hingga kesimpulan. Pendekatan ini memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil logis dan terarah.

Prediktif: Teori ilmiah yang dikembangkan melalui metode ilmiah tidak hanya menjelaskan fenomena yang telah diamati, tetapi juga mampu memprediksi hasil-hasil yang belum diketahui. Prediksi ini sangat penting dalam banyak bidang ilmu, seperti fisika, biologi, dan kimia.

(10)

Berdasarkan Bukti Empiris: Semua kesimpulan dalam metode ilmiah didasarkan pada bukti yang diperoleh melalui observasi atau eksperimen yang dapat diverifikasi. Ini memastikan bahwa klaim-klaim ilmiah dapat diuji dan dipertanggungjawabkan.

Keterbatasan Metode Ilmiah

Terbatas pada Fenomena yang Dapat Diobservasi: Metode ilmiah hanya dapat digunakan untuk mempelajari fenomena yang dapat diukur dan diobservasi. Hal-hal yang bersifat metafisika, moralitas, atau pengalaman subjektif (seperti kesadaran) sulit dipelajari dengan metode ilmiah karena tidak dapat diamati atau diukur secara langsung.

Ketergantungan pada Teknologi: Kemampuan metode ilmiah sering kali dibatasi oleh teknologi yang tersedia. Banyak fenomena alam yang tidak dapat diukur atau dipelajari secara akurat tanpa teknologi yang tepat, dan jika teknologi tersebut tidak tersedia, pengetahuan kita akan terbatas.

Bias dan Kesalahan Manusia: Meskipun metode ilmiah dirancang untuk meminimalkan bias, dalam praktiknya ilmuwan tetap bisa terpengaruh oleh bias observasional, kesalahan dalam pengukuran, atau interpretasi data yang subjektif. Selain itu, faktor sosial dan budaya juga dapat memengaruhi cara ilmu pengetahuan dipraktikkan.

Kesulitan Mengontrol Semua Variabel: Dalam eksperimen ilmiah, terutama di bidang ilmu sosial atau ekologi, sering kali sulit atau tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini bisa mempengaruhi hasil eksperimen, membuatnya kurang dapat diandalkan.

Generalisasi yang Terbatas: Hasil eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan laboratorium terkadang tidak mencerminkan kondisi nyata di luar laboratorium. Oleh karena itu, ada batasan dalam sejauh mana hasil eksperimen dapat digeneralisasi untuk fenomena yang lebih luas.

6. Jelaskan apa maksudnya: Objectivity as Intersubjective Testability

Objectivity as Intersubjective Testability merujuk pada gagasan bahwa objektivitas dalam ilmu pengetahuan dapat dicapai melalui pengujian intersubjektif, yaitu pengujian yang dapat dilakukan oleh berbagai orang atau kelompok yang berbeda, dan menghasilkan hasil yang sama atau konsisten. Konsep ini penting dalam sains karena membantu mengatasi masalah bias atau subjektivitas pribadi, dan memastikan bahwa pengetahuan yang

(11)

dihasilkan adalah universal dan dapat diterima oleh semua orang, terlepas dari pandangan atau kepentingan individu.

7. Apa hakikat riset ilmiah dan jelaskan prinsip-prinsip dalam perilaku riset.

Hakikat riset ilmiah adalah proses sistematis yang didasarkan pada bukti empiris, bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan yang objektif dan bisa diuji ulang. Prinsip-prinsip perilaku riset ilmiah, seperti kejujuran, keterbukaan, objektivitas, dan etika, sangat penting untuk menjaga kualitas dan integritas riset. Prinsip-prinsip ini memastikan bahwa riset ilmiah bukan hanya bermanfaat bagi peneliti, tetapi juga bagi komunitas ilmiah dan masyarakat luas.

8. Bagaimana interaksi antara Experiment and Theory.

Interaksi antara Eksperimen dan Teori dalam ilmu pengetahuan merupakan hubungan yang saling bergantung dan dinamis. Keduanya saling melengkapi dan mendukung proses pengembangan pengetahuan ilmiah. Teori memberikan kerangka konseptual untuk memahami fenomena, sedangkan eksperimen menyediakan data empiris yang bisa menguji, mendukung, atau menentang teori. Interaksi ini melibatkan proses siklus yang melibatkan pengujian hipotesis, pengembangan teori, prediksi, dan verifikasi melalui data empiris.

9. Bagaimana langkah pembentukan Teori (The Formation of Theories)

Pembentukan teori adalah proses iteratif yang melibatkan observasi, pengembangan hipotesis, pengujian melalui eksperimen, dan penyempurnaan hipotesis menjadi teori yang lebih luas. Teori ilmiah yang baik memberikan kerangka untuk memahami fenomena alam, memungkinkan prediksi, dan dapat diuji serta diverifikasi secara empiris oleh komunitas ilmiah. Proses ini terus berkembang seiring dengan munculnya bukti baru, menjadikan teori ilmiah sebagai bagian dinamis dari pengetahuan manusia.

10. Jelaskan bagaimana tahapan metode ilmiah (Steps of the scientific method)

Metode ilmiah adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan ilmiah dan mengembangkan pengetahuan baru. Setiap tahapan saling terkait, dan proses ini memastikan bahwa pengetahuan yang dihasilkan dapat diuji, diverifikasi, dan direplikasi secara objektif. Ini membantu ilmuwan mencapai objektivitas dan menghindari bias dalam penelitian mereka, serta memastikan bahwa hasil ilmiah dapat diandalkan dan diterima secara luas.

(12)

11. Jelaskan bagaiamana tahapan metode berfikir reflektif (A Method of Reflective Thinking)

Dalam filsafat ilmu, metode berpikir reflektif merupakan pendekatan yang memfokuskan pada analisis dan pemaknaan pengalaman untuk mengembangkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut adalah tahapan dalam metode berpikir reflektif yang lebih terperinci dan berkaitan dengan konteks filsafat ilmu:

a) Pengalaman Langsung

Tahap pertama melibatkan pengalaman nyata yang dialami individu, baik itu dalam konteks pendidikan, penelitian, maupun situasi kehidupan sehari-hari. Pengalaman ini menjadi bahan dasar untuk refleksi. Dalam konteks filsafat ilmu, pengalaman ini dapat dianggap sebagai data mentah yang akan dianalisis.

b) Deskripsi Pengalaman

Pada tahap ini, individu mendokumentasikan dan mendeskripsikan pengalaman tersebut secara rinci, termasuk konteks, perasaan, dan reaksi yang muncul. Deskripsi yang jelas penting untuk memastikan bahwa refleksi beralasan dan terfokus. Dalam filsafat ilmu, ini mirip dengan pengumpulan data dalam penelitian.

c) Analisis Kritis

Di fase ini, individu mulai menganalisis pengalaman yang dideskripsikan. Ini melibatkan pengidentifikasian pola, tema, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman tersebut.

Dalam filsafat ilmu, analisis kritis merujuk pada pengujian asumsi dan mempertimbangkan berbagai perspektif.

d) Interpretasi

Setelah menganalisis, individu menginterpretasikan makna dari pengalaman tersebut.

Pertanyaan reflektif yang dapat diajukan termasuk: Apa pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman ini? Bagaimana pengalaman ini mempengaruhi pandangan dan keyakinan saya? Dalam filsafat ilmu, ini berfungsi untuk menggali kebenaran yang lebih dalam dari data atau pengalaman yang ada.

12. Apa yang dimaksud; (a) etika dalam riset dan mengapa hal itu penting; (b) apa bedanya etika riset dengan etika sain, (c) mengapa keduanya penting dalam pengembangan ilmu.

a) Etika dalam riset dan mengapa hal itu penting.

(13)

Kata etika menunjukkan suatu prinsip-prinsip etis yang memberikan petnjuk tentang bagaimana perilaku kita itu etis, bermoral, Ketika menjalankan tugas/pekerjaan di dalam penelitian ilmiah. Dengan kata lain etika diterapkan dalam setiap perilaku keilmuan selama menjalankan penelitian ilmiah. Tentu dengan pengerjaan ini ada isu-isu tertentu yang membuat peneliti melakukan hal-hal yang tidak etis. Kadang ada pelanggaran-pelanggaran etis selama menjalankan penelitian-penelitian ilmiah. Dari sini lah muncul pertanyaan

“Mengapa etika itu penting?”

Ada beberapa alasan tentang pentinganya etika dalam riset, diantaranya:

 Kejujuran

Dengan etika maka akan membangun sikap peneliti yang jujur/menjaga kejujuran.

Menjaga kejujuran yang dimaksud yaitu honestly to report data, analisis result/hasil, menentukan metode dan prosedur, serta publikasi hasil penelitian, Do not fabricate, falsify, or misrepresent data.

 Objektif

Dengan etika maka dapat menjaga cara-cara kerja dalam penelitian secara objektif. Artinya bahwa bisa menjaga ketika kita mendesain (desain eksperimen, analisis data, interpretasi data, tinjauan sejawat, personnel decisions, grant writing, kesaksian ahli, dll). Contoh ketika menganalis data, harus apa adanya tidak menambah atau merubah angka-angka hasil temuan.

 Integrity

Dengan beretika maka seseorang akan menjaga integritasnya. Integritas tentu menyangkut komitmen (harus mematuhi apa yang sudah menjadi kesepakatan). Selalu menjaga konsistensi antara pemikiran dan tindakan

 Carefullness/Kehati-hatian

Menghindari kesalahan yang ceroboh dan kelalaian; memeriksa dengan cermat dan kritis.

Menyimpan catatan yang baik tentang kegiatan penelitian, seperti pengumpulan data, desain penelitian, dan korespondensi dengan lembaga atau jurnal.

b) Apa bedanya etika riset dengan etika sain

 Etika Riset

(14)

Fokus pada praktik dan prosedur yang digunakan dalam penelitian, termasuk perlakuan terhadap subjek, kejujuran dalam pelaporan, dan tanggung jawab sosial. Ini lebih spesifik untuk konteks penelitian dan interaksi dengan subjek penelitian.

 Etika Sain

Selalu berkaitan erat dengan tanggung jawab kemanusiaan. Tangung jawab tidak hanya kepada kewajiban untuk mempraktikkan (menerapkan) konsep-konsep sains dan teknologi saja, tetapi harus sampai kepada perkiraan perubahan-perubahan alam dan sosial yang mungkin terjadi, sehingga etika sains pada hakekatnya merupakan keinsyafan etis (penyadaran diri tentang adanya kemungkinan yang salah) dan kewajiban etis (upaya memaksimalkan untuk mengurangi kesenjangan yang ada).

c) Mengapa keduanya penting dalam pengembangan ilmu

Etika riset dan etika sain sangat penting untuk pengembangan ilmu karena keduanya menjaga integritas dan reputasi ilmu pengetahuan. Etika riset menekankan kejujuran dalam pengumpulan dan pelaporan data, sehingga hasil penelitian dapat dipercaya dan dapat direproduksi oleh peneliti lain. Selain itu, etika riset melindungi hak dan kesejahteraan subjek penelitian, menuntut perlunya persetujuan yang diinformasikan dan perlakuan yang adil, yang pada gilirannya mendorong tanggung jawab moral peneliti. Di sisi lain, etika sain mengajak para ilmuwan untuk mempertimbangkan implikasi sosial dan lingkungan dari penelitian mereka. Dengan responsibilitas moral yang tinggi, peneliti dapat mengarahkan inovasi ke jalur yang mendukung kebaikan bersama dan meminimalkan risiko. Keduanya juga berperan dalam memperkuat kepercayaan publik terhadap penelitian, dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta mendorong diskusi yang lebih dalam mengenai nilai-nilai yang mendasari praktik ilmiah. Dalam konteks perkembangan teknologi yang pesat, etika riset dan sain membantu ilmuwan untuk merespons isu-isu baru dan kompleks dengan cara yang bertanggung jawab, menjamin bahwa pengetahuan baru yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat tetapi juga diperoleh dan diterapkan secara etis.

13.Tunjukkan persoalan etik dalam riset di bidang Ilmu Fisika.

Persoalan etik dalam riset di bidang Ilmu Fisika mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

 Penggunaan Subjek Manusia dan Hewan

Dalam beberapa penelitian fisika, terutama yang berkaitan dengan biophysics atau

(15)

penelitian yang melibatkan interaksi fisika dengan sistem biologis, ada kemungkinan penggunaan subjek manusia atau hewan. Penting untuk memastikan bahwa penelitian ini dilakukan dengan persetujuan yang diinformasikan dan perlakuan yang etis terhadap subjek tersebut. Misalnya, eksperimen yang melibatkan radiasi atau bahan berbahaya harus mempertimbangkan risiko yang mungkin ditimbulkan bagi subjek.

 Kejujuran dalam Pelaporan Data

Peneliti di bidang fisika harus melaporkan data dan hasil penelitian dengan jujur.

Manipulasi data atau penyembunyian hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis dapat merusak integritas ilmiah dan menyesatkan komunitas ilmiah. Contoh kasus di mana data dipalsukan atau diubah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dapat merusak reputasi peneliti dan institusi.

 Dampak Lingkungan

Penelitian fisika, terutama yang berkaitan dengan energi dan material, dapat memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Peneliti harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari penelitian mereka, seperti penggunaan sumber daya alam, limbah yang dihasilkan, dan potensi pencemaran. Misalnya, penelitian yang melibatkan pengembangan teknologi baru harus mengevaluasi dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.

 Kolaborasi dan Penghargaan terhadap Kontribusi

Dalam kolaborasi penelitian, penting untuk memberikan penghargaan yang tepat kepada semua kontributor. Ketidakadilan dalam pengakuan kontribusi dapat menimbulkan konflik dan merusak hubungan profesional. Peneliti harus memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam penelitian mendapatkan kredit yang sesuai.

 Akses dan Keadilan dalam Penelitian

Penelitian fisika sering kali melibatkan akses ke teknologi dan sumber daya yang mahal.

Ada persoalan etik terkait dengan keadilan dalam akses terhadap penelitian dan teknologi.

Peneliti harus mempertimbangkan bagaimana hasil penelitian dapat diakses oleh masyarakat luas dan tidak hanya oleh kelompok tertentu yang memiliki sumber daya.

14. Berikan contoh pendekatan filsafat dalam praktik pengembangan ilmu di bidang Fisika.

Dalam pengembangan ilmu Fisika, pendekatan filsafat sering kali berperan dalam membentuk dasar pemikiran yang lebih mendalam tentang bagaimana kita memahami

(16)

alam semesta. Berikut adalah contoh pendekatan filsafat dalam praktik pengembangan ilmu di bidang Fisika:

Realisme vs. Instrumentalisme:

Realisme ilmiah berpendapat bahwa teori-teori fisika mencerminkan kenyataan yang ada di alam semesta, meskipun tidak semuanya dapat langsung diobservasi. Misalnya, partikel subatom yang tidak bisa dilihat secara langsung dipercaya benar-benar ada dan berperan dalam menjelaskan fenomena fisik yang lebih besar.

Sebaliknya, instrumentalisme menganggap bahwa teori fisika hanyalah alat atau model yang berguna untuk memprediksi hasil eksperimen, tanpa harus menyatakan bahwa elemen-elemen teoretis tersebut benar-benar ada. Misalnya, konsep medan atau partikel virtual dalam mekanika kuantum mungkin hanya dianggap sebagai alat untuk meramalkan hasil pengamatan, tanpa berasumsi bahwa mereka benar-benar ada.

Epistemologi dan Fisika Kuantum: Fisika kuantum menantang konsep-konsep tradisional tentang kepastian dan determinisme. Prinsip ketidakpastian Heisenberg, misalnya, menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengetahui posisi dan momentum partikel secara bersamaan dengan presisi tak terbatas. Filsafat membantu fisikawan memahami implikasi epistemologis ini, yakni bahwa pengetahuan kita tentang alam semesta mungkin terbatas oleh sifat fundamental dari kenyataan itu sendiri.

Reduksionisme vs. Holisme: Reduksionisme dalam fisika berpendapat bahwa fenomena alam dapat dijelaskan dengan memecahnya ke dalam bagian-bagian kecil, seperti mempelajari atom atau partikel dasar untuk memahami materi secara keseluruhan.

Sebaliknya, holisme berpendapat bahwa beberapa sifat dari sistem fisik hanya dapat dipahami secara utuh, bukan melalui bagian-bagiannya saja. Contoh dalam fisika adalah teori sistem kompleks dan dinamika non-linier.

Semarang, 5 Oktober 2024 Dosen Pengampu,

Ttd

Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno, M.Hum

Catatan Sumber referensi : (1) beberapa PPT bahan kuliah; (2) Hand Book : ” Issues In Science and Religion” (3) Hand Book :Living Issues in Philosophy, (4) Artikel : What is Ethic in Research and Why is It Important.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Profil Program Studi Sarjana bidang Ilmu Pengetahuan Budaya yang mampu menganalisis filsafat baik dari bidang epistemologi, etika, dan ontologi serta mampu mengaplikasikan

Sunardi, St. Jakarta: Timun Mas. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiolohgi

Maka, untuk menemukan nilai kegunaan sebuah ilmu pengetahuan dapat ditinjau dari perspektif ontologi, yaitu hakikat ilmu, perspektif epistemologi, yaitu bagaimana cara memperoleh

Mereka telah menawarkan gagasan-gagasan baru tentang Epistemologi Ilmu atau Filsafat keilmuan, yang dapat dijadikan sebagai landasan konstruktif untuk

Kerangka epistemologi Suhrawardi dalam mencapai puncak sumber ilmu dan pengetahuan disimbolkan dengan cahaya, dari cahaya tersebut manusia dapat memahami pengetahuan yang seimbang

Rajah 1: Kerangka Sruktur Disiplin Sejarah Sumber: PPK 2003 Berlandaskan kepada kerangka disiplin ilmu sejarah tersebut, kesepaduan antara komponen pengetahuan sejarah, kemahiran

Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori.Menurut Achmadi epistemologi disebut sebagai

ETIKA PENELITIN DALAM ILMU PENGETAHUAN Saya, sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian, memiliki pemahaman mendalam terhadap epistemologi dan ontologi sebagai fondasi