Diketahui :
Kala Ulang
(Th) 1 2 3 4 5 6
1.1 27 40 73 46 40 68
2 54 65 96 77 66 86
5 78 88 118 106 89 103
10 95 104 132 125 105 114
20 110 119 146 143 119 124
50 130 138 163 167 139 138
100 146 152 177 185 153 148
Keterangan
1 Hilir pertemuan K.Lamong-K.Jublang 2 Hilir pertemuan K.Lamong-K.Gondang 3 Hilir pertemuan K.Lamong-K.Cermenlerek 4 Hilir pertemuan K.Lamong-K.Menganti 5 Kuala K.Iker-iker
6 Bendung Karet K.Lamong I
Titik Tinjau Curah Hujan Rencana
Peta Tata Guna Lahan Metode US-SCS (Soil Conservation Service)
Volume limpasan (runoff) akan diestimasi dengan menggunakan metode US SCS (United States Soil Conservation Service). Dalam menggunakan cara SCS, runoff dari sebuah daerah aliran (catchment) yang kejatuhan air hujan ditentukan berdasarkan ciri-ciri dari catchment-nya, yang diukur dari peta atau penilaian pada saat pengamatan lapangan. Kunci parameter dari catchment yang bersangkutan adalah luas, panjang dan kemiringan dari tapak aliran, serta tata guna lahan. Parameter tata guna
lahan meliputi neraca antara komponen-komponen yang kedap dan meresap air serta jenis dari komponen yang meresap.
Diantara parameter catchment yang paling menentukan untuk runoff adalah persentase luas yang kedap air dan Angka Kurva (CN Angka kurva yang lebih tinggi berarti runoff-nya juga lebih tinggi, dengan batasan teoritis dari CN adalah = 100 yang berarti sama dengan runoff-nya 100%.
Penggunaan lahan yang ada telah diinterpretasikan sesuai dengan kelompok-kelompok penggunaan lahan dengan karakteristik air limpasan yang berbeda, sebagai berikut :
Tabel 1. Harga CN yang disesuaikan dengan DAS di Indonesia
Kelompok Penggunaan Lahan untuk Pematusan Kedap Air % Serap Air CN Areal pemukiman (dengan kepadatan penduduk):
50 – 150 orang/ha (kawasan perumahan baru) 85 74
50 – 150 orang /ha (kawasan perumahan lama) 70 74
150 – 250 orang /ha 85 79
250 – 350 orang /ha 90 84
Lebih dari 350 orang /ha 95 88
Lahan terbuka:
Rerumputan (>75%) 0 74
Campuran (wilayah rerumputan 25-75%) 0 79
Lain-lain:
Industri, bisnis dan perdagangan 95 88
Fasilitas umum / kampus 70 79
Jalan utama, areal parkir mobil dsb. 100 Sumber : Surabaya Drainage Master Plan Report
Panjang rata-rata dari aliran permukaan dan kemiringan lahan dapat dihitung dari peta. Panjang aliran permukaan untuk catchment simetrik dapat dihitung dengan persamaan :
saluran panjang
2 Panjang Luas
(1)Sedangkan untuk daerah aliran satu sisi, panjang aliran permukaan dapat dihitung :
saluran panjang
Panjang Luas
(2)Kemiringan dari aliran permukaan adalah kemiringan rata-rata permukaan dari ujung daerah aliran ke saluran utama. Ini tidak berarti bahwa kemiringan tersebut dihitung dari perbedaaan ketinggian terbesar dari daerah aliran dibagi dengan panjang dari saluran drainase utama.
63m
(b) One-sided catchment A = 2.4ha L = A/W = 24000
192
= 125 m
(a) Symmetrical catchment A = 2.2ha
= 47 m
L = A/(2W) = 22000 2(63+75+96)
192m 96m
75m
Pendekatan untuk menghitung panjang overland flow
US SCS membangun persamaan dengan koefisien empiris yang berhubungan dengan elemen-elemen dari unit hidrograf yang mewakili karakteristik dari daerah aliran. Unit hydrograph ditentukan oleh elemen-elemen seperti Qp (cfs), Tp (jam) and Tb (jam). Persamaan Unit hidrograp US SCS dapat ditulis sebagai berikut :
p
p T
A q
Q 484 (3)
dimana :
Qp = Debit puncak (cfs)
q = rainfall excess/hujan efektif (inch) A = Luas area (mil2)
Tp = Waktu debit puncak (jam) Tp dapat dihitung dengan persamaan :
t
LD
2
T
p (4)dimana :
D = Lamanya hujan (jam)
tL = waktu antara datangnya hujan dengan waktu terjadinya debit puncak.
Waktu t L dapat dihitung dengan :
5 . 0
7 . 0 8
. 0
1900 ) 1 (
Y S t
LL
(5)dimana :
L = Panjang over land flow (ft)
S = Retensi maksimum (inchi) S = 1000/CN – 10 (6)
CN = Curve Number, yang berisi pengaruh dari tanah, tata guna lahan, kondisi hidrologi dan soil moisture.
Besarnya hujan yang menjadi aliran permukaan (rainfall excess/hujan efektif) dapat dihitung dengan persamaan :
0.8S R
0.2S q R
2
for R 0.2 S (7)dimana R = kedalaman hujan (inch).
Jika R 0.2 S kita dapat mengasumsikan bahwa q = 0 yang berarti semua air hujan yang jatuh meresap kedalam tanah.
Jawaban
I. Menghitung Pembagian luasan subdas dan kemiringan rata-rata dari kali utama tiap subdas pada DAS Lamong
Dari soal hanya diketahui bahwa das lamong terbagi 6 luasan subdas beserta hujan rencananya. Dalam tugas ini, das lamong ini dibagi menjadi 10 subdas. Untuk menghitung luas untuk masing-masing subdas diukur dengan skala yang ada pada file CAD yang diberikan dengan mendigit ulang pembagian subdasnya lalu dihitung luas dan panjang sungainya seperti gambar berikut ini :
1
A=226,120 km2
2
A=46,94 km2
3
A=71,08 km2
4
A=154,03 km2
5
A=58,80 km2
7
A=51,58 km2
6
A=39,08 km2
9
A=17,55 km2
8
A=41,08 km2
10
A=13,90 km2
L=39,03 km L=23,22 km
L=29,13 km L=20.46 km
L=7,31 km L=5,49 km
L=15,33 km L=13,58 km
L=7,07 km
L=7.07 km
subDAS Nama Sungai Luas Panjang Panjang
Subdas (km2) Sungai (km) Aliran (ft)
1 Kali lamong A 226.12 39.03 9503.76
2 Kali lamong B Kiri 46.94 23.22 6632.33
3 Kali lamong B-C Kanan 71.08 29.13 8005.56
4 Kali lamong C-D-E-F Kiri 154.03 20.46 24699.31
5 Kali lamong D Kanan 58.80 7.31 26390.34
6 Kali lamong E Kanan 39.08 5.49 23354.32
7 Kali lamong G Kiri 51.58 13.58 12461.39
8 Kali lamong F-G Kanan 41.08 15.33 8791.71
9 Kali lamong H Kiri 17.55 7.07 8144.09
10 Kali lamong H Kanan 13.90 7.07 6450.31
Diasumsikan DAS Lamong adalah sebuah DAS yang tidak simetris (one-side Catchment). Untuk menghitung kemiringan rata-rata sungai untuk masing-masing subdas diukur dari elevasi ujung daerah aliran ke saluran utama yang diperoleh berdasarkan informasi peta kontur dari CAD.
Berikut hasil perhitungan kemiringan sungai untuk tiap subdas :
sub.DAS Nama Sungai elevasi elevasi Panjang (Km) i Upstr (m) D.str (m) aliran (ft) dalam (%)
1 Kali lamong A 100 50 9503.76 1.72
2 Kali lamong B Kiri 87.5 25 6632.33 3.09
3 Kali lamong B-C Kanan 50 18.75 8005.56 1.28
4 Kali lamong C-D-E-F Kiri 37.5 12.5 24699.31 0.33
5 Kali lamong D Kanan 37.5 6.25 26390.34 0.39
6 Kali lamong E Kanan 25 3.93 23354.32 0.30
7 Kali lamong G Kiri 6.25 0.46 12461.39 0.15
8 Kali lamong F-G Kanan 25 1.73 8791.71 0.87
9 Kali lamong H Kiri 75 0.54 8144.09 3.00
10 Kali lamong H Kanan 6.25 0.47 6450.31 0.29
II. Menghitung CN dan % absorpsi pada tiap subdas dari DAS Lamong
Setelah pembagian subdas, lalu menghitung nilai Curve Number kompositnya yang diperoleh dengan menghitung nilai masing-masing curve numbernya sesuai dengan luasan masing-masing tipe kondisi lahan, yang selanjutnya dihitung perbandingan total luasan tiap kondisi lahan terhadap luasan total subdasnya. Berlaku juga untuk perhitungan persentasi absorpsinya sbb :
n
i total
i i
A .A
CN CN dan
ni total
i i
A .A )
%absorpsi (%abs
Dimana :
CNi = nilai curve number untuk masing-masing tipe kondisi lahan )i
(%abs = % absorpsi untuk masing-masing kondisi lahan
Ai = luasan masing-masing kondisi lahan
total
A
= Luasan total DASDari peta tata guna lahan diperoleh data sebagai berikut : Land Use CN % serap air (absorpsi)
Hutan 30.00 43
Pemukiman 85.00 90
Rawa 60.00 74
Rumput 75.00 0
Tambak 90.00 0
Land Use
Hutan 72.50 32.1 % 4.84 10.3 % 12.68 17.8 % 1.80 1.2 % 0.00 0.0 % Pemukiman 34.80 15.4 % 9.30 19.8 % 39.10 55.0 % 7.43 4.8 % 13.10 22.3 % Rawa 7.30 3.2 % 0.90 1.9 % 0.00 0.0 % 0.00 0.0 % 0.00 0.0 % Rumput 111.52 49.3 % 31.90 68.0 % 19.30 27.2 % 144.80 94.0 % 45.70 77.7 %
Tambak 0.0 0.0 % 0.0 0.0 % 0.0 0.0 % 0.0 0.0 % 0.00 0.0 %
Luas DAS 226.12 100.0 % 46.94 100.0 % 71.08 100.0 % 154.03 100.0 % 58.80 100.0 % C gab
% absorbsi
Land Use
Hutan 0.00 0.0 % 0.38 0.7 % 3.90 9.5 % 0.00 0.0 % 0.00 0.0 % Pemukiman 0.00 0.0 % 0.00 0.0 % 6.78 16.5 % 3.45 19.7 % 0.00 0.0 % Rawa 4.28 11.0 % 0.30 0.6 % 0.00 0.0 % 0.00 0.0 % 0.00 0.0 % Rumput 32.30 82.7 % 6.70 13.0 % 22.10 53.8 % 14.10 80.3 % 0.00 0.0 % Tambak 2.50 6.4 % 44.20 85.7 % 8.30 20.2 % 0.00 0.0 % 13.90 100.0 % Luas DAS 39.08 100.0 % 51.58 100.0 % 41.08 100.0 % 17.55 100.0 % 13.90 100.0 % C gab
% absorbsi
sub das 5
61.627 72.054 72.473 74.957 77.228
sub das 1 sub das 2 sub das 3 sub das 4
20.1 sub das 6 sub das 7 sub das 8 sub das 9 sub das 10
30.0 23.7 57.2 4.8
90.0
8.1 0.7 18.9 17.7 0.0
74.3 87.4 75.4 77.0
III. Menyusun data hujan rencana dengan subdas yang baru
Berikut adalah penyesuaian distribusi huhan rencana yang akan digunakan dalam analisa yang digunakan dengan program HMS.
Periode Ulang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.1 27 40 40 40 73 46 68 68 68 68
2 54 65 65 66 96 77 86 86 86 86
5 78 88 88 89 118 106 103 103 103 103
10 95 104 104 105 132 125 114 114 114 114
20 110 119 119 119 146 143 124 124 124 124
50 130 138 138 139 163 167 138 138 138 138
100 146 152 152 153 177 185 148 148 148 148
Periode Ulang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.1 1.06 1.57 1.57 1.57 2.87 1.81 2.68 2.68 2.68 2.68 2 2.13 2.56 2.56 2.60 3.78 3.03 3.39 3.39 3.39 3.39 5 3.07 3.46 3.46 3.50 4.65 4.17 4.06 4.06 4.06 4.06 10 3.74 4.09 4.09 4.13 5.20 4.92 4.49 4.49 4.49 4.49 20 4.33 4.69 4.69 4.69 5.75 5.63 4.88 4.88 4.88 4.88 50 5.12 5.43 5.43 5.47 6.42 6.57 5.43 5.43 5.43 5.43 100 5.75 5.98 5.98 6.02 6.97 7.28 5.83 5.83 5.83 5.83
hujan (mm)
hujan (inch)
Keterangan:
No s.DAS Nama Sungai 1 1 Kali lamong A
2 2 Kali lamong B Kiri 3 3 Kali lamong B-C Kanan 4 4 Kali lamong C-D-E-F Kiri 5 5 Kali lamong D Kanan 6 6 Kali lamong E Kanan 7 7 Kali lamong G Kiri 8 8 Kali lamong F-G Kanan 9 9 Kali lamong H Kiri 10 10 Kali lamong H Kanan
Data hujan yang akan digunakan adalah dengan periode ulang 10 tahun
IV. Menghitung Time lag untuk tiap sub DAS
Berikut adalah contoh perhitungan pada subdas 1.
Berdasarkan perhitungan sebelumnya diperoleh nilai CN komposit dari subdas 1 adalah Number CN = 61.63, Panjang sungai L = 39.03 km, Kemiringan rata-rata lahan I = Y = 1,72 % dan luas DAS A = 226.12 km2. dengan hujan rencana sebesar 95 mm (kala ulang 10th).
Penyelesaian :
6.23 61.63 10
10 1000 CN
S 1000
inchTotal hujan R = 95 mm = 3.74 inch Hujan efektif q :
0.2 S = 1.25 < R, untuk R 0.2 S maka :
6.23 0.71 0.8 3.74
6.23 0.2 3.74 0.8S
R 0.2S q R
2
2
inchPanjang dari overland flow
39.03 2
226.12 2L
Lo A
= 2,90 km = 9503.76 ft 100 50 9 503 , 76 0,0172 1 , 72 %
i
0.5 0.8 0.7
0.5 0.7 0.8
L
1900 1 , 72
1 23 . 6 76
, 9503 Y
1900 1) (S t L
=2,43 jam = 146,08 menitUntuk perhitungan subdas yang lain ditabelkan sebagai berikut :
s.DAS Nama Sungai CN %abs S (in) 0.2 S R10(in) syrt q q (inch) tL (jam) tL (Min) 1 Kali lamong A 61.63 0.86 6.23 1.25 3.74 hit q 0.71 2,43 146,08 2 Kali lamong B Kiri 72.05 3.09 3.88 0.78 4.09 hit q 1.53 1.04 62.2 3 Kali lamong B-C Kanan 72.47 1.28 3.80 0.76 4.09 hit q 1.56 1.85 111.0 4 Kali lamong C-D-E-F Kiri 74.96 0.33 3.34 0.67 5.20 hit q 2.61 8.34 500.5 5 Kali lamong D Kanan 77.23 0.39 2.95 0.59 4.92 hit q 2.58 7.61 456.6 6 Kali lamong E Kanan 74.32 0.30 3.46 0.69 4.13 hit q 1.72 8.60 516.2 7 Kali lamong G Kiri 87.44 0.15 1.44 0.29 4.49 hit q 3.13 4.75 285.3 8 Kali lamong F-G Kanan 75.41 0.87 3.26 0.65 4.49 hit q 2.07 2.23 133.7 9 Kali lamong H Kiri 76.97 3.00 2.99 0.60 4.49 hit q 2.20 1.08 64.7 10 Kali lamong H Kanan 90 0.29 1.11 0.22 4.49 hit q 3.38 1.83 109.7
V. APLIKASI PROGRAM HMS
Berikut adalah skema pembagian subdas pada DAS Lamong yang terdiri dari 10 sub das.
Skema Sub DPS Kali Lamong
V.1. Membuat model DAS
Diawali dengan membuka program HEC HMS 3.3,untuk membuat model DAS Lamong tahapannya adalah sebagai berikut :
J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8
Sub DAS 1 A = 226,12 km2 L = 39,03 km
Sub DAS 2 A = 46,94 km2 L = 29,22 km
Sub DAS 3 A = 71,08 km2 L = 29,13 km Sub DAS 4 A = 154,03 km2 L = 20,45 km
Sub DAS 5 A = 58,80 km2 L = 7,31 km
Sub DAS 6 A = 39,08 km2
L = 5,49 km Sub DAS 8 A = 41,08 km2 L = 13,58 km
Sub DAS 10 A = 19,90 km2 L = 7,07 km Sub DAS 7
A = 51,58 km2 L = 13,58 km
Sub DAS 9 A = 17,55 km2 L = 7,07 km
1. Klik file new (Ctrl N)
2. Isi Name project dengan Nama ’DAS Lamong’, berikan deskripsi dari das lamong (jika perlu), lalu cari lokasi dimana folder project baru akan disimpan. Atur default unit systemnya dengan satuan Metric, akhiri dengan klik Create. Maka akan muncul folder DAS Lamong di layar eksplorer dari HEC HMS di pojok kiri atas layar.
3. Klik folder DAS Lamong tersebut lalu klik menu Component Basin Model Manager, akan muncul kotak dialog Basin Model Manager,lalu klik New dan isi nama Basin Model beserta deskripsi dari model tersebut pada kotak dialog ’Create a New Basin Model’. Setelah kotak dialog diisi klik create maka pada kotak dialog ’ Basin Model Manager’ akan muncul das lamong dan tutup kotak dialog.
4. Berikutnya adalah membuat background dengan cara melakukan import gambar. Klik menu View lalu pilih backgound map. Maka akan muncul kotak dialog ’Background map’. Klik Add dan cari gambar background yang akan dipilih. File yang dapat terbaca biasanya dalam bentuk *.dxf atau *.shp. Setelah file ditemukan klik select lalu akan muncul kotak dialog
’Background map’ dan klik OK. Dan pada window HMS akan muncul tampilan backgroundnya.
V.2. Input parameter DAS
V.2.1. membuat model subdas, Junction dan Sungai
1. Membuat subdas dengan cara klik shortcut (subbasin creation tool). Lalu klik pada peta di daerah yang sesuai dengan wilayah subdasnya, maka muncul kotak dialog
’Create a new Subbasin Element’. Isikan nama subdas dengan nama subbdas 1 dan deskripsinya (jika perlu), lalu klik create.
2. Lakukan hal tersebut untuk 9 subdas yang lain hingga tampil gambar seperti berikut.
3. Membuat Junction dengan klik shortcut (Junction Creating Tool) lalu klik dipeta pada posisi outlet tiap subdas, maka muncul kotak dialog ’Create a new Junction Element’. Isikan nama junctions dengan nama J1 dan deskripsinya (jika perlu), lalu klik create.
4. Lakukan hal tersebut untuk 7 junction yang lain hingga tampil gambar seperti berikut :
5. Membuat reach (sungai/kali) dengan klik shortcut (Reach Creating Tool) lalu klik dipeta pada posisi di salah satu titik sungai yang terdapat pada DAS lamong. maka muncul kotak dialog ’Create a new Junction Element’. Isikan nama junctions dengan nama J1 dan deskripsinya (jika perlu), lalu klik create.
6. Lakukan hal tersebut untuk sungai yang lain hingga tampil gambar seperti berikut.
V.2.2. Mengatur dan mengisi data input untuk data subdas, junction dan sungai (reach)
1. Klik folder subbasin yang berada di dalam folder projectnya, maka akan tampil sub-sub folder seperti junction, sungai dan subdas yang masing-masing telah dibuat pada tahap sebelumnya.
2. Berikut contoh untuk mengisi data input untuk data junction. Untuk junction 1 (J1) isi baris downstream dengan klik R1 yang terdapat di dalam dialog downstream pada kotak komponen, seperti gambar berikut. Untuk yang lainnya, mengikuti default dari HEC HMS.
3. lakukan hal yang sama dengan menyesuaikan kondisi skema yang telah dibuat dengan data sebagai berikut :
Input data junction
Junction name Deskripsi Downstream Routing Method
J1 R1 None
J2 R2 None
J3 R3 None
J4 R4 None
J5 R5 None
J6 R6 None
J7 R7 None
J8 None None
4. Berikut contoh untuk mengisi data input untuk data sungai. Untuk R1, isi baris downstream dengan klik J2 yang terdapat di dalam dialog downstream pada kotak component- reach, dan untuk routing method diisi dengan none. Untuk yang lainnya, mengikuti default dari HEC HMS.
5. lakukan hal yang sama dengan menyesuaikan kondisi skema yang telah dibuat dengan data sebagai berikut :
Input data sungai
Reach Name Downstream Deskripsi
R1 J2
R2 J3
R3 J4
R4 J5
R5 J6
R6 J7
R7 J8
Setelah data tersebut terisi semuanya maka tampilan gambar das akan berubah seperti berikut :
6. Berikut contoh untuk mengisi data input untuk data subdas. Untuk subdas 1, isi baris downstream dengan klik J1 yang terdapat di dalam dialog downstream pada kotak komponen-subbasin, untuk loss method diisi dengan SCS Curve Number, Transform Method diisi dengan SCS Unit Hydrograph. Pada kotak component-Loss isi nilai Curve Number dan % impervious sesuai data pada masing-masing subdas, dan pada kotak Component-Transform
isi nilai Lag time yang sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya dalam satuan menit untuk tiap subdasnya. Untuk yang lainnya, mengikuti default dari HEC HMS.
7. lakukan hal yang sama dengan menyesuaikan kondisi skema yang telah dibuat dengan data sebagai berikut :
Input data subdas
Nama DAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DownStr J1 J2 J3 J6 J4 J5 J7 J7 J8 J8
Deskripsi
Area(km2) 226,12 46,94 71,08 154,03 58,80 39,08 51,58 41,08 17,55 13,90 Loss M
Transform M
Curve Number 61,63 72,05 72,47 74,96 77,23 74,32 87,44 75,41 76,97 90
% Impervious 0.86 3.09 1.28 0.33 0.39 0.3 0.15 0.87 3.00 0.29 Lag Time (min) 146.1 62.2 111.0 500.5 456.6 516.2 285.3 133.7 64.7 109.7
SCS Curve Number SCS Unit Hydrograph
maka hasil tampilannya akan berubah seperti berikut :
V.3. Input parameter meteorologi
1. Klik Components Meterologic Model Manager, maka akan tampil kotak dialog
’Meteorologic Model Manager’. Klik new lalu akan tampil kotak dialog ’Create a new Meteorologic Model’ dan isi nama dan deskripsinya (jika (perlu) lalu klik create, maka akan muncul kotak dialog ’Meteorologic Model Manager’ dengan terisi nama yang diisi tadi lalu tutup kotak dialog tersebut. Maka akan muncul subfolder Meteorologic models pada folder project.
2. klik folder tersebut lalu isi data tersebut pada components-Meteorologic Model dengan memilih precipitation Specified Hyetograph, dan pada component-Options ubah Total Override menjadi Yes. Untuk yang lain mengikuti default dari HMS.
V.4. Kontrol Spesifikasi
1. Klik Components Control Spesification Manager, maka akan tampil kotak dialog ’ Control Spesification Manager’. Klik new lalu akan tampil kotak dialog ’Create a new Control Spesifications’ dan isi nama dan deskripsinya (jika (perlu) lalu klik create, maka akan muncul kotak dialog ‘Control Spesification Manager’ dengan terisi nama yang diisi tadi lalu tutup kotak dialog tersebut. Maka akan muncul subfolder Control Spesificationspada folder project.
2. Klik folder tersebut lalu isi data tersebut pada Control Spesification dengan Srat date, start time, End Date, End Time sesuai format penulisan yang ditunjukkan (isi menimal dengan beda dua hari, agar hidrograf bias terlihat seluruhnya di output nantinya), lalu isi interval waktunya dengan 1 hour. Untuk yang lain mengikuti default dari HMS.
Contoh Input Control Specification Manager Decription -
Start Date 02Jun2008
Start Time 00:00
End Date 05Jun2008
End Date 00:00
Interval 1Hour
V.5. Membuat serial data
1. Klik Components Time-Series Data Manager, maka akan tampil kotak dialog ’ Time-Series Data Manager’. Pilih Precipitation gages lalu Klik new maka akan tampil kotak dialog ’Create a new Precipitation Gage’ dan isi nama dan deskripsinya (jika (perlu) lalu klik create (lakukan hal ini untuk data hujan untuk 9 subdas yang lain), maka akan muncul kotak dialog
‘Time-Series Data Manager’ dengan terisi nama yang diisi tadi lalu tutup kotak dialog tersebut. Maka akan muncul subfolder Time series data pada folder project.
2. Klik subfolder Time series data pada folder project tersebut maka akan muncul folder Precipitation gages dan klik folder tersebut sehingga muncul 10 gage yang telah dibuat tadi.
3. Pada component-time series, isi data-data interval menjadi 1 day, pada component-time windowsnya diisi sesuai dengan data control yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Dan pada component-tabel, isi data precipitastionnya sesuai dengan data hujan yang ada di tiap subdasnya.
Data input Time Series Data Manager
Gage name 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Description Data source Units Interval Start date Start time End Date End Time
Precipitation (mm) 95 114 104 104 105 132 125 114 114 114 00:00
04Jun2008 00:00 Manual Entry Incremental Milimeters
1 Day 02Jun2008
V.6. Identifikasi Gage pada masing-masing subdas
Klik Specified Hyetogrph yang terdapat dalam subfolder meteorology, lalu pada component-subbasins, isi data kolom gage dan total override (masukkan data hujan) sesuai dengan subdasnya masing-masing.
SubBasin Name Gage Total Depth (MM)
Sub DAS 1 Gage 1 95
Sub DAS 2 Gage 2 114
Sub DAS 3 Gage 3 104
Sub DAS 4 Gage 4 104
Sub DAS 5 Gage 5 105
Sub DAS 6 Gage 6 132
Sub DAS 7 Gage 7 125
Sub DAS 8 Gage 8 114
Sub DAS 9 Gage 9 114
Sub DAS 10 Gage 10 114
V.6. Running Program
a. Mendefinisikan Run Manager
1. Setelah semua data diisi, langkah terakhir adalah melakukan proses running yaitu dengan mengklik menui Compute Run Manager untuk meng-Create simulation atas data mana saja yang akan di running.
2. Setelah menu Run Manager dipilih maka akan muncul kotak dialog seperti berikut:
Tekan tombol New untuk memulai meng-create a simulation run.
3. Pada kotak dialog Create a simulation run untuk kolom Name, isikan nama proses simulasi sesuai kehendak atau biarkan nama pada kolom Name dalam kondisi Default maka nama akan teridentifikasi dengan Run 1.
4. Pada Kotak dialog Create a Simulation Run terdapat 4 step (langkah) untuk memastikan data apa saja yang akan dirunning, tekan tombol Next untuk melanjutkan langkah identifikasi sampai pada step ke 4 kemudian tekan tombol Finish.
b. Proses Running
1. Setelah identifikasi Run Manager selesai, langkah berikutnya adalah me-running program yaitu dengan meng-klik menu Compute Select Run Run 1.
2. Kemudian tekan shortcut (Compute Current Run). Bila proses running berjalan 100%
tekan Close. Bila gagal, maka program akan menunjukkan letak kesalahan. Perbaiki kesalahan dan kemudian lakukan proses running kembali sampai 100%.
V.7. Output Program
1. Untuk melihat hasil, klik kotak Result lalu klik subfolder project simulation runRunning, maka akan muncul tampilan seperti berikut :
2. Untuk melihat hidrograf disetiap outletnya (Junction), klik pada icon yang ditunjuk anak panah di atas. Maka akan muncul subfolder dari Running 1 berupa Junction, Reach dan Subdas. Sebagai contoh, klik J8 outflow untuk melihat hidrograf di Junction 8 (hilir).
Untuk hidrograf di Junction lainnya, ditampilkan berikut ini :