Dapat memahami akibat iman dan taqwa dalam kehidupan moden, dapat memelihara iman dan taqwa walaupun di zaman moden ini. Untuk mengetahui bagaimana kita mengembangkan dan menggunakan iman dan taqwa dalam kehidupan seharian kita. Sedangkan makna yang sebenarnya ialah percaya akan kebenaran segala apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dengan penuh keimanan dan segalanya datang dari Allah SWT.
Kita semua memahami bahwa Islam mendasarkan ajarannya pada tauhid murni, artinya mengajarkan tauhid mutlak hanya kepada Allah SWT saja. Orang yang bertakwa (sempurna imannya) dalam ayat lain juga disebutkan sebagai orang yang bertakwa (K.S. Al-Baqarah: 177). Ditinjau dari segi kebahasaan, orang yang bertakwa berarti orang yang menjaga dirinya dari keburukan; orang yang menghindar, menjauhi dan takut terjerumus ke dalam dosa; dan orang yang penuh perhatian.
Meskipun keimanan merupakan suatu hal yang abstrak namun tidak dapat dilihat dengan indera manusia, namun orang yang beriman dapat diketahui dengan mengenal tanda-tandanya. Sikap demikian merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, yaitu orang yang berpegang teguh pada ajaran Allah dan sesuai sunnah Nabi.
Tanda-tanda Orang yang Bertakwa
Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahawa tanda-tanda orang beriman adalah seperti berikut: -tanda orang yang bertaqwa berdasarkan Q.S. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Iaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu susah, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah.
PEMBAHASAN
- Implikasi Iman Bagi Kehidupan
- Upaya pengembangan Iman dan Takwa
- Korelasi Keimana dan Ketakwaan
- Imtaq membimbing Iptek
- Mengenal Jati Diri Sebagai Cara Peningkatan Iman dan Takwa
Kedudukan orang mukmin dalam urusan hidup dan mati adalah firman Allah dalam Q.S.An-Nisa ayat 78. Orang mukmin itu mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (muthmainnah) dan jiwanya bahagia sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Q.s. Ar- Rad 28. iaitu) orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Kehidupan manusia yang baik ialah kehidupan orang yang sentiasa melakukan kebaikan dan beramal.
Seorang mukmin selalu konsisten dengan apa yang dijanjikannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya, dia selalu berpedoman kepada firman Allah dalam Q.S. Al-An'am: 162. Orang yang beriman sentiasa berjalan di jalan yang benar, kerana Allah membimbing dan mengarahkan mereka ke matlamat hidup yang sebenar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah: 3,. (yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan solat, dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Oleh karena itu, orang yang dikendalikan oleh iman tidak akan mudah terserang penyakit modern seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Sebaliknya, seseorang yang jauh dari prinsip agama, mengabaikan prinsip moral dan etika, merobek nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah mengingat Allah, maka kehidupan orang tersebut akan didominasi oleh rasa panik dan ketakutan. Apalagi jika masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram, tenteram, dan sejahtera.
Tidak ada keraguan tentang kitab ini (Al Quran); petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (iaitu) orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan orang-orang yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta yakin akan adanya hari akhirat." Menafkahkan sebahagian daripada nafkah bermakna memberi sebahagian daripada harta. diberikan oleh Allah, kepada mereka yang dituntut oleh agama, seperti fakir, fakir, kerabat, anak yatim dan lain-lain.
Dalam ayat lain ditemukan hubungan antara iman dan takwa, yaitu dalam Al-Quran surat Al-Imran ayat 133-135:. Dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan ke surga seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. yaitu) orang-orang yang menafkahkan (kekayaannya), baik di waktu luang maupun dalam kesulitan, dan orang-orang yang mengendalikan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Maka dari itu, ketika pakaian kita diambil oleh Allah, kita harus rela, dan sebagai orang yang mempunyai hak untuk menggunakannya, kita harus bisa membawa diri dan segala keperluannya dalam hidup ini sesuai dengan aturan yang diinginkan pemiliknya. yaitu Allah SWT.
ةنجلا لخد اهظفح نم امسا نيعست و ةعست ا نا
Menyiapkan Imam bagiorang-orang yang bertakwa (suatu komitmen pengembangan pendidikan islam)
Al-Quran menyatakan bahawa tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah supaya mereka beribadah kepada-Nya. wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liyabudun). Ibadah merangkumi segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sama ada perbuatan, fikiran atau perasaan dan lain-lain yang sentiasa ditujukan kepada Allah SWT. Tujuan Allah menciptakan manusia umumnya digunakan sebagai tujuan akhir kegiatan pendidikan Islam.
Dalam khazanah pemikiran Islam, kebanyakan ulama berpendapat bahawa matlamat akhir pendidikan Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, contohnya: Muhammad Munir Mursyi, dalam kitabnya at-tarbiyah islamiyah ushuluha wa tathawwaruha fil bilad al-arabiyah. Mengucapkan wa tuhdafu attarbiyatul islamiyah ila tansyiah al-insan alladzii yabudullah wa yahsyahu. Pendidikan Islam ditujukan untuk kebaikan orang yang beribadah kepada Allah dan bertakwa).
Abdul Fattah Jalal menyatakan dalam kitabnya minal ushul at-tarbiyatul Islam Kana al-hadaf al-kulli lilt tarbiyah fil islam Idadul insan al-abid alladzii tanthabiqu alaihi shifat allati athlaqaha Allah subhanahu wa taala alal ibadurrahman. Tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan orang yang beribadah atau hidup, yaitu orang yang memiliki sifat-sifat yang diberikan oleh Allah SWT. Sifat-sifat hamba Allah yang mendapat kemuliaan dijelaskan secara terperinci dalam Q.S. Jika diperhatikan maksud dan kandungan ayat tersebut, ternyata kemuncak usaha dan permintaan hamba-hamba Allah yang mendapat kemuliaan ialah wajalnaa lilmuttaqiina imam.
Sebaliknya bila seseorang dianggap cakap, bersedia, layak, dan dapat diandalkan (dapat diandalkan) untuk menduduki suatu jabatan, yang kemampuan, kesiapan, dan kesesuaiannya diakui oleh masyarakat (orang-orang yang bertakwa), maka ia boleh berkeinginan menjadi seorang pemimpin/pendeta. , karena ini berarti dia dipandang sebagai orang yang paling bertakwa di antara orang-orang bertakwa yang ada.” Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 198 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian stabil dan mandiri serta rasa tanggung jawab sosial dan nasional. Dalam sistem pendidikan secara nasional, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa, maka dalam konteks pendidikan Islam kita harus berusaha lebih dari itu.
Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan manusia menjadi pendeta/pemimpin orang-orang yang beriman dan bertakwa.
هتيعر نع لوؤسم مكلك و عال مكلك
Agar mereka dapat menghayatinya, mereka berusaha memposisikan dirinya sebagai pengamal (pelaku) ajaran Islam, bukan sekadar pemikir atau penalar, namun juga pelaku yang setia, karena pada hakekatnya agama Islam bukan sekadar latihan intelektual, melainkan agama yang mengamalkan ajaran Islam. amal ( tindakan). Jika Rene Descartes mempunyai jargon Cogito Erge Sum (saya berpikir, maka saya ada), maka jargon dalam Islam adalah saya bekerja/beramal, maka saya ada. Mereka memiliki komitmen yang tinggi terhadap ajaran Islam dan nilai-nilainya serta siap mengabdikan diri untuk menegakkan ajaran Islam dan nilai-nilainya, rahmatan lil alamin.
Oleh karena itu profil orang yang menganut Itba' Sheri'atillah adalah orang yang mempunyai keteguhan aqidah, kedalaman spiritual dan keunggulan akhlak (kesalehan individu dan kesalehan sosial) serta mau berjuang dan berkomitmen menjalankan ajarannya. Islam dan nilai-nilai universalnya atau rahmetan lil alamin. Mereka berusaha membaca dan memahami fenomena alam (karena merupakan bagian dan berada di alam), fenomena fisik dan psikis (karena merupakan makhluk individual), fenomena sosial (karena merupakan makhluk sosial), fenomena sejarah (karena berada di atas panggung). .sejarah) dan fenomena lainnya. Untuk memahami Sunnah mereka berusaha menjadi pengamat atau peneliti, sehingga mempunyai daya analisis yang tajam, kritis dan dinamis dalam memahami fenomena yang ada disekitarnya.
Karena setiap orang mempunyai bakat, kemampuan dan minat tertentu, maka itbau sinnatillah hendaknya disesuaikan dengan kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu, profil orang yang memiliki itba sunnatillah terdiri dari orang-orang yang mempunyai wawasan keilmuan yang luas, kepekaan intelektual dan informasi, serta profesionalisme yang matang sesuai dengan bidangnya. Imam bagi orang-orang shaleh maksudnya, selain menjadi orang yang bertaubat dari Sunnatillah sebagaimana diuraikan di atas, ia juga dapat menjadi pemimpin, penggerak, penyemangat, inovator dan teladan bagi orang-orang shaleh.
Usaha yang mesti dilakukan dalam penyediaan calon Imam/Pemimpin bagi orang-orang soleh itu. Dan orang-orang yang berkata Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan zuriat keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” Ayat ini mengandungi makna bahawa ia harus dibina daripada azwaj qurrata ayun (pasangan yang menyenangkan). untuk persiapan generasi penerus yang qurrata ayun (menyenangkan hati) dan menjadi generasi penerus sebagai imam/pemimpin orang-orang soleh. , atau pasangan yang harmonis dan/atau kumpulan kerja yang kompak.
Dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai konstruksi suatu sistem pendidikan yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan yang harmonis dan terpadu.
PENUTUP
Saran
Keimanan dan ketakwaan tidak boleh dijadikan semboyan dalam setiap ibadah mahdah yang kita lakukan, namun harus diamalkan dan dihayati dalam hati nurani masing-masing agar sama-sama bisa merasakan manisnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.