• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AL HASAN PANTI JEMBER TAHUN PELAJARAN 2022/2023 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AL HASAN PANTI JEMBER TAHUN PELAJARAN 2022/2023 SKRIPSI"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AL HASAN PANTI JEMBER TAHUN PELAJARAN 2022/2023

SKRIPSI

Oleh:

Ali Farhan Fitroni NIM. T20161202

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JULI 2023

(2)

ii

(3)

iii

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Senin Tanggal : 03 Juli 2023

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag Ulfa Dina Novienda S.Sos.I, M.Pd NIP. 197508082003122003 NUP. 201907122

Anggota:

1. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I ( )

2. Dr. H. Mursalim, M.Ag ( )

Menyetujui,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni'ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001

(4)

iv MOTTO

ْاىُهَّقَفَتٍَِّل ٞةَفِئٓاَط ۡمُهۡىِّم ٖةَق ۡشِف ِّلُك هِم َشَفَو َلَ ۡىَلَف ٗۚ ةَّفٓاَك ْاوُشِفىٍَِل َنىُىِم ۡؤُمۡلٱ َناَك اَمَو ًِف

ْا ٓىُعَجَس اَرِإ ۡمُهَم ۡىَق ْاوُسِزىٍُِلَو ِهٌِّذلٱ َنوُسَز ۡحٌَ ۡمُهَّلَعَل ۡمِهٍَۡلِإ

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang.

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Q.S. At- Taubah: 122).

(5)

v

PERSEMBAHAN

1. Skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orang tuaku Bapak (Moh.

Kholil),ibu (Wahyuniatun) yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang dan momohonkan kebaikan dalam doanya untukku, serta Kedua saudara kandungku yang selau mendukung, dan mendorong untuk menyelesaikan studi ini.

2. Keempat saudara kandung M.Nurul Hidayat, Ida Nur Latifah, Agus Budi Cahyono dan Alfiatin Hasanah yang telah banyak berperan membantu memberikan semangat serta motivasi untuk terus belajar.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ِمْسِب َِّاللَ ِهَم ْحَّشلا مٍْ ِحَّشلا

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan alam beserta isinya, Sang pencipta dan penguasa seisi alam semesta, yang mana berkat taufik, hidayah, beserta inayah- Nya, kami akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Jember Tahun Pelajaran 2022/2023.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada keharibaan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni addinul Islam.

Setelah melalui beberapa tahapan rintangan dalam sistematika penulisan skripsi ini, tiada kata yang pantas untuk dilontarkan selain ungkapan rasa syukur yang tiada tara kepada-Nya. Keberhasilan dan kesuksesan ini penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM. selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memfasilitasi kami selama proses kegiatan belajar mengajar di lembaga ini.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni'ah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan ijin tempat melakukan penelitian.

3. Ibu Dr. Hj. Fathiyaturrahmah. M. Ag. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah mengantar program mata kuliah.

4. Bapak Dr. H. Mursalim, M.Ag selaku Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya meluangkan waktu memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Bapak Abdul Hadi, S.Pd., S.P., M.Pd. sebagai Kepala SMK Al Hasan Panti Jember yang telah memberikan izin dan pengarahan terhadap penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

6. Segenap dewan Guru, TU dan seluruh Peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember yang telah membantu dalam memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal yang telah bapak/ ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang terbaik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya tidak ada yang penulis harapkan kecuali ridho Allah SWT.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Aamiin....

Jember, 16 Juni 2023

Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Ali Farhan Fitroni, 2023: Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini sekolah bekerjasama dengan beberapa guru mata pelajaran untuk penerapan projek yang mana semestinya di lakukan di setiap mata pelajaran.

Fokus penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Perencanaan kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023. 2) Bagaimana Pelaksanaan kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023. 3) Bagaimana Evaluasi kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian Kualitatif deskriptif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitiani ini, adalah : Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.

Penentuan informan dipilih sesuai kriteria dari topik penelitian. Analisis data yang digunakan model Miles dan Huberman meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk pengujian keabsahan data peneliti menggunkan triangulasi metode dan sumber.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1) Pada perencanaan penerapan kurikulum merdeka pihak komite sekolah melakukan riset dan pendekatan terhadap peserta didik untuk mendapatkan kesepakatan belajar. 2) Pelaksanaan kurikulum merdeka juga dinilai lebih relevan dan interaktif.

Pembelajaran melalui kegiatan projek (project based learning) memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu- isu aktual, seperti masalah lingkungan, kesehatan, dan lainnya. 3) Evaluasi kurikulum ini membebaskan peserta didik untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Dengan adanya kurikulum ini, baik peserta didik maupun guru bisa mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangannya.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Definisi Istilah ... 13

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Penelitian Terdahulu ………... 16

B. Kajian Teori ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ……… 61

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 61

B. Lokasi Penelitian ... 62

C. Subyek Penelitian ... 62

D. Teknik Pengumpulan Data ... 64

E. Analisis Data ... 67

F. Keabsahan Data ... 69

G. Tahap-tahap Penelitian ... 70

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 72

(10)

x

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 72

B. Penyajian Data dan Analisis Data ... 77

C. Pembahasan danTemuan ... 113

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

NO Uraian Hal

2.1 Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan Kurikulum Merdeka ... 9 4.1 Perbedaan Komponen Minimum Dalam Modul Ajar

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 61

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

NO Uraian Hal

1.1 Analisis Data Miles Dan Huberman ... 72 2.1 Diagram Pie Perbandingan Siswa Putra dan Putri ... 75 2.2 Diagram Batang Pertumbuhan Jumlah Siswa 5 Tahun Terakhir .... 75 2.3 Stuktur Organisasi dan Stafing SMK Al Hasan ... 76 3.1 Hasil produk pemanfaatan barang dan makanan daur ulang ... 108

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan upaya penting untuk mencapai manusia berkualitas dan memegang peranan yang sangat strategis karena proses dan keberhasilan pembangunan dalam setiap sektor selalu memerlukan pendidikan. Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai landasan konstitusional seperti tercantum dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, serta pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam suatu undang-undang. Salah satu upaya pemerintah untuk mencerdaskan bangsa adalah dengan menerapkan sistem pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah.

Sebagai sebuah sistem, pendidikan mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya, komponen tersebut meliputi landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi guru, pola hubungan guru dan murid, pendekatan pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi dan lingkungan pendidikan.1

Jika ditelaah dalam perspektif ilmu Bahasa Arab, kata currere merupakan kata kerja (fi'il), kemudian dijadikan kata benda (isim mashdar)

1Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam : Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Rajawali Press.2012),48.

(14)

menjadi "curriculum". Kata kurikulum berbentuk mufrad (kata tunggal) yang memiliki beberapa makna, sebagai berikut:

1. Tempat perlombaan atau jarak yang harus ditempuh seorang 2. pelari, dalam kereta perlombaan.

3. Jalan untuk pedati (delman) untuk perlombaan.

4. Perjalanan berupa pengalaman tanpa berhenti.

5. Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari yang dimulai 6. dari garis start sampai kepada garis finish.2

Belakangan ini dunia pendidikan menghadapi berbagai tantangan yang sangat kompleks. Tantangan itu berasal dari dalam maupun dari luar akibat pengaruh aliran, paham maupun pemikiran yang sedang menguasai wacana dan implementasi pendidikan di seantero dunia ini. Tantangan - tantangan ini merupakan stimulus yang menghendaki adanya respons dari dunia pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI) harus mengambil sikap tertentu, sebagai refleksi dari karakteristiknya sendiri.

Tantangan-tantangan tersebut berupa liberalisasi pendidikan, orientasi pendidikan hanya pada materi (kerja) semata, kasus berbagai korupsi yang dilakukan kalangan terdidik, sikap radikalisme (kekerasan) terhadap sesama umat manusia, dan tawuran antarpelajar yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Berbagai tantangan ini bisa menjadi ancaman yang serius manakala kecenderungan-kecenderungannya diikuti tanpa dilakukan penyaringan, sebaliknya tantangan itu masih bisa menyisakan harapan

2 Soetopo dan Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, 12.

(15)

manakala ditanggulangi melalui rangkaian proses pendidikan yang benar- benar mendidik, yakni melakukan praktek internalisasi nilai - nilai pendidikan yang emansipatoris.

Adanya liberalisasi pendidikan yang ditawarkan pemikir-pemikir pendidikan semacam Paulo Freire, Erich Fromm, Ivan Illich dan sebagainya tampak menarik sekali karena menyodorkan gagasan baru

Kurikulum menjadi komponen yang sangat penting dalam pendidikan.

Hal ini didasarkan alasan bahwa kurikulum memuat visi, misi, atau target capaian yang akan diraih melalui proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Kurikulum jugalah yang menjadikan proses pendidikan menjadi terarah, sehingga mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, hal-hal yang terkait dengan kurikulum mulai dari makna, komponen, prinsip, dan lain- lain harus dipahami dengan baik oleh para pendidik dan tenaga kependidikan.

Evaluasi kurikulum dapat dilakukan jika terdapat aspek- aspek yang tidak terealisasi dalam proses pendidikan. Hingga pada akhirnya akan diperoleh solusi atas permasalahan yang ada. Sedangkan pada aspek yang dapat dicapai, maka diperlukan strategi untuk meningkatkannya sehingga proses pendidikan senantiasa menunjukkan peningkatan kualitas.

Bahkan, untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia bangunlah sistem kurikulumnya. Kajian tentang mata kuliah ini meliputi defenisi, sejarah, dimensi, dan peranan kurikulum, landasan pengembangan kurikulum,

(16)

komponem-komponen pengembangan kurikulurn, prinsip-prinsip pengembangan kurikulam.

Setelah Ujian dibahas model pengembangan dan organisasi kurikulum, hakekat belajar, mengajar dan pembelajaran, yang meliputi konsep dasar pembelajaran, komponen - kemponen pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, peta konsep belajar dan merdeka belajar.

Sebuah institusi atau lembaga pendidikan sudah tentu memiliki program pendidikan atau program belajar yang hendak dicapai. Itulah yang disebut dengan kurikulum. Maka dalam pengertian yang sederhana, kurikulum adalah program pendidikan atau program belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.3

Sebenarnya kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan sudah lama sekali. Namun, masih belum terkonsep secara mapan. Wiles dan Bondi menyebutkan bahwa istilah kurikulum sudah diketahui keberadaannya sekitar tahun 1820-an, namun istilah ini secara modern pertama kali dipakai di Amerika Serikat setelah satu abad kemudian. Untuk lebih memahami makna kurikulum,

maka penulis akan menjabarkan pengertiannya baik secara etimologi maupun terminologi.

Pengertian Kurikulum Secara Etimologi Jika merujuk pada Kamus Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, kata curriculum berarti: "the subjects included in a course of study or taught at a particular

3 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Guantum Teaching, 2005), 24

(17)

school, college, etc.” Dengan ungkapan lain, maksudnya adalah serangkaian mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, perguruan tinggi, atau tempat belajar lainnya.4

Beberapa pakar menyebutkan pengertian kurikulum yang diambil dari berbagai bahasa. Diketahui bahwa kata kurikulum berasal dari Bahasa Latin, yaitu "currere” yang merupakan kata kerja "to run”, artinya lari cepat, tergesa-gesa atau menjalani.”

Sedikit berbeda, Subandijah mengemukakan bahwa kurikulum berasal dari Bahasa Yunani yang pada awalnya kata tersebut dipakai dalam bidang oleh raga, yaitu kata currere.” Kata currere tersebutlah yang kemudian diadopsi ke beberapa bahasa, salah satunya adalah Bahasa Inggris yang bermakna course atau subject. Sedang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai mata pelajaran, mata diklat atau mata kuliah. Jika dalam bahasa Arab diartikan al-maddah, yang dalam bentuk lain dikenal pula istilah minhaj al- dirasi (kurikulum mata pelajaran) atau minhaj al-madrasah (kurikulum sekolah/ madrasah).5

Berdasarkan pada definisi-definisi kurikulum yang ditinjau dari sudut pandang etimologis di atas, diketahui bahwa kata kurikulum pada awalnya dipakai dalam bidang olah raga, terutama pada cabang atletik. Pada perkembangan selanjutnya, istilah tersebut lebih populer digunakan di dunia pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa arti kurikulum merupakan

4 A. S. Hornby, Oxford Advanced Dictionary of Current English (Great Britain:

Oxford University Press, 1995), 287.

5 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan Jakarta: Bina Aksara,1982), 12,

(18)

proses pembelajaran seseorang melalui pengalaman panjang, yakni pendidikan seumur hidup (long life education), dan sesuai dengan konteks pendidikan Islam bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat (thul al- haydh). Selain itu, kurikulum tersebut juga bermakna bahwa pengalaman dapat memberikan seseorang berupa pembelajaran seperti pepatah dalam bahasa Inggris "experience is the best teacher".

Namun, sebagian besar para pakar/ahli pendidikan berpendapat bahwa makna kurikulum yang yang dianggap paling identik dengan proses belajar- mengajar (PBM), yaitu PBM yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga kepada penilaian atau evaluasi. Yakni proses mengukur pencapaian target kurikulum bahkan hasilnya dapat ditindak-lanjuti (follow up).

Sehingga atas dasar dan pertimbangan tersebut, kemungkinan besar kata kurikulum dipakai sebagai istilah dalam dunia pendidikan hingga sekarang.

Dalam hal ini, kurikulum harus direncanakan secara sistematis dengan muatan pengetahuan dan pengalaman belajar, dan selalu mengikuti pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan sosial anak didik secara seimbang dan harmonis.

Berdasarkan dari teori di atas bahwasanya penerapan kurikulum merdeka di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember merupakan upaya untuk terus salalu memperbaiki program belajar siswa yang dibawah tanggung jawab sekolah dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Selain secara belajar pengtahuan, siswa juga diharapkan memikili tingkah laku yang baik dengan program mata pelajaran yang terpilih berdasarkan keilmuan dan

(19)

kegunaannya yang dapat menunjang tercapainya tujuan institusi. Sedangkan dalam strategi program ialah mencakup kegiatan pengajaran. kegiatan administrasi supervisi, kegiatan bimbingan konseling, dan kegiatan penilaian.

Pada tahun 2022 saat ini, semua sekolah di bebaskan memilih kurikulumnya oleh satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah tersebut. Diantaranya yaitu:

1. Kurikulum 2013 2. Kurikulum darurat 3. Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka ini bukan bersifat menggantikan kurikulum 2013, tetapi bersifat melanjutkan dan memperkuat 2013 dan kurikulum terdahulunya. Ada 3 Hal dasar pemikiran yang menjadi tindak lanjut kurikulum merdeka dari kurikulum sebelumnya.

1. Kurikulum merdeka berorientasi Holistik, dalam artian yang ditumbuh kembangkan pada siswa bukan hanya pada ranah kognitifnya saja, tetapi menyeluruh yaitu kognitif, social, emosional, spiritual.

Sebenarnya hal ini telah diterapkan sebagian pada konsep kurikulum 2013 berdasarkan cara penilaian yaitu penilaian terkait pengetahuan, sikap dan keterampilan. Namun ketiga konsep penilaian tersebut belum diterapkan secara signifikan dan terkadang hanya sebatas formalitas saja yang dituliskan dala raport. Maka pada kurikulum merdeka ini akan diperkuat dengan adanya pembelajaran berbasis project.

(20)

Pembelajaran berbasis project ini, nantinya akan masuk ke dalam struktur kurikulum. Dan untuk sistematika penilaian project ini tidak ditentukan oleh hasilnya. Tetapi di tentukan oleh prosesnya. Mulai dari kerjasama dalam praktiknya, mengemukakan pendapat, tanggung jawab, hingga dalam memecahkan sebuah masalah.

2. Kurikulum merdeka berbasis kompetensi. Bukan konten ataupun materi.

Dalam artian kurikulum yang disusun ini berdasarkan kompetensi yang ingin di tumbuhkan pada siswa. Bukan tentang keluasan materi, ataupun banyaknya materi yang di ajarkan oleh guru, melainkan apa yang bisa dilakukan oleh siswa dengan materi tersebut dan manfaatnya di dalam kehidupan nyata. Karena salah satu hasil evaluasi dari kurikulum 2013 yaitu terlalu banyaknya materi. Sehingga guru di tuntut untuk kejar target materi dalam waktu tertentu sehingga penggunaan metode belajar lebih banyak ceramah tanpa banyak menerapkan metode lainnya. Sehingga berdampak pada pembelajaran yang menjadi kurang menarik, bosannya siswa dan semangat belajar siswa yang menurun. Bahkan capaian pembelajaran menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, pada kurikulum merdeka ini akan di perkuat dengan “Fokus Materi Esensial” yaitu dengan memberikan materi secukupnya dan meng eksplore literasi dan numerasi siswa. Karena pada era ini untuk mendapatkan literasi sudah cukup mudah dengan berkembangnya era digitalisasi.

3. Kontekstualisasi Budaya. Kontekstualisasi artinya penyesuaian kurikulum dengan visi misi sekolah dan juga kebutuhan belajar siswanya. Nantinya

(21)

akan di perkuat lagi dengan Fleksibilitas dalam berbagai hal. Baik itu fleksibilitas guru, siswa ataupun sekolah. Yaitu dengan guru mengajar sesuai kemampuan siswa dan budaya lokal.

TABEL 2.1

PERBEDAAN KURIKULUM 2013 DENGAN KURIKULUM MERDEKA

No Pembeda Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka

1 Kerangka Dasar

Rancangan landasan utamanya yaitu tujuan SistemPendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan saja.

Kurikulum merdeka menambahkan pengembangan profil pelajar Pancasila pada peserta didik

2 Kompetensi Yang Dituju

Kompetensi Dasar (KD) serta Kompetensi Inti (KI) sebagai penilaian yaitu : sikap spiritual, sikap sosial, Pengetahuandan

keterampilan. KD

dinyatakan dalam bentuk oin-poinyang akan dikoordinasikan pertahun serta hanya terdapatmata pelajaran Pendidikan, Budi Pekerti dan

Capaian pembelajaran disusun per fasedan dinyatakan dalam bentuk paragraphyang

merangkaikan pengetahuan, sikap,dan keterampilan untuk

mencapai,menguatkan, dan meningkatkankompetensi.

(22)

PendidikanPncasila dan Kewarganegaraan 3 Struktur

Kurikuum

Jam pelajaran (JP) diatur per minggu satuan

mengaturalokasi watu pembelajaran secara rutin setiap minggu dalamsetipa semester sehingga setiap semester peserta didik akanmendapat nilai hasil belajar setiap semester.

Strukturnya dibagi menjadi duakeguatan pembelajaran utama yaitu:

1. Pembelajran reguler atau rutin

yangmeruakankegiatan intrakulikuler.

2. Projek penguatan profil pelajar

4 Pembelajaran Melakukan pendekatan pembelajaran menggunakan satu pendekatan yatu

pendekatan saintifik untuk semua mataa pelajaran.

Menguatkan pebelajaran terdiferensasisesuai tahap capaian peserta didik.

5 Penilaian Penilaian dibagi menjadi penilaian sikap,

pengetahuan, danketerampilan

Tidak ada pemisahan antara panilaiansikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan observasi di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember, pada penerapan kurikulum sebelumnya proses belajar mengajar masih

(23)

dirasa kejar target materi dalam kurun waktu tertentu, namun pembelajaran dalam hal praktikum tentunya juga sudah di terapkan terlebih dalam sekolah tersebut yaitu sekolah yang berbasis kejuruan dan dibawah naungan pesantren.

Namun yang menjadi persoalan untuk perbaikan kedepannya yaitu dalan ke aktifan proses belajar siswa dan juga ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Siswa yang bersekolah di SMK Al Hasan ini berasal dari daerah-daerah yang berbeda dimana latar belakang setiap individu dan berbagai macam sifat atau tingkah lakunyapun berbeda. Keadaann dan perbedaan seperti ini terkadang menjadi persoalan proses belajar siswa dan pembentukan perilaku ataupun akhlak siswa tentunya, oleh karena itu perlunya adanya pendekatan lebih lagi dari guru terhadap siswa dan juga memberikan inovasi-inovasi baru dalam metode pembelajaran sehingga siswa dapat menginkuti proses pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti terdorong untuk mengeksplorasi lebih jauh secara ilmiyah bagaimana “Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang maka fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut :

(24)

1. Bagaimana Perencanaan Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023?

2. Bagaimana Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023?

3. Bagaimana Evaluasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan Perencanaan kurikulum Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Merdeka di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023

2. Mendeskripsikan Pelaksanaan kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Panti Tahun Pelajaran 2022/2023

3. Mendeskripsikan Evaluasi kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan Panti Jember Tahun Pelajaran 2022/2023

(25)

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak, berikut :

1. Bagi peneliti sendiri, selain sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd), juga dapat mengembangkan wawasan di bidang penelitian dan penulisan karya ilmiah.

2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Al Hasan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu proses belajar dan mengajar.

3. Bagi UIN KHAS Jember, temuan dalam penelitian ini merupakan bentuk kepedulian terhadap persoalan yang dihadapi dunia pendidikan.

4. Bagi pembaca, penelitian ini di harapkan dapat memberikan bekal pengetahuan bagi pembaca agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah ini dimaksudkan untuk menghindari adanya interpretasi lain yang bisa membuat rancu makna dan maksud dari judul penelitian ini, adapun yang perlu ditegaskan disini adalah :6

1. Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat

6 Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2016), 45.

(26)

ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Pendidikan berbasis projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Namun berbagai projek yang akan dilaksanakan nantinya diharapkan dapat menunjang pembelajaran secara holistik dan memiliki manfaat terhadap dunia nyata

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, mememahami, mengimani, bertakwa, berakhalak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Jadi, pembelajaran PAI adalah proses interaktif yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.

Berkaitan dengan judul penelitian ini. Pendidikan agama islan dalam kurikulum merdeka dikembangkan dengan pendidikan berbasis projek yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Dimana dalam konsep kurikulum merdeka itu sendiri menerapkan

(27)

pendidikan holistik yang meliputi potensi intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika, dan spiritual pada siswa.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan suatu karya tulis ilmiah mula dari bab pendahuluan hingga bab penutup.Untuk mempermudah dalam penyajian dalam memahami dari sistem penelitian ini, maka dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bagian ini membuat komponen dasar pendidikan yaitu latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah serta sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Kepustakaan. Berisi tentang ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini serta memuat tentang kajian teori.

BAB III Metode Penelitian. Membahas tentang metode yang akan digunakan meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahaptahap penelitian.

BAB IV Penyajian Data dan Analisis. pada bagian ini berisi tentang inti atau hasil penelitian ini, yang meliputi gambaran obyek penelitian, penyajian data, analisis dan pembahasan temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran. merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan penelitian yang dilengkapi dengan saran-saran dari peneliti

(28)

16 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasan baik penelitian yang sudah terpublikasikan maupun peneliti yang belum terpublikasikan. Dengan melakukan langkah ini maka akan dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.7

Penelitian terdahulu mendasari penelitian ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti tetapi setiap penelitian yang ada terdapat keunikan tersendiri. Hal ini karena adanya perbedaan tempat penelitian, objek penelitian dan literatur yang digunakan peneliti. Adapun penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yadi Hadiyansah, Teni Marliyani dkk.

dengan judul Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang melihat dan mendengar lebih dekat dan terperinci penjelasan dan pemahaman individual tentang pengalaman-pengalamannya. Pendekatan fenomenologi tersebut didasari dari adanya ketertarikan peneliti untuk mengkaji lebih mendalam mengenai fenomena yang dialami oleh

7 Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press,2016), 45.

(29)

informan kunci. Penelitian dilaksanakan di SDN Guruminda 244 Kota Bandung. Informan dalam penelitian ini adalah guru, kepala sekolah, pengawas. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu;

(a) observasi; (b) wawancara; dan (c) studi dokumentasi. Untuk menjamin keabsahan data dilakukan dengan beberapa upaya sebagai berikut: (a) memperpanjang masa pengumpulan data, (b) melakukan observasi secara terus-menerus dan sungguh-sungguh, (c) melakukan triangulasi, dan (d) melibatkan teman sejawat untuk berdiskusi. Dari hasil penelaahan dalam penelitian ini ditemukan adanya kurikulum merdeka yang menjadi acuan di sekolah penggerak, yang menghasilkan siswa yang berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, rasa kebhinekaan. Kepala sekolah penggerak mendorong berbagai macam program partisipatif, unik, dan banyak inovasi. Memupuk kerja sama dengan guru-guru yang mendukung pemimpinnya berpartisipasi dalam mewujudkan sekolah penggerak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Khafid Anridzo, Imron Arifin dan Dwi Fitri Wiyono dengan judul Implementasi Supervisi Klinis dalam Penerapan Kurikulum Merdeka. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan supervisi klinis dalam penerapan kurikulum merdeka di SDN 2 Jagong, Kunduran, Blora, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode desriptif. Hasil penelitian ini dapat ditemukan bahwa dalam supervisi klinis terdapat perencanaan penerapan kurikulum merdeka di

(30)

SDN 2 Jagong, Kunduran, Blora, Jawa Tengah dengan menentukan rancangan rencana supervisi klinis sebelum melakukan supervisi klinis. Kemudian pelaksanaan supervisi klinis dalam penerapan kurikulum merdeka di SDN 2 Jagong, Kunduran, Blora, Jawa Tengah terkendala ketika pelaksanaan karena kurikulum merdeka masih terlalu dini untuk di terapkan dan rata - rata masih menggunakan kurikulum 13 sehingga diperlukan evaluasi untuk menindaklajut apa saja yang perlu diperbaiki.

Dapat disimpulkan, bahwa implementasi supervisi klinis dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dapat terselenggara secara optimal apabila terdapat teknik penerapan yang baik.

Sosialisasi penerapan kurikulum Merdeka Belajar juga perlu diseminasikan dengan sebaik mungkin agar kurikulum Merdeka Belajar dapat terlaksana dengan baik.

Berdasarkan penelitian mengenai implementasi supervisi klinis dalam penerpan kurikulum merdeka belajar di SDN 2 Jagong Kunduran Blora Jawa Tengah dapat disimpulkan bahwa implementasi supervisi klinis dalam penerpan kurikulum merdeka belajar melalui pembina an, supervisi klinis, bimtek, pelatihan, pembelajaran, dengan mengintegrasikan materi toleransi ke dalam mata pelajaran. Supervisior juga membangun kebiasaan dan keteladanan kepada para guru dengan hidup rukun, saling komunikasi dan tegur sapa seluruh warga sekolah. Adapun faktor - faktor pendukung dan

(31)

penghambat dalam implementasi supervisi klinis dalam penerpan kurikulum merdeka belajar di SDN 2 Jagong yaitu: faktor pendukung diantaranya peran guru dan motivasi peserta didik, sedangkan faktor penghambat diantaranya faktor eksternal (lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung). Untuk itu, agar pelaksanaan implementasi supervisi klinis dalam penerapan kurikulum merdeka belajar di SDN 2 Jagong dapat terselenggarakan secara optimal maka semua guru di SDN 2 Jagong diharapkan mampu menerapkan strategi atau metode pembelajaran yang kreatif dan sesuai kebutuhan siswa pada kurikulum merdeka belajar

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahim pada tahun 2010 dengan judul Penilaian Autentik pada Kurikulum Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Impres Ndona 4 Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini berfokus pada teknik penilaian autentik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dasar. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui teknik penilaian autentik yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dan kendala yang ditemukan dalam pengimplementasiannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, desain yang digunakan yaitu studi kasus yang artinya peneliti mengungkap dan menganalisis secara mendalam terhadap permasalahan agar mendapatkan hasil yang spesifik. Subjek

(32)

dalam penelitian ini ialah guru pendidikan agama Islam, peserta didik dan kepala sekolah. Pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sekunder. Simber primer sumber seperti observasi wawancara, sedangkan sekunder yaitu buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Analisis data menggunakan deskriptif-analitik diantaranya analisis kritik, interpretasi kritik, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini yaitu terdapat beberapa teknik penelilain yang digunakan guru pada setiap aspek. Aspek kognitifnya adalah guru menggunakan tes tulis, tes lisan dan penugasan.

Aspek afektifnya guru menggunakan observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal atau catatan harian. Sedangkan aspek psikomotorik guru menggunakan teknik proyek, unjuk kerja, dan portofolio. Dari ketiga asepk ini digunakan untuk mendapatkan gambaran secara utuh tentang ketercapaian kompetensi peserta didik dan juga dapat digunakan untuk dijadikan alat ukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang sangat penting dalam pendidikan. Kata Kunci: Penilaian Autentik, Merdeka Belajar, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Dasar.

Penilaian yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Inpres Ndona 4 menggunakan penilaian autentik yang terdapat dalam kurikulum merdeka belajar yaitu kelanjutan dari kurikulum 2013 yang merupakan suatu penekanan yang intens dimana pendidik dalam mensurvei hasil belajar peserta didik dan benar-benar harus fokus pada semua aspek atau minat, kemampuan atau keahlian dan prestasi sepenuhnya. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan prosedur

(33)

yang berbeda-beda yang sesuai dengan tuntutan kompetensi. Pencapaian kompetensi atau kemampuan peserta didik tidak dapat disamakan dengan kemampuan peserta didik yang lainnya, namun dikontraskan dengan pedoman yang telah ditentukan, yaitu Kriteria Kentutasan Minimum (KKM). KKM dilakukan dengan hati-hati dan tepat sehingga sangat baik dapat dimanfaatkan sebagai acuan ketuntasan peserta didik dalam belajar dan sistem pembelajaran oleh pendidik. Penilaian autentik yang dilakukan sudah cukup baik dari setiap aspek. Hal ini diharapkan kemampuan yang telah dimiliki oleh guru atau khususnya pada guru pengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Inpres Ndona 4 dapat ditingkatkan lagi dan hal tersebut diharapkan dapat memberikan peningkatan pencapaian kualitas pendidikan yang jauh lebih baik, serta dapat melahirkan dan menciptakan peserta didik yang unggul dan berkualitas.

B. Kajian Teori

Bagian ini berisi pembahasan tentang teori yang dijadikan sebagai perspektif dalam penelitian. Pembahasan teori yang terkait dengan penelitian secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasana penelitian dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.8

8 Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmia, (Jember: IAIN Jember Press,2016), 74.

(34)

1. Kurikulum Merdeka

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19), yang disebut dengan kurikulum adalah "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.9 Ini menandakan bahwa kurikulum menurut UU RI, tidak sekadar rencana. Lebih dari itu, kurikulum terdiri dari beberapa komponen, seperti komponen tujuan, isi atau bahan pelajaran, dan evaluasi yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka kurikulum secara luas dapat disimpulkan adalah keseluruhan pengalaman peserta didik. Pengalaman tersebut baik saat berada di dalam kelas (dalam artian terjadwal), maupun di luar kelas seperti di halaman, ruang praktik, laboratorium atau perpustakaan, dan di luar sekolah seperti kunjungan wisata dan ke museum yang mempunyai misi dan tujuan pembelajaran. Semua program tersebut berada di bawah tanggung jawab sekolah.

Di sebagian besar lembaga pendidikan formal, seperti madrasah dan sekolah sudah menerapkan kurikulum dengan sudut pandang atau pengertian modern (konsep luas). Di mana kurikulum pembelajaran atau program kegiatan dibagi menjadi tiga, yaitu:

9 Pemerintah Republik Indonesia, “UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,” 2005.

(35)

a. Intrakurikuler (kegiatan pembelajaran yang terjadwal di dalam kelas yang bersifat tetap):

b. Kokurikuler adalah kegiatan yang mendampingi kegiatan intra kurikuler (Pekerjaan Rumah, les pelajaran tambahan, dan tugas lainnya),

c. Ekstrakurikuler (kegiatan di luar jadwal resmi bahkan dapat dilaksanakan pada hari libur), seperti pengembangan diri dalam kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP 2006).

Kemudian, konsep ini berlanjut pada kurikulum 2013 yang saat ini sudah diimplementasikan di sekolah-sekolah.

Orientasi adalah sebuah sikap dan perilaku terhadap individu untuk menciptakan harmoni di sebuah tempat baru. Selain itu juga berguna untuk meningkatkan kinerja individu di dalam berproses di dalam tempat baru agar semakin maksimal.

Dengan pengertian di atas, masa bisa ditarik kesimpulan bahwa orientasi dalam dunia pendidikan berguna untuk memperkenalkan latar belakang sekolah, berkenalan dengan sesama siswa baru lainnya, dan menciptakan atmosfer yang lebih akrab agar dapat mencapai tujuan sesuai harapan.

Di dalam Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), pihak sekolah akan menyambut kedatangan siswa baru. Biasanya diisi dengan berbagai macam aktivitas

(36)

yang seru dan menantang. Hampir semua sekolah menjalankan hal ini.

Dimulai dari tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.

Program ini menjadikan wadah untuk melatih ketahanan disiplin, mental, tekad, serta sekaligus mempererat tali persaudaraan para peserta didik baru. Perkenalan dengan sesama siswa baru, guru, kakak kelas, hingga karyawan lain di sekolah itu dapat tercipta dengan lebih sempurna berkat hal ini. Pengalaman seru dan menarik pun bisa didapatkan ketika sudah selesai melewati masa orientasi.

Adapun beberapa sistem pendidikan yang ada salah satunya yaitu liberalisasi pendidikan. Liberasi pendidikan merupakan sebuah sistem yang sengaja diciptakan untuk memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya dari sektor pendidikan. Jika di tingkat perguruan tinggi, liberalisasi pendidikan itu merupakan pelayanan jasa pendidikan tinggi yang bisa diakses oleh masyarakat global sebagai akibat dari

„perdagangan‟ jasa pendidikan tinggi yang diformalkan oleh organisasi perdagangan dunia, World Trade Organization (WTO). liberalisasi pendidikan tinggi dalam konteks ini bermula dari WTO yang menganggap pendidikan tinggi sebagai jasa yang bisa diperdagangkan atau diperjualbelikan. Sebagai catatan, pemerintah RI telah meratifikasi WTO melalui UU No 7/1994. Dengan demikian, sejak saat itu Indonesia menjadi salah satu anggota WTO yang memiliki kewajiban untuk menaati segala aturan main yang ada di dalamnya.

(37)

Dalam sebbuah pendidikan, terdapat Institusi. Institusi adalah aturan–aturan yang di ciptakan manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi politik, sosial, dan ekonomi (North 1991). Ostrom (1986) mendefinisikan institusi sebagai aturan dan rambu-rambu yang digunakan sebagai panduan bagi para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung diantara mereka.

Burky dan Perry (1998) menyatakan bahwa insttusi merupakan sekumpulan aturan formal dan informal beserta mekanisme penegakannya yang membentuk perilaku individu dan organisasi dalam masyarakat.10

Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan.11

10 Stephanus Eri Kusuma dan Januari Ayu Fridayani, Institusi dan Organisasi (Yogyakarta,Sanata Dharma University Press,2022), 3

11 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011), 56

(38)

Sementara itu, Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode” secara harfiah berarti “cara”, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.12

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik.

Menurut Gulo dalam Ahmad Fahruddin dan Nur Aini mengungkapkan bahwa strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos”

yang berarti jendral atau panglima, sehingga strategi diartikan ilmu kepanglimaan. Dengan demikian strategi merupakan sebuah kunci keberhasilan dalam suatu program.

Menurut Effendy strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen (Management) untuk mencapai suatu tujuan.

Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi dalamhal ini seperti bagaimana sebuah stasiun televisi dalam merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keberhasilan program.

Sedangkan program merupakan benda abstrak yang berfungsi memuaskan batiniah, sehingga yang dirasakan oleh khalayak pemirsa

12 Sutikno M Sobri, Metode dan Model – model Pembelajaran (Surakarta, Holisca, 2014), 33

(39)

diekspresikan sebagai penilaian objektif, yaitu bagus atau kurang bagus acaranya.13 Setiap program dapat berhasil bergantung pada strategi yang diterapkan. Jadi, strategi program merupakan suatu taktik atau perencanaan yang berfungsi memuaskan batiniah yang dirasakan khalayak. Hal tersebut dipertimbangkan berdasarkan kelebihan dan kekurangan agar tercapai suatau tujuan tertentu.

kompetensi guru adalah “the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately”, artinya kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak.14 kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lainnya, kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan kinerja yang dibutuhkan lapangan.

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Pengertian lain dari kompetensi yaitu kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi guru adalah himpunan

13 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), 149.

14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004) 33

(40)

pengetahuan, kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan dalam situasi mengajar. ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu :

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, 2) Pemahaman (under-standing), yaitu kedalaman kognitif dan afektif

yang dimiliki individu,

3) Kemampuan (skill), sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya,

4) Nilai (value), suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang,

5) Sikap (attitude), perasaan (senang / tidak senang, suka / tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, dan 6) Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan

sesuatu perbuatan.15

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pengertian kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.

Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.16 Menurut pendapat C. Lynn, bahwa “„competence my range from recall and understanding of fact and concepts, to advanced motor skill, to teaching behaviours and profesional values”.17 Kompetensi dapat meliputi pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai

15 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2005), 28

16 Purwadarminto. WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta:Depdiknas,1999) 17.

17 C. Lynn. Phycical Education Teacher Education, (New York: Chichester, 1985) 43

(41)

pada ketrampilan motor lanjut hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan nilai-nilai profesional.

Menurut E. Mulyasa (2004), kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi.

Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat kompetensinya. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat penguasaan materi, kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas mengajarnya secara profesional.

Dengan demikian Guru yaitu orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas pendidikan muridnya. Ini berarti guru harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu kompetensi harus mutlak

(42)

dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan dan ketrampilan mengelola pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau yang dikenal dengan standar kompetensi guru. Standar ini diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan.

2. Konsep Dasar Kurikulum

Pengertian Kurikulum Secara Etimologi Jika merujuk pada Kamus Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, kata curriculum berarti: "the subjects included in a course of study or taught at a particular school, college, etc.” Dengan ungkapan lain, maksudnya adalah serangkaian mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, perguruan tinggi, atau tempat belajar lainnya.18

Beberapa pakar menyebutkan pengertian kurikulum yang diambil dari berbagai bahasa. Diketahui bahwa kata kurikulum berasal dari Bahasa Latin, yaitu "currere” yang merupakan kata kerja "to run”, artinya lari cepat, tergesa-gesa atau menjalani.”

Pengertian Kurikulum Secara Terminologi yaitu kata kurikulum diartikan sebagai subject (Bahasa Inggris) atau mata pelajaran (Bahasa Indonesia) atau al-maddah (Bahasa Arab). Untuk lebih mendalami pemahaman akan istilah kurikulum, maka penulis membagi penjelasan terkait kurikulum dalam arti sempit (tradisional) dan luas (modern).19

18 A. S. Hornby, Oxford Advanced Dictionary of Current English (Great Britain:

Oxford University Press, 1995), 287.

19 Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bina Aksara, 2005), 5

(43)

Penjelasan kurikulum dalam arti sempit (tradisional). Dalam tinjauan yang sempit, istilah kurikulum diartikan sebagai bidang studi tertentu yang diajarkan di sekolah/madrasah kepada peserta didik yang bertujuan agar mereka dapat naik kelas dan/atau untuk lulus memperoleh sertifikat kelulusan, seperti ijazah. Seperti yang didefinisikan oleh Soetopo dan Soemanto, bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah.20

Apabila kurikulum dimaknai sebagai seluruh pengalam- an, maka untuk memahami kurikulum sekolah, menurut Sanjaya tidak cukup hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.21 Hal ini harus dipahami, sebab memiliki kaitan erat dengan evaluasi keberhasilan implementasi kurikulum, yaitu bahwa target pencapaian implementasi kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan peserta didik menguasai seluruh isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga perlu dilihat bagaimana proses atau kegiatan peserta didik sebagai pengalaman belajar.

Taba (1962) memiliki pandangan yang berbeda dari kedua konsep kurikulum di atas, Taba lebih mendefinisikan kurikulum sebagai rencana atau program yang disusun oleh sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

20 Soetopo dan Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, 12.

21 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,Teori dan Praktek Pengembangan KTSP (Jakarta, Kencana, 2008), 7

(44)

“a curriculum is a plan for learning, therefore, what is know about the learning process and development of individual has bearing in the shaping of a curriculum‟.22 Pendapat ini menggambarkan bahwa kurikulum dipahami sebagai program atau rencana belajar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, menurut Nasution dalam merumuskan definisi kurikulum setidaknya kita dapat melihat kurikulum dari berbagai dimensi; yaitu sebagai berikut:

1) Kurikulum dilihat sebagai produk (curriculum as product), yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum yang menjadi dasar bagi sekolah dan guru untuk implementasi kurikulum di lapangan.

2) Kurikulum dapat dipandang sebagai program (curriculum as program), yakni alat yang digunakan sekolah untuk mencapai tujuannya. Hal ini mungkin dapat berupa kegiatan mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi berbagai kegiatan yang dianggap dapat memengaruhi perkembangan peserta didik.

3) Kurikulum juga dapat dipandang sebagai hal-hal yang di harapkan akan dipelajari peserta didik. Yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu.

4) Kurikulum sebagai pengalaman peserta didik (curriculum as experience). Ketiga pandangan di atas berhubungan dengan

22 Taba, H., Cuurriculum development ; Theory and Practice (New York, Harcourt, 1962) 118

(45)

perencanaan kurikulum, sedangkan pandangan ini secara aktual menjadi kenyataan pada tiap peserta didik.23

Wina Sanjaya menjelaskan, dari penulurusan konsep pada dasarnya kurikulam memiliki tiga dimensi pengertian yakni:

1) Sebagai mata pelajaran.

2) Kurikulum sebagai pengalaman belajar.

3) Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran.24

Adanya kata-kata perencanaan menandakan bahwa kurikulum sebagai suatu manajemen, Hal ini bisa dilihat dari defenisi kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu, Kurikulum merupakan seperangkat dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Demikian beberapa definisi kurikulum yang dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam memahami apa kurikulum itu sebenarnya.

Beberapa pandangan yang masih keliru semisal kurikulum hanya dipandang sebagai silabus saja. Memang benar, tapi hal tersebut adalah hanya bagian kecil dari kurikulum. Kurikulum harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, baik sebagai dokumen (as a document), produk (as a product), dan pengalaman yang akan diterima peserta didik baik di

23 Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008) hal 4

24 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Kencana, 2009), 4

(46)

dalam kelas maupun di luar kelas. Inilah konsep yang utuh yang dapat ditanamkan dalam setiap individu guru dan praktisi.

Pendidikan Holistik yaitu pendidikan yang membangun manusia secara utuh dan seimbang dengan mengembangkan semua potensinya meliputi potensi kognitif-intelektual, emosional, sosial spiritual, kreativitas, dan fisik. Keenam potensi tersebut dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak boleh dipisah-pisahkan, karena antara yang satu dan lainnya saling berkaitan.

Menurut Nanik Rubiyanto dan Dany Haryanto tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.25

Melalui transformasi pendididkan holistiklah potensi kemanusiaan dapat berkembang dengan optimal, karena tujuan pendidikan holistik adalah untuk membentuk manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Potensi yang dimaksud meliputi potensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi dan potensi spiritual.

Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui

25 Nanik Rubiyanto dan Dany Haryanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, (Palangkaraya, Prestasi Pustaka Publisher, 2010), 33

(47)

cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya. Forbes dan Martin menyatakan bahwa tujuan pendidikan holistik adalah agar "students develop to the highest extent thought possible for a human (ultimacy), and that to achieve this a kind of knowledge associated with wisdom (Sagacious competence) needs to be learned”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa peserta didik harus mampu mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia dan mampu meraih pengetahuan yang mengandung aspek kebijaksanaan.

Tujuan pendidikan holistik adalah untuk mempersiapkan peserta didik untuk mempunyai kehidupan yang produktif dan memuaskan dimana hal-hal yang ada pada dirinya seperti keterampilan dan keilmuan terus dikembangkan dan diterapkan sebagai bagian dari pembelajaran sepanjang hayat

Tujuan pendidikan holistik ini sejalan dengan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam yaitu terwujudnya manusia seutuhnya atau insan kamil (manusia sempurna). Praktik insan kamil ini tidak hanya berdimensi vertikal- transendental tetapi juga horizontal, tidak hanya beraspek material melainkan juga immaterial. Keduanya harus diwujudkan dalam hidup tanpa memandang mana yang lebih penting dan lebih berarti. Pendidikan dalam kerangka ini adalah merupakan proses dari upaya manusia untuk mengembangkan segenap potensi, baik jasmani maupun ruhaninya agar menjadi pribadi yang serba seimbang, sebagai

(48)

warga negara yang baik dan siap untuk menerima dan melestarikan serta mengembangkan budaya bangsa.

Dengan demikian, tujuan pendidikan holistik adalah menghasilkan manusia yang holistik, yaitu manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan meliputi potensi kognitif-intelektual, emosional sosial, spiritual, kreativitas dan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa arah dari praktik pendidikan holistik melahirkan manusia yang mampu mengembangkan semua potensi kemanusianannya secara seimbang sehingga mampu mengemban tugas kekhalifahannya dalam menjalin relasi hablum minallah dan hablum minannas sebagai wujud hasil keutuhan dari proses pendidikan. Disinilah diharapkan lahir subjek didik yang tidak hanya sholeh secara individual namun juga sholeh secara sosial.

Adapun pendidikan kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris. Yusuf mengemukakan bahwa kemampuan kognitif ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.26

26 Khadijah.. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini.(Medan : IKAPI, 2016), 31

(49)

Kemampuan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.27

Melalui pemaparan di atas dapat ditarik benang merah bahwasannya pengertian kognitif adalah kemampuan berfikir yang melibatkan pengetahuan yang berfokus penalaran dan pemecahan masalah menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa yang bersifat rasional atau melibatkan akal. Adapun menurut Santrock tahap perkembangan kognitif usia prasekolah terdiri dari 2 tahap yaitu pada usia 2 tahun sampai 4 tahun merupakan tahap fungsi simbolik. Namun diusia 4-7 tahun, anak usia pra-sekolah berada dari tahap pemikiran intuitifyaitu tahap dimana anak mulai dapat menggunakan penalaran primitifnya dan rasa ingin tahu jawaban atas semua hal yang ia tanyakan berkembang pesat. Piaget menyebut tahap ini intuitif karena anak-anak pada usia ini merasa begitu yakin akan apa yang

27 Jawati, Ramaikis. Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Ludo Geometri di PAUD Habibul Ummi I. Jurnal Spektrum PLS, I (1) 2013, 253.

(50)

dipahami dan diketahuinya, tetapi pengetahuannya tadi hanya berdasar intuisinya saja tanpa menggunakan pemikiran yang rasional.28

Terlebih, dalam optimalisasi suatu perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada bayi maupun anak-anak. Seorang anak akan dapat melakuan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun kepala secara sadar, setelah syaraf-syaraf maupun otot-otot bagian organ-organ tersebut sudah berkembang secara memadai.

Pendidikan sosial adalah mengajari remaja sejak dini untuk berpegang pada etika sosial yang utama dan dasar-dasar kewajiban yang mulia, bersumber dari akidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang tulus. Tujuan pendidikan dan pengetahuan sosial ini adalah agar anak remaja tampil di masyarakat sebagai generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, beradab, seimbang, berakal yang matang dan berperilaku yang bijaksana. Pendidikan sosial ini merupakan persoalan penting dalam rangka mempersiapkan remaja sebagai generasi yang mampu bersosial dengan baik. Sebab pendidikan sosial ini merupakan gambaran nyata tingkah laku dan perasaan yang mendidik remaja untuk melaksanakan hak-haknya. Oleh karena itu hendaknyalah para orang tua berusaha dengan keras untuk melaksanakan tanggungjawab yang besar dalam pendidikan sosial dengan cara yang benar. Dengan demikian nantinya mereka bisa memberikan andil di dalam membina masyarakat dengan sebaik-baiknya.

28 Hapsari, Iriani Indri. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta (Barat: PT Indeks, 2016), 208

(51)

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu.

baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang serba kekurangan, semua itu merupakan sumber yang subur serta pemicu untuk memunculkan kenakalan pada diri remaja.

Kenakalan yang dilakukan remaja saat sekarang ini, bukan mutlak merupakan kesalahan anak remaja itu sendiri, bahkan bisa jadi itu karena kesalahan orang tua yang kurang memberikan waktu untuk anak remajanya. Anak yang kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah dan ibunya, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan dan pekerjaannya sendiri- sendiri. Itu bisa m

Gambar

22  Taba, H., Cuurriculum development ; Theory and Practice (New York, Harcourt, 1962) 118
Diagram Pie Perbandingan Siswa Putra dan Putri. 56
Gambar 1.1  Jadwal Pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling

Dari hasil penelitian, peneliti mengemukakan implikasi penelitian, yaitu: Dikotomi mata pelajaran umum dan agama di MAN Palopo merupakan hal yang mutlak. Akan tetapi,

Tantangan Dalam Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang pada tantangan proses perencanaan pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara muatan lokal Tahfidz Al-Qur’an dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al- Qur’an Hadis Kelas XI Agama di

Jadi yang dimaksud dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Kelas IV B Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Jember Tahun

BERISI MODUL AJAR ATAU RPP MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI ATAU

Tujuan penelitian ini adalah: 1 untuk mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran flex blended learning pada materi pengurusan jenazah dalam mata pelajaran Pendidikan agama islam di

Pembelajaran terdiferensiasi dalam kurikulum merdeka pada mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah