• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X

DI SMK NEGERI 2 LUMAJANG SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

AYATULLAH CHUMAINI T20181314

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2023

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv MOTTO

(

# s ŒÎ) u ρ

Ÿ ≅ŠÏ%

( #ρâ“à±Σ $ # ( #ρâ“à±Σ $ $ s ù

Æì s ùö t ƒ

ª ! $ #

t Ï % © ! $ #

( #θãΖ t Β# u 

öΝä3ΖÏΒ

t Ï % © ! $ # u ρ

( #θè?ρé&

z Οù=Ïèø9 $ #

;M≈ y _ u ‘ y Š

4 ª

! $ # u ρ

$ y ϑÎ/

t βθè= y ϑ÷è s ?

׎Î7 y z

∩⊇⊇∪

Artinya:“Apabila dikatakan, “Berdirilah”, (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah 58: 11).*

*Menteri Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anul Karim, (Jakarta: 1990), 434

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada ibu saya, Faridatus Sholichah yang selalu mensupport saya sepenuh hati dan selalu memperjuangkan hak anaknya sehingga mendapatkan pendidikan yang layak sehingga dapat sampai pada tahap ini. Juga kepada nenek saya Mutmainnah yang selalu menyayangi saya dengan sepenuh hati, semoga panjang umur sehat selalu dan semoga diri saya akan terus menjadi lebih baik kedepannya.

(6)

vi ABSTRAK

Ayatullah Chumaini, 2023: Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X Di SMK Negeri 2 Lumajang.

Kata Kunci : Kurikulum Merdeka, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam Kurikulum Merdeka merupakan suatu kebijakan baru yang diresmikan oleh pemerintah Kemendikbud atas dasar kemerdekaan dalam pembelajaran.

Kelebihan dari kurikulum ini yang menjadi garis besar adalah lebih merdeka baik siswa, guru maupun lembaga sekolah dalam mengelola pembelajarannya.

Berdasarkan hasil observasi pra research yang peneliti gali dengan salah satu subyek bahwa penerapan Kurikulum Merdeka di lembaga SMK Negeri 2 Lumajang sampai pada Fase E yang diterapkan pada kelas 10 saja. Sehingga penelitian akan dapat terfokus pada pembelajaran di kelas 10 sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan Implementasi Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang; 2) Untuk menjelaskan Tantangan Dalam Implementasi Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman berupa data meliputi: 1) Reduksi Data; 2) Display Data; Kesimpulan/Verifikasi. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipan, dokumentasi, dan wawancara bebas terpimpin.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan: 1) Implementasi Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Merdeka yaitu meliputi Perencanaan pembelajaran dirumuskan dengan mengidentifikasi ketersediaan minggu efektif, menganalisis CP yang dialokasikan terhadap minggu efektif, menentukan TP dan ATP, dan merumuskan Modul Ajar. Pelaksanaan pembelajaran oleh guru akan bersifat relatif baik materi maupun metode pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa.

Dan evaluasi pembelajaran ranah kognitif menggunakan formatif dan sumatif, ranah afektif menggunakan observasi dan penilaian diri, dan ranah psikomotorik dengan cara praktik dan proyek. 2) Tantangan perencanaan adalah perubahan KD dan KI menjadi CP dengan ATP. Tantangan pelaksanaan adalah penerapan Modul Ajar berdasarkan heterogenitas siswa. Tantangan evaluasi adalah fleksibilitas evaluasi itu sendiri, kedua guru harus mengupayakan kesama-rataan terkait daya tangkap siswa terhadap materi ajar.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

ÉΟó¡Î0

« ! $ #

Ç≈ u Η÷q§9 $ #

ÉΟŠÏm§9 $ #

Alhamdulillahirabbilalaamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingaa penulis dapat melaksanakan perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana dengan lancar. Shalawat dan salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membimbing umat manusia menuju kebenaran, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhirat serta termasuk golongan orang-orang yang sholeh.

Adapun judul skripsi penulis yaitu “Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X Di SMK Negeri 2 Lumajang”. Kesuksesan ini dapat penulis raih karena dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember yang telah menerima penulis sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember.

2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dalam penusunan skripsi ini.

3. Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Hj. Fatiyaturrahmah, M.Ag selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Nino Indrianto, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dalam meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yang telah banyak membimbing serta mendidik saya selama berada pada jenjang ini.

7. Lilik Majidatut Zahro, M.Pd selaku kepala SMK Negeri 2 Lumajang yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian pada SMK Negeri 2 Lumajang.

8. Dr. Suwari M.Pd selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 2 Lumajang yang telah mengarahkan, berpartisipasi, dan memberikan informasinya untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Siswa kelas X SMK Negeri 2 Lumajang yang telah membantu serta berperan aktif dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala amal baik Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat kebaikan serta ridho dari Allah SWT. Aamiin.

Lumajang, 20 Mei 2023

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 21

1. Pengembangan Kurikulum ... 21

(10)

x

2. Merdeka Belajar ... 24

3. Kurikulum Merdeka ... 26

4. Pendidikan Agama Islam Dalam Kurikulum Merdeka ... 30

5. Implementasi Pembelajaran ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 47

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Subyek Penelitian ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Analisis Data ... 51

F. Keabsahan Data ... 53

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 53

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 55

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 55

B. Penyajian Data dan Analisis ... 62

C. Pembahasan Temuan ... 90

BAB V PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100 Lampiran

(11)

xi

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal.

2.1 Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu ... 18

3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 50

4.1 Rincian penerimaan siswa baru tahun 2022/2023 ... 59

4.2 Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan ... 60

4.3 Temuan Penelitian ... 89

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal.

3.1 Analisis data interaktif model Miles dan Huberman ... 52

4.1 Lembaga SMK Negeri 2 Lumajang ... 55

4.2 Rapat koordinasi MGMPS ... 69

4.3 Pelaksanaan pembelajaran PAI kelas X perhotelan 2 ... 71

4.4 Pelaksanaan pembelajaran PAI siswa menggunakan peta konsep dan presentasi ... 73

4.5 Penilaian psikomotorik siswa berdasarkan keterampilannya dalam kelompok aktif ... 83

(13)

1

Pesatnya perkembangan teknologi serta informasi mutakhir sudah mempengaruhi kehidupan manusia secara tidak terduga. Pengaruh ini dapat kita lihat dari bergesernya kehidupan sosial, perekonomian, serta politik yang sangat membutuhkan keseimbangan baru dari berbagai nilai, pemikiran serta strategi kehidupan yang ada. Selain itu, di zaman sekarang dibutuhkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dengan proses belajar selama hayatnya berdasarkan standar kualitas yang tinggi.

Dengan demikian sangat dibutuhkan kurikulum serta kemampuan metakognisi dan kompetensi dalam berpikir serta belajar cara untuk dapat belajar, menentukan serta memberi penilaian terhadap pengetahuan dan antisipatif terhadap ketidakpastian atau ambigu dari diri sendiri. Pada hakikatnya, inovasi kurikulum akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman supaya dapat menciptakan materi belajar berbentuk susunan keilmuan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Sehingga program pengembangan kurikulum berdasarkan IPTEK terus dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan media maupun sumber ajar, sistem pembelajaran yang dimulai dari unit belajar dan mengikutsertakan beragam tahapan diiringi

(14)

dengan uji coba kemudian dilanjutkan oleh unit lainnya dan begitupun seterusnya.1

Pembangunan pendidikan dalam konteks metode pembelajaran yakni sistem serta pengajaranharus memenuhi kecenderungan yang sejalan dengan era Revolusi Industri 4.0. Alasannya adalah karena pendidikan merupakan respon terhadap kondisi zaman yang berlaku saat ini. Terdapat istilah Literasi baru yang merupakan kebutuhan utama dalam metode pembelajaran yang terdiri dari Literasi Data (kemampuan menganalisis dan menggunakan informasi), Literasi Teknologi (kemampuan menggunakan mesin serta aplikasi teknologi), Literasi Manusia (kemampuan memperkuat humanitis, komunikasi). Selain itu, metodologi pendidikan era Revolusi Industri 4.0 sangat berorientasi pada pembangunan karakter misalnya kejujuran, religious, kerja keras/tekun, tanggung jawab, adil, disiplin, toleran, dan lain-lain.2

Adapun berdasarkan keadaan tersebut, maka peran pendidikan sangat dibutuhkan agar manusia senantiasa tidak berpaling pada tugas utamanya sebagai makhluk ciptaan yang selalu mengabdi kepada Tuhannya.

Sebagaimana pendidikan dalam Agama Islam yang mengajarkan manusia agar seperti apapun kehidupannya di dunia seharusnya diimbangi dengan jiwa, rasa, dan pikiran yang senantiasa berpegang teguh pada iman, takwa, dan akhlak mulia berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Perihal tersebut perlu tertanam dalam diri individu manusia agar dapat mencegah, menangkal

1 Fauzan & Fatkhul Arifin, Desain Kurikulum Dan Pembelajaran Abad 21, (Jakarta:

Kencana, 2022), hal. 92-93

2 Muhammad Yamin & Syahrir, “Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah Metode Pembelajaran)”, Jurnal Ilmiah Mandala Education, Vol.6 No.1, 2020, hal. 130-131

(15)

perkara negatif dari lingkungan maupun budaya lain mengingat pesatnya perkembangan teknologi yang dapat memungkinkan menjadi penghambat perkembangan manusia seutuhnya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Adz- Dzariyat ayat 56 berikut:

نْوُﺪُﺒْﻌَـﻴِﻟ ﱠﻻِا َﺲْﻧِْﻻاَو ﱠﻦِْﳉا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو

Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepadaku.”(Q.S. Adz-Dzariyat 51: 56)3

Beralih pada pembelajaran yang merupakan sebuah sistem yang bermaksud agar memudahkan rangkaian proses pembelajaran meliputi serangkaian fenomena yang disusun untuk mempengaruhi terjadinya kegiatan belajar internal. Pembelajaran sendiri tidak dapat luput dari tiga Proses yakni proses merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Adapun rencana pembelajaran ialah rangkaian cara untuk menyusun materi, pemanfaatan media, pemanfaatan metode pada sebuah alokasi waktu dan dilakukan demi mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berisi tentang interaksi antara guru serta siswa serta hubungannya secara timbal balik agar meraih tujuan pembelajaran. Bisa dikatakan juga bahwa pelaksanaan pembelajaran ialah kegiatan yang sifatnya aktualisasi berdasarkan rancangan pembelajaran yang ada. Setelah melaksanakan pembelajaran maka perlu diadakan aktivitas evaluasi yang

3 Al-Qur’an Al-Karim, Al-Qur’an Terjemah Per-Kata Type Hijaz, (Bandung: Syaamil Al- Qur’an, 2007), hal. 523

(16)

merupakan sebuah rangkaian sistematis dalam menentukan, mengukur serta memutuskan tentang Seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat diraih.4

Dalam pelaksanaannya, pastinya terdapat istilah tantangan yang akan dialami untuk kedepannya. Tantangan berfungsi sebagai dorongan untuk memperkecil perbedaan dan untuk dapat mencapai sebuah prestasi yang lebih baik sesuai harapan kedepannya. Tantangan sendiri bersifat relatif yang hanya dialami seseorang berdasarkan suatu situasi atau kondisi tertentu. Terlebih demi menjawab perkembangan jaman yang terjadi pada bidang pendidikan berdasarkan kebijakan pemerintah yang ada yaitu Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).

Berangkat dari konsep Merdeka Belajar yang dalam hal ini didasari pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan tujuan pendidikan sekaligus paradigm pendidikan yang perlu untuk dipahami. Kemerdekaan yang dimaksud mengandung tiga unsur, yakni berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, dan bisa mengatur dirinya.

Sehingga upaya untuk senantiasa memerdekakan diri merupakan tujuan utama yang harus dicapai melalui proses pendidikan.

Adapun Merdeka Belajar bukanlah suatu kebijakan maupun visi baru bagi pendidikan di Indonesia. Jauh sebelum adanya keadaan sekarang, Ki Hajar Dewantara telah mengisyaratkan bahwa pendidikan sangat membutuhkan kemerdekaan. Sehingga konsep yang ditawarkan oleh Ki Hajar

4 Yahya Hairun, Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), hal. 26-27

(17)

Dewantara ini sesuai dengan keadaan terkini serta menjadi suatu kebutuhan demi menjawab signifikasi perkembangan zaman.5

Dalam Permendikbud No 3 Tahun 2020 tentang Standar Proses Pembelajaran Pasal 11 ayat (1) menerangkan bahwa Karakteristik Proses Pembelajaran sebagaimana dimaksud terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Dan pada Pasal 11 ayat (2) menjelaskan bahwa berpusat pada mahasiswa sebagaimana dimaksud capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.6

Dengan adanya kebijakan baru tersebut, maka pelaksanaan pendidikan yang bersifat monoton dan terkesan membosankan akan segera dihilangkan di lembaga sekolah yang dapat menerapkannya. Guru semakin berpusat pada siswa dan senantiasa berusaha dalam mengembangkan keberagaman potensi yang dimiliki siswa menjadi tantangan tersendiri baginya. Di sisi lain, siswa akan semakin merasa senang dalam belajar dan mempelajari suatu bidang dengan kebebasan yang ada. Sehingga kepuasaan dalam belajar akan semakin meningkat dan kemampuan siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotorik pun akan berkembang pesat dibandingkan dengan kondisi pendidikan sebelumnya.

5 Imas Kurnianingsih, A-Z Merdeka Belajar, (Indonesia: Kata Pena, 2022), hal. 5-8

6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020

(18)

Berdasarkan hasil observasi pra research yang peneliti gali dengan salah satu subyek bahwa penerapan Kurikulum Merdeka pada tingkat SMK atau sederajat sendiri meliputi Fase E dan Fase F. Penerapan Fase E merupakan fase yang ditargetkan untuk kelas 10 dan Fase F diterapkan pada kelas 11 dan 12. Sedangkan penerapan Kurikulum Merdeka di lembaga SMK Negeri 2 Lumajang masih sampai pada Fase E yang diterapkan pada kelas 10 saja. Sehingga penelitian akan dapat terfokus pada pembelajaran di kelas 10 sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul “Implementasi Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang” karena diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru yang masih belum memahami bagaimana implementasi kemerdekaan dalam pembelajaran tersebut. Penelitian ini dirasa penting untuk dilakukan mengingat pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang masih berjalan di beberapa lembaga sekolah dan belum merata. Bahkan bagi lembaga sekolah yang baru ataupun akan menerapkan Kurikulum Merdeka ini akan sangat membutuhkan informasi bagaimana penerapannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran. Selain itu, terdapatnya suatu tantangan yang menjadi sampul dalam penerapannya juga dirasa penting dan bisa dijadikan acuan untuk dapat mengembangkan pembelajaran untuk kedepannya bagi lembaga sekolah yang akan, baru, ataupun telah menerapkannya.

(19)

B. FOKUS PENELITIAN

1. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang ? 2. Apa saja Tantangan Dalam Implementasi Pembelajaran Kurikulum

Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Supaya menjelaskan Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang.

2. Untuk menjelaskan Tantangan Dalam Implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK Negeri 2 Lumajang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan bisa bermanfaat untuk peneliti, kelompok tertentu, lembaga, serta pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Peneliti mengharapkan penelitian ini bisa berkontribusi untuk mengembangkan ilmu pendidikan serta memberi pemikiran maupun inovasi terbaru untuk menambah wawasan dunia pendidikan.

(20)

2. Manfaat Praktis a. Untuk Peneliti

Penelitian ini dimaksudkan dapat meningkatkan serta memperluas pengetahuan dan pengalaman khususnya pada aspek pendidikan sesuai keadaan terkini.

b. Untuk Instansi

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka terkait pembelajaran di sekolah.

c. Untuk Masyarakat

Penelitian ini dimaksudkan bisa memberi wawasan serta menambah pengetahuan seputar dunia pendidikan kepada masyarakat umum sesuai keadaan saat ini.

E. DEFINISI ISTILAH 1. Merdeka Belajar

Merdeka Belajar merupakan prinsip dari tokoh pemikiran teori humanisme yang berpandangan bahwa proses pembelajaran yang berpusat pada inisiatif siswa untuk belajar yang akan melahirkan (output) belajar yang dikuasai utuh serta terekam secara mendalam dari dalam diri siswa.7 2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam ialah upaya untuk mempelajari ilmu dengan tersusun dan sistematis dalam mencetak siswa sebagai manusia

7 Ana Widyastuti, Merdeka Belajar dan Implementasinya (Merdeka Guru-Siswa, Merdeka Dosen-Mahasiswa, Semua Bahagia), (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2022), hal. 2

(21)

yang memiliki keimanan dan ketulusan dalam mengimplementasikan nilai keislaman pada berbagai bidang kehidupan. Pada perihal ini, pendidikan Islam selaku upaya untuk melakukan pengkajian ilmu memperlihatkan bahwa aktivitas yang terjalin didalamnya ialah usaha ilmiah yang bisa dikembangkan berdasarkan situasi dan kondisi. Sehingga tujuan utama Pendidikan Agama Islam harus berorientasi pada upaya membentuk siswa menjadi manusia beriman dengan senantiasa mengamalkan nilai-nilai keislaman pada kehidupan sehari-hari.8

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sebuah sistem yang bermaksud dalam memudahkan kegiatan belajar siswa meliputi rangkaian fenomena yang disusun sedemikian rupa supaya dapat berpengaruh pada kegiatan belajar yang sifatnya internal. Dalam pembelajaran sendiri terdiri dari tiga proses yang harus dilalui meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 9 F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I, meliputi pendahuluan yang memperlihatkan latar belakang permasalahan, fokus penelitian, tujuan, manfaat, definisi istilah, serta ditutup dengan sistematika pembahasan.

BAB II, meliputi kajian pustaka yang membahas penelitian yang sudah dilaksanakan pada inti pembahasan penelitian dalam penelitian sebelumnya serta kajian teori.

8 A. Rifqi Amin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2015), hal. 4

9 Khasanah, dkk, Dinamika Konsep Dasar Model Pembelajaran, (Batam: Yayasan Cendikia Mulia Mandiri, 2022), hal. 83

(22)

BAB III, meliputi pendekatan serta jenis penelitian, lokasi, subjek metode pengumpulan data, analisis data serta tahap dalam penelitian.

BAB IV, yakni menyajikan data serta analisis yang menjelaskan beragam penjelasan terkait objek penelitian, penyajian data serta analisis dan membahas temuan.

(23)

11

Penelitian terdahulu digunakan supaya menyusun konsep, pola teori maupun model yang berhubungan dengan penelitian yang hendak diberlangsungkan. Penelitian terdahulu ini dapat berupa buku, jurnal, majalah ilmiah, maupun skripsi. Peneliti mempergunakan beberapa penelitian terdahulu dengan persamaan kasus yakni:

1. Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK, Dwi Efyanto, Universitas Muhammadiyah Malang. 202110

Penelitian dalam tesis ini ditujukan untuk dapat menggali data terkait implementasi kebijakan Merdeka belajar dalam kurikulum SMK di ranah, input proses serta output; hal yang menghambat implementasi kebijakan tersebut; usaha yang dilaksanakan agar menyelesaikan permasalahan yang ada dari implementasi kebijakan tersebut. Pendekatan yang dipergunakan dalam tesis ini ialah pendekatan deskriptif kualitatif menggunakan karakter alami (natural setting) dan jenis penelitian deskriptif analitik untuk mempetakan gambaran dan fenomena-fenomena secara deskriptif berdasarkan analisa terhadap tema yang dikaji.

Penelitian ini mempergunakan 3 sampel lembaga SMK yang sama-sama mengimplementasikan Kurikulum Merdeka yaitu SMKN 1 Singosari, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, dan SMK Turen.

10 Dwi Efyanto, “Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK”, (Tesis, Universitas Muhammadiyah Malang, 2021).

(24)

Pertama ranah input pada lembaga SMKN 1 Singosari yang menggunakan desain pembelajaran AADIE (Analysis-Design-Develop- Implement-Evaluate) yaitu dengan melewati langkah, 1) Analisis dengan output berbentuk karakteristik, identifikasi kesenjangan identifikasi kebutuhan serta analisis tugas. 2) desain dengan membuat metode belajar yang sesuai supaya meraih tujuan. 3) Pengembangan dengan bentuk sebuah uji coba sebelum digunakan kemudian dievaluasi secara formatif.

4) Implementasi dalam benteuk realisasi uji coba yang telah sukses dilakukan berdasarkan peran atau fungsinya. 5) Evaluasi secara formatif dengan mengusahakan proses pengembangan secara terus menerus kedepannya. Pada lembaga SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi mempergunakan desain Hannafin dan Peck dengan membaginya menjadi tiga fase, 1) Fase analisis kebutuhan supaya melihat kebutuhan yang termuat pada tujuan serta objek media, pengetahuan dan kemahiran, peralatan dan keperluan media, 2) Fase kedua desain untuk menggali kaidah terbaik untuk mencapai tujuan pembuatan media, 3) Fase pengembangan serta penerapan dengan membuat diagram alur, pengujian, dan penilaian formatif dan sumatif. Pada SMK Turen menggunakan desain model Isman yang meliputi 1) Input; 2) Proses; 3) Output; 4) Umpan balik; 5) Pembelajaran. Ranah proses yang meliputi tiga tahap (1) Pengujian Prototipe; (2) Mendesain Ulang Pembelajaran sesuai kebutuhan; (3) Kegiatan Pembelajaran (meliputi penerapan isi dan metode penelitian). Ranah output meliputi kegiatan penilaian dan revisi

(25)

pembelajaran dengan mengimplementasikan teknik evaluasi formatif dan sumatif supaya memeriksa ulang tujuan serta sasaran pembelajaran.

Kemudian beralih pada kendala beserta usaha yang dilaksanakan dalam mengatasi implementasi kebijakan merdeka belajar di sekolah; Pertama, Pemenuhan kompetensi industri membutuhkan peningkatan kompetensi guru yang terprogram yang upayanya adalah menyusun kerjasama antara SMK dengan industri.

Kedua, hambatan pertama dalam penerapan Merdeka belajar yaitu guru tidak berpengalaman untuk menerapkan kompetensi industri yang upayanya adalah meningkatkan teknik pembelajaran yang bisa menghasilkan nuansa kerja yang disesuaikan dengan perusahaan.

Hambatan kedua yaitu berubahnya standar kompetensi industri yang dinamis membutuhkan pengembangan kurikulum yang berkelanjutan serta memenuhi sarana dan prasarana dengan upaya menyinkronkan kurikulum dengan industri rekanan agar menyusun kurikulum pembelajaran otomotif. Hambatan ketiga yaitu sulitnya pemberian fasilitas belajar secara efektif berdasarkan budaya industri ditempuh dengan usaha peningkatan kompetensi guru pada konteks pemenuhan kompetensi industri melalui peningkatan kemampuan supaya memahami fungsi dari peralatan teknologi baru yang selaras dengan teknologi yang dipergunakan oleh industri.

(26)

2. Implementasi Desain Pembelajaran PAI Berorientasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Keterampilan Abad 21 di SMK PonPes Abu Manshur Kecamatan Plered, Irfa Anna’im, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Nurjati Cirebon. 202111

Adapun fokus pada tesis ini adalah 1) Bagaimana desai RPP mata pelajaran PAI dan AKM yang memiliki orientasi pada Merdeka Belajar serta keterampilan abad-21; 2) Bagaimana efektifitas pengembangan desain RPP dan AKM pada kemampuan guru pada tata kelola pembelajaran PAI. Metode yang dipergunakan untuk mengkaji penelitian ini ialah R&D atau pengembangan dengan pendekatan kuantitatif.

Hasil pada fokus pertama yaitu, desain yang dikembangkan pada konsep ini yakni meliputi Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survey Karakter (SK) yang berupa aktivitas analisis desain kurikulum yang dipergunakan, mengumpulkan data pada pembuatan instrumen penelitian dalam redesain RPP dan AKM, merevisi desain RPP dan AKM dalam validasi desain oleh ahli. Desain yang dikembangkan pada konsep merdeka belajar meliputi komponen dan isi, RPP yang disederhanakan dengan kompetensi inti, tujuan, dan aspek kebahasaan yang ada pada RPP ialah kegiatan alamiah dan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik di kelas yang guru peroleh melalui tes diagnostik pada peserta didik. Keterampilan Abad 21 juga ada pada desain RPP dan AKM maupun Survey Karakter pada tahapan pembelajaran yaitu

11 Irfa Anna’im, “Implementasi Desain Pembelajaran PAI Berorientasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Keterampilan Abad 21 di SMK PonPes Abu Manshur Kecamatan Plered”, (Tesis, Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, 2021).

(27)

komponen 4C yang menuntut pendidik agar dapat berperan aktif dan kreatif untuk melakukan tata kelola pembelajaran PAI.

Fokus kedua yaitu, efektifitas redesain RPP dan AKM pada kemampuan guru untuk mengolah pembelajaran PAI didapatkan bahwa uji n-gain diperoleh dari rata-rata pada percobaan 1 - 3 mengalami peningkatan hingga 3,4 serta nilai n-gain sebesar 0,62 yang berarti interpretasi efektifitasnya pada kriteria sedang. Sedangkan hasil akhirnya ada efektifitas yang signifikan pada pengembangan desain RPP dan AKM maupun Survey Karakter pada kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran PAI.

3. Persepsi Guru Tentang Konsep Merdeka Belajar MenDikBud Nadiem Makarim Dalam Pendidikan Agama Islam di MTsN 3 Sleman, Atika Widyastuti, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 202012

Adapun fokus pada skripsi ini adalah 1) Bagaimana amggapan guru terkait konsep Merdeka Belajar pada PAI di MTsN 3 Sleman?; 2) Bagaimana tahapan dalam menyesuaikan penyusunan RPP melalui konsep Merdeka Belajar di MTsN 3 Sleman?; 3) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran aktif secara daring ketika pandemi covid-19 di MTsN 3 Sleman?. Pendekatan yang dipergunakan untuk mengkaji penelitian ini ialah kualitatif deskriptif.

Hasil dari fokus pertama yaitu, merdeka belajar ialah kemerdekaan berpikir yang semula dari guru serta berujung dari guru. Dalam hal

12 Atika Widyastuti, “Persepsi Guru Tentang Konsep Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem Makarim Dalam Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri 3 Sleman”, (Skripsi, Universitas Islam Indonesia, 2020).

(28)

tersebut, guru yang professional tentu harus mengetahui kondisi peserta didiknya. Merdeka belajar memuat peahaman misalnya kemerdekaan berpikir, berpendapat, serta berkarya. Oleh karena itu, hasil belajar bisa optimal pada saat guru mempergunakan teknik yang tepat dari apa yang diperoleh serta diimplementasikan pada siswa.

Pada fokus kedua yaitu, RPP ialah persiapan guru untuk membuat rancangan sebelum melaksanakan pebelajaran. Perihal tersebut dilaksanakan untuk bisa mendapatkan perolehan tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa terealisasi secara baik oleh guru dan siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disederhanakan itu berkesan efektif. Pasalnya, dalam satu lembar tersebut sudah memuat tiga poin penting yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan assesmen.

Fokus ketiga yaitu, untuk sekarang guru diharuskan supaya semakin memahamii karakter dan kepribadian peserta didik, kemudian guru bertugas sebagai penyalur bakat tersebut sehingga dapat berkembang sebagaimana mestinya. Sedangkan teknik pembelajaran yang tepat untuk saat ini adalah pembelajaran interaktif dan komunikatif melalui penggunaan media pembelajaran yang mendukung.

4. Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks “Merdeka Belajar”, Institut Agama Islam Negeri Manado, Gina Nurvina Darise, Journal of Islamic Education: The Teacher of Civilization, Vol. 2, No. 2. 202113

13 Gina Nurvina Darise, “Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks Merdeka Belajar”, Journal of Education: The Teacher of Civilization, Vol. 2 No. 2, 2021.

(29)

Artikel ini ditulis melalui penggunaan teknik penelitian library research dengan tujuan untuk memahami konsep Merdeka Belajar dalam sudut pandang PAI. Seperti yang kita ketahui bahwa PAI diajarkan bukan hanya sekedar memberi ilmu, namun lebih pada membentuk sikap dan kemampuan dalam mengajarkan agama setiap siswa. Maka dari itu aktivitas pembelajarannya juga mengupayakan bagaimana dapat mencetak siswa yang bebas dan merdeka. Merdeka supaya mendapatkan materi pelajaran serta merdeka untuk megedepankan sikap yang baik di lingkungan sekolah atau masyarakat.

Berdasarkan perihal tersebut, maka tujuan dari pembelajaran PAI pada Konteks “Merdeka Belajar” adalah 1) Pembelajaran PAI mampu melahirkan siswa yang mampu berpikir kritis; 2) Pembelajaran PAI mampu melahirkan siswa yang mempunyai daya kreativitas; 3) Pembelajaran PAI mampu melahirkan siswa yang mempunyai kemampuan dan keterampilan berkomunikasi; 4) Pembelajaran PAI mampu melahirkan siswa yang mempunyai kerja sama serta bisa berkolaborasi; 5) Pembelajaran PAI mampu mencetak jati diri siswa yang percaya diri.

Sedangkan poin yang harus diperhatikan yang menjadi prioritas pada program merdeka belajar adalah 1) Satuan pendidikan harus mempersiapkan guru agama yang memiliki keyakinan yang sama dengan peserta didiknya; 2) Satuan pendidikan mampu menyiapkan peserta didik yang dapat menjalankan perannya sebagai penerima pengetahuan; 3)

(30)

Lembaga keagamaan mampu menyiapkan guru-guru dengan kemampuan agama; 4) Pemerintah harus bekerja sama dengan satuan pendidikan dalam menyusun kurikulum yang dapat menumbuhkan kemerdekaan belajar.

Tabel 2.1

Tabel Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Dwi Efyanto, Universitas Muhammadiy ah Malang.

2021

Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK

Persamaan dalam penelitian ini ialah:

a. Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif.

b.Membahas tentang Proses Pembelajaran berdasarkan kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar.

Perbedaan dalam penelitian

sebelumnya adalah:

a. Membahas Proses Pembelajaran melalui tahap input, proses dan output.

b.Membahas bermacam-macam hambatan yang terjadi di lapangan.

c. Membahas upaya yang ditempuh bisa menyelesaikan permasalahan yang ada.

2. Irfa Anna’im, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Nurjati Cirebon, 2021

Implementasi Desain Pembelajaran PAI

Berorientasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Keterampilan Abad 21 di SMK PonPes Abu Manshur Kecamatan Plered

Persamaan dalam penelitian ini adalah:

a. Membahas tentang implementasi RPP Kurikulum Merdeka Belajar.

b. Tuntutan kepada guru mengarah pada tantangan yang harus guru hadapi.

Perbedaan dalam penelitian

sebelumnya adalah:

a. Menggunakan pendekatan Kuantitatif.

b. Meredesain RPP Kurikulum Merdeka Belajar yang

merupakan upaya adaptasi dari RPP Kurikulum 2013.

3. Atika Widyastuti, Universitas Islam

Persepsi Guru Tentang Merdeka Belajar

Persamaan pada penelitian ini ialah:

a. Mempergunakan

Perbedaan dalam penelitian

sebelumnya adalah:

a. Membahas persepsi

(31)

Indonesia Yogyakarta, 2020

MenDikBud Nadiem Makarim Dalam Pendidikan Agama Islam di MTsN 3 Sleman

pendekatan Kualitatif.

b. Membahas penggunaan RPP berorientasi Kurikulum Merdeka Belajar.

guru tentang konsep merdeka belajar meliputi

penyesuaian pembuatan RPP.

b. Menawarkan pembelajaran interaktif dan komunikatif dengan mempergunakan media pembelajaran yang mendukung.

4. Gina Nurvina Darise, Institut Agama Islam Negeri

Manado, 2021

Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks

“Merdeka Belajar”

Persamaan dalam penelitian ini adalah:

a. Menjelaskan tujuan dari pendidikan agama islam secara terperinci.

b. Membahas poin prioritas dalam melaksanakan program

merdeka belajar.

Perbedaan dalam penelitian

sebelumnya adalah:

a. Tidak menjelaskan tahap-tahap dari proses

pembelajaran.

b. Hanya bersifat studi kepustakaan, bukan berbentuk

implementasi pada suatu objek.

Pada hasil tesis oleh Dwi Efyanto, mengkaji tentang proses pembelajaran melalui tahapan input, proses dan output serta bahasan mengenai bermacam-macam hambatan dan usaha yang dilaksanakan supaya dapat menyelesaikan hambatan yang ada di lapangan. Sedangkan penelitian ini mengkaji tentang hal yang mendasar pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran PAI serta bahasan tantangan yang terjadi dalam proses tersebut di lapangan.

Pada hasil tesis oleh Irfa Anna’im menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang datanya berupa angka serta meredesain RPP kurikulum

(32)

merdeka belajar yang merupakan upaya adaptasi dari RPP kurikulum 2013 yang langsung diimplementasikan di lapangan. Sedangkan pada penelitian ini mempergunakan pendekatan penelitian kualitatif dan hanya menggali data tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang telah diterapkan di lapangan serta tantangan-tantangan pada proses pembelajaran tersebut.

Pada hasil skripsi pada Atika Widyastuti, membahas terkait persepsi guru tentang konsep merdeka belajar dengan berfokus pada penyesuaian pembuatan RPP serta menawarkan pembelajaran yang relevan dalam masa covid-19 yaitu model interaktif komunikatif dengan menggunakan media yang mendukung. Sedangkan pada penelitian ini membahas terkait proses merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi pembelajaran berdasarkan fakta lapangan yang berbeda serta tantangan-tantangan yang terdapat pada proses pembelajaran tersebut.

Pada hasil jurnal oleh Gina Nurvina Darise membahas poin-poin prioritas dalam pelaksanaan program merdeka belajar, tidak menjelaskan tahap-tahap dari proses pembelajaran secara studi kepustakan dan bukan berupa suatu implementasi pada suatu objek. Sedangkan pada penelitian ini penggalian data berdasarkan implementasi di lapangan berupa proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran beserta tantangan- tantangannya yang didasari oleh teori-teori yang relevan.

(33)

B. KAJIAN TEORI

1. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum ialah sebuah ide terbaru Melalui penggunaan bagian potensial dalam kurikulum supaya tercapainya suatu tujuan. Pengembangan kurikulum pada dasarnya diawali dengan perubahan konsepsional secara dasar menjadi perubahan struktural.

Pengembangan kurikulum ini penting diadakan karena kurikulum sendiri seharusnya dapat disesuaikan dengan perkembangan yang ada secara berkelanjutan.

a. Dasar Pengembangan Kurikulum

Segala aktivitas dalam mengembangkan kurikulum seharusnya mempergunakan dasar secara kuat dan relevan. Dengan menggunakan kajian pada aspek yang dijadikan dasar dalam mengembangkan kurikulum, perihal yang terkait normatif serta ideal merupakan tumpuan dari tujuan pendidikan. Hal ini bertujuan agar program pendidikan yang akan lahir tidak mudah tergoyah dan tidak mudah berubah karena rapuhnya pondasi yang mendasarinya.

Menurut Nana Sudjana, dasar dalam mengembangkan kurikulum terdiri atas dasar filosofis, sosial budaya, serta psikologis. Dasar filosofis mengarah pada perlunya keberadaan filsafat untuk mengembangkan kurikulum yang fokus pada interaksi antar manusia, khususnya antara guru dan siswa agar meraih tujuan pendidikan. Dasar sosial budaya mengarah pada perlunya aspek sosial serta kebudayaan

(34)

yang berkembang di masyarakat dan menjadi acuan untuk mengembangkan kurikulum. Sedangkan landasan psikologis mengarah pada faktor psikologis yang seharusnya menjadi landasan untuk mempertimbangkan kurikulum yang dikembangkan.14

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pada dasarnya, prinsip merupakan suatu kebenaran fundamental supaya dijadikan landasan dalam berpikir maupun bertindak. Prinsip pada pengembangan kurikulum bertujuan untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan supaya hasil yang didapatkan sesuai dengan harapan semua pihak. Prinsip-prinsip tersebut bersifat relatif yang bisa dikurangi ataupun ditambah sesuai dengan kebutuhan pelaksananya.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ialah:

1) Terorientasi Pada Tujuan, perumusan unsur-unsur kurikulum serta pembelajarannya sangat mengarah pada tujuan yang akan dicapai;

2) Relevansi, adanya keterkaitan atau kesesuaian antara unsur-unsur kurikulum serta isi kurikulum dengan tuntutan dan keperluan masyarakat;

3) Efektifitas, berhubungan dengan sejauh mana rencana atau target dapat terlaksana dengan baik;

4) Efisiensi, berhubungan dengan perbandingan antara perolehan yang tercapai dengan upaya yang telah dilaksanakan;

14 Lismana, Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo:

Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hal. 15-23.

(35)

5) Kontinuitas, hubungan yang saling terjalin antara tingkat serta jenis program terkait tujuan dan bahan pembelajaran;

6) Fleksibilitas, sebuah kurikulum harus bersifat fleksibel dengan memberi kebebasan bagi pelaksananya dalam bertindak berdasarkan kebutuhan yang ada;

7) Belajar Seumur Hidup, suatu pembelajaran tidak harus selalu terikat dengan sistem pendidikan di lembaga sekolah, namun belajar secara mandiri seumur hidup;

8) Sinkronisasi, bersifat menciptakan sebuah kesatuan yang utuh serta terarah dengan seluruh kegiatan yang terlaksana berkat kurikulum termasuk kegiatan ekstra di sekolah.15

c. Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ialah:

1) Teknologi Informasi dan Ilmu Pengetahuan, perkembangan teknologi mendapatkan peranan penting salah satunya teknologi sebagai alat bantu media dalam pembelajaran;

2) Lingkungan Masyarakat, kurikulum hendaknya dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat sekitar sehingga ada rasa saling membutuhkan antar kedua pihak;

15 Ibid, hal. 34-43.

(36)

3) Sistem Nilai, pengembangan kurikulum akan sangat dipengaruhi oleh suatu sistem nilai baik moral, sosial dan budaya, keagamaan, maupun politis.16

2. Merdeka Belajar

a. Konsep Filosofis Merdeka Belajar

Pada pendekatan ontologis penekanannya terletak pada hakikat keberadaan kolaborasi belajar. Kolaborasi belajar merupakan sarana belajar untuk dapat memahami suatu pengetahuan melalui proses belajar yang terstruktur. Kolaborasi belajar juga pada dasarnya sangat membutuhkan istilah Merdeka Belajar dalam menuntun siswa untuk dapat mengaktualisasikan, mengelola, melatih kemandirian berpikir, mandiri dalam mengambil keputusan, mandiri dalam bekerja, dan mandiri dalam mempertahankan hidup.

Manusia dalam belajar selalui didahului oleh rasa keingin tahuan yang akhinya membentuk konsep baru yaitu Merdeka Belajar. Merdeka belajar berorientasi pada hakikat manusia, sehingga kajian filsafat kolaborasi belajar adalah manusia. Maksud dari manusia disini adalah manusia sebagai siswa dan guru. Dari kedua subjek tersebut, kita dapat memahami, berkolaborasi, serta mengintergrasikan keterlibatan belajar dua insan.17

16 Nurul Sovinah, dkk, Pengembangan Kurikulum, (Riau: Dotplus Publisher, 2022), hal.

4-5.

17 Yoseph Lidi, Merdeka Belajar Dalam Praktik Pengajaran, (Solo: Yayasan Lembaga Gumun Indonesia, 2021), hal. 44-45.

(37)

b. Merdeka Belajar Menurut Ki Hajar Dewantara

Pada dasarnya, “Merdeka Belajar” bukan merupakan bentuk suatu kebijakan, melainkan sebuah filosofi yang menjadi tujuan jangka panjang bagi pendidikan Indonesia. Bahkan jauh sebelum itu, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan tujuan pendidikan sekaligus paradigma yang perlu dipahami oleh seluruh pelaksana pendidikan.

Kemerdekaan belajar merupakan sebuah pembelajaran yang berpusat pada siswa serta bukan semata-mata memberikan kebebasan dan kesenangan sebesar-besarnya kepada mereka. Melainkan pembelajaran yang berorientasi pada: 1) pembelajaran berpusat pada siswa. Dimana siswa berkemampuan untuk menjadi “agen” dan bukan sebagai “konsumen”, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengatur dirinya dalam proses pembelajaran; 2) Pembelajaran yang relevan dan kontekstual; 3) Kurikulum yang fleksibel dengan muatan yang longgar.

Adapun konsep diatas sejalan dengan konsep yang ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang mana filosofi merdeka belajar ialah konsep pembelajaran sepanjang hayat, pola pikir yang berkembang, serta pembelajaran mandiri. Sehingga ketika anak merasakan pembelajaran secara merdeka, sehingga memperkuat kempetensinya,

(38)

mereka juga akan terus termotivasi sehingga akan mengoptimalkan kompetensi.18

3. Kurikulum Merdeka

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh pemerintah dengan sampel 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kabupaten dari 8 provinsi memperlihatkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat. Peningkatan hasil belajar tersebut jika direfleksikan pada proyeksi learning loss literasi dan numerasi, pelaksanaan Kurikulum Darurat bisa enurunkan dampak sebesar 86%

(numerasi) dan 73% (literasi). Kondisi tersebut dapat memperkuatkan perlunya dilaksanakan perubahan rancangan maupun strategi implementasi kurikulum secara komprehensif. Sedangkan arah perubahan kurikulum yang dimaksud terlihat dari beberapa perubahan, diantaranya:

a. Fleksibilitas truktur kurikulum dengan ketentuan jam pelajaran yang ditargetkan supaya capaian satu tahun;

b. Fokus pada materi yang bersifat esensial, sedangkan capaian pembelajaran diatur per fase, bukan pertahun;

c. Memberi kebebasan bagi guru mempergunakan beragam perangkat ajar sesuai kebutuhan serta karakteristik siswa;

d. Pemerintah menyediakan aplikasi yang memuat beragam referensi bagi guru supaya bisa selalu meningkatkan praktek mengajar dengan mandiri. 19

18 Imas Kurnianingsih, A-Z Merdeka Belajar, (Indonesia: Kata Pena, 2022), hal. 5-7.

(39)

a. Keunggulan Kurikulum Merdeka

Adapun Kurikulum ini memiliki tiga unggulan yang berbeda dari kurikulum sebelumnya, diantaranya:

1) Lebih Sederhana dan Mendalam

Fokus materi esensial yang pengembangan kompetensinya berdasarkan fase, sehingga belajar menjadi lebih bermakna, lebih mendalam, menyenangkan dan tidak terburu-buru.

2) Lebih Merdeka

Merdeka yang dimaksud terdiri dari tiga unsur:

a) Siswa: Tidak adanya program peminatan pada jenjang SMA, mereka bisa menentukan mata pelajaran yang tepat dengan ketertarikan serta bakat yang dimiliki.

b) Guru: Mengajar sesuai fase capaian serta perkembangan siswa.

c) Sekolah: Berwenang supaya dapat berkembang serta mengelola kurikulum maupun pembelajaran berdasarkan karakteristik siswanya.

3) Lebih Relevan dan Interaktif

Proses pembelajarannya berupa aktivitas projek yang memberi peluang kepada siswa supaya dapat aktif mengeksplorasi isu-isu mutakhir demi mendukung pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.20

19 Ibid, hal. 134-135.

20 Ibid, hal. 136-137.

(40)

b. Tujuan Kurikulum Merdeka

Adapun kebijakan Merdeka belajar ini dilakukan supaya mempercepat diraihnya tujuan pendidikan nasional. Yakni peningkatan kualitas sdm yang unggul serta memiliki daya saing dengan negara lain.

Kualitas sdm yang unggul dan berdaya saing terwujud dari siswa yang memiliki karakter mulia serta mempunyai nalar yang tinggi terlebih lagi pada numerasi serta literasi. Kebijakan merdeka belajar ini juga dimaksudkan untuk menjawab persoalan guru dan siswa Berikut merupakan permasalahan yang dihadapi:

1) Banyaknya tugas maupun tanggung jawab baik yang terkait dengan pembelajaran maupun administrasi;

2) Guru sering berpartisipasi dalam berbagai pelatihan, namun hasilnya tidak sesuai dengan kebutuhan;

3) Meskipun telah mengajar bertahun-tahun, guru hanya merasakan bahwa kariernya tidak berkembang bahkan hanya terasa lelah dalam mengajar.

Dengan demikian, sistem pengajaran menjadi berubah dari yang biasanya dilaksanakan pada kelas menjadi terbiasa di luar kelas. Siswa juga berkesempatan untuk dapat berdiskusi dengan guru serta pembelajaran yang dilakukan secara outing class. Sehingga terbentuknya karakter siswa yang berani, mandiri, cerdas ketika bergaul, beradab, berkompetensi, serta tidak hanya sekedar

(41)

mengandalkan nilai yang tinggi akan membentuk kualitas sumber daya manusia pendidikan yang baik bagi Indonesia kedepannya.

c. Manfaat Kurikulum Merdeka

Kebijakan Merdeka Belajar merupakan suatu kebijakan yang meringankan tugas guru serta memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan keberagaman potensi dengan caranya sendiri. Sehingga manfaat kebijakan Merdeka Belajar yaitu:

1) Mengurangi Beban Guru

Guru tidak lagi merasa terbebani dengan tugas administrasinya yang cenderung bersifat intimidatif. Dengan kondisi tesebut, guru akan merasa lebih leluasa dalam mengajar siswanya dengan merdeka dan bahagia.

2) RPP yang lebih sederhana

Dengan adanya kebijakan ini, guru bebas membuat, menggunakan maupun mengembangkan RPP dengan catatan tidak menghilangkan tiga komponen utama pada RPP yakni tujuan, kegiatan pembelajaran dan asesmen.

3) Menciptakan Belajar Lebih Menyenangkan

Melalui kebijakan Merdeka belajar, dimaksudkan suasana pembelajaran lebih menggembirakan, perihal tersebut pastinya akan mempengaruhi kualitas pembelajaran.

(42)

4) Kebebasan Dalam Berekspresi

Dengan hal ini, diharapkan akan dapat menciptakan lingkungan yang terbebas dari beragam permasalahan serta tekanan psikologis.

Terlebih lagi pada guru dengan kemerdekaan mengajar yang dimiliki oleh siswa maka guru bisa terfokus dalam mengoptimalkan kecerdasan anak.

5) Tidak Menuntut Siswa Menjadi Sama

Ketika siswa sudah memahami bakat dan minat yang dimilikinya, maka mereka akan senantiasa mengembangkan dirinya dan berlatih untuk selalu mengasah kemampuannya. Selama proses tersebut, guru harus menjadi mediator, pendengar, serta penasehat yang baik dalam mengarahkannya.

6) Mendukung Inovasi Guru Dalam Mengajar

Dengan adanya merdeka belajar, guru diberi kebebasan untuk berinovasi dalam mengenalkan metode pembelajaran sendiri yang lebih baik supaya menjadikan kelas lebih hidup dan lebih menyenangkan.21

4. Pendidikan Agama Islam Dalam Kurikulum Merdeka

Mata pelajaran PAI memiliki fungsi strategis dalam membentuk karakter anak bangsa. PAI bukanlah sekedar memberi wawasan, namun lebih pada pembentukan kepribadian serta kemampuan dalam mengajarkan ajaran agama siswa. Untuk itu dalam kegiatan

21 Ibid, hal. 5-13.

(43)

pembelajarannya sangat diperlukan kebebasan bagi siswa maupun guru dalam mendidik agar dapat menumbuhkan kepribadian yang baik dengan kemaklumannya tanpa ada unsur paksaan.

Adapun pembelajaran PAI pada program Merdeka Belajar terdapat beberapa perihal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Satuan pendidikan berkewajiban dalam menyediakan guru agama yang sama dengan keyakinan siswanya. Seorang guru agama memiliki otoritas dalam memperkuat keberagaman siswanya.

b. Lembaga pendidikan mempersiapkan sumber daya siswa yang bisa berperan dalam penguasaan wawasan terkait ajaran agama.

c. Lembaga pendidikan berkewajiban untuk dapat mempersiapkan guru agama yang dapat menerjemahkan ke dalam kurikulum yang ada.

d. Pemerintah dalam kerja samanya dengan satuan pendidikan merancang kurikulum yang dapat memaksimalkan tujuan pembelajaran serta senantiasa menumbuhkan kemerdekaan belajar terhadap siswanya.

e. Guru Agama dituntut untuk dapat multidisipliner sehingga mampu dalam menggambungkan dengan disiplin keilmuan lainnya serta bisa beradaptasi dengan kenyataan secara kompleks.

Pembelajaran PAI hakikatnya ialah aktivitas pembelajaran yang bermakna dan bernilai. Bermakna dalam artian menciptakan siswa yang berakhlak dan bermoral berdasarkan landasan agama. Dan bernilai dalam artian siswa berpengetahuan dan berwawasan yang sepadan dengan sikap, tingkah laku, kepribadian dan keterampilan individunya. Sehingga dengan

(44)

demikian individu siswa bisa berpemikiran lebih matang, cermat dan lebih bijak dalam proses pembelajaran Merdeka Belajar.22

5. Implementasi Pembelajaran

Menurut Gagne dan Briggs, pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan dalam membantu proses belajar siswa meliputi serangkaian peristiwa yang dirancan dan disusun sedemikian rupa untuk dapat mempengaruhi terjadinya proses belajar yang bersifat internal. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru serta sumber belajar pada suatu ekosistem belajar.23 Dalam pembelajaran sendiri terdiri dari tiga proses yang harus dilalui meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Perencanaan Pembelajaran

1) Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 telah menyatakan bahwa Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.24 Banghart dan Trull menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran

22 Asfiati, Visualisasi dan Virtualisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Versi Program Merdeka Belajar Dalam Tiga Era (Revolusi Industri 5.0, Era Pandemi Covid-19, dan Era New Normal, (Jakarta: Kencana, 2020), hal.167-168.

23 Khasanah, dkk, Dinamika Konsep Dasar Model Pembelajaran, (Batam: Yayasan Cendikia Mulia Mandiri, 2022), hal. 83.

24 PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(45)

merupakan proses penyusunan materi, penggunaan media, penggunaan metode pembelajaran dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan selama satu semester mendatang demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.25 Suatu sistem perencanaan pembelajaran tersebut meliputi pengembangan tujuan, isi, metode dan media pembelajaran serta pengembangan evaluasi pembelajaran yang menjadi satu kesatuan utuh dan saling mempengaruhi untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.26

2) Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembelajaran

Menurut Nana dan Sukirman, prinsip-prinsip penyusunan perencanaan pembelajaran sesuai tuntutan kompetensi yang paling mendasar meliputi:

a) Ilmiah, keseluruhan proses perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harus dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.

b) Relevan, setiap materi memiliki ruang lingkup atau suatu cakupan yang berurutan penyajiannya.

c) Sistematis, baik perencanaan silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran harus saling terkait, mempengaruhi, dan menentukan untuk mencapai tujuan.

25 Hernawan, H A dkk. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: UPI PRESS, 2007), hal. 2.

26 Nana dan Sukirman, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: UPI PRESS, 2008), hal.

4.

(46)

d) Konsisten, adanya kekonsistenan antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, sumber belajar dan sistem penilaian.

e) Memadahi, cakupan indikator, materi pokok, sumber ajar dan sistem penilaian harus dirasa cukup untuk dapat menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f) Aktual dan Kontekstual, cakupan indikator, materi pokok, sumber belajar dan sistem penilaian harus benar-benar sesuai dengan perkembangan teknologi mutakhir.

g) Fleksibel, keseluruhan komponen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran harus dapat mengakomodasi keberagaman siswa, guru dan dinamika yang terjadi.

h) Menyeluruh, komponen silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran harus mencakup seluruh ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik).27

3) Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Adapun tujuan dari penyusunan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Waktu mengajar dapat teralokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.

b) Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak akan ada kesenjangan dalam pendalaman materi pembelajaran.

27 Nana dan Sukirman. op.cit, hal. 5.

(47)

c) Guru dapat mengelolah materi pembelajaran yang akan disajikan dalam urutan atau rangkaian materi serta alokasi waktu tertentu.

d) guru dapat mempersiapkan strategi pembelajaran yang tepat berdasarkan ekosistem di kelas.

e) Guru dapat menyiapkan segala keperluan peralatan maupun bahan dalam kebutuhan mengajarnya.

f) Guru memiliki objektifitas dalam mengukur keberhasilan pembelajaran berdasarkan tujuan yang dirumuskan secara komprehensif.28

Sedangkan fungsi dari proses perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Memberi pemahaman kepada guru dengan lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran.

b) Membantu guru untuk dapat memperjelas tentang kegiatan pembelajarannya terhadapt pencapaian tujuan pendidikan.

c) Menambah keyakinan guru terhadap nilai-nilai pembelajaran yang diberikan serta prosedur yang digunakan.

d) Membantu guru dalam mengenal kebutuhan siswa berupa minat serta mendorong motivasi belajarnya.

e) Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam pembelajaran dengan adanya pengorganisasian yang tepat.

28 Andi Kurniawan, dkk. Perencanaan Pembelajaran. (Padang: PT Global Eksekutif Teknologi, 2022), hal. 20.

(48)

f) Membantu guru dalam memelihara gairah mengajar serta senantiasa memberi bahan-bahan yang kekinian kepada siswa.29

Pembelajaran yang berkualitas akan dapat terwujud berdasarkan profesionalitas seorang guru. Dalam hal ini, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, berketerampilan tinggi, serta menjadi seorang ahli dalam bidang studi yang mereka ampu.

Tidak hanya itu, guru juga harus mampu mengembangkan pembelajarannya melalui analisis dari kurikulum sekolah yang ada.

Sehingga guru harus mampu menguasai konsep pedagogi agar dapat menerapkannya di dalam pembelajaran serta mengembangkannya bedasarkan kemampuan yang ada.30

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang didalamnya berisi tentang interaksi antar guru dan siswa serta hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kita dapat menggunakan prinsip-prinsip yang relatif dalam upaya pelaksanaan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono antara lain:

1) Perhatian dan Motivasi

Seorang guru dalam mengajar harus benar-benar memperhatikan kebutuhan siswanya. Apabila bahan ajar yang disampaikan guru dirasa sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh

29 Oemar Hamalik, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 3.

30 Rudi A. S., Aguslani Mushlih, Desain Dan Perencanaan Pembelajaran, (Yogyakarta:

Deepublish Publisher, 2019), hal. 25-26.

(49)

siswa dalam kehidupannya sehari-hari, maka seorang siswa akan dapat menumbuh kembangkan motivasi dalam dirinya untuk dapat mengaplikasikan pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2) Keaktifan

Pembelajaran dapat dikatakan sukses apabila siswa dapat menunjukkan kreatifitasnya melalui inisiatif-inisiatif dalam mewujudkan kemauan dan inspirasinya sendiri.

3) Keterlibatan Langsung

Dalam proses pembelajaran, siswa harus terlibat langsung atau siswa sendirilah yang harus melakukannya dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Oleh karena itu dengan belajar dan merasakan sendiri, siswa akan mendapatkan pengalaman belajarnya sehingga dari hal tersebut siswa akan dapat senantiasa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

4) Pengulangan

Pengulangan dalam pembelajaran akan melatih siswa dalam mengamati, menanggap, mengingat, merasakan, mengimajinasikan, serta mengembangkan pikiran menjadi lebih kritis.

5) Tantangan

Dalam pembelajaran pastinya terdapat suatu tantangan. Siswa dalam pembelajaran sama halnya dalam suatu lapangan psikologis.

Semakin terlampaui lapangan psikologis tersebut, maka semakin

(50)

berkembang kemampuannya serta semakin dekat juga dengan tujuan pembelajaran.

6) Balikan dan Penguatan

Siswa akan giat dalam pembelajaran apabila mengetahui dia akan mendapatkan suatu hasil yang baik. Maka stimulus tersebut juga berperan penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

7) Perbedaan Individu

Individu siswa merupakan individual yang beragam, sehingga seorang guru harus benar-benar tepat dalam upaya-upaya pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan keberagaman tersebut.31

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, guru harus benar-benar memperhatikan hal tersebut dalam pelaksanaan pembelajarannya di kelas. Sehingga terdapat beberapa upaya yang dapat guru lakukan dalam menerapkan beberapa prinsip tersebut dalam pembelajarannya sehari hari, antara lain:

1) Perhatian dan Motivasi

Guru dapat mengupayakan perhatian siswa dalam bentuk:

a) Guru menggunakan metode yang bervariasi.

b) Guru menggunakan media sesuai tujuan dan materi yang diajarkan.

31 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.

75-77.

(51)

c) Guru dapat menggunakan gaya bahasa yang menarik dan tidak monoton.

d) Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membimbing kemampuan siswa.

Sedangkan dalam hal motivasi, guru dapat mengupayakan:

a) Memilih bahan ajar sesuai kebutuhan siswa.

b) Menggunakan teknik mengajar yang disukai siswa.

c) Mengoreksi secepat mungkin pekerjaan siswa dan memberikan hasil secepatnya kepada siswa.

d) Memberikan pujian verbal maupun non verbal kepada siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang guru ajukan.

2) Keaktifan

Guru dapat memancing keaktifan siswa melalui upaya:

a) Menggunakan multimedia serta multimetode.

b) Memberi tugas individu maupun kelompok.

c) Memberi kesempatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran eksperimen dalam kelompok maupun individu.

d) Memberi tugas siswa untuk membaca bahan ajar.

e) Mengadakan sesi tanya jawab serta diskusi dalam kelompok belajar.

3) Keterlibatan Langsung

Guru harus dapat memahami bahwa keaktifan tidak akan terwujud kecuali melibatkan langsung siswa dalam membentuk

(52)

pengalamannya dalam belajar. Upaya tersebut dapat ditempuh melalui:

a) Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak dalam pembelajaran individual maupun kelompok kecil.

b) Lebih memprioritaskan pembelajaran secara eksperimen dibandingkan secara demonstrasi.

c) Memberi tugas pada siswa untuk mempraktekan gerakan psikomotoriknya.

d) Melibatkan siswa dalam mencari informasi dari sumber informasi di luar kelas maupun di luar sekolah.

e) Melibatkan siswa dalam menyimpulkan suatu pesan dari sebuah pembelajaran.

4) Pengulangan

Adapun prinsip pengulangan dapat diupayakan guru melalui:

a) Merancang pelaksanaan pengulangan.

b) Merumuskan soal-soal latihan siswa.

c) Mengembangkan kegiatan psikomotorik yang harus siswa ulang.

d) Mengembangkan alat evaluasi dalam kegiatan pengulangan.

e) Membuat pengulangan materi yang bervariasi.

5) Tantangan

Kegiatan pembelajaran yang bersifat tantangan dapat dikembangkan guru melalui:

(53)

a) Merancang serta mengelola kegiatan eksperimen secara individual maupun kelompok kecil (3-4 orang).

b) Memberi tugas kepada siswa dalam memecahkan suatu masalah yang membutuhkan informasi dari orang luar sekolah.

c) Memberi tugas kepada siswa untuk menyimpulkan isi dari pembelajaran di kelas.

d) Mengembangkan bahan ajar (teks, modul, dan lainnya) dengan memperhatikan kebutuhan siswa dengan memberinya kesempatan untuk menggali isi pembelajaran melalui sumber lainnya.

e) Mengarahkan siswa untuk menemukan fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi diri sendiri.

6) Balikan dan Penguatan

Upaya yang dapat ditempuh dalam mewujudkan balikan dan penguatan adalah sebagai berikut:

a) Memberikan jawaban benar atau salah kepada siswa dalam setiap kali siswa menjawab pertanyaan.

b) Mengoreksi pekerjaan rumah yang telah dikerjakan oleh siswa.

c) Memberi catatan-catatan pada hasil kerja siswa berdasarkan hasil koreksi guru.

d) Memberi lembaran jawaban tes yang telah dikerjakan dan dikoreksi oleh guru serta skor capaian dalam tes tersebut.

e) Memberikan acungan jempol pada siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar.

(54)

f) Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

7) Perbedaan Individu

Dalam mengatasi keberagaman individu siswa di kelas, guru dapat

Gambar

Gambar 3.1. Analisis Data Interaktif Model  Miles  dan  Huberman
Gambar 4.1. Lembaga SMK Negeri 2 Lumajang
Tabel 4.1. Rincian Penerimaan Siswa Baru Tahun 2022/2023 57
Tabel 4.2. Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK Negeri 2 Lumajang 58
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, hanya

Hasil penelitian implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Karangmonol menerapkan penilaian autentik

Hasil penelitiannya yaitu bahwa implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 5 Purwokerto Kabupaten Banyumas

Dari data yang diperoleh dilapangan, di dalam membuat perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam implementasi Kurikulum 2013 tidak ada perencanaan yang

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Implementasi pembelajaran saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi kepada NSM untuk melaksanakan implementasi Kurikulum Merdeka mulai Tahun Pelajaran

Dokumen ini berisi tentang capaian pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dalam kurikulum merdeka

Pembelajaran terdiferensiasi dalam kurikulum merdeka pada mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah