• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN WUDHU DAN SHALAT PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BRANJANGAN JEMBER SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN WUDHU DAN SHALAT PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BRANJANGAN JEMBER SKRIPSI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN WUDHU DAN SHALAT PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI BRANJANGAN JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

EMI IHTARIA BILADINI NIM. T20151304

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)

ii

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN WUDHU DAN SHALAT PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI BRANJANGAN JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program

Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

EMI IHTARIA BILADINI NIM. T20151304

Disetujui Pembimbing

AS’ARI, M.Pd.I NIP. 197609152005011004

(3)

iii

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Selasa Tanggal : 28 Juni 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I Fiqru Mafar,

NIP. 196405111999032001

Anggota

1. Dr. Mashudi, M.Pd 2. AS’ARI, M.Pd.I

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001

(4)

iv MOTTO













































Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (Ali Imran: 191)*

*Kementrian agama RI, Al-quran dan terjemahannya (bandung: CV. Penerbit J-Art,2004) Juz 4 Ayat 191

(5)

v

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Syukur Kepada Ilahi Robby Alhamdulillah, saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Kedua orang tua tercinta (Ayah Sudarman dan Ibu Muti’ah) yang telah berperan besar atas tercapainya pendidikan saya sejauh ini, yang tidak pernah lelah mendo’akan setiap waktu, menyayangi serta selalu menasehati sayauntuk menjadi lebih baik.

2. Suami saya (Imam Tubroni) untuk orang-orang yang terucap, adik kandung saya Sofyan Ali Sobri, nenek saya Juhairiyah, sepupu saya, Arofatil Maulida dan Muhammad Rifaldi dan sahabat saya Naila Izzatul Maula yang selalu memberi dukungan, semangat, serta menghibur dikala saya mulai letih.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena perjuangannya, penulis dapat merasakan nikmatnya iman dan ilmu pengetahuan seperti sekarang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan berbagai pihak, terutama kepada Ayahanda tercinta, Sudarman dan Ibunda tercinta, Muti’ah dan juga Suami tercinta Imam Tubroni yang telah banyak memberikan dukungan baik materil maupun moril selama penyusunan skripsi ini.

Selain itu, pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor IAIN yang telah memberikan semua fasilitas, kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan studi dengan baik di UIN KHAS Jember.

2. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan motivasi selama penulis menyelesaikan studi di UIN KHAS Jember .

3. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag. Selaku Koordinator Studi Pendidikan Agama Islam UIN KHAS Jember yang telah memberikan arahan dalam program perkuliahan yang saya tempuh.

4. Dewi Nurul Qomariah, S.S, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi pada peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Prodi Pendidikan Agama Islam UIN KHAS ember yang telah memeberikan kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

6. Ibu Arida Chairun Nisa M.Pd. sealu Kepala SLBN Branjangan Jember yang telah berkenan menerima penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

(7)

vii

7. Ibu Yuni Setyawati S.Pd. selaku guru PAI SLBN Branjangan Jember yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan serta ilmu kepada penulis dalam melakukan penelitian.

Penulis menyadari pasti ada kekurangan dalam penyususnan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, bimbingan,dan arahan dari berbagai pihak sangatlah peneliti harapakan demi perbaikan hasil penelitian selanjutnya. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat pembaca.

Jember, 13 Juni 2022

Emi Ihtaria Biladini

(8)

v

ABSTRAK

Emi Ihtaria Biladini, 2022 : Implementasi Pembelajaran Wudhu dan Shalat Pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember

Kata Kunci: Pembelajaran wudhu, Shalat, Anak tunagrahita.

Hal yang membuat peneliti tertarik meneliti judul ini karena ingin mengetahui lebih dalam pembelajaran anak tunagrahita di Sekolah Luar Bisa Negeri Branjangan Jember, karena yang peneliti tahu disana sekalipun mereka mempunyai kekurangan dalam daya pikir namun mereka tetap semangat dalam belajaranya. Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember didapati bahwa sekolah ini merupakan sekolah formal bagi anak berkebutuhan khusus yang salah satunya siswa tunagrahita Tunagrahita adalah suatu kondisi anak dengan kecerdasan jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi serta ketidakcakapan dalam komunikasi sosial. Anak tunagrahita pada umumnya mengalami hambatan perkembangan psikologis karena kemampuan kemandiriannya lebih lamban dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.

Fokus Penelitian ini adalah: (1) Bagaimana Pembelajaran Wudhu pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Bisa Negeri Branjangan Jember? (2) Bagaimana Pembelajaran Shalat pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember ?

Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan Pembelajaran Wudhu pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Bisa Negeri Branjangan Jember. (2) Mendeskripsikan Pembelajaran Shalat pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember .

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. dengan jenis penelitian penelitian lapangan (field research) dan Penentuan subyek penelitian menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Milles dan Huberman yang terdiri dari kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini adalah: 1) anak tunagrahita mampu melakukan langkah- langkah dalam berwudhu, seperti mampu melakukan gerakan-gerakan dalam rukun wudhu yaitu: membaca bismillah, niat, membasuh wajah, membasuh kedua tangan, mengusap sebagian rambut, mengusap kedua telinga, membasuh kedua kaki. 2) siswa mampu mengetahui jumlah rokaat, melakukan gerakan-gerakan sholat meski mereka belum hafal pada bacaan-bacaan shalat.

(9)

vi

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 46

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Subyek Penelitian ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Analisis Data ... 53

F. Keabsahan Data ... 55

G. Tahap Penelitian ... 56

H. Sistematika Pembahasan ... 57

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Obyek Penelitian ... 59

B. Penyajian Data Analisis ... 68

(10)

vii

C. Pembahasan Temuan ... 79 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 87

(11)

viii

DAFTAR TABEL

2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu... 13

3.1 Nama Informan ... 48

3.2 Wawancara ... 51

3.3 Observasi ... 52

4.1 Data Guru SLBN Branjangan Jember ... 64

4.2 Data Siswa SLBN Branjangan Jember Tahun Pelajaran 2021/2022 .... 65

4.3 Data Sarana dan Prasarana SLBN Branjangan Jember ... 66

(12)

ix Dafar Gambar

4.1 Sekolah SLB Negeri Branjangan Jember ... 59

4.2 Kegiatan Berwudhu dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Tunagrahita (Mentally Disabled) ... 70

4.3 Proses Pembelajaran... 72

4.4 Praktik Wudhu ... 73

4.5 Praktik Sholat ... 76

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

MATRIK PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PEDOMAN PENELITIAN

JURNAL PENELITIAN SURAT IZIN PENELITIAN SURAT SELESAI PENELITIAN FOTO DOKUMENTASI

BIODATA PENULIS

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak anak terlahir normal sehingga orang tua relatif mudah dalam mengasuh dan mendidik mereka.Akan tetapi, pada kenyataannya ada anak lahir berkelainan sehingga membutuhkan perhatian khusus.Anak seperti ini dianggap oleh masyarakat sebagai tidak normal. Perkembangan anak ini tidak sama dengan perkembangan anak sebayanya apakah secara fisik ataupun secara mental, atau keduanya. Anak yang mempunyai kelainan tubuh belum tentu mempunyai kelainan mental. Akan tetapi, apabila seorang anak mempunyai kelainan mental biasanya dia mempunyai kelainan tubuh yang mempunyai ciri khas terutama anak dengan sindroma Down.1

Anak LD mengalami Academic Retardation, yaitu ketidak mampuan anak berprestasi setinggi atau sesuai potensi yang dimiliki dengan diukur secara standar dengan tes intelegensi. Atau dengan kata lain di antara anak LD mempunyai intelegensi normal berdasarkan hasil tes intelegensi tetapi ternyata prestasi akademiknya rendah tidak sesuai intelegensinya, karena anak dengan intelegensi normal prestasi akademiknya juga normal atau tidak rendah.2

Anak tunagrahita banyak mengalami kesulitan dalam mengurus kehidupan sehari-hari.Seperti merawat diri mereka sendiri dan memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka masih

1Johana E. Prawitasari, Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro& Makro (Yogyakarta: Erlangga, 2011), 151.

2Seto Mulyadi, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Teori-teori Baru dalam Psikologi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), 10.

(15)

perlu bimbingan khusus untuk melatih mereka agar mereka bisa merawat dirinya sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain untuk mendapatkan setiap kebutuhan yang hendak dicapainya teutama pada pendidikannya.

Permasalahan penyesuaian diri dilingkungan pun menjadi masalah yang harus dihadapi anak tunagrahita.Hal ini berkaitan dengan kesulitan anak tunagrahita dalam berhubungan dengan kelompok maupun individu di sekitarnya.Kemampuan bersosialisasi dan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan.Karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita berada dibawah rata-rata, maka dalam bersosialisasi dengan lingkungannya pun sangat kesulitan.

Tunagrahita membutuhkan pengajaran yang lebih atau ekstra dibanding anak-anak normal lainnya.Ada sekolah khusus yang disebut SLB (Sekolah Luar Biasa).Biasanya anak tunagrahita tersebut di tes terlebih dahulu agar dapat diketahui anak tersebut termasuk tunagrahita ringan, sedang, atau berat. Sehingga akan mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan fisik, mental, intelektual, sosial, emosional dalam proses perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Mereka masih mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis, berhitung sederhana, dan agama.Manusia tidak bisa terlepas dari Apendidikan karena dengan

(16)

pendidikan manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan pola pikirnya untuk menggapai tujuan hidup.Selain itu, pendidikan agama juga memiliki peran penting agar hidupnya tetap stabil dan terarah ke jalan yang benar.Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat.Menyadari betapa pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari bagi umat manusia, maka penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan pribadi menjadi sebuah keharusan atau kewajiban, yang ditempuh melalui pendidikan.

Pendidikan tidak hanya diperuntukkan kepada orang yang normal saja melainkan juga untuk orang yang cacat fisik maupun mentalnya. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (2) disebutkan bahwa: “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. 3





















































































































34

UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika,2014), 8.

(17)







































Artinya: Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, Makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya[1051] atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada halangan bagi kamu Makan bersama-sama mereka atau sendirian.

Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (QS. An-Nur ayat 61).

Sekolah merupakan salah satu tempat untuk melakukan proses sosial dengan lingkungan sekitar. Di sekolah anak tunagrahita bisa melakukan interaksi baik dengan guru, teman atau bahkan orang lain. Dalam melakukan interaksi, terjadi suatu pertukaran simbol-simbol, dimana dalam simbol tersebut terkandung makna tersendiri yang hanya dipahami oleh anggotanya saja. Interaksi simbolik yang dilakukan diantara anak tunagrahita secara perlahan akan mempengaruhi dan juga mengarahkan perilaku mereka.

Meskipun anak-anak tunagrahita memiliki keterbatasan, namun mereka tetap ingin dihargai dan diterima oleh lingkungan. Hal ini karena eksistensi diri dari anak tunagrahita juga sama dengan anak normal.

Pelayanan sosial lembaga pendidikan Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember dalam hal ini meliputi pembinaan mental dan sosial bagi

(18)

anak tunagrahita disamping pemberian wawasan keilmuan ekstra. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi sosial individu, mampu merawat diri sendiri, dapat menyesuaikan diri dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan. Selain itu lembaga pendidikan luar biasa juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas dan berbagai keterampilan yang dapat digunakan untuk bekal mereka agar tidak tergantung kepada orang lain karena keterbatasan yang dimiliki.

Pelayanan sosial dan pendidikan Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember diupayakan untuk dapat membantu meminimalisir masalah yang sedang dihadapi anak penyandang tunagrahita melalui berbagai peranan yang dapat memberikan suatu pemecahan masalah dan berimbas pada peningkatan pembelajaran wudhu dan shalat. Maka peneliti ingin mengungkapkan tentang pembelajaran wudhu dan shalat pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember, hal yang membuat saya tertarik meneliti judul ini karena saya ingin mengetahui lebih dalam pembelajaran anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember, karena yang saya tau disana sekalipun mereka mempunyai kekurangan dalam daya pikir namun mereka tetap semangat dalam belajarnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Implementasi Pembelajaran Wudhu dan Sholat pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember

(19)

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus di susun secara singkat, jelas, tegas, spesifik dan operasional yang dituangkan dalam kalimat tanya.4 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembelajaran Wudhu pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember?

2. Bagaimana Pembelajran Sholat pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan. Hal ini harus mengacu pada masalah-masalah sesuai dengan fokus masalah yang dirumuskan sebelumnya.5 Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan Pembelajaran Wudhu pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember.

2. Mendeskripsikan Pembelajran Sholat pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember.

4Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Press, 2017), 44.

5Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Press, 2017), 45.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan di berikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan penelitian bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan.6 Dari penjabaran tersebut tersususnlah manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran wudhu dan sholat, terutama manfaatnya bagi pembelajaran wudhu dan sholat pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Jember.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam menulis karya ilmiah serta wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran wudhu dan sholat pada anak tunagrahita. Penelitian ini sebagai bagian dari studi untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam.

b. Bagi Akademika UIN Khas Jember, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan literatur dari segenap karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai referensi kajian terdahulu bagi penelitian- penelitian

6Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Press, 2017), 44.

(21)

yang akan dilakukan di masa yang akan mendatang.

c. Bagi Lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi penyelenggara pendidikan mengenai pentingnya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dan melakukan pembinaan.

d. Bagi Guru, Dengan adanya penelitian ini, diharapkan guru dapat memberikan dukungan dan pengajaran terhadap siswa penyandang tunagrahita untuk semangat melaksanakan pembelajaran dan beribadah, serta berperilaku baik di masyarakat.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah yang menjadi penting dan menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian.

Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.

1. Implementasi Pembelajaran

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/ didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.

Fullan (1982) dalam Miller and Seller (1985) menyebutkan bahwa pengertian implementasi pembelajaran adalah suatu proses peletakan ke dalam praktek tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharapkan perubahan. Dalam proses

(22)

ini perubahan dalam praktek sebagai bagian kegiatan guru-siswa yang akan berpengaruh pada lulusan. Sedangkan Saylor and Alexander (1974) dlam Miller and Seller (1985) memandang bahwa proses pengajaran (pembelajaran) sebagai implementasi: “pembelajaran merupakan implementasi dari rencana kurikulum, biasanya, tidak harus, melibatkan pengajaran dalam artian interaksi antara guru dan siswa dalam suatu lingkungan sekolah”. Lebih lanjut Hamalik (2006) menyatakan bahwa implementasi adalah operasional konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual ke dalam kegiatan pembelajaran.

Dari pengertian diatas, implementasi yang berkaitan dengan kurikulum, seperti yang dijelaskan Saylor and Alexander adalah proses menerapkan rencana kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi siswa dengan guru dalam konteks persekolahan.

Konteks persekolahan ini mengandung maksud pembelajaran yang dilaksanakan didalam maupun diluar kelas.7

2. Wudhu

Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah, atau terang.

Sedangkan menurut istilah syara’ (hukum fiqih), wudhu adalah salah satu cara bersuci dari hadas kecil sebelum sebelum mengerjakan ibadah sholat atau membaca Al-qur’an. Wudhu menjadi salah satu rukun syarat sahnya sholat.8

7 https://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-implementasi-pembelajaran.html?m=1.

(diakses pada 2 Juli 2022)

8Asep Hikmatillah dan Ahmad Zakky, Fiqih Anak (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 49.

(23)

3. Sholat

Sholat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan di dalam beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.9

4. Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu yang menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya yang muncul pada masa perkembangannya.Anak tunagrahita sulit sekali menangkap suatu materi karena daya ingat mereka yang lemah.

9Drs Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. KaryaToha Putra Semarang, 2021), 32.

(24)

11 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Kepustakaan

Adapun referensi-referensi yang dijadikan rujukan yaitu:

1. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengn penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik peneliti yang sudah terpublikasi, dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas da posisi yang telah dilakukan. 10Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini yaitu sebagi berikut:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Yenni Merinatul Hasanah dengan judul

Metode Pengajaran Wudhu dan Shalat pada Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita) di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta”.11 Kesamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas pengajaran wudhu dan shalat pada anak berkebutuhan khusus.

Perbedaan dari penelitian terdahulu peneliti akan meneliti tentang metode pengajaran yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dan hasil dari metode pengajaran dalam melaksanakan wudhu dan shalat.

Hasil dari penelitian ini bahwa: 1) Metode yang digunakan dalam menyampaikan pelajaran Agama Islam di SMPLB Negeri 1 Bantul

10Tim Penyusun, Pedoman Penelitian Karya Ilmiah, 85.

11Yenni Merinatul Hasanah, (Skripsi mahasiswi UII Yogyakarta), Metode Pengajaran Wudhu dan Shalat pada Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita) di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta (Yogyakarta: UII Yogyakarta), 2011.

(25)

bagian A khususnya mengajarkan wudhu dan shalat adalah metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode peragaan.metode-metode tersebut yang sering digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam. 2) hasil yang dicapai anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita tingkat menengah dalam bidang studi Pendidian Agama Islam masih kurang maksimal.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Puspa Anggraeni Mahasiswi IAIN Jember tahun 2020 dengan judul “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Negeri Patrang Jember”.12 Kesamaan dalam penelitian ini sama-sama meneliti anak tunagrahita menggunakan teknik purposive dalam pemilihan subyek atau informan. Perbedaan dari penelitian terdahulu mengarah pada implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tunagrahita sedangkan pada penelitian sekarang mengarah pada implementasi pembelajaran wudhu dan shalat pada anak tunagrahita.

Hasil dari penelitian ini bahwa: 1) Metode pembelajaran pendidikan agama islam pada siswa tunagrahita sama saja dengan metode pembelajaran pada umunnya. Hanya saja metode yang diajarkan harus disesuaikan dengan kondisi siswa adapun metode pembelajaran yang diterapkan di SLB Negeri Jember yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode praktik, metode kerja sama, metode tadrij (pentahapan),

12Ayu Puspa Anggraeni, (Skripsi mahasiswi IAIN Jember), Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Negeri Patrang Jember (Jember: IAIN Jember), 2020

(26)

dan metode demonstrasi. 2) di SLB Negeri Jember dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan beberapa media pembelajaran. Media yang digunakan di sesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Adapun media pembelajaran di SLB Negeri Jember yng diterpkan adalah media visual, gambar atau foto, dan poster.

c. Penelitian yang di lakukan oleh Rike Fiqriyah dengan judul

“Implementasi Pembelajaran Shalat Bagi Anak Tunanetra di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta”.13 Kesamaan dalam penelitian ini sama-sama tentang implementasi pembelajaran anak tungrahita.

Perbedaan dari penelitian terdahulu mengarah pada pembelajaran shalat bagi anak tunagrahita sedangkan penelitian sekarang mengarah pada pembelajaran wudhu dan shalat pada anak tunagrahita.

Tabel 2.1.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Yenni Merinatul Hasanah

Metode Pengajaran wudhu dan shalat pada anak

berkebutuhan khusus (Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita) di SLB Negeri 1 Bantul

Kesamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas pengajaran wudhu dan shalat pada anak berkebutuhan khusus.

Perbedaan dari penelitian terdahulu peneliti akan meneliti tentang metode

pengajaran yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dan hasil dari metode pengajaran

13Rike Fiqriyah, (Skripsi mahasiswi UIN Jakarta), Implementasi Pembelajaran Shalat Bagi Anak Tunanetra di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta (Jakarta: UIN Jakarta), 2019.

(27)

Yogyakarta dalam

melaksanakan wudhu dan shalat.

2. Ayu Puspa Anggraeni

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Negeri Patrang Jember

Kesamaan dalam penelitian ini sama-sama meneliti anak tunagrahita menggunakan teknik purposive dalam pemilihan subyek atau informan

Perbedaan dari penelitian terdahulu mengarah pada implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tunagrahita sedangkan pada penelitian sekarang mengarah pada implementasi pembelajaran wudhu dan shalat pada anak tunagrahita.

3. Rike Fiqriyah Implementasi Pembelajaran Shalat Bagi Anak

Tunanetra di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

Kesamaan dalam penelitian ini sama-sama tentang

implementasi pembelajaran anak tungrahita

Perbedaan dari penelitian terdahulu mengarah pada pembelajaran shalat bagi anak tunagrahita sedangkan penelitian sekarang mengarah pada pembelajaran wudhu dan shalat pada anak tunagrahita.

B. Kajian Teori

kajian teori ini berisikan tentang pembelajaran tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai perspektif dalam penelitian. Pembahasan teori

(28)

yang terkait dengn penelitian secara luas dan mendalam semakin memperluas wawasan-wawasan penelitian-penelitian dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan dan tujuan.

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar peserta didik sehinga dapat tercipta pembelajaran sesuai yang diharapkan. Dalam kegiatab belajar mengajar, anak adalah sebagai subyek dan obyek dari kegiatan pengajaran, karena itu inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak di tuntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka memungkinkan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dala dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, peubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.14

Pembelajaran merupakan upaya sengaja dn bertujuan yang di fokuskan terhadap kepentingan, karakteristik, dan kondisi agar pserta didik

14Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2022), 44.

(29)

bisa belajar dengan efektif dan efisien. Istilah ini merupakan paradigma baru yang menekankan pada prinsip kebergaman peserta didik atau pelajar, dan menggantikan istilah pengajaran dan mengajar yang menekankan pada prinsip keseragaman. Istilah pengajaran lebih banyak diartikan sebagai upaya penyampaian informasi kepada seseorang.

Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Abdul Gafur pembelajaan diartikan sebagai teori memeberikan resep bagaimana cara mengajar yang baik berdasarkan teori belajar.15

Dari beberapa pengertian pembeljaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar yang tersusun dan melibatkan berbagai unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pembelajaran Wudhu

Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah, atau terang.

Sedangkan menurut istilah syara‟ (hukum fiqih), wudhu adalah salah satu cara bersuci dari hadas kecil sebelum mengerjakan ibadah shalat atau membaca Al-Qur‟an. Wudhu menjadi salah satu rukun syarat sahnya shalat.16

15Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model dan Aplikasinya Dalam Perenacanaan Pelaksanaan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2001), 7.

16Asep Hikmatillah dan Ahmad Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 49.

(30)

a. Syarat Wudhu

Syarat Wudhu yaitu hal-hal yang dipahami dan dilakukan seseorang yang hendak berwudhu, yaitu:

1) Islam.

2) Tamyiz, yakni dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.

3) Tidak berhadas besar

4) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit seperti, cat kering, getah, dan sebagainya.

5) Memakai air mutlak (suci dan dapat dipakai serta mensucikan) 6) Mengetahui mana yang wajib dan amana yang sunnah dalam

berwudhu.

b. Rukun Wudhu

Rukun wudhu adalah amalan yang wajib dilakukan atau dikerjakan dalam berwudhu karena, apabila ditinggalkan wudhunya menjadi tidak sah.

Rukun Wudhu ada 6 (Enam) Yaitu:

1) Niat berwudhu dilakukan didalam hati pada saat membasuh muka.

2) Membasuh muka, yaitu mulai dari batas tumbuhnya rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri.

3) Membasuh kedua tangan sampai siku.

4) Mengusap sebagian rambut kepala.

(31)

5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.

6) Tertib (berurutan), artinya mendahulukan mana yang harus didahulukan dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.17 c. Sunnah Wudhu

Yaitu amalan ketika berwudhu, apabila dikerjakan lebih sempurna dan mendapatkan pahala, tetapi jika tidak dikerjakan wudhunya sah dan tidak menjadi batal.

Sunnah wudhu diantaranya adalah:

1) Membaca basmalah (Bismillahirrahmanirrahiim) ketika mulai wudhu.

2) Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan.

3) Berkumur-kumur sesudah membasuh kedua telapak tangan.

4) Ber-istinsyaq yaitu menghirup atau menghisap air dengan lubang hidung dan dikeluarkan lagi.

5) Mengusap seluruh kepala dengan air.

6) Mengusap atau menyapu kedua telinga bagian luar dalam.

7) Mendahulukan membasuh anggota badan yang kanan dan yang kiri.

8) Membasuh anggota wudhu masing-masing 3 kali.

9) Membasuh sela-sela jari kaki dan tangan.

10) Membasuh sela-sela jenggot yang tebal.

11) Tidak berlebihan (israf) dalam menggunakan air.

17Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 52-53.

(32)

12) Membaca doa sesuai wudhu.18 Hal-hal yang Membatalkan Wudhu

1) Keluarnya sesuatu dari salah satu jalan yaitu qubul atau dubur, misalnya buang air kecil atau besar, dan kentut (keluar angin),keluar madzi, wadiy, dan mani.

1) Madzi

Madzi adalah cairan yang keluar dari farji laki-laki atau perempuan disebabkan oleh hal-hal yang membangkitkan gairah seksual, seperti khayalan atau imajinasi. Apabila keluar madzi , tidak wajib mandi, tetapi madzi najis. Untuk itu, apabila hendak shalat maka harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian berwudu

2) Wadiy

Wadiy adalah cairan yang keluar dari kemaluan laki- laki atau perempuan yang disebabkan karena terlalu lelah atau stress.Misalnya, keputihan pada perempuan.Apabila keluar wadiy maka wajib mandi, tetapi apabila hendak shalat maka harus dibersihkan dahulu kemudian berwudhu, karena wadi adalah najis.

3) Mani bagi laki-laki dan perempuan

Mani adalah cairan yang keluar dari kemaluan laki-laki dan farji perempuan atau zakar laki-laki karena hubungan intim

18Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 54.

(33)

atau keluar karena bermimpi.Apabila keluar cairan tidak dengan hubungan intim atau bermimpi maka bagi wanita tidak wajib mandi.Sedangkan bagi laki-laki wajib mandi.Mani adalah tidak najis.

2) “Hilang akal” yang disebabkan karena mabuk, sakit, gila, ayan dan lain sebagainya.

3) Sentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama sudah baligh (dewasa) dan bukan muhrim tanpa ada penghalang.

4) Telapak tanganmenyentuh dzakar (kemaluan laki-laki atau farji (kemaluan wanita).

5) Tidur dalam posisi tidak menetap pantatnya pada bumi (lantai), kecuali tidurnya orang yang sambil duduk dan tidak bergerak- gerak dari tempatnya. Tidur seperti ini tidak membatalkan wudhu.

6) Murtad yaitu keluar dari islam.19 d. Wudhu Wajib

Kita diwajibkan untuk berwudhu terlebih dahulu apabila hendak melakukan shalat, thawaf, dan membaca Al-Qur‟an.

1) Wudhu Sunnah

a) Ketika masuk masjid.

b) Ketika berziarah.

c) Ketika akan tidur.

d) Ketika akan bepergian.

19Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 56-58.

(34)

e) Ketika akan berdzikir.

f) Ketika memulai belajar.

g) Sebelum mandi, baik mandi wajib maupun mandi sunah.20 e. Keutamaan Wudhu

a) Mebersihkan hati dari kotoran rohani.

b) Mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari gangguan syaitan.

c) Meningkatkan kehati-hatian dalam setiap tindakan yang melanggar agama

d) Menggugurkan dosa-dosa kecil, jika wudhunya sempurna.

e) Mendapatkan pahala yang berganda dan akan dimasukkan surga jika setelah berwudhu membaca doa wudhu.21

f. Adab Berwudhu 1) Menghadap kiblat.

2) Berwudhu ditempat yang bersih dan layak untuk bersuci.

3) Tidak minta bantuan untuk dibasuhkan atau dikucurkan air, kecuali dalam keadaan darurat, seperti sakit karena terluka dan ada uzur.

4) Berkumur dan istinsyaq dengan tangan kanan dan membuang ingus dengan tangan kiri.

5) Wudhu sebelum masuk waktu shalat.

6) Tidak berlebihan menggunakan air.22

20Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 60.

21 Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 62.

22Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 64.

(35)

g. Cara Mengerjakan Wudhu adalah:

1) Membaca Basmalah sambil mencuci kedua tangan

2) Berkumur-kumur membersihkan gigi dengan siwak (pasta gigi) atau cukup dengan air.

3) Menghisap air pelan-pelan (mencuci lubang hidung) 3 kali.

4) Membasuh muka sampai rata sampai batas rambut kepala 3 kali, yang disertai dengan niat berwudhu dalam hati,

5) Membasuh kedua tangan sampai siku 3 kali.

6) Membasuh sebagian rambut kepala 3 kali.

7) Mengusap kedua telinga 3 kali.

8) Terakhir, mencuci ke dua kaki sampai mata kaki 3 kali.

9) Membaca doa sesudah wudhu.23 3. Pembelajaran Shalat

Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti;

yang arti beragam itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur’an . ada yang berarti “doa”

Secara terminologis ditemukan beberapa istilah dianataranya:

“Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam”.

23Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 66.

(36)

a. Hukum dan Dasar Hukum Shalat

Hukum shalat adalah wajib „aini dalam arti kewajiban yang ditujukan kepada setiap orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban seseorang dalam shalat kecuali bila telah dilakukannya sendiri sesuai dengan ketentuannya dan tidak dapat diwakilkan pelaksanannya; karena yang dikehendaki Allah dalam perbuatan itu adalah berbuat itu sendiri sebagai tanda kepatuhannya kepada Allah yang menyuruh.

b. Tujuan dan Hikmah Shalat

Tujuan syara’ menetapkan kewajiban shalat atas manusia yang terpenting di antaranyasupaya manusia selalu mengingat Allah.Hubungan langsung antara manusia dengan Allah Penciptanya adalah pada waktu manusia itu mengingat Allah yang biasa disebut zikir.Allah menyuruh memperbanyak zikir, baik dalam keadaan berdiri, duduk atau sambil berbaring, tentang suruhan Allah memperbanyak zikir banyak terdapat dalam Al-Qur’an.

Adapun hikmah dari shalat itu sendiri banyak dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an diantaranya ialah:

1) Menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar seperti tersebut dalam surat al-Ankabut ayat 45

2) Memperoleh ketenanangan jiwa sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ra’du ayat 28

(37)

c. Syarat Shalat

Tentang syarat shalat. Yaitu hal-hal yang mesti dilakukan menjelang dan sewaktu melakukan shalat, yaitu sebagai berikut:

1) Bersih badan dari hadas kecil dan hadas besar 2) Bersih badan, pakaian dan tempat shalat dari najis 3) Menghadap qiblat

4) Shalat pada waktu yang ditentukan 5) Menutup aurat

d. Rukun dan Cara Pelaksanaan Shalat

Adapun cara-cara pelaksanaan shalat secara sistematis tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya menyebutkan sepintas tentang ruku‟, sujud dan duduk mengucapkan takbir, tasbih, tahmid dan zikir.Adapun bentuknya yang tetentu dan sistematis ditemukan dalam hadits Nabi. Nabi melakukan shalat dan menyuruh pengikutnya untuk mengikuti cara-cara shalat yang dilakukan beliau sebagaimana sabdanya dalam hadits:

Lakukanlah shalat sebagaimana kamu melihat saya melakukan shalat.

1) Rukun Shalat

Kalau kita ingin shalatnya sah dan diterima oleh Allah maka kita harus menjalankan rukun-rukun shalat, dan apabila meninggalkan salah satunya maka shalatnya tidak sah.24

24Syarifuddin Amir, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Prenada Media, 2003), 20.

(38)

Rukun Shalat adalah:

a) Niat.

b) Takbiratul ihram ( mengucapkan takbir ketika mengangkat tangan).

c) Berdiri bagi yang mampu.

d) Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat.

e) Rukuk dengan tumakninah ( diam sebebtar dari keseluruhan gerakan tubuh).

f) I‟tidal dengan tumakninah.

g) Sujud dua kali dengan tumakninah.

h) Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah.

i) Duduk tasyahud dengan tumakninah.

j) Memebaca tasyahud akhir.

k) Membaca shalawat Nabi pada tasyahud akhir.

l) Membaca salam yang pertama.

m) Tertib ( berurutan dari awal sampai akhir).25 2) Sunnah-sunnah dalam shalat

Sunnah-sunnah shalat yaitu ucapan dan gerakan-gerakan shalat yang tidak termasuk dalam rukun shalat, tetapi merupakan bagian dari ibadah shalat. Jika sunnah shalat ini tertinggal, shalatnya tetap sah.

25Asep Hikmatillah dan Ahmad Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 112.

(39)

Sunnah shalat dibagi menjadi 2 bagian:

a. Sunnah Ab’adl

1) Duduk tasyahud awal.

2) Membaca bacaan tasyahud awal.

3) Membaca shalawat Nabi pada tasyahud awal.

4) Membaca doa qunut pada shalat subuh dan witir pada pertengahan ramadhan sampai akhir.

5) Membaca salam untuk yang kedua kalinya.

6) Berpaling kekanan dan kekiri dengan mengucapkan salam pada tiap berpaling.

b. Sunnah Hai‟ah

1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ruku‟, dan ketika bangkit dari ruku‟.

2) Bersedekap dengan meletakkan tangan pada pergelangan tangan kiri.

3) Membaca doa iftitah.

4) Membaca taawudz ketika akan membaca Al-Fatihah.

5) Membaca Amin setelah membaca Al-Fatihah.

6) Membaca ayat atau surat Al-Qur‟an setelah membaca Al- Fatihah pada rakaat pertama dan kedua.

7) Menyaringkan bacaan Al-Fatihah dan ayat/surat pada rakaat pertama dan kedua dalam shalat maghrib, isya‟, dan subuh.

8) Membaca Allahu akbar pada tiap gerakan turun naik shalat.

(40)

9) Membaca tasbih ketika ruku‟ dan sujud.

10) Membaca “sami’al laahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku‟ lalu dilanjutkan dengan membaca “rabbana lakal hamdu” dan seterusnya ketika I’tidal.

11) Meletakkan kedua tangan diatas paha ketika duduk tasyahud awal dan akhir dengan membentangkan jari tangan kiri serta menggenggamkan jari tangan kanan, kecuali jari telunjuk diisyaratkan.

12) Duduk iftirasy (bersimpuh; duduk diatas mata kaki kiri, telapak kaki tangan ditegakkan, ujung jari kaki kanan dihadapkan ke kiblat) pada semua duduk dalam shalat.

13) Duduk tawarruq (duduk dengan telapak kaki kiri ditindih kaki kanan, dengan pantat menempel kelantai) ketika duduk tasyahud akhir.

14) Membaca salam untuk yang kedua kalinya.

15) Berpaling kekanan dan kekiri dengan mengucapkan salam pada tiap berpaling.26

3) Hal- hal yang dimakruhkan dalam shalat

Makruh artinya dibenci atau tidak disukai. Hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat meliputi bacaan, perbuatan, dan tindakan yaitu:

26Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 114-115.

(41)

a) Menoleh-noleh kecuali untuk keperluan seperti rasa takut dan semisalnya.

b) Memejamkan mata.

c) Menutupi wajah.

d) Duduk iq’a seperti duduknya binatang.

e) Bermain-main.

f) Bertolak pinggang dengan meletakkan tangan dipinngangnya.

g) Memandang sesuatu yang melalaikan.

h) Meletakkan siku-siku tangan dilantai saat sujud.

i) Menahan buang air besar maupun kecil.

j) Menahan kentut

k) Shalat dihadapan makanan yang menggiurkan dan mampu diambilnya.

l) Sadl yakni menjuntaikan tangan tanpa sedekap.

m) Menutup sesuatu pada mulut dan hidungnya.

n) Menggulung rambut atau pakaian.

o) Menguap dalam shalat.

p) Berludah kearah kiblat.27 4) Hal-hal yang membatalkan shalat

Batalnya shalat karena:

1) Berkata-kata dengan suara walaupun satu huruf yang bisa dipahami.

27Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 116.

(42)

2) Bergerak sampai tiga kali berturut-turut walaupun lupa.

3) Berhadas kecil maupun besar.

4) Terkena najis bila tidak lansung dihindari. Kalau ynag jatuh adalah najis kering dan langsung dibuang maka tidak apa-apa.

5) Terbukanya aurat bila tidak langsung titutup kembali.

6) Berkehendak keluar atau memutuskan shalat.

7) Membelakangi kiblat.

8) Makan atau minum walau hanya sedikit.

9) Tertawa bersuara atau berbahak-bahak (minimal sampai terlihatnya gigi atau berubahnya bibir secara jelas).

10) Menambah rukun yang berupa perbuatan (fi’li).

11) Mendahului imam sampai dua rukun fi’li.

12) Tertinggal dua rukun fi’li dari imam secara sengaja (memperlambat gerakan).

13) Murtad, artinya keluar dari islam.28 4. Pengertian Anak Tunagrahita

Terdapat beragam klasifikasi untuk anak berkebutuhan khusus, dari yang memiliki kekurangan dalam fisik, mental, hingga kemampuan daya fikir. Bandi Delphie mengkutip perkataan Kauffman dan Hallahan dalam bukunya. Dijelaskan bahwa terdpat berbagai jenis anak berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian khusus, diantaranya: tungrahita, anak kesulitan belajar, hyperactive, tunalaras, tunarungu bicara, tunanetra, autis,

28Hikmatillah dan Zakky, Fiqih Anak, (Jakarta Timur: Lini Zikrul Kids, 2009), 118.

(43)

tunadaksa, tunaganda, dan anak berbakat.29

Dari sudut bahasa atau istilah tunagrahita berasal dari kata “Tuna”

dan “grahita”, tuna artinya cacat dan grahita artinya berfikir.30 Sementara tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, yakni individu yang mengalami gangguan perilaku yang di tunjukkan dalam aktifitas sehari-hari, baik disekolah maupun dalam lingkungan sosialnya tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang, kondisi ini menyebabkan orang tersebut mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Tunanetra adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam penglihatan/tidak berfungsinya indra penglihatan. Secara definitif, pengertian tunadaksa adalah ketidak mampuan anggota tubuh untuk melsanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, sebagai akibat dari luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara khusus.31

Dari jenis-jenis tersebut, anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru, anatara lain anak tunagrahita (mental retardation). Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan

29Bandi Delpie, Op. Cit., h. 16-17

30Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, (Jakarta: LPSP3 UI, 1998), 103-104.

31Lathifah Hanum, Pembelajran PAI Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Aceh: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2014), 223.

(44)

ketidak cakapan dalam komunikasi sosial.32 Makna keterbelakangan mental pada tunagrahita di tunjukkan dengan indeks usia mental (Mental Age/MA) yang lebih rendah dari usia kronologisnya (Chronological Age/CA) secara jelas. Pengertian mental age (MA) yaitu: “kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu, sedangkan pengertian kronological age (CA) ialah usia anak menurut ukuran kalender33. Ada beberapa definisi dari tunagrahita, antara lain:34

a. American Association on mental deficiency (AAMD) dalam B3PTKSM, mendefinisikan retardasi mental/tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi berdasarkan teks individual: yang muncul sebelum usia 16 tahun.” Dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif

b. Japan League for Mentally Retarded dalam B3PTKSM, mendefinisikan retardasi mental/ tunagrahita ialah fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan intes intelegensi baku; kekurangan dalam perilaku adaptif; dan terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

c. The New Zealand Society for the Intellectually Handiccapped menyatakan tentang tunagrahita adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya jelas-jelas dibawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat dalam adaptasi

32Jati Rinarki Atmaja, Op. Cit., h. 97.

33Widada, Implementasi Pendidikan Agama Islam Adaptif Bagi Siswa SMALB Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Jurnal Al-Misbah, Volume 02 No. 01 Januari 2014, h. 90.

34Kauffman dan Hallahan, Hand Book of Special Education, (New York: Routledge, 2005), 28-45.

(45)

tingkah laku terhadap lingkugan sosialnya.

Definisi tunagrahita yang di publikasikan oleh American Asssosiation on Mental Retardation (AAMR), diawal tahun 60-an, tunagrahita merujuk pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptif. Kemencangkup area

:komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, functionalacademics, waktu luang.

Dan kerja. Menurut definisi ini, ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun.35

Menurut WHO (World Health Organization), seseorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat.

a. Klasifikasi Tunagrahita

Uraian klasifikasi pada tunagrahita tentunya berbeda-beda menurut tinjauan para pakar. Seorang dokter dalam menglasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada tipe kelainan fisiknya, seperti tipe mongoloid, micro ceephalon, cretinism, dan lain-lain. Seorang pekerja sosial mengklasifikasikan tunagrahita berdasarkan perilakunya pada orang lain sehingga untuk berat ringannya ketunagrahitaan dilihat dari tingkat penyesuaiannya. Seperti bergantung, dan sangat bergantung

35Oki Dermawan, Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2013, Vol VI, No. 2, h. 888.

(46)

pada orang lain. Sedagkan seorang konselor mengklasifikasikannya dalam aspek penguatan keluarga dalam bentuk perhatian serta pengasuhan yang mampu membuat si anak berkembang secara optimal memilih sebuah lingkungan yang tepat agar mampu mengoptimalkan kemampuan anak tunagrahita seorang psikolog mengklasifikasikannya dengan mengarah pada sapek mental intelegensinya, indikasinya dapat dilihat angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan inbesil, IQ 50-75 kategori debil atau moron. Kemudian seorang peda gogik mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada penilayan program pendidikan yang di sajikan pada anak.

Penilaian yang lain dari klasifikasi anak tunagrahita yang dalam hal ini dituturkan oleh Skala Binet dan Sekala Weschler. Dalam sekala tersebut dijelaskan bahwa ada tiga hal, yakni: tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tungrahita berat.36

1) Tunagrahita ringan

Disebut juga moron atau debil. Menurut Skala Binet, kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, sedangkan menurut sekala Weschler (WISC) memiliki IQ antara 69-55, anak tunagrahita masih dapat blajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan didikan yang baik, anak tunagrahita ringan akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

36Jati Rinarki Atmaja, Op. Cit.h. 101-102.

(47)

2) Tunagrahita Sedang

Tunagrahita sedang Disebut juga inbesil. Klompok ini memiliki IQ 51-36 pada sekala binet dan 50-40 menurut sekala Weschler (WISC). Anak tunagrahita sedang sangat sulit untuk belajar secara academic, seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun merek bisa belajar menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri dan mengerjakan pekerjaan rumah. Anak tunagrahita sedang sangat membutuhkan pengawasan yang terus menerus agar mampu terus berkesinambungan akan kebiasaan- kebiasaan yang akan terus teringat dan mampu mengerjakan suatu hal yang sring dilakukannya.

3) Tunagrahita berat

Tunagrahita berat, severe ini sering disebut idiet. Karna IQ pada anak tunagrahita berat ini adalah 32-20 menurut sekala Binet dan menurut sekala Weschler (WIST) adalah antara 39-52.

Tunagrahita sangat berat (provound ) memiliki IQ dibawah 19-24.

Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total, baik itu dalam hal berkaitan, mandi atau makan. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.

Berikut ini adalah penglasifikasian anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Assosication on mental retardation dalam special education in untario Schools.

(48)

a) Educable

anak tunagrahita yang masih mempunyai kemampuan akademik setara dengan anak kelas 5 sekolah dasar.

Tunagrahitab mampu didik educable mentally retardid, ini mempunyai IQ dalam kisaran 50-73.

b) Trainable

Anak tunagrahita trainable mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial.

Sanga terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akadenik. Tunagrahita mampu dilatih trainable mentally retardid.

c) Custodial

Anak tunagrahita custodial ini butuh perawatan secara baik. Dependent or profoundly mentally retarded ini memiliki IQ di bawah 25. Anak ini mendapat latihan yang terus-menerus dengan pelayanan khusus. Dalam hal ini guru atau terapi melatihanak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang berkesinambungan.

(49)

b. Karakteristik Tunagrahita

Jati Rinarki dalam bukunya Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, mengklasifikasikan karakteristik tunagrahita ke dalam empat bagian, yaitu anak cacat mental mild (ringan), moderate (menengah), severe, dan profound.37

Karakteristik anak cacat mental mild (ringan) adalah mereka termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan, mereka pun tidak memeperlihatkan kelainan fisik yang mencolok, walaupun perkembangan fisiknya sedikit agak lambat dari pada anak rata-rata.

Karakteristik anak cacat mental moderate (menengah) adalah mereka di golongkan sebagai anak yang mampu latih, dimana mereka dapat dilatih untuk beberapa keterampilan tertentu.

Meskipun sering merespons lama terhadap pendidikan dan pelatihan. Merekadapat dilatih untuk mengurus dirinya sendiri serta dilatih untuk kemampuan membaca dan menulis sederhana.

Karakteristik anak cacat mental severe adalah mereka yang memperlihatkan banyak masalah dan kesulitan, meskipun di seklah khusus, oleh karena itu, mereka membutuhkan perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti. Mereka membutuhkan pelayanan dan pemeliharaan yang terus-menerus. Dengan kata lain, mereka tidak bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun

37Jati Rinarki Atmaja, Ibid., h. 103-104.

(50)

tugas-tugas sederhana. Mereka juga megalamigangguan bicara, mereka hanya bisa berkomunikasi secara vokal setelah pelatihan secara intensif. Tanda –tanda fisik lainnya dalah lidah serng menjulur keluar, bersamaan dengan keluanya air liur. Kepala sedikit besar dari biasanya. Kondisi fisik mereka lemah. Mereka hanya bisa dilatih keterampilan khusus selama kondisi fisik memungkinkan.

Karakteristik anak cacat profound mempunyai problem yang serius, baik menyangkut kondisi fisik, inteligensi srta program pendidikan yang tepat bagi mereka. Kelainan fisik hanya dapat dilihat dari kepala yang lebih besar dan sering bergoyang-goyang.

Penyesuaian dirinya yang sangat kurang dan bahkan sering kali meminta bantuan orang lain karena mereka tak dapat berdiri sendiri.

Mereka tampaknya membutuhkan bantuan medis yang baik dan intensif.

Usia Mumpuniarti dalam bukunya penanganan Anak Tunagrahita menejelaskan karakteristik tunagrahita ke dalam beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, aspek fisik, aspek sosial/perilaku, aspek emosi, dan aspek motorik.38

1) Karakteristik Tunagrahita Ringan

Karakteristik Kognitif, yaitu: Mempunai IQ berkisar 50-70;

kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak, maka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rate

38Usia Mumpuniarti, Penanganan Anak Tunagrahita: Kajian Dari Segi Pendidikan Sosial Psikologi dan Tindak Lanjut Usia Dewasa, (Yogyakarta: UNY, 2000), 120.

(51)

learning) bukan dengan pengertian; kemampuan berfikir rendah, lambat perhatian dan ingatannya rendah; Masih mampu menulis, membaca dan menghitung; mengalami kesulitan dalam konsentrasi, sukar diajak fokus; dan umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun.

Karakteristikfisik fisik tunagrahita ringan nampak seperti anak normal. Hanya saja sedikit mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotorik.

Karakteristik sosial/perilaku pada anak tunagrahita ringan yaitu: Mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu berdiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa.

Karakteristik emosi yang dimiliki anak tunagrahita ringan adalah: sukar berfikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan analisis, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, muda di pengaruhi, kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik dan buruk, serta tidak mampu mendeteksi kesalahan pada dirinya, sehingga acuh tak acuh.

Dalam aspek motorik, anak tunagrahita ringan mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotorik. Dalam berbicara

(52)

masih lancar, namun perbendaharaan katanya masih minim.

2) Karakteristik Tunagrahita Sedang

Karakteristik kognitif pada nak tunagrahita sedang adalah:

mempunyai IQ berkisar 30 sampai 50; anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung tetapi dap

Gambar

Tabel 3.1 Nama Informan
Tabel 3.2 Wawancara
Tabel 3.3 Observasi
Gambar 4.3  Proses Pembelajaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan pembelajaran adalah proses mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) desain program mengacu pada kurikulum (2) implementasi di lapangan tidak selalu sama dengan desain yang telah dibuat (3) kendala utama adalah

1, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PPKn di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Mataram Melalui dokumen RPP yang dibuat oleh Guru Kelas VII, VIII, dan IX dapat

David Smith, Inklusi; Sekolah Ramah Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm.. menyederhanakan materi pelajaran dan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan

Model layanan transisi pasca sekolah menekankan pada lima kategori praktik utama yaitu : perencanaan terfokus, pengembangan siswa, kolaborasi antar siswa, keterlibatan keluarga,

dengan formal yang berarti „belajar di kelas dan diajar oleh guru‟ (Dardjowidjojo, 2012:225). Dapat dikatakan bahwa proses anak belajar menguasai bahasa ibunya

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan wawancara pada guru kelas VA dan observasi diperoleh informasi bahwa aspek yang dievaluasi meliputi siswa dalam mengenali

dengan seksama dan ada juga yang mengacungkan tangan untuk menanyakan hal yang kurang dimengerti terkait materi pembelajaran..81 Peneliti menyimpulkan bahwa hasil wawancara,