Pokok permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah: Implementasi hukum wakaf mengenai tugas nazhir di Kabupaten Purbalingga. Nazhir melaksanakan pengendalian dan perlindungan harta benda wakaf di Kabupaten Purbalingga, antara lain upaya pelestarian sertifikat tanah wakaf, meningkatkan pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan wakaf, namun secara keseluruhan belum sepenuhnya dilaksanakan secara optimal. Melihat keadaan wakaf di Indonesia secara umum, pemanfaatan wakaf masih didominasi oleh harta wakaf tidak bergerak, seperti tanah wakaf yang digunakan untuk pembangunan mesjid, musala, lembaga pendidikan, kuburan dan lain-lain yang sebagian besar merupakan harta wakaf. merupakan wakaf konsumtif, bahkan di Kabupaten Purbalingga.
Apabila tanah wakaf di Kabupaten Purbalingga dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf, serta nazhir melaksanakan tugas dan fungsinya. Terkait dengan permasalahan nazhir, di Kabupaten Purbalingga khususnya mengenai kewajiban dan tugas yang harus dilakukan oleh nazhir, masih terlihat kesenjangan yang sangat nyata antara apa yang diharapkan peraturan perundang-undangan dengan kenyataan yang ada saat ini. Oleh karena itu, penulis memandang perlunya hal ini mendapat perhatian yang serius, apalagi wakaf di Kabupaten Purbalingga pada umumnya berbentuk benda tidak bergerak dan tidak dikelola secara profesional dan produktif.
Implementasi Undang-Undang Wakaf Tentang Tugas Nazhir Di Kabupaten Purbalingga”, diharapkan dapat memberikan gambaran utuh bagaimana penerapan hukum wakaf tentang tugas nazhir dalam pengelolaan wakaf sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf sesuai fungsinya. dan tujuan.
Rumusan Masalah
Bagaimana nazhir di Kabupaten Purbalingga mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai maksud, fungsi dan tujuannya. Bagaimana nazhir di Kabupaten Purbalingga melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kantor Urusan Agama (KUA) dan Badan Wakaf Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan mengetahui pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf tentang tugas nazhir di daerah Kabupaten Purbalingga dalam pengelolaan harta wakaf; mengelola dan mengembangkan dana wakaf sesuai dengan maksud, fungsi, dan tujuannya; menguasai dan melindungi harta wakaf; dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia, yaitu dengan memaparkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kenyataan di lapangan.
Sebagai khazanah keilmuan bagi pembaca dan pengambil kebijakan untuk mengetahui pelaksanaan hukum wakaf mengenai tugas nazhir. Sebagai masukan informasi akademik terkait bentuk-bentuk wakaf dan profil nazhir di kabupaten Purbalingga. Sebagai masukan bagi regulator untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam hal tugas nazhir.
Berfungsi sebagai masukan kepada Pejabat Pembuat Akta Wakaf Ikra (PPAIW) Kepala Biro Agama (KUA) dan Perwakilan BWI Kabupaten Purbalingga dalam pengesahan dan pengembangan nazhir.
Telaah Pustaka
Terlebih lagi, setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan pengelolaan wakaf di Indonesia, diharapkan wakaf di Indonesia dapat berkembang secara maksimal. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas permasalahan nazhir, khususnya dari segi tugas yang diamanatkan undang-undang wakaf, yaitu dalam hal penatausahaan harta wakaf; mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya; mengawasi dan melindungi harta wakaf; dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia. Untuk menunjang kajian dan analisis pelaksanaan hukum wakaf tentang tugas nazhir di Kabupaten Purbalingga, penulis mengambil dan mengulas berbagai buku, tesis dan jurnal yang berkaitan dengan topik tersebut.
15 Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, 2003), hal. Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi dalam bukunya yang berjudul Hukum Wakaf, Kajian Pertama dan Terlengkap Kekinian Tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian Sengketa Wakaf membahas didalamnya nazhir, meliputi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan nazhir, nazhir-upah , pemberhentian nazhir, pemeriksaan nazhir, tanggung jawab nazhir dan sifat-sifat yang harus dimiliki nazhir. Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Islam dan Penyelenggaraan Haji yang bertajuk Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, dalam buku tersebut membahas isu urgensi wakaf, potensi pengembangan wakaf di Indonesia, dan pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf. pengembangan.18.
Buku Nazir Profesional dan Amanah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, membahas dalam buku tersebut perkembangan wakaf di Indonesia yang memasuki babak baru dengan semakin berkembangnya wakaf di Indonesia. terbitnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 17Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf dan Penyelesaian Sengketa Wakaf, terjemahan, (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2004), p Untuk menyelidiki apakah masalah tugas , nazhir wakaf yang dituangkan dalam undang-undang wakaf sebagai landasan pengelolaan wakaf di Indonesia ternyata dapat diwujudkan secara praktis di lapangan, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas “Implementasi UU Wakaf pada Tugas Nazhir di Kabupaten Purbalingga,” merupakan sebuah upaya penelitian yang menurut penulis menarik.
22 Fathurrahman Djamil, “Nazhir Standardisasi dan Profesionalisme”, dalam al-Awqaf, Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam, Badan Wakaf Indonesia, Volume IV Nomor 04 Januari 2011, hal. Peneliti memilih objek penelitian di Kabupaten Purbalingga karena beberapa alasan, yaitu penulis melihat adanya kesenjangan antara tugas nazhir sebagaimana diatur dalam undang-undang wakaf dan peraturan lainnya dengan praktik mereka di lapangan. Dan satu hal lagi, karena peneliti berdomisili di Kabupaten Purbalingga, terpikir oleh peneliti untuk menyelidiki permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas nazhir dalam pengelolaan tanah wakaf sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Wakaf Nomor 41 Pasal 11 Tahun 2004, dan peraturan perundang-undangan wakaf lainnya. undangan.
Kerangka Teori
Peluang yang lebih besar muncul belakangan ini dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Undang-undang ini mengatur beberapa hal penting bagi pemberdayaan dan pengembangan produktif harta wakaf. Objek wakaf dalam undang-undang ini tidak hanya terbatas pada barang tidak bergerak, tetapi juga barang bergerak, seperti uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual, hak sewa dan barang bergerak lainnya sesuai dengan ketentuan syariah dan hukum.
Lebih lanjut, pasal 43 undang-undang ini menegaskan bahwa pengelolaan dan pengembangan harta wakaf dilakukan secara produktif oleh nazhir wakaf. Lahirnya undang-undang wakaf memberikan harapan bagi semua pihak dalam upaya pemberdayaan perekonomian umat maupun untuk keperluan ibadah dan fasilitas sosial lainnya. Untuk mencapai tujuan wakaf yang diinginkan wakif, nazhir (pengelola wakaf) bertanggung jawab mengelola harta wakaf.
I Tahun 2004", dalam Al-Awqaf, Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam, Badan Wakaf Indonesia, Volume: IV Edisi 04 Januari 2011, hal. Oleh karena itu, nazhir sebagai instrumen pengelolaan wakaf yang terpenting harus memenuhi kriteria yang memungkinkan pengelolaan harta wakaf dengan baik. Untuk dapat melaksanakan tugas pengelolaan harta wakaf dengan baik dan profesional, seorang nazir haruslah orang yang memenuhi kriteria dan persyaratan seorang nazir, baik menurut hukum maupun fiqih.
25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pengelolaan Haji, 2005), hal. Pencantuman syarat “Indonesia” bagi nazir perseorangan, nazir organisasi, dan nazir badan hukum dalam UU No. 41 Tahun 2004 sebenarnya bukan didasarkan pada ketentuan hukum mazhab manapun melainkan karena alasan/pertimbangan protektif dan semangat kebangsaan agar tidak terjadi kerugian atas harta wakaf yang diterima oleh Nazir yang bukan warga negara Indonesia, atau oleh organisasi atau badan hukum di luar kewenangan Indonesia untuk menindaknya.
ماِ ِ ك
لاِ وِ ق
لا ِ ف
لاِ ِ ف
رلﺃ ِ ل
لا
Sistematika Pembahasan
Bab ini berisi tentang konsep dan landasan hukum wakaf, unsur-unsur wakaf, dan nazhir wakaf, bentuk-bentuk nazhir, kewajiban dan hak nazhir, profesi nazhir sebagai pengelola wakaf yang handal, pengangkatan dan pemberhentian nazhir, serta kompetensi nazhir dari wakaf. perspektif fiqih. Seperti biasa, penyusunan disertasi ini diakhiri dengan Bab VI sebagai kesimpulan, berisi simpulan dan rekomendasi. Penelitian mengenai penerapan hukum wakaf mengenai tugas nazhir di Kabupaten Purbalingga dapat disimpulkan sebagai berikut.
Nazhir di Kabupaten Purbalingga tidak mencatat keadaan tanah wakaf sesuai formulir W.6., tidak mencatat pengelolaan dan hasil tanah wakaf sesuai formulir W.6.a. Sebagian besar harta wakaf yang diperuntukkan bagi masjid dan musala dikelola dan dikembangkan oleh takmir masjid/musola (bukan nazhir). Ada nazhir yang langsung mengelola harta wakaf, namun pengelolaannya masih tradisional berdasarkan keikhlasan, pengelolaannya hanya sekedar pekerjaan sampingan, artinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan tidak produktif serta profesional.
Pengawasan dan perlindungan harta wakaf di Kabupaten Purbalingga selama ini dilakukan nazhir termasuk dengan upaya. Namun secara umum hal tersebut belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal, seperti tidak adanya sertifikat yang diturunkan oleh nazhir yang telah meninggal atau tidak aktif kepada nazhir penerusnya, sehingga banyak negara wakaf yang berstatus bersertifikat, namun sulit untuk menemukan bukti sertifikat tersebut.
Rekomendasi
Daud Ali, Mohammad, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: Pers Universitas Indonesia, Edisi Pertama, 1988. Djamil, Fathurrahman, Pemberdayaan Nazir, Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam-Al-Awqaf, Volume IV, Edisi 04, Januari 2011 .Penyusun Kelompok, Strategi Pengamanan Tanah Wakaf, Jakarta: Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Islam dan Penyelenggara Haji, Kementerian Agama, Republik Indonesia, 2004.
Tim Penyusun, Nazhir yang Profesional dan Terpercaya, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Kementerian Agama RI, 2005. Tim Penyusun, Pola Pembinaan Lembaga Pengelola Wakaf (Nazir), (Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Islam dan Penyelenggara Haji, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2004), hal. Kelompok Persiapan, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Dengan Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Dirjen Bimas Islam dan Organisasi Haji, 2003.
Tim Penyusun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Ibadah Haji, Cet. Tim Penyusun Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: oleh Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Ibadah Haji, 2004. Tim Penyusun, Model Penerapan Sistem Informasi Wakaf (SIWAK), Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktur Jenderal Bimbingan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015.
Tim Penyusun, Kumpulan Undang-Undang tentang Pengusahaan Tanah Hak Milik, Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, 1996/1997. Tim Penyusun, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat Pembinaan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Islam dan Penyelenggara Ibadah Haji, Kementerian Agama RI, 2004. 1 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jakarta: Direktorat Zakat dan Wakaf Pembinaan, Direktorat Jenderal Bimbingan Islam dan Penyelenggara Haji, 2005.