• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PEMALSUAN ISI SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH YANG BERAKIBAT MERUGIKAN ORANG LAIN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 948 K/PID/2020)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PEMALSUAN ISI SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH YANG BERAKIBAT MERUGIKAN ORANG LAIN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 948 K/PID/2020)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

11 Dalam negara hukum, adanya tindak pidana pemalsuan diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai peraturan hukum tindak pidana pemalsuan sehingga pelaku tindak pidana harus dipertanggungjawabkan secara hukum sebagaimana sanksi pidana yang dijatuhkan oleh suatu pihak. diputuskan oleh hakim. . Saat ini banyak sekali tindak pidana pemalsuan dalam berbagai bentuk dan perkembangan yang menunjukkan semakin tingginya tingkat intelektualitas kejahatan pemalsuan yang semakin kompleks. Dalam perkembangan berbagai jenis tindak pidana pemalsuan, tindak pidana pemalsuan surat telah mengalami perkembangan yang sangat kompleks, karena jika dilihat dari benda yang dipalsukan yaitu surat tentu mempunyai dimensi yang sangat luas.

Tindak pidana yang sering terjadi adalah terkait Pasal 263 KUHP (pemalsuan dan pemalsuan surat); dan pasal 264 (pemalsuan karya asli) dan pasal 266 KUHP. diperintahkan untuk memasukkan keterangan palsu dalam akta otentik). Hukum Indonesia menyatakan bahwa perbuatan memalsukan sesuatu merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam penelitian ini penulis membahas tentang kasus pidana pemalsuan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tangah Nomor: 540/585/DISESDM-G.ST/2015 tanggal 28 September 2015 yang dilakukan oleh manajemen CV.

Tanggung jawab akibat perbuatan salah yang dilakukan karena kelalaian (tort liability due to negligence) didasarkan pada konsep rasa bersalah yang berkaitan dengan moralitas dan hukum yang saling berkaitan. Di sana, peran Jaksa Penuntut Umum dalam hal penyelesaian perkara di luar pengadilan diberikan tempat oleh undang-undang, sehingga dapat menjatuhkan pidana denda bagi pelaku tindak pidana dalam perkara perseorangan. Di Belanda, transaksi ini hampir sama dengan sistem perjanjian pembelaan dan hampir 90% dari seluruh tindak pidana termasuk dalam cakupan transaksi tersebut.

Dalam upaya meminimalkan risiko, untuk menghitung dan melakukan transaksi secara seragam, dikeluarkan pedoman penerapan untuk tindak pidana umum yang sering melakukan transaksi, misalnya pencurian kecil-kecilan, transaksi antara 45-350 euro; Transaksi pencurian sepeda 113-340 Euro. Pandangan ini dapat memenuhi fungsinya untuk mengatasi kerugian akibat tindak pidana (kemanusiaan dalam sistem Pancasila). Kedepannya para pelaku tindak pidana sebaiknya menahan diri untuk tidak mengulangi hal seperti ini, karena pelaku merasa hukumannya adalah penderitaan, sehingga hukuman mempunyai fungsi mendidik dan memperbaiki diri.

Kerangka Konsep

Surat keputusan adalah surat yang berisi keputusan pimpinan suatu organisasi atau lembaga pemerintah mengenai kebijakan organisasi atau lembaga tersebut.36.

Keaslian Penelitian

Tindak pidana adalah setiap perbuatan yang diancam dengan pidana atau pelanggaran, baik yang tercantum dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya.34. Tesis Adi Utama Pandapotan Lubis, NIM MK, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2019. Judul skripsi yang menjadi pokok bahasan/tema dalam penelitian ini adalah: “Analisis Peradilan Terhadap Tanggung Jawab Notaris Pemalsuan Tanda Tangan Pemohon pada Dokumen Asli”.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah: Apa tanggung jawab pihak yang memalsukan tanda tangan pada akta otentik, apa tanggung jawab hukum notaris atas pemalsuan tanda tangan yang dilakukan pemohon pada saat pembuatan akta otentik, bagaimana bentuknya? perlindungan hukum terhadap Notaris dalam tindak pidana keterangan palsu yang dilakukan pembantu dalam pembuatan akta otentik. Judul Penelitian : “Peninjauan Kembali terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Surat Kuasa pada Notaris (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 303 K/PID/2004)”. Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah: Apa akibat hukum yang ditimbulkan oleh notaris terhadap surat kuasa yang mengandung unsur tindak pidana?

Tesis Putri Septi Lia, Mahasiswa NIM Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang Tahun 2020. Judul Penelitian : “Tindak Pidana Pemalsuan Sertifikat Hak Atas Tanah Yang Digunakan Dalam Penerbitan Sertifikat Hak Milik (Studi Pada Tanah Kota Palembang Kantor)". Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah: Kriteria hukum apa yang digunakan untuk membuktikan suatu hak atas tanah itu palsu atau tidak?

Bagaimana hak atas tanah dapat diatur kedepannya untuk mencegah dan menanggulangi tindak pidana pemalsuan hak atas tanah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sepanjang pengetahuan kami, tentang: Pertanggungjawaban atas tindak pidana pemalsuan isi Keputusan Gubernur yang menimbulkan kerugian bagi orang lain (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 948 K/ PID /2020) tidak pernah dilakukan karena judul dan isi permasalahannya, sehingga penelitian ini original.

Metode Penelitian

40. Republik Indonesia Nomor 948 K/PID/2020) belum pernah dilakukan baik dari judul maupun isi permasalahannya, sehingga penelitian ini bersifat original. Maksud penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 948 K/PID/2020. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari dan mengkaji bahan pustaka (literatur, hasil penelitian, jurnal ilmiah, buletin ilmiah, majalah ilmiah, dan lain-lain).

Bahan hukum dikumpulkan melalui tata cara inventarisasi dan identifikasi peraturan hukum serta klasifikasi dan sistematisasi bahan hukum menurut permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, menulis dan menelaah bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan.

Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal dan bukan numerik. Data kualitatif yang dimasukkan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum tentang subjek penelitian. Alat pengumpulan data menjadi landasan utama penyusunan skripsi ini, yang didasarkan pada: penelitian kepustakaan; Dengan metode ini penulis dapat mengumpulkan bahan-bahan pustaka, baik berupa putusan pengadilan, buku, majalah, dokumen maupun sumber teori lainnya sebagai landasan penyelesaian permasalahan dalam skripsi ini. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data tidak mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

Proses yang dilakukan terdiri dari pengecekan dan penelaahan terhadap data yang diperoleh untuk memastikan bahwa data tersebut dapat dipertemukan dengan kenyataan. Setelah data diolah dan dianggap cukup, disajikan dalam bentuk naratif dan mungkin juga dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpul seluruhnya dan diolah dengan menggunakan narasi atau tabel, selanjutnya dianalisis secara kualitatif melalui tahapan konseptualisasi, kategorisasi, hubungan, dan penjelasan.

Konseptualisasi merupakan upaya untuk menemukan makna konsep-konsep atau dalil-dalil yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, melalui penafsiran terhadap kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang terkandung dalam ketentuan-ketentuan hukum tersebut. Kategorisasi berarti mengelompokkan konsep-konsep yang sama atau serupa atau yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan dalam operasional bisnisnya. Eksplanasi merupakan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan antar kategori yang berbeda berdasarkan sudut pandang pemikiran teoritis yang dikemukakan oleh peneliti atau ahli.

PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PEMALSUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

  • Pengertian Pemalsuan Surat
  • Unsur-Unsur Pemalsuan Surat
  • Jenis – Jenis Pemalsuan Surat
  • Pengaturan Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dalam Hukum Pidana Setelah penulis membaca beberapa literatur dan undang- undang

1) “Barangsiapa membuat akta palsu atau memalsukan surat, yang dapat menimbulkan suatu hak, perjanjian (kewajiban) atau pelepasan utang, atau yang dapat dijadikan keterangan untuk suatu perbuatan, dengan maksud untuk menggunakan atau memerintahkan. orang lain boleh menggunakan surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, dan bila dipergunakan dapat menimbulkan kerugian, maka dipidana karena memalsukan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun. Sehubungan dengan cakar atau sertifikat utang ekuitas (dividen) atau tanda bunga uang dari salah satu dokumen yang dijelaskan dalam 2e dan 3e, atau sehubungan dengan sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti dokumen tersebut. tanggal 5. Siapa pun yang dengan sengaja menggunakan dokumen palsu atau palsu untuk memberikan kesan asli, dikenai pelanggaran yang sama jika penggunaan surat tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana pemalsuan surat diketahui adanya unsur obyektif yaitu pembuatan surat palsu dan pemalsuan surat, dan diantara kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Bentuk dasar ini diatur dalam Pasal 263 KUHP yang secara umum pengertian pemalsuan surat adalah pembuatan surat. Sehubungan dengan cakar atau surat hutang saham (dividen) atau tanda bunga tunai dari salah satu dokumen yang diuraikan dalam II dan III, atau sehubungan dengan sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti surat-surat tersebut.

Dan ada pula Pasal 268 yang juga memuat kata-kata mengenai pemalsuan surat keterangan dokter, namun yang menjadi subyek hukum pasal ini hanyalah orang-orang biasa yang belum memperoleh profesi dokter. Seseorang yang membuat surat palsu atau memalsukan surat keterangan berkelakuan baik, berketerampilan, miskin, cacat, atau keadaan lainnya, dengan maksud menggunakan atau memerintahkan surat itu untuk memperoleh pekerjaan, menunjukkan kemurahan hati, atau kebajikan. Pemalsuan paspor diatur dalam Pasal 270 KUHP, objek pemalsuan dalam pasal ini adalah: paspor, paspor pengganti, surat jaminan (jaminan keselamatan diri), jaminan perjalanan.

Pemalsuan dokumen tersebut tidak didasarkan pada undang-undang apapun, namun dianggap perlu oleh masyarakat Indonesia untuk mencegah barang disita oleh polisi karena dicurigai sebagai hasil tindak pidana (pencurian). Dalam praktiknya, pemalsuan dokumen-dokumen tersebut biasanya dilakukan untuk memfasilitasi penjualan barang-barang yang berasal dari ilegal atau kriminal. Pengaturan tindak pidana pemalsuan surat dalam hukum pidana Setelah penulis membaca berbagai literatur dan peraturan perundang-undangan. Setelah membaca berbagai literatur dan undang-undang terkait, penulis sampai pada kesimpulan bahwa pemalsuan surat dijelaskan dalam Pasal 263 hingga 276 KUHP. Kode kriminal.

Oleh karena itu jelas bahwa pemalsuan surat lebih mengutamakan kepentingan masyarakat secara keseluruhan, yaitu kepercayaan masyarakat terhadap isi surat, dibandingkan kepentingan individu yang mungkin dirugikan secara langsung akibat pemalsuan surat tersebut. 54.sebuah. Terhadap tindak pidana pemalsuan surat, pidananya juga dijatuhkan kepada orang yang dengan sengaja menggunakan surat-surat yang dipalsukan atau dipalsukan seolah-olah surat-surat itu asli dan tidak dipalsukan, jika karena penggunaan surat-surat itu timbul kerugian.

Referensi

Dokumen terkait

Barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukan sebagai

Barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau diperuntukan sebagai bukti

Menggunakan identitas palsu yang berarti melakukan tindak pidana sebagaimana Pasal 263 ayat (1) KUHP, bahwa barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat

Barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasanhutang, atau yang diperuntukan sebagai bukti

Pasal 263 “Barangsiapa membuat secara palsu atau memalsukan sepucuk surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, sesuatu perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan

“Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada

Supaya dapat dihukum menurut Pasal 263 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), maka pada waktu memalsukan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang

Saat ini banyak sekali terjadi tindak pidana pemalsuan dengan berbagai macam bentuk dan perkembangannya Adapun permasalahan nya adalah Bagaimana pengaturan hukum tindak pidana