• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2010 – 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2010 – 2020"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah tolak ukur kemajuan pada suatu negara. Setiap negara pertumbuhan ekonominya berbeda-beda, ada yang kondisi perekonomiannya bagus dan ada juga negara yang memiliki perekonomian yang kurang bagus bahkan dapat dikatakan buruk. Perekonomian bagus atau stabil akan sangat mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Salah satu alat yang untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu dengan melihat stabilitas perekonomian suatu negara dari tingkat inflasi. Pada era globalisasi sekarang ini kondisi pertumbuhan ekonomi selalu dipengaruhi berbagai aspek kegiatan perekonomian sehingga pemerintah perlu menerapkan kebijakan baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter .

Setiap negara selalu memiliki permasalahan ekonomi, permasalahan yang selalu menjadi sorotan dan perhatian para ekonom adalah inflasi. Inflasi perlu diperhatikan perkembangannya, karna jika inflasi tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi yang rendah juga dapat membuat kelesuan ekonomi.Pemerintah perlu membuat kebijakan untuk menciptakan inflasi yang rendah sehingga dapat mencegah dampak negative dari inflasi itu sendiri. Pengaruh inflasi di Indonesia sangat tinggi jadi perlu dikendalikan dengan sebuah kebijakan yaitu salah satunya adalah kebijakan moneter.Kebijakan moneter merupakan faktor kunci dalam pengelolaan ekonomi

(2)

makro dalam perekonomian terbuka untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan mempengaruhivariable ekonomi. Kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah yaitu dengan cara mengendalikan tingkat suku bunga (interest rates) dan jumlah uang beredar (money supply). Kebijakan ini untuk mempengaruhi perkembangan uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar yang merupakan variable moneter dalam mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu pertumbuekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran.Pada umumnya kebijakan yang dilakukan oleh pihak otoritas moneter untuk mempengaruhi variable moneter, seperti nilai mata uang, jumlah uang beredar, dan suku bunga. Pada dasarnya kebijakan moneter ingin mencapai keseimbangan internal (intern balance) dan keseimbanganeksternal (ekstern balance). Keseimbangan internal biasanya ditunjukkan dengan terciptanya keseimbangan kerja dan tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dipertahankan laju inflasi yang rendah. Disisi lain keseimbangan internal biasanya ditunjukkan dengan neraca pembayaran yang seimbang.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi berasal dari pendapatan yang terus meningkat, yang memungkinkan suatu negara mengkonsumsi jumlah barang dan jasa yang lebih banyak dan beragam.Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan data tentang Gross Domestic Product (GDP), yang meliputi produksi dan penjualan dari sejumlah barang dan jasa yang berbeda.

Berikut gambaran perkembangan pertumbuhan ekonomi pada periode 2018 – 2022.

(3)

Tabel I.1

Data Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018 – 2022

Sumber : BPS, data diolah

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 – 2022bedasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) Pertumbuhan Ekonomi Indonesia mengalami pergerakan fluktuatif. Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2020 yaitu mencapai 2.97%

akibat dari guncangan dan kemerosotan ekonomi dan terjadinya resesi ekonomi.

Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastic karena perkembangan ekonomi di Indonesia mempunyai pergerakan yang kurang stabil.Pada tahun 2019 hingga 2021 terjadi ketidakjelasan financial global,maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami penurunan. Penurunan terjadi juga pada tahun 2020 yang masih di bawah 5% dengan demikian perlu adanya penelusuran kebijakan – kebiijakan yang perlu dipertimbangkan agar pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan pada periode-periode mendatang. Pada tahun 2022 berdasarkan data

Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(dalam persen)

2018 5,17

2019 5,02

2020 2,97

2021 3,70

2022 5,31

(4)

BPS ( Badan Pusat Statistik ) ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31% , lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia di sebabkan dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan.

Tabel I.2

Data Inflasi Tahun 2018 – 2022

Tahun Persen

2018 2,50

2019 2,72

2020 1,68

2021 1,87

2022 5,51

Sumber : BPS, data diolah

Pada tabel inflasi berdasarkan Data BPS ( Badan Pusat Statistik ) dapat dilihat pada tahun 2018 inflasi terjadi sebesar 2,50%. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan secara umum, inflasi pada tahun 2018 didorong oleh kenaikan harga bahan bakar minyak ( BBM ) non subsidi, serta biaya transportasi dan perumahan.

Pada tahun inflasi 2020 tercatat rendah yaitu umum 1,68% (yoy) dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum kuat sebagai dampak pandemi Covid-19, pasokan yang mencukupi, dan sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menjaga kestabilan harga kedepannya. Dapat di jelaskan inflasi pada tahun 2020 terjadi karena adanya

(5)

kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,49%:

kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03%: kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,08%: kelompok kesehatan sebesar 0,19%: kelompok transportasi sebesar 0,46%: dan kelompok penyediaan makanan dan minuman di restoran sebesar 0,27%.Dan dapat kita lihat pada tabel diatas berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2022 laju inflasi melonjak naik sampai 5,51% menurut Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang menyebabkan laju inflasi naik drastis ialah karena gangguan rantai pasok hingga kenaikan harga komoditas global menyebabkan tren inflasi merangkak naik.Dari sisi demand, mayoritas komponen pengeluaran pada kuartal IV 2022 tumbuh kuat. Didukung windfall komoditas unggulan, ekspor mampu tumbuh double digit mencapai 6,25 % (yoy), dengan didorong oleh kenaikan impor barang modal dan bahan baku. Dari sisi supply, seluruh sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV 2022. Sektor transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 16,99% (yoy) diikuti oleh sektor akomodasi dan makan minum yang tumbuh sebesar 13,81% (yoy) yang didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan nusantara. Sektor industri pengolahan sebagai contributor terbesar PDB juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,64% (yoy).

Pemerintah dan Bank Indonesia menyepakati lima langkah strategis untuk memperkuat pengendalian inflasi dalam Hight Level Meeting.Tim pengendalian inflasi pusat (HLM TPIP). Langkah – langkah strategi tersebut

(6)

ialah:1.Memperkuat kebijakan koordinasi untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional.2.Memitigasi dampak upside risk antara lain dampak normalitas kebijakan likuiditas global dan peningkatan harga komoditas dunia terhadap inflasi dan daya beli masyarakat.3.Memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk medukung pengelolaan inflasi masyarakat. 4.Memperkuat koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam mengendalikan inflasi.

Tabel I.3

Data Suku Bunga Tahun 2018 – 2022

Tahun Persen

2018 6,00

2019 5,25

2020 3,75

2021 3,50

2022 5,50

Sumber: BPS dan BI Data diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat suku bunga berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) bersifat fluktuatif , pada tahun 2018 merupakan suku bunga tertinggi 5 tahun terakhir ini. Suku bunga naik mencapai 6,00% dikarenakan Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7 day Reverse Repo Rate (BI7DRR) untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman. Kenaikan suku bunga untuk memperkuat daya tarik asset keuangan domestic dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga selanjutnya.Ekonomi

(7)

global tumbuh melandai dan tidak seimbang, disertai desakan pasar keuangan global yang tetap tinggi. Perekonomian AS yang tumbuh kuat pada tahun 2018 diperkirakan akan mengalami konsolidasi pada tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi di dunia yang melanda dan risiko memburuknya hubungan dagang antar negara akan berdampak pada rendahnya volume perdagangan dunia. Sejalan dengan itu, harga komoditas dunia menurun, termasuk harga minyak dunia yang kembali menurun akibat prospek meningkatnya pasokan.

Pada tahun 2021 data BPS (Badan Pusat Statistik) terlihat suku bunga mengalami penurun menjadi 3,50%, penurunan ini terjadi karena BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) dalam mendorong serta mempertahankan momentum dalam rangka pemulihan ekonomi nasional dan juga sebagai hasil dari perkiraan inflasi yang tetap rendah dan agar stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga.Suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuditas yang sangat longgar mendorong suku bunga kredit perbankan terus dalam tren menurun. Di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun, masing – masing sebesar 25 bps sejak November 2020 menjadi 2,79% dan 3,05 % pada November 2021. Di pasar kredit, penurunan SBDK perbankan terus berlanjut, diikuti penurunan suku bunga kredit baru pada seluruh kelompok bank. Namun demikian, penurunan suku bunga kredit jauh lebih rendah daripada penurunan suku bunga deposito perbankan menyebabkan spread antara suku bunga kredit dengan deposito tersebut. Oleh sebab itu, bank Indonesia memandang bahwa ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit masih cukup lebar.

(8)

Tabel I.4

Data Jumlah Uang Beredar Tahun 2018 – 2022

Tahun Milyar Rupiah

2018 1.457.148,69

2019 1.565.358,00

2020 1.855.624.80

2021 2.282.200,26

2022 2.467.951,34

Sumber: BPS dan BI Data diolah

Dari tabel diatas berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) dan BI (Bank Indonesia) dapat terlihat bahwa Jumlah Uang Beredar selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun dalam arti sempit (M1) mengalami kenaikan secara terus menurus dari tahun 2018 – 2022. Pada tahun 2018 Jumlah Uang Beredar mengalami penurunan sebesar Rp.1.457.148,69, BI mencatat pertumbuhan jumlah uang beredar atau likuiditas perekonomian melambat sepanjang Maret 2018 disebabkan oleh meningkatnya jumlah simpanan pemerintah pusat di perbankan.

Tercatat, jumlah uang beredar hanya tumbuh 7,5% (yoy) selain itu, penurunan uang beredar juga dipengaruhi oleh rendahnya pertumbuhan aktiva luar negeri bersih pada Maret 2018 sebesar 9,3% dari bulan sebelumnya sebesar 13,6%.

Pada tahun 2022 likuiditas perekonomian atau jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2022 tetap tumbuh positif. Posisi M2 pada September 2022 tercatat sebesar Rp.7,962,7 triliun atau tumbuh 9,1% (yoy), setelah tumbuh sebesar 9,5% (yoy) pada agustus 2022. Perkembangan tersebut

(9)

didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 13,5%

(yoy) serta pertumbuhan uang kuasi sebesar 3,8% (yoy). Pertumbuhan M2 pada September 2022, terutama dipengaruhi oleh perkembangan aktiva luar negeri bersih, keuangan pemerintah, serta penyaluran kredit. Aktiva luar negeri bersih tercatat mengalami kontraksi sebesar 5,3% (yoy), setelah terkontraksi sebesar 4,0% (yoy) pada Agustus 2022. Sementara itu, tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat terkontraksi 32,5% (yoy), setelah bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 22,4% (yoy). Di sisi lain, penyaluran kredit pada September 2022 tumbuh 10,8% (yoy), setelah bulan sebelumnya tumbuh 10,3%.

Tabel I.5

Pertumbuhan Ekonomi (%), Inflasi (%), Suku Bunga (%), Jumlah Uang Beredar (Milyar Rupiah)

Tahun PE (%) INF (%) SB (%) JUB(Milyar Rupiah)

2018 5,17 2,50 6,00 1.457.148,69

2019 5,02 2,72 5,25 1.565.358,00

2020 2,97 1,68 3,75 1.855.624.80

2021 3,69 1,87 3,50 2.282.200,26

2022 5,72 5,51 5,50 2.467.951,34

Sumber: BPS dan BI Data diolah

Berdasarkan pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan dan penurunan pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia setiap tahunnya.Bahkan terjadi tren penurunan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi berada pada 2,97% menjadikannya sebagai

(10)

pertumbuhan ekonomi terparah selama 20 tahun terakhir akibat adanya pandemi corona yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus mengalami pasang surut tersebut membutuhkan pengelolaan dan kebijakan yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi pada suatu negara adalah dengan menggunakan kebijakan moneter (monetary policy). Moneter merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomi suatu negara, bahkan pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa dianalisis tanpa melibatkan persoalan moneter.

Kebijakan moneter merupakan ilustrasi kebijakan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ekonomi dengan tujuan utama adalah memelihara kestabilan nilai rupiah.Kebijakan moneter juga sebagai senjata untuk mengatur jalannya perekonomian dan khususnya mengendalikan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan yaitu dengan beberapa instrumen kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Kebijakan moneter menjadi ukuran kemajuan suatu negara akan selalu dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tetap stabil maka itu tidaklah mudah jika tidak diikuti oleh kemampuan variabel makroekonomi. Seperti apa yang dikatakan oleh Stabilitas makroekonomi dapat dilihat dari dampak guncangan suatu variabel makroekonomi terhadap variabel makroekonomi lainnya. Apabila dampak suatu guncangan menyebabkan fluktuasi yang besar pada variabel makroekonomi dan diperlukan waktu yang relatif lama untuk mencapai keseimbangan jangka

(11)

panjang, maka dapat dikatakan bahwa stabilitas makroekonomi rentan terhadap perubahan.Jika sebaliknya, dampak guncangan menunjukkan fluktuasi yang kecil dan waktu untuk mencapai keseimbangan jangka panjang relatif tidak lama maka dapat dikatakan bahwa kondisi makroekonomi relatif stabil.

Kegiatan perekonomian suatu negara tidak pernah terlepas dari kegiatan pembayaran uang.Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang beredar. Pengaruh dalam jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di berbagai sektor. Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga (inflasi harga) melebihi tingkatyang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.Sebaliknya apabila jumlah uang beredar sangat rendah maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran masyarakat secara keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan. Dengan demikian pengelolaan jumlah uang beredar harus selalu dilakukan dengan hati – hati dengan mempertimbangkan pengaruh yangakan terjadi.

Jumlah uang beredar juga berkaitan dengan tingkat suku bunga, jika suku bunga naik masyarakat akan lebih memilih menyimpan uang dalam bank maka jumlah uang beredar berkurang begitu juga dengan sebaliknya. Laju pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi secara berkelanjutaan akan menghasilkan laju inflasi yang tinggi, sedangkan laju pertumbuhan uang beredar yang rendah akan mengakibatkan laju inflasi rendah. Selanjutnya pernyataan bahwa inflasi merupakan fenomena mengandung arti bahwa laju inflasi yang tinggi tidak

(12)

berlangsung terus apabila tidak disertai dengan laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi.

Dalam kondisi tersebut, kebijakan moneter dapat dikelola secara maksimal agar dapat berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.Kebijakan tersebut bertujuan agar pertumbuhan perekonomian dalam negeri kedepannya dapat meningkat sesuai target yang akan dicapai.Berdasarkan isu dan latar belakang diatas penulis mencoba menganalisa sampai sejauh mana pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka mendorong penulis untuk melakukan penelirian dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2010- 2022”.

1.2. GAP Riset dan GAP Teori

Penelitian Anggita Destri Liandini (2022) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun (2000-2019)” yang menggunakan teori Harrod-Domar dengan metode OLS (Ordinary Least Square).Berdasarkan hasil estimasi model OLS (Ordinary Least Square) menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi selama periode 2000-2019 ternyata dipengaruhi oleh kurs, sementara Inflasi dan JUB tidak memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa jika inflasi naik maka pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat, inflasi juga harus meningkat. Inflasi yang ringan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Inflasi ringan dapat memiliki efek

(13)

positif. Ketika pendapatan nasional meningkat, inflasi akan meningkatkan perekonomian. Oleh karena itu, inflasi sangat efektif dalam meningkatkan perekonomian yang lebih stabil.Sementara pada nilai tukar memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipercepat jika nilai tukar naik.Dari sisi perdagangan, kita dapat melihat dampak nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada Jumlah uang beredar memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi. Hasil ini memberikan bukti bahwa peningkatan jumlah uang beredar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, yang relevan karena dengan peningkatan jumlah uang beredar, masyarakat akan membelanjakansebagian uangnya untuk konsumsi, menyebabkan produsen memproduksi lebih banyak barang daripada kenaikan unsur permintaan.

Penelitian Hari Winarto, dkk (2021) yang berjudul “Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”yang menggunakan teori Mankiw dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, dan Kementerian Perdagangan dari tahun 2010 hingga 2019 dalam bentuk Triwulan. Berdasarkan hasil pengujian penentuan model alatanalisis menunjukkan bahwa model estimasi yang tepat adalah Vector Auto Regression (VAR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uang beredar memiliki hubungan yang signifikan positf terhadap pertumbuhan ekonomi.Sedangkansuku bunga, nilai tukar, dan inflasi memiliki hubungan yang signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia,

(14)

yang dibuktikan dengan nilai probabilitias Jumlah Uang Beredar lebih kecil dari 0,05 yaitu 0.0042 yang artinya hipotesis nol ditolak dan dari hasil uji kointegrasi dapat dilihat bahwa jumlah uang beredar tidak memiliki hubungan dalam jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, yang dibuktikan dengan nilai probabilitas Suku Bunga lebih besar dari 0,05 yaitu 0.8459 yang artinya hipotesis nol diterima dan dari hasil uji kointegrasi dapat dilihat bahwa Suku Bunga tidak memiliki hubungan dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai Tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yang dibuktikan dengan nilai probabilitas.Nilai Tukar lebih besar dari 0,05 yaitu 0.8912 yang artinya hipotesis nol diterima dan dari hasil uji kointegrasi dapat dilihat bahwa nilai tukar tidak memiliki hubungan dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yang dibuktikan dengan nilai probabilitas Inflasi lebih besar dari 0,05 yaitu 0.4956 yang artinya hipotesis nol diterima dan dari hasil uji kointegrasi dapat dilihat bahwa inflasi tidak memiliki hubungan dalam jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Penelitian Jefry Agung Subekhi (2022) yang berjudul “Analisis Pengaruh KebijakanMoneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2001- 2020” yang menggunakan teori Adam Smith, dalam penelitian ini meliputi variabel inflasi, kurs, dan jumlah uang beredar.Jenis penelitian menggunakan deskriptif statistik dengan metode observasi data sekunder time series.Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan teknik estimasi Ordinary Least

(15)

Square(OLS) menunjukkan hasil inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, arah pengaruhnya adalah negatif.Berdasarkan Uji t dapat diketahui bahwa inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, arah pengaruhnya adalah negatif. Artinya jika inflasi naik maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Uji t dapat diketahui bahwa kurs berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, arah pengaruhnya adalah negatif. Artinya jika kurs naik maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Uji t dapat diketahui bahwa jumlah uang beredar berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, arah pengaruhnya adalah positif. Artinya jika jumlah uang beredar naik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,568164 yang berarti bahwa 56,82 % variasi variabel pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2001-2020 dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen yang dalam penelitian ini terdiri dari variabel jumlah uang beredar, kurs dan inflasi. Sedangkan sisanya yaitu 43,18 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang diestimasi.

1.3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pada saat ini negara Indonesia memiliki permasalahan ekonomi yang selalu menjadi sorotan terpenting. Permasalahan yang selalu menjadi perhatian adalah inflasi. Inflasi perlu diperhatikan perkembanganya, dapat dilihat berdasarkan BPS pada tahun 2022 tingkat inflasi sangat melonjak yaitu sebesar 5,51%. Tingginya inflasi akan berpengaruh buruk terhadap

(16)

pertumbuhan ekonomi, sedangkan jika inflasi menurun akan membuat keluasan terhadap perkembangan pertumbuhan ekonomi.

2. Akibat dari inflasi yang dapat dilihat dari tabel I.2 dimana inflasi Indonesia tahun 2022 mencapai 5,51% sehingga bank Indonesia meningkatnya suku bunga Indonesia naik sebesar 5,50% pada tahun 2022 untuk menekan laju inflasi Indonesia.Kenaikan suku bunga untuk memperkuat daya tarik asset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga kedepannya.

3. Dengan meningkatnya suku bunga mengakibatkan jumlah uang beredar di Indonesia semakin naik, dilihat dari tabel I.4 jumlah uang beredar pada tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.467.951,34 yang diakibatkan oleh inflasi dan suku bunga yang mengalami kenaikan terus menurus.

1.4. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti terbatas pada kebijakan moneter yang dilakukan oleh pihak otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter, seperti Inflasi, jumlah uang beredar, dan suku bunga yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

1.5. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah yaitu:

1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

(17)

2. Apakah suku bunga pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

3. Apakah jumlah uang beredar pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

1.6. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yang dikemukakan adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

1.7. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi penulis

Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Ekonomi Pembangunan Univeristas Islam Sumatera Utara dan diharapkan penelitian ini menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.

2. Bagi Instansi Pemerintah

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan pembahan wawasan dan informasi bagi pihak – pihak terkait dalam menentukan kebijakan yang tepat bagi permasalahan ekonomi di Indonesia.

(18)

3. Bagi Universitas

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran maupun referensi dan bahan perbandingan bagi mahsiswa selanjutnya yang ingin melanjutkan atau melakukan penelitian sejenis.

(19)

19 2.1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moeneter menurut UU (Undang – undang) No.23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memlihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain, melalui pengendalian jumlah uanng beredar dan suku bunga. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a Bank Indonesia berwewenang menetapkan sasaran – sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan, melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara – cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada : pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuita asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, pengeluaran kredit atau pembayaran. Cara – cara pengendalian moneter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilaksan juga berdasarkan prinsip syariah. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan Bank Indonesia.Kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter (bank sentral) suatu negara dalam mengontrol atau mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) melalui pendekatan kuantitas atau pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (M.Natsir 2014). Kebijakan moneter merupakan salah satu

(20)

faktor yang dapat mepengaruhi kegiatan ekonomi. Ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor – faktor ini di luar kontrol pemerintah. Kebijakan moneter merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangun ekonomi.

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesis dengan melakukan berbagai instrumen seperti menjaga angka inflasi.

Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran – sasaran moeneter seperti uang beredar atau suku bunga dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.Kebijakan moneter memiliki fungsi sebagai berikut:Mendapatkan dan juga mengambil manfaat dari struktur tingkat bunga yang sesuai.Meraih perimbangan yang tepat antara permintaan dan penawaran uang.Menyediakan fasilitas uang kredit yang tepat bagi perekonomian yang sedang berkembang dan menghentikan perkembangan yang tidak semestinya.

Ekonomi moneter memegang peranan penting dalam pengambilan kebijakan bagi suatu negara dalam mengatur persediaan uang suatu negara demi menjaga beberapa hal berikut ini antara lain menahan laju inflasi, menstandarisasi bunga pinjaman bank, memberikan kesejahteraan bagi pegawai negara dan lain sebagainya. Kebijakan ini dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penyesuaian suku bunga, mengubah jumlah uang tunai yang beredar di pasar serta pembelian atau penjualan sekuritas pemerintah. Kebijakan ini diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang

(21)

beredar di masyarakat dan penetapan suku bunga. Kebijakan moneter meliputi langkah – langkah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral atau bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uanng atau mengubah suku bunga, memngaruhi pengeluaran dalam perekonomian.

2.1.1. Instrumen Kebijakan Moneter

Berdasarkan soebagiyo (2015:112) kebijakan moneter dapat dilakuksan dengan menjalankan instrument kebijakan moneter, yaitu antara lain:

Operasi Pasar Terbuka

Gambar 2.1Instrument Kebijakan Moneter, Sumber: Soebagiyo (2015 :112) a. Operasi Pasar Terbuka

Instrument ini merupakan alat kebijakan moneter yang terpenting karena merupakan determinan utama antara perubahan tingkat suku bunga dan monetary base serta menjadi sumber utama untuk mempengaruhi fluktuasi jumlah uang beredar. Kebijakan ini meliputi tindakan menjual dan membeli surat – surat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini akan mempengaruhi dua hal yaitu, pertama tindakan pembelian surat berharga bank sentral akan menaikkan

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requitment Ratio) Kebijakan

Moneter

[0peKebijakan Diskonto (discount Rate )

Imbauan Moral (Moral Persuasion)

(22)

cadangan bank – bank umum. Akibatnya, bank umum dapat menambahkan jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit). Pengaruh yang kedua, tindakan pembelian atau penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga) surat berharga, sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah uang beredar dan meningkatkan tingkat suku bunga.

b. Kebijakan Diskonto

Kebijakan ini mencakup tindakan untuk mengubah tingkat suku bunga yang wajib dibayarkan pihak bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral. Kebijakan ini bertujuan untuk mempengaruhi tingkat diskonto yng selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar melalui perubahan tingkat bunga pinjaman. Dengan menaikkan diskonto, maka biaya untuk meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan bank umum untuk melakukan peminjaman ke bank sentral.Akibatnya jumlah uang yang beredar dapat ditekan/dikurangi.Di samping itu, posisi jumlah cadangan juga dapat dipengaruhi melalui instrument ini. Apabila tingkat diskonto mengalami kenaikan, maka akan meningkatkan biaya pinjaman pada bank. Peningkatan jumlah cadangan ini merupakan indikasi bahwa bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang ketat.

c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirment Ratio)

Instrument ini dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Ketika minimum cadangan wajib tersebut berkuranng maka bank sentral memiliki lebih banyak uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui pinjaman.Sebaliknya

(23)

jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum cadangan wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk dikeluarkan.

d. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Moral Persuasion atau Himbauan moral adalah instrument kebijakan moneter yang digunakan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dimasyarakat melalui pemberian himbauan kepada para pelaku ekonomi seperti bank swasta dan lain sebagainya. Himbauan ini bersifat tidak mengikat, tetapi sebagai lembaga yang kredibel imbauan bank sentral yang memiliki dampak cukup efektif dalam kebiakan moneter.

2.1.2. Jenis Kebijakan Moneter

Berdasarkan Bank Indonesia UU Nomor 23 Tahun 1999ada dua jenis kebijakan moneter yang dapat diambil sebagai langkah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, kebijakan tersebut yaitu:

1. Kebijakan Moneter Eskpansif

Kebijakan moneter ekspansif disebut juga kebijakan uang longgar (easy money policy) merupakan suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang beredar.Tujuan dari kebijakan moneter ekspansif yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko inflasi semakin tinggi.Kebijakan ini juga mampu menurunkan tingkat pengangguran daya beli (permintaan) masyarakat.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif

Kebijakan moneter kontraktif disebut juga kebijakan uang ketat (tight money policy) merupakan suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang

(24)

beredar. Tujuan utama dari kebijakan ini untuk menurunkan tingkat inflasi, tujuan inidapat dicapai dengan meningkatkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan cadangan untuk bank.

Dua langkah dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter (transmission mechanism) proses dimana perubahan kebijakan moneter mempengaruhi permintaan agregat merupakan hal esensial. Dua tahap proses transmisi ini muncul dalam hampir setiap analisis mengenai dampak perubahan uang beredar pada perekonomian. Beberapa analisis akan memiliki lebih dari dua jenis asset dan lebih dari satu suku bunga.

Perubahan jumlah penawaran uang rill

Gambar2.2Mekanisme Transaksi Kebijakan Moneter, Sumber: Soebagiyo

Pertama ialah bahwa pada saldo rill (real balance) menciptakan sekuilibrium portofolio yaitu pada tingkat suku bunga dan tingkat pendapat yang berlaku, masyarakat memegang uang lebih banyak dari yang mereka perlukan. Ini menyebabkan pemilik portofolio mencoba mengurangi pengupasan uang mereka dengan membeli asset lain, sehingga merubah harga asset dan yield-nya. Dengan kata lain, perubahan penawaran uang akan merubah suku bunga. Tahap kedua

Output menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan agregat

Penyesuaian portofolio yang akan menyebabkan perubahan harga asset dan suku bunga

Pengeluaran menyesuaikan diri terhadap perubahan suku

(25)

ialah proses transmisi yang terjadi ketika perubahan suku bunga mempengaruhi permintaan agregat.

2.2. Inflasi

Teori Keynes mengenai inflasi (1970) didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang – barang selalu melebihi jumlah barang – barang yang tersedia (timbulnya apa yang disebut inflationary gap). Inflationary gap timbul karena adanya golongan – golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang – barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang – barang yang didukung dengan dana.

Golongan masyarakat seperti ini mungkin adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih besar dari output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan tersebut mugkin juga pengusaha – pengusaha swasta yang menginginkan untuk investasi – investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit dari bank. Golongan tersebut biasa pula serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji bagi anggota – anggotanya melebihi kenaikan.

2.2.1 Macam – Macam Inflasi

(26)

Berdasarkan Keynes (1936:137) macam – macam inflasi terbagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

Inflasi ini terbagi atas empat jenis yaitu: inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat dan inflasi sangat berat.Inflasi ringan tidak begitu mengganggu keadaan perekonomian karena harga – harganya hanya mengalami kenaikan secara umum.Inflasi ini nilainya dibawah 10% per tahun.Sementara inflasi sedang membahayakan kegiatan perekonomian karena inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Inflasi ini berkisar antara 10% - 30% per tahun.Untuk inflasi berat sendiri dapat mengacaukan kondisi perekonomian karena masyarakat tidak ingin menabung lagi di bank dikerenakan bunga bank jauh lebih kecil daripada laju inflasi. Inflasi ini berkisar antara 30% - 100% per tahun. Sedangkan inflasi sangat berat adalah inflasi yang sudah sangat sulit dikendalikan dikarenakan inflasi ini berkisar 100% per tahun.

2. Inflasi Berdasarkan Sifatnya

Inflasi bedasarkan sifatnya terbagi 3 kategori, yakni: inflasi merayap (creeping inflation), inflasi menengah (galloping inflation), serta inflasi tinggi (hyper inflation). Inflasi merayap ditandai dengan adanya laju inflasi yang rendah dimana kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang relative kecil serta dalam jangka waktu yang lama.Sedangkan inflasi menengah ditandai dengan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi dan kadang – kadang berjaln dalam jangka pendek dan memiliki sifat akselerasi.Artinya harga – harga minggu/bulan lalu dan seterusnya.Efek yang dirasakan yaitu keadaaan

(27)

perekonomian menjadi berat.Sementara inflasi tinggi adalah inflasi yang sangat parah.Inflasi ini membuat masyarakat tidak lagi ingin menyimpan uangnya.Perputaran uang terjadi secara cepat dan harga naik secara akselerasi.

Biasanya keadaan ini timbul karena pemerintah mengalami deficit anggaran belanja (misalnya saar keadaan perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.

3. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Inflasi berdasarkan sebabnya terbagi tiga macam, yaitudemand pull inflation, cost push inflation, serta inflasi permintaan dan penawaran.

a. Demand Full Inflation

Demand Full Inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh permintaan masyarakat akan barang – barang (Agregate Demand) bertambah.Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.

E2 S

P P2

P1 D2

D1 Q

Q1 Q2

(28)

Gambar 2.3Demand Full Inflation, Sumber: Soebagiyo

Kurva Demand Full Inflation dimana P1 sebagai harga awal, P2 sebagai harga setelah ada perubahan, Q1 sebagai jumlah produksi awal, Q2 sebagai jumlah produksi, setelah ada perubahan E1 sebagai keseimbangan awal, E2 sebagai keseimbangan setelah ada perubahan.

b. Cost Push Inflation

Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan produksi, yangdisebabkan oleh terdepresinya nilai tukar,dampak inflasi luar negeri terutama negara partner dagang, peningkatan harga – harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya disrbusi. Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang pesar ketika tingkat pengangguran sangat rendah.

P S2

P2 S1

P1

Q2 Q1 Q

Gambar 2.4Cosh Push Inflation, Sumber: Soebagiyo

Pergeseran kurva penawaran ini menunjukkan menurunnya produksi dari Q1 ke Q2 dan menaikkan harga barang hasil produksi dari P1 ke P2.Apabila terjadi kenaikan biaya produksi, maka akan menurunkan hasil produksi dan terus menggeser kurva penawaran sehingga akan menaikkan harga produksi.

(29)

Keberlangsungan hal tersebutlah yang dinamakan cost push inflation (inflasi karena dorongan biaya).

Demand full inflation dan cost push inflation sama – sama menaikkan harga produksi, namun demand full inflation akan menaikkan produk. Domestic Bruto (PDB) karena menaikkan jumlah produksi sementara cosh push inflationakan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) karena menurunkan jumlah produksi.

2.2.2 Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional.Menurut Keynes (1936:140) efek inflasi terbagi menjadi Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equiry effect,sedang efek terhadap alokasi faktor produksi, dan produk nasional masing – masing disebut dengan efficiency effects dan output effects.

1. Efek terhadap pendapatan (Equiry Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.Demikian juga dengan orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas, mereka akan mengalami kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak – pihak yang mendapat keuntungan karena adanya inflasi ialah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih tinggi dari pada laju inflsi.Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

(30)

2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola aloksai faktor – faktor produksi.

Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudia dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut.Memang tidak ada jaminan bahwa alokasi faktor – faktor produksi itu lebih efisiensi dalam keadaan tidak ada inflasi.

3. Efek terhadap output (Output Effects)

Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yaitu penurunan output.

2.3. Suku Bunga

MenurutKeynes (1936:155), tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang tersebut mempengaruhi tingkat bunga. Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds) dan uang tunai.

Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin memaksimumkan keuntungan.Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari

(31)

suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang.Suku bunga juga diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah yang memperoleh pinjaman dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank. Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjajian pembayaran kembali yang dinyatakan dalam presentase tahunan.Boediono (1980), bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi). Teori ini dikembangkan oleh kelompok ekonom klasik pada abad 19.

Tingkat bunga adalah salah satu indikator dalam memutuskan apakah seseorang akan menabung atau melakukan investasi. Makin tinggi tingkat bunga, makin banyak dana yang ditawarkan. Dengan demikian, terdapat hubungan positif antara tingkat bunga dengan jumlah dana yang ditawarkan (Boediono, 1991:32). Pada prinsipnya, tingkat bunga adalah harga yang harus dibayarkan atas penggunaan dana untuk setiap unit waktu yang telah ditentukan melalui interaksi permintaan dan penawaran. Permintaan akanloanable fund memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga. Dengan asumsi pendapatan dan faktor-faktor lainnya konstan, peningkatan tingkat bunga akan menurunkan permintaan terhadap dana peminjaman (loanable fund). Asumsi-asumsi tersebut berlaku dalam perekonomian dalam keadaan full employment, harga konstan, supply of money tetap, dan informasi sempurna.

Pada teori Keynes bahwa bunga adalah harga dari Ionable funds (danainvestasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan

(32)

investasi. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan untuk investasi juga semakin kecil. Keseimbangan suku bunga akan tercapai ketika keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan perusahaan untuk berinvestasi.

Berikut gambaran grafik tingkat suku bunga secara teori klasik.

Tingkat bunga tabungan L2

L1

investasi2 Investasi1

jumlah uang yang ditabung

Gambar2.5Teori Tingkat Suku Bunga: Teori Klasik, Sumber: Soebagiyo 2.3.1 Macam – macam Suku Bunga

Berdasarkan Suku bunga dasar, adalah tingkat suku bunga yang diambil oleh Bank sentral atau kredit kepada perbankan yang ada, kemudian hal itu ber- maksud untuk mendiskuskonto surat - surat berharga yang dicetuskan oleh Bank Sentral.

a. Suku bunga nominal, adalah tingkat suatu suku bunga yang ditetapkan dalam satu tahun.

b. Suku bunga efektif, adalah timgkat suku bunga yang diberikan kepada debitur dengan jangka waktu 1 tahun jika suku bunga nominal juga sama dengan suku bunga efektif.

c. Suku bunga padanan, adalah tingkat suatu bunga yang dihitung setiap hari, minggu, bulan, ataupun tahun dengan jangka wakt tertentu kemudian hasil tersebut menghasilkan suku bunga rata – rata.

(33)

2.4. Jumlah Uang Beredar

Berdasarkan teori Irving Fisher (1911:215) mengemukakan bahwa dalam teori kuantitas uang, jumlah peredaran uang berbanding lurus dengan perubahan harga.Menurutnya, perubahan jumlah uang yang beredar akan memengaruhi harga barang. Selain itu, Fisher juga menjelaskan bahwa peningkatan jumlah uang dapat menyebabkan inflasi, begitu pula sebaliknya. Teori ini mendasar pada hukum say (say’s law) bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan “full employment”.

Yang secara sederhana, Irving Fishing merumuskan teorinya dengan persamaan:

MV = P . T di mana:

M: Jumlah uang beredar

V: Tingkat perputaran uang (velocity) P: Harga barang

T: Volume barang

Persamaan di atas merupakan suatu identitas, sebab selalu benar, artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (nilai barang tersebut) harus sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran transaksi). Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) sama dengan nilai barang yang dibeli (PT).

Jumlah uang beredar pada dasarnya memiliki dua pengertian, yaitu uang beredar dalam arti sempit (narrow money) dan uang beredar dalam arti luas (broad money).

(34)

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow Money)

Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow Money) adalah bentuk asset keuangan yang paling liquid, artinya uang ini dapat menjalankan fungsinya sebagai uang.Daya beli yang langsung bisa digunakan untuk transaksi sebagai alat tukar meliputi uang kartal dan uang giral.

2. Jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad Money)

Jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad Money) diartikan dengan likuitas perekonomian adalah kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestic yang terdiri atas uang giral ditambahi dengan uang kuasi.

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar adalah proposional terhadap basis moneter.Jumlah uang beredar dalam persentase yang sama. Semakin kredit rasio deposito – cadangan, semakin besar pinjaman bank, dan semakin banyak bank menciptakan uang dari setiap rupiah yang dicadangkan(M.Natsir 2014).Jadi, penurunan dalam rasio deposito – cadangan meningkatkan pengganda uang dan jumlah uang beredar.Semakin kecil rasio deposito – uang kartal, semakin sedikit rupiah pada basis moneter banyak uang bank ciptakan. Jadi, penurunan rasio deposito – uang kartal meningkatkan pengganda uang dan jumlah uang beredar.

2.5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara berkaitan erat dengan kesejahteraan rakyatnya yang turut menjadi tolak ukur apakah suatu negara berada dalam kondisi perekonomian yang baik atau tidak.Pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar (1939:158) ialah merupakan sintesa dari pemikiran klasik terkait

(35)

makna pembentukan modal pada kegiatan ekonomi.Pada teori pertumbuhan ekonomi ini pembentukan modal tak dipandang sebagai suatu pengeluaran yang bisa meningkatkan kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa.Tidak hanya itu, pembentukan modal ini juga bisa meningkatkan permintaan efektifpada masyarakat. Sementara itu, asumsi dalam teori pertumbuhan ekonomi Harrod Domar ini yakni 1. perekonomian dalam keadaan berupa full employment, dimana perekonomian ini terdiri dari 2 sektor yakni sektor rumah tangga serta sektor perusahaan. Dalam hal ini, besarnya tabungan masyarakat ini proporsional dengan besar dari pendapatan nasional.Adapun kecenderungan menabung atau marginal propensity to save ini memiliki besaran yang tepat.Demikian juga, antara rasio pada modal output dan rasio pertambahan modal output ialah tetap.

Pada teori Harrod Domar ini juga disebutkan apabila setiap perekonomian bisa menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasional yang digunakan untuk mengganti barang modal yang sudah rusak.Teori ini juga memuat syarat-syarat pertumbuhan ekonomi yang harus dipenuhi oleh negara sehingga bisa memiliki perekonomian yang berkembang secara jangka panjang (steady growth).Layaknya teori pada umumnya, Harrod Domar ini berupaya memperbaiki kekurangan pada teori sebelumnya yakni Keynes terkait tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi jangka pendek ialah pembentukan modal pada kegiatan ekonomi tidak dipandang sebagai suatu pengeluaran yang bisa meningkatkan kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa.Pembentukan modal juga bisa meningkatkan permintaan efektif pada

(36)

masyarakat. Teori pertumbuhan ekonomi Harrod Domar menekankan bahwa sangat penting untuk menyisihkan sebagian pendapatan yang didapatkan oleh negara untuk membiayai maupun memperbaiki barang-barang seperti bangunan, material, dan peralatan lain yang sudah rusak. Upaya perbaikan ini perlu dilakukan sebagai langkah untuk memajukan perekonomian negara.Dengan demikian investasi sangat diperlukan sebagai stok untuk menambah modal. Pada intinya, apabila ingin mencapai steady-state growth, maka diperlukan kondisi dimana pelaku usaha memperbesar harapan dan perspektif yang stabil sehingga bisa membawa pengaruh positif untuk pertumbuhan ekonomi negara.Demikianlah bahasan terkait teori pertumbuhan ekonomi Harrod Domar.

Persamaan model Harrod Domar membantu menjelaskan mengapa ekonomi tumbuh dan bagaimana menumbuhkannya, model ini menunjukkan kepada bahwa tingkat tabungan nasional dan produktivitas modal adalah dua variabel utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Persamaan model Harrod Domar adalah sebagai berikut

dimana:

= tingkat pertumbuhan ekonomi

s = tingkat tabungan, K = rasio modal-output

Model Harrod Domar mengandalkan beberapa asumsi untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yaitu :

a. Perekonomian beroperasi pada kesempatan kerja penuh dan memanfaatkan sepenuhnya barang modal yang tersedia

(37)

b. Produktivitas dan tingkat tabungan merupakan penentu utama pertumbuhan ekonomi

c. Model ini mengasumsikan skala pengembalian konstan untuk rasio modal -output dan kecenderungan untuk menabung

d. Kecenderungan menabung rata – rata (APS) sama dengan kecenderungan menabung marginal (MPS)

e. Investasi bersih, yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan, dengan demikian persediaan modal berubah dengan investasi

2.6. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian 1. Wiwied Aji P.

(2019)

Analisis Pengaruh

Variabel – Variabel

Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Metode

observasi data sekunder dengan menggunakan regresi OLS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, variabel investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, variabel inflasi dan kurs berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan variabel jumlah uang beredar berpengaruh negative

(38)

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2010 – 2017.

2. Safitriyana (2021)

Pengaruh Inflasi terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

SPSS hasil pengolahan data menggunakan SPSS menunjukkan nilai signifikasi pada variabel Inflasi adalah 0,000 < Sig. 0,05,

Inflasi (X)

berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

3. Nur Cahyani, dkk (2021)

Analisis Pengaruh

Ekspor, Impor, Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Tingkat

Pertumbuhan

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linier

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekspor dan Impor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan Inflasi dan Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

4. Bahar Gebbi (2022)

Analisis

Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar dan Ekspor Neto Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

Metode kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier

berganda

Hasil penelitian memperoleh bahwa variabel suku bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, variabel inflasi berpengaruh negative dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi, variabel

nilai tukar

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan variabel ekspor dan neto berpengaruh positif dan signifikan

(39)

terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Alfianno

Zeptama Putra (2018)

Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2000 -2016

OLS (Ordinary Least Square

Hasil uji validitas pengaruh (uji t), menunjukkan bahwa variabel inflasi dan

suku bunga

berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Sebaliknya, variabel nilai tukar dan jumlah uang beredar berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

6. Yuliana (2019) Analisis

pengaruh kredit perbankan, suku bunga BI, dan nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

Regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia, sedangkan variabel suku bunga (BI rate) dan nilai tukar rupiah berpegaruh negatif signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

7. Ariani, dkk (2022)

Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2000 -2016

Metode

Vector Error Correction Model (EVCM)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Kredit (Investasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.dan Suku

Bunga Kredit

(40)

(Investasi)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi..

8. Fendi Islamiyanto ( 2021 )

Analisis

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi,Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1990 - 2019

Metode analisis kuantitatif dengan Partial Adjustment Model (PAM)

Berdasarkan hasil uji F model tergolong eksis. Hasil uji t variabel Nilai Tukar Rupiah, inflasi dan Jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia sedangkan Variabel Suku Bunga tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap PertumbuhanEkonomi di Indonesia.

9. Sari

Septianan(2020)

Analisis Utang Luar Negri, Suku Bunga, Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2014 – 2019

OLS Hasil penelitian

menunjukkan utang

luar negri

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi, dan suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

10. Dede Hijriani (2016)

Analisis

Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

Metode analisis kuantitatif dengan SPSS

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan jumlah

uang beredar

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ,dan inflasi berpengaruh negatif

(41)

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dibuat dengan menjelaskan uraian yang telah dipaparkan di atas sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan peneliti sebagai landasan berpikir untuk kedepan. Landasan yang dimaksud akan lebih mengarahkan peneliti untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.Salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjag kestabilan pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan kebijakan moneter (monetary policy).Kebijakan moneter merupakan ilustrasi kebijakan yang yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ekonomi dengan tujuan utama adalah memelihara kestabilan nilai rupiah. Kebijakan moneter ini juga sebagai senjata untukmengatur jalannya perekonomian dan khususnya mengendalikan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan yaitu dengan beberapa instrument kebijakan moneter yang telah ditetapkan.

Dalam rangka meningkatkn pertumbuhan ekonomi factor kunci dalam pengelolaan ekonomi makro dalam perekonomian terbuka untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan mempengaruhi variabelekonomi.

Kebijakan ini untuk mempengaruhi perkembangan uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar yang merupakan variabel moneter dalam mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran. Untuk itu, peneliti menguraikan

(42)

landasan berpikir dalam kerangkakonseptual yang dijadikan pegangan dalam penelitian dan memudahkan kegiatan penelitian, berikut kerangka konseptual penelitian ini.

Gambar 2.6Kerangka Konseptual 2.8. Hipotesis

Berdasarkan pembahasan berbagai teori dan penelitian sebelumnya diin- formulasikan hipotesis – hipotesis sebagai berikut:

a. Inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

b. Suku bunga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Suku Bunga Inflasi

Jumlah Uang Beredar

Pertumbuhan Ekonomi

Gambar

Gambar 2.1Instrument Kebijakan Moneter, Sumber: Soebagiyo (2015 :112)   a.  Operasi Pasar Terbuka
Gambar 2.3Demand Full Inflation, Sumber: Soebagiyo
Tabel II.1  Penelitian Terdahulu  No  Nama Peneliti  Judul Penelitian  Metode
Gambar 2.6Kerangka Konseptual  2.8.  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pnelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi manusia terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dengan menggunkan metode OLS.. Dari hasil yang ditunjukkan

dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam Analisis Kebijakan Moneter Mahathir Mohamad Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi

pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan moneter didalam suku bunga SBI. Kebijakan moneter sering kali digunakan untuk menguatkan

4.1.2 Dari hasil analisis uji t disimpulkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat signifikansi α = 0,05

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis sebuah model dinamik pertumbuhan ekonomi waktu diskret, dengan variabel berupa kebijakan fiskal dan moneter... II

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu tersebut adalah Ordinary Least Square (OLS)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang diajukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu kebijakan moneter dapat

Penelitian ini menganalisis pengaruh e-money, inflasi, dan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode