Setiap perusahaan yang sedang berkembang pasti mempunyai kendala yang belum terselesaikan, terutama masalah kinerja karyawan. Fenomena kinerja pegawai saat ini, kualitas kinerja pegawai ditandai dengan adanya penurunan. Pemberian insentif yang tidak tepat dapat menimbulkan konflik antara karyawan dengan perusahaan dan antar karyawan yang berdampak pada kinerja karyawan itu sendiri, karena banyaknya tugas yang diberikan oleh manajemen akan menambah beban kerja pada karyawan. Dari uraian di atas, insentif memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan, terutama dalam hal kinerja karyawan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh stres kerja dan insentif terhadap kinerja karyawan dengan judul “Pengaruh Stres Kerja dan Insentif Terhadap Kinerja Karyawan PT”. Pemberian insentif yang tidak tepat dapat menimbulkan konflik antara karyawan dengan perusahaan atau antar karyawan yang berdampak pada kinerja karyawan.
Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara (2009:67), pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Penulis menyimpulkan bahwa stres kerja merupakan respon emosional yang datang dari dalam diri individu berdasarkan bagaimana individu mengevaluasi tekanan atau beban yang diterimanya akibat adanya ketidakseimbangan antara potensi individu dengan kebutuhan kerja dan tujuan organisasi, oleh karena itu penulis lebih memilih teori Rivai ( dalam Safitri & Astutik bahwa stres kerja terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara potensi individu dengan tuntutan kerja dan tujuan organisasi sehingga mempengaruhi aspek fisik, psikis dan emosional individu.Dukungan tersebut berdampak kuat pada tinggi rendahnya kinerja karyawan dan sebaliknya. jika kompensasi dan iklim organisasi buruk maka kinerja pegawai akan menurun.
Menurut Rivai dan Basri yaitu: (1) untuk mengefektifkan komunikasi mengenai tujuan perusahaan dan nilai-nilai budaya perusahaan, (2) untuk meningkatkan rasa memiliki dan loyalitas, (3) untuk pengembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan. antara pemangku kepentingan manajerial dan karyawannya, (4) untuk meningkatkan hubungan yang harmonis dalam mencapai tujuan bisnis. Pemberian imbalan yang sepadan, misalnya pemberian kenaikan gaji berkala, gaji pokok, kenaikan gaji khusus, insentif moneter. Sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan mengenai gaji, upah, insentif, kompensasi dan berbagai imbalan lainnya.
Meskipun berfungsi sebagai alat dalam proses pengambilan keputusan promosi dan penghargaan, namun terlalu banyak perhatian akan mengakibatkan menurunnya keakuratan dan validitas penilaian. Mutu pekerjaan mencerminkan peningkatan mutu dan standar kerja yang telah ditetapkan sebelumnya, biasanya disertai dengan peningkatan kemampuan dan nilai ekonomis. Dari uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa karyawan diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaannya, terlepas dari apakah mereka dapat diandalkan atau tidak, begitu juga dengan sikap karyawan lain terhadap perusahaan dan kerjasama antar perusahaan. rekan kerja.
Berhasil tidaknya kinerja yang dicapai organisasi dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individu maupun kelompok.
Pengaruh Stres Kerja a. Pengertian Stres Kerja
Stres kerja merupakan persepsi responden terhadap tekanan yang dirasakan dalam bekerja secara fisik dan psikis, yang dapat mempengaruhi emosi dan pemikiran karyawan dalam melakukan pekerjaan. Indikator stres kerja yang digunakan diambil dari indikator stres kerja menurut Robbins (2015) antara lain; (1) Persyaratan tugas. Rendah dan terbalik artinya jika nilai stres kerja tinggi maka kinerja karyawan menurun dan jika nilai stres kerja rendah maka kinerja karyawan meningkat.
Setiap pegawai di kantor Jasindo Kreasi Mandiri pasti terkena tekanan kerja yang dapat menimbulkan stres kerja pada para pegawai, namun hal tersebut merupakan hal yang baik karena dengan adanya tekanan atau stres yang ringan dapat membuat mereka lebih aktif dalam bekerja dan dapat meningkatkan kinerjanya. kinerja mereka di tempat kerja. Dampak negatif tersebut berarti semakin menurunnya stres kerja pegawai akan berdampak pada peningkatan kinerja pegawai, yang jika stres kerja semakin meningkat maka akan menurunkan potensi kinerjanya. Adanya stres kerja yang memberikan dampak positif bagi karyawan, seperti motivasi dan munculnya semangat serta semangat hidup, adanya rangsangan untuk bekerja keras dan ingin terus mengasah potensi diri.
Namun terdapat stres kerja yang memberikan dampak negatif antara lain berkurangnya kemampuan pribadi dalam mengambil keputusan, meningkatnya perasaan cemas dan berkurangnya rasa percaya diri, sehingga karyawan tidak yakin dapat bekerja secara maksimal. Menurut Tewal, dkk, dampak stres kerja ada dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. Beberapa indikator stres kerja yang mungkin dialami oleh karyawan antara lain tuntutan kerja yang seringkali memaksa karyawan untuk bekerja melebihi kemampuannya, kinerja yang tidak dicapai oleh karyawan, persaingan yang ketat, beban kerja yang berlebihan, dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan sehingga dapat memicu terjadinya stres kerja pada karyawan.
Beban kerja adalah keadaan pekerjaan yang diberikan kepada pegawai atau jenis pekerjaan yang harus diselesaikan tepat waktu.
Insentif
Hasibuan menyatakan bahwa “insentif adalah kompensasi tambahan bagi pegawai yang mencapai kinerja di atas standar. Insentif non-moneter: Insentif non-moneter yang tersedia, seperti hiburan, pendidikan, pelatihan, pujian, jaminan pekerjaan, jaminan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Insentif sosial : Lebih lanjut mengenai situasi dan sikap rekan kerja Hani Handoko, tujuan dari insentif adalah untuk meningkatkan motivasi pegawai dalam mencapai tujuan organisasi dengan adanya insentif finansial yang melampaui gaji pokok.Tidak hanya bagi pegawai, efektivitas insentif juga dapat mempunyai pengaruh. memberikan efek positif bagi perusahaan, dimana karyawan yang termotivasi dapat meningkatkan produktivitas kerja Anda.
Semua anggota menerima pembayaran yang sama seperti yang diterima oleh mereka yang memiliki kinerja pekerjaan tertinggi. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan karyawan yang kinerjanya paling rendah. Kinerja: Dengan cara ini, sistem insentif secara langsung menghubungkan jumlah insentif dengan kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan yang bersangkutan.
Cara ini dapat diterapkan jika hasil kerja diukur secara kuantitatif, maka dapat dikatakan cara ini dapat mendorong pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif dalam pekerjaannya. Selain itu juga sangat menguntungkan bagi karyawan yang dapat bekerja dengan cepat dan berketerampilan tinggi. Senioritas, sistem insentif ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas pegawai yang bersangkutan dalam suatu organisasi.
Ide dasarnya adalah pegawai senior menunjukkan loyalitas yang tinggi dari pegawai yang bersangkutan terhadap organisasi tempatnya bekerja. Output tersebut terlihat dari insentif yang diterima oleh pegawai yang terkena dampak, mengandung rasa keadilan yang sangat diperhatikan oleh setiap pegawai yang menerima insentif tersebut. Apabila insentif yang diberikan pada perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain, maka perusahaan/instansi tersebut akan mengalami permasalahan yaitu berupa menurunnya kinerja pegawai yang terlihat dalam berbagai bentuk akibat ketidakpuasan pegawai terhadap insentif tersebut.
Penelitian Terdahulu
Setelah dilakukan uji signifikansi diperoleh hasil sebesar 10,643 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Helpiani 2020 dengan judul Pengaruh Insentif Terhadap Kinerja Karyawan Pt.Finansia Multi Finance Cabang Parepare. Antara insentif (X) dengan kinerja karyawan (Y) sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan dengan variabel kinerja karyawan.
Ukuran yang menunjukkan nilai keeratan korelasi adalah persentase korelasi pada variabel insentif (X) yaitu sebesar 0,813 yang jika dikategorikan menunjukkan bahwa hubungan antara insentif dengan kinerja pegawai adalah sangat kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ita Ariansy, Marlina Kurnia 2022 dengan judul Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Empiris PT. Telkom Magelang). Hasil penelitian mengatakan hasil uji R2 menunjukkan bahwa pengaruh variabel stres kerja, insentif dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan menjelaskan kinerja karyawan sebesar 98,6% pada persamaan 1 dan 85,5% pada persamaan 2, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Indra Pamungkas, Fikri Nopal Idriszal, Fauzi Yazid Chairul 2022 dengan judul Pengaruh Pemberian Insentif dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di Kecamatan Larangan Selatan. Karena nilai t hitung - 2,321 > t tabel 2,042 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian terlihat terdapat pengaruh yang sangat kuat atau positif signifikan antara stres kerja terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,880 dan koefisien determinasi sebesar 77,44%.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Hasil uji R2 menunjukkan bahwa variabel pengaruh stres kerja, insentif dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan menjelaskan kinerja karyawan sebesar 98,6% pada persamaan 1 dan 85,5% pada persamaan 2 dan sisanya menjelaskan variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan hasil uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa variabel insentif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja pada PT. Berdasarkan tabel pengujian hipotesis dengan uji F diatas terlihat nilai signifikansi pengaruh pemberian insentif (X1) terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar 0,000 < 0,05 dan f hitung > 44,827. Kerangka konseptual diartikan sebagai hasil pemikiran teoritis dalam mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan yang akan dicapai dalam penelitian.
Sondang P Siagian mengatakan stres di tempat kerja adalah keadaan ketegangan yang mempengaruhi emosi, cara berpikir, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak tertangani biasanya mengakibatkan seseorang tidak mampu berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Sebaliknya, menurut Robbins, stres di tempat kerja adalah keadaan dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada peluang, kendala, atau tuntutan terkait dengan apa yang sebenarnya diinginkan, dan hasilnya dianggap tidak pasti atau penting.
Insentif yang diberikan secara tepat dapat menjadi salah satu faktor utama yang dapat mendorong pegawai untuk membangkitkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya untuk bekerja lebih baik dan giat guna menghasilkan kinerja yang maksimal dan sesuai dengan harapan yang pada akhirnya. dapat menciptakan keberhasilan masyarakat dalam mencapai tujuan, cita-cita dan sasaran yang telah ditentukan. Menurut Sarwoto dalam Larasati (2018), insentif merupakan bagian dari keuntungan, khususnya bagi pekerja yang berprestasi. Definisi lain dari insentif menyatakan bahwa insentif adalah imbalan tambahan yang diberikan kepada pegawai tertentu yang prestasinya di atas standar kinerja (Hasibuan dalam Shalikhah, 2018).
Oleh karena itu, indikator kinerja sangat penting dalam penilaian seorang pegawai yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.
Hipotesis Penelitian