INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGGUNA SMARTPHONE
DIAJUKAN OLEH : INCE MURNIATY BLEGUR
4511091058
SKRIPSI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR 2018
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGGUNA SMARTPHONE
Disusun dan diajukan oleh
INCE MURNIATY BLEGUR NIM 4511091058
Telah dipertahankan di depan panitia Ujian Skripsi pada tanggal 28 Desember 2018
Menyetujui : Pembimbing I
Musawwir, S.Psi., M.Pd NIDN: 0927128501
Pembimbing II
Titin Florentina P., M.Psi.,Psikolog NIDN: 0931107702
Mengetahui : Dekan
Fakultas Psikologi,
Musawwir, S.Psi., M.Pd.
NIDN: 0927128501
Ketua Program Studi Fakultas Psikologi,
Titin Florentina P., M.Psi.,Psikolog NIDN: 0931107702
HALAMAN PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “interaksi sosial remaja pengguna smartphone” adalah benar merupakan hasil karya sendiri. Tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam referensi.
Makassar, 28 desember 2018
Ince murniaty. Blegur
MOTTO
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku
akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan.
” Yesaya 41: 10
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada orangtua saya yang luar bisa, kepada suami dan anak saya tercinta, kakak adik tersayang, serta
teman-teman terbaik saya yang sudah banyak membantu saya.
ABSTRAK
Interaksi Sosial Remaja Pengguna Smartphone
Ince Murniaty Blegur 4511091058
Smartphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat modern sekarang ini, hal ini terlihat dari jumlah pengguna smartphone yang selalu meningkat setiap tahunnya.Penggunaan smartphone yang lama berakibat ketergantungan dan berdampak pada interaksi sosial yang kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial remaja pengguna smartphone di kota makassar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survey.Berdasarkan hasil data yang telah diperoleh dari 349 subjek penelitian.Penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 20.0 for windows. Teknik sampling yang digunakan Non Probability sampling yaitu sampling insidental dengan kriteria usia 15-20 tahun dan 21-26 tahun. Hasil analisis pada kategori interaksi sosial di peroleh sedang dengan persentase 36%
(124 orang) berada di kategori sedang. Dengan demikian ada pengaruh dari penggunaan smartphone dengan interaksi sosial pada remaja pengguna smartphone.
Kata kunci: interaksi sosial, penggunaan smartphone
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada TUHAN YESUS KRISTUS, karena atas kasih dan pertolonganNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “interaksi sosial remaja pengguna smartphone" yang sanagt sederhana ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar.Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah mencurahkan segenap tenaga dan usaha, namun tanpa pertolongan TUHAN YANG MAHA ESA dan bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kepada yang terkasih orangtua yang sangat luar biasa bapak Soleman. Blegur & ibu Margaretha serta mertua saya terkasih bapak Christofel Taka &ibu Ida. Taka yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa agar tetap semangat menyelesaikan studi.
2. Kepada suami yang selalu membantu dan mendoakan saya agar jangan menyerah dan putus asa serta anak saya yang pintar selalu setia menemani saya ke kampus.
3. Kepada saudara/i saya, asty, zhua, jery yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa agar cepat selesai serta keluarga besar Alokarua Blegur tercinta.
4. Kepada yang terhormat bapak Musawwir, S.Psi.,M.Pd selaku pembimbing I yang selalu memberikan saran dan meluangkan waktunya untuk membimbing, saya ucapkan sangat banyak terima kasih kepada bapak.
5. Kepada ibu Titin Florentina. P.,M.Psi.,Psikolog selaku pembimbing II yang dengan sabar hati selalu mengingatkan, memotivasi, dan memberikan solusi di setiap saya kesulitan, terima kasih banyak saya ucapkan kepada ibu.
6. Terima kasih banyak kepada seluruh dosen-dosen fakultas psikologi yang telah memberikan banyak pelajaran yang berharga selama masa perkuliahan.
7. Pak Jufri yang selalu setia dan sabar membantu mahasiswa Psikologi, saya ucapkan terima kasih banyak.
8. Saudara-Saudari seperjuangan angkatan 2011, buat nurima, k isti, Seros yang dengan sepenuh hati membantu saya saat print mulai dari proposal hingga skripsi, untuk teman-teman yang berjuang bersama di titik akhir (Tri, Nina, Kak Khia, Topan, restu,faitul).
9. Kepada semua responden dan yang terlibat di dalam membantu saya. Atas segala bantuan dan kerja sama kalian saya ucapkan terima kasih banyak.
Makassar, 28 Desember 2018
Ince Murniaty Blegur
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………. ii
HALAMAN PERNYATAAN……….. iii
HALAMAN MOTO………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v
ABSTRAK……… vi
KATA PENGANTAR……… vii
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL……… xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii
BAB 1 PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah……….. 6
C. Tujuian Penelitian……….. 6
D. Manfaat Penelitian……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Sosial………. 8
1. Pengertian……….. 8
2. Macam-macam interaksi sosial……… 9
3. Jennis-jenis interaksi sosial……… 9
4. Syarat interaksi sosial ….……….. 13
B. SMARTPHONE 1. Pengertian………. 14
2. Dampak Penggunaan Smartphone………. 15
C. REMAJA 1. Pengertian………. 15
2. Aspek Perkembangan Remaja……… 16
3. Ciri-Ciri Masa Remaja……… 17
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……… 20
B. Definisi variabel……….. 20
C. Populasi dan Sampel Penelitian……… 20
D. Teknik Pengumpulan Data……….. 22
E. Validitas dan Reliabilitas………. 23
F. Analisis Data……… 25
G. Jadwal penelitian………. 26
H. Pelaksanaan penelitian……….. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasi penelitian 1. Deskriptif data penelitian ……….. 28
B. Pembahasan ………. 31
C. Limitasi Penelitian………. 36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 38 B. Saran ………. 38 DAFTAR PUSTAKA………. 40
DAFTAR TABEL
Tabel 1 penilaian item………..………...22
Tabel 2 blue print skala interaksi sosial sebelum uji coba………...23
Tabel 3 blue print skala interaksi sosial sesudah uji coba……….….24
Tabel 4 uji reliabilitas………...………..24
Tabel 5 jadwal kegiatan………26
Tabel 6 kategorisasi penelitian……….………..28
Tabel 7 hasil deskriptif hasil penelitian ………..…………29
Tabel 8 Distribusi interaksi sosial pengguna smartphone………..29
DAFTAR DIAGRAM
Gambar 1 Distribusi frekuensi skor interaksi sosial pengguna smartphone…………30 Gambar 2 Kategori berdasarkan umur responden………..30 Gambar 3 Kategori berdasarkan jenis kelamin………31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mengetahui keadaan lingkungannya.
Kebutuhan penting manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari manusia lain dalam bergaul dan berkomunikasi. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berinteraksi dengan sesama.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi sosial memiliki dua bentuk yaitu interaksi secara langsung, dan interaksi secara tidak langsung. Interaksi secara tidak langsung adalah interaksi sosial yang dilakukan secara tidak langsung melalui perantara, misalnya sms, sosial media, surat dan lainnya. Interaksi secara tidak langsung dapat dilihat melalui proses penyampaian pesan, apabila penyampaian pesan melalui perantara tersebut dapat direspon dengan cepat maka hal tersebut dapat termasuk kedalam interaksi sosial secara langsung.
Menurut Ramadhani (2013) salah satu contoh interaksi sosial di masa sekarang secara tidak langsung terjadi lewat kehadiran smartphone. Teknologi smartphone memberi kemudahan bagi penggunanya untuk bertukar pesan secara tidak langsung via berbagai aplikasi sosial media atau chatting yang terdapat dalam smartphone.
Smartphone sudah ada sejak tahun 1993 (European Journal of Scientific Research, vol.98 No 2 March, 2013) smartphone sendiri adalah telepon genggam yang memiliki
sistem operasi untuk masyarakat luas, dimana pengguna dapat menambah atau mengubah aplikasi sesuai dengan keinginannya. Smartphone juga dapat diartikan telepon genggam yang menyerupai komputer mini yang memiliki kapasitas sama dengan sebuah telepon.
(Shiraisihiental, 2010). Dengan adanya kemudahan tersebut, proses pergaulan dan interaksi sosial secara tidak langsung bisa menjadi lebih intens. Bahkan, kebanyakan pengguna smartphone mengaku lebih nyaman berinteraksi secara tidak langsung melalui smartphone dari pada bertemu secara langsung karena mereka lebih leluasa mengekspresikan perasaannya atau apa yang ingin dikatakannya saat berkomunikasi melalui smartphone daripada berkomunikasi secara langsung.
Apalagi dengan berbagai fitur kenyamanan yang ditawarkan smartphone pada aplikasi sosial media, sebut saja berbagai macam karakter emoticon yang lucu dan menarik yang dapat mengutarakan sesuai perasaan tanpa merasa malu, hal ini makin membuatremaja tidak bisa lepas dari smartphonenya dan cenderung melakukan interaksi secara tidak langsung. Remaja lebih tertarik dengan aplikasi sosial media yang kian naik daun seperti, Whatsapp, Instagram, Line, Facebook yang dapat memberikan tempat bagi remaja untuk mengekspresikan perasaannya dengan mudah. Selain itu banyak yang beranggapan, melalui sosial media lebih mudah mendapatkan banyak teman baru.
Kesenangan dalam penggunaan smartphone yang tadinya guna membantu dan mempermudah aktivitas mereka, disatu sisi justru menurunkan intensitas hubungan individu. Harfiyanto, Utomo, dan Budi (juli 2015).
Apalagi melihat Smartphone saat ini bukan lagi sekedar alat untuk komunikasi, namun juga sebagai gaya hidup, penampilan dan trend.Dikalangan remaja, smartphone dianggap sebagai alat untuk pemenuh kebutuhan sehari-hari, ingin mendapatkan pengalaman baru, ingin mendapatkan respon dan ingin diakui oleh lingkungan sekitar.
Fenomena ini seakan-akan memiliki problemanya sendiri. Remaja sering terlihat sibuk dengan smartphone, sampai mengabaikan orang disekitarnya. Kehadirannya menjadikan
pengguna jarang bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Kemudahan bersosialisasi dalam menggunakan smartphone, justru membuat terlihat anti-sosial di kehidupan nyata. Sekelompok remaja yang sedang berkumpul bersama dalam satu tempat, namun frekuensi mereka berbicara lebih rendah dibanding dengan menggunakan smartphonenya masing-masing (Prayudi, 2014).
Hal ini dapat menyebabkan masalah pada interaksi sosial. Apalagi dengan mudah dibawa kemana saja. Hal ini menjadikan smartphone sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005).
Ditambah lagi, menurut Kementrian Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia, Indonesia adalah "raksasa teknologi digital Asia yang sedang tertidur".Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa adalah pasar yang besar.Pengguna smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan pesat. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.
Penelitian yang dilakukan oleh Yen pada tahun 2009, menemukan bahwa dari 10.191 remaja yang diteliti dilaporkan bahwa 30% dari peserta bisa mentoleransi penggunaan smartphone, 36% mengalami penarikan diri, 27% menunjukkan penggunaan yang lebih berat, 18% gagal untuk mengurangi penggunaan smartphone, dan 10% mengalami gangguan interaksi sosial. Banyak otoritas pemerintah mengakui bahwa pasti ada risiko kecanduan akibat penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan smartphone. Namun, karena temuan terbatas dan tidak memiliki standar tervalidasi tentang kecanduan smartphone atau karakteristik pengguna bermasalah, maka saat ini belum dapat disimpulkan secara jelas. Sementara itu, fitur utama dari smartphone adalah operasi
aplikasi berbasis internet. Dengan demikian, penggunaan smartphone secara fungsional harus menggunakan internet (Mok, et al, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kalasan, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 21 januari 2014, dari hasil wawancara dari guru bimbingan konseling dikatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki smartphone dan dan setiap kelas memiliki grup sosial media yang digunakan untuk interaksi dikelas, cara ini cukup efektif untuk komunikasi di kelas tetapi untuk komunikasi tatap muka secara individu sangat kurang.
Observasi yang dilakukan pada jam istirahat banyak siswa yang duduk menyendiri ataupun berkelompok tetapi sibuk memainkan smartphone miliknya masing-masing tanpa ada interaksi yang terjadi antara siswa satu dengan yang lainnya.
Meskipun data ini tidak bisa digunakan untuk rujukan penelitian, tetapi fenomena itu jelas menjadi salah satu potret dampak perkembangan komunikasi melalui media smartphone.
Berdasarkan hasil survey awal penulis pada beberapa orang remaja yang dilakukan melalui wawancara di sebuah lokasi tempat makan pada 16-04-2018 jam 19.22, dan Mereka menjawab bahwa :
“Bagi saya fungsismartphone sendiri adalah untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Saya lebih suka curhat hal-hal pribadi dengan sahabat lewat smartphone (WA/Line) dari pada secara langsung karena kalau menggunakan smartphone pembicaraan saya bisa di kontrol”.
“kadang-kadangsaya tidak menangkap pembicaraan teman di samping saya karena terlalu sibuk dengan smartphone
saya, sehingga teman saya sering kali merasa kesal dengan saya”
“saya merasakan perbedaan ketika menggunakan smartphone dan memiliki media sosial seperti (wa,facebook,instagram dan melainnya) Saya merasa mendapat lebih banyak teman di dunia maya di banding di dunia nyata”
“bagi saya lebih baik memberikan ucapan selamat ulang tahun dan ucapan dukacita serta ucapan bahagia lainnya secara langsung dari pada lewat smartphone. Karena saya juga bisa merasakan apa yang teman saya rasa”
"m" menurutnya smartphone merupakan barang yang sangat penting baginya, smartphone bukan hanya dipakai sebagai alat komunikasi saja melainkan untuk mencari informasi saat ada tugas atau informasi lainnya dan paling penting baginya sebagai sarana hiburan yang sangat menunjang aktifitasnya setiap hari. walaupun menurut M pastinya ada dampak negatif dan positif yang didapat dari penggunaan smartphone itu sendiri namun bagi nya tergantung masing-masing pribadi bisa menggunakan secara baik atau tidak.
Bahkan faktanya yang saya dapatkan dari salah satu subjek subjek menambahkan, Saya tak nyaman jika tak bisa mengetahui hal-hal terbaru di media sosial dan informasi dari lainnya bahkan takut kehilangan identitas dunia maya saat ini.
Berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan tadi mengenai penggunaan smartphone dan juga berdasarkan hasil wawancara awal serta observasi awal yang dilakukan, maka peneliti merasa tertarik ingin mengeneliti lebih jauh dan mengangkat judul: “Interaksi Pada Remaja Pengguna Smartphone”. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membuka wawasan ke depan untuk meminimalisir pemakaian smartphone secara konsumtif (berlebihan) dan sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak berdampak pada berkurangnya interaksi sosial dan munculnya ketergantungan berlebih pada smartphone.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana interaksi sosial pada remaja pengguna smartphone?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui interaksi sosial pada remaja pengguna smartphone.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberi pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial bagi remaja yaitu tentang interaksi sosial dan penggunaan smartphone.
2. Manfaat praktis a. Bagi remaja
dapat memberikan pengetahuan bagi remaja mengenai penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial nya
b. Bagi masyarakat
Dapat membuka wawasan ke depan untuk meminimalisir pemakaian smartphone secara konsumtif (berlebihan) dan sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak berdampak pada berkurangnya interaksi sosial dan munculnya ketergantungan berlebih pada smartphone.
c. Bagi pemerintah
Sebagai masukan bagi instansi pemerintah agar dapat memberikan sosialisasi tentang pentingnya mengurangi penggunaan penggunaan smartphone yang berlebihan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Sosial
1. Definisi Interaksi Sosial
Suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Interaksi sosial menurut menurut Shaw 1996 dalam Ali dan asroni (2004) merupakan suatu pertukaran antar pribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley (2006) bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Selain itu, menurut Morey (2004), pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi didalamnya. Kelangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya kita dapat beda- bedakan beberapa faktor yang mendasari, baik secara tunggal maupun bergabung.
Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa di ambil kesimpulan bahwa interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial atau interaksi adalah inti dari masyarakat.
2. Macam-macam Interaksi Sosial
Menurut Shaw 1976 (dalam buku sarlito sarwono 2012) terdapat 2 macam yang mendasari interaksi sosial yaitu:
a. Interaksi dyadic, terjadi apabila hanya dua orang yang terlibat di dalamnya yang arah interaksinya hanya dua arah, seperti interaksi individu melalui telepon, guru dengan siswa di kelas.
b. Interaksi trydic, terjadi apabila individu yang terlibat di dalamnya lebih dari dua orang dan pola interaksi menyebar ke semua individu yang terlibat
3. Jenis-jenis interaksi sosial
Menurut Shaw 1996 (dalam buku Ali dan Asroni 2004) membedakan interaksi dalam tiga jenis, yaitu :
A. Interaksi verbal.
Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam timbal balik percakapan satu sama lain. Dalam interaksi verbal ini, proses terjadi interaksi terlihat dari komunikasi atau saling tukar percakapan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain
B. Interaksi fisik.
Terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. Misalnya, ekpresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik tubuh dan kontak mata.
C. Interaksi emosional
terjadi ketika individu melakukan kontak satu sama lain dengan dengan melakukan curahan perasaan. Misalnya, mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru dan bahkan terlalu bahagia.Emosional tidak bisa dipisahkan dari interaksi sosial. Seseorang dalam berrinteraksi sosial akan senantiasa
memperlihatkan emosi yang dia miliki seperti : sedih, senang, malu dan lain-lain.
Jadi dapat dipahami bahwa jenis interaksi sosial terdiri dari interaksi verbal berupa interaksi melalui ucapan dan artikulasi kata, interaksi fisik melalui bahasa tubuh atau gerakan fisik dan terakhir interaksi emosional dimana interkasi yang melibatkan adanya curahan perasaan secara psikologis atau emosional.
Terjadinya suatu interaksi sosial di antara individu dalam menjalani kehidupan sosialnya ditandai dengan aspek tertentu dari interaksi sosial tersebut. Soerjono 2006 menyebutkan, adapun ciri-ciri dari interaksi sosial sebagai berikut :
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
Ciri-ciri ini mengisyaratkan bahwa suatu interaksi sosial hanya akan dapat terbentuk jika individu di dalamnya lebih dari satu orang atau lebih.
b. Terjadinya komunikasi
Di antara pelaku melalui kontak sosial komunikasi dalam interaksi sosial diperlukan sebagai saranapertukaran informasi dan pesan di antara individu.Komunikasi dapat terjadi melalui kontak sosial, baik itu secara verbal, fisik maupun emosional di antara individu.
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
Suatu interaksi terbentuk atas dasar dan tujuan bersama yang ingin dicapai di antara individu di dalamnya. Interaksi sosial akan berjalan dengan baik apabila maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh tiap-tiap individu jelas.
4. Syarat –syarat interaksi sosial
Suatu interaksi sosial menurut shaw (1986) dan Ruyadi (1995), hanya memungkinkan terjadi bila memenuhi dua syarat, yaitu adanya.
a. Kontak sosial dari segi bahasa
kontak berarti sama-sama menyentuh secara fisik. Kontak baru terjadi, bila ada hubungan secara jasmaniah misalnya harus bertemu langsung dan bersentuhan. Namun sebagai gejala sosial tidak selalu dalam hubungan jasmaniah, karena orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya, misalnya dengan cara berbicara dengan orang lain. Namun bila orang itu mengadakan kontak melalui surat, radio dan telepon tidakmemerlukan hubungan jasmaniah. Jadi hubungan jasmaniah bukan syarat utama untuk terjadinya kontak sosial. Suatu kontak tidak sekedar bergantung kepada tindakan, akan tetapi juga tanggapan atau reaksi terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif (mengarah pada kerja sama) atau negatif (mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan tidak menghasilkan interaksi sosial). Kontak sosial dapat berupa suatu kontak primer maupun sekunder.Kontak primer terjadi apabila yangmengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, berjabat tangan, saling tersenyum dan seterusnya. Sementara itu kontak yang bersifat sekunderpun dapat bersifat langsung bila perantaranya melalui surat, telepon dan sejenisnya.
b. Komunikasi
Adalah proses dimana seorangindividu (komunikator) mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu yang lain. (Hovland dan Abdurahman, 2001).
B. Penggunaan Smartphone 1. Definisi Smartphone
Smartphone atau telepon pintar ini sebuah telepon seluler yang menyerupai komputer yang terdapat kamera, email dan organizer. Di samping untuk membantu
mencari informasi, smartphone juga berfungsi menyebarkan informasi, sehingga dengan berkembangnya kemajuan teknologi komunikasi, berkembang pula penggunaan smartphon (Gayatri, 2011).
Salah satu fitur yang menjadi kelebihan smartphone dari handphone-handphone lainnya adalah banyaknya fitur yang tersedia membuat smartphone memiliki daya tarik.Dengan demikian, penggunaan smartphone secara fungsional harus menggunakan internet. (Mok, etal., 2014).
Smartphone sangat bermanfaat atau sangat mempermudah masyarakat untuk berkomunikasi. Hampir semua masyarakat mengenal dan menggunakan smartphone.
Smarphone diciptakan sebagai media komunikasi cepat, mudah dan praktis. Semula smartphone merupakan barang mewah, namun kini keberadaan smartphone tidak lagi harus menjadi barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh golongan masyarakat menengah ke atas, karena beberapa tahun terahir ini, telah diproduksi dalam berbagai jenis dan model dengan kualitas dan harga yang variatif, mulai dari harga Rp.200.000,- hingga diatas Rp.5.000.000,- begitu juga dalam sistem pemasarannya telah memungkinkan siapapun yang membutuhkan benda tersebut dapat memilikinya, dengan sistem penjualan cash, kredit maupun second Fadillah (2008).
Kehadiran smartphone merubah sistem interaksi masyarakat yang dulunya kebanyakan dilakukan secara tatap muka, namun pada saat ini sistem interaksi masyarakat mulai berpindah dari sistem interaksi lama (tatap muka) menjadi sistem interaksi baru yaitu melalui smartphone Perkembangan smartphone dalam masyarakat makin hari makin meningkat, mulai dari fasilitas yang disediakan sampai bentuknya yang besar hingga yang kecil.
Banyak fasilitas-fasilitas baru yang ada dalam smartphone bisa digunakan sebagai browsing internet, menonton, foto, video dan masih banyak lagi.Keberadaan smartphone saat ini di anggap sebagai barang kebutuhan yang sangat diperlukan bagi setiap orang, sehingga bagi setiap orang apalagi kalangan remaja merasa harus memiliki smartphone sebagai alat penunjang kebutuhan berinformasi dan memudahkan dalam aktifitas sehari-hari.Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, smartphone juga berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif. Menurut data Computer Mediated Communication (CMC).
2. Dampak penggunaan smartphone menurut data Harian Kompas , 2016 A. Dampak negatif
Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di smartphone akan menggangu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah dan kurang berinteraksi secara baik.
Tidak jarang bagi para remaja disibukkan dengan whatsapp, instagram, bbm, facebook, line dan sebagainya baik dari teman dan keluarga. Akibatnya para remaja cuek dengan orang-orang di sekitar dia berkumpul.
B. Dampak positif
Dampak positifnya dari smartphone adalah dengan Kemajuan teknologi memberikan dampak yang begitu besar terhadap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia.Saat ini, di Indonesia dapat kita saksikan begitu besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Smartphone juga mempermudah komunikasi dengan orang, menambah pengetahuan teknologi dan memperluas jaringan persahabatan.
A. Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut Santrock (2007) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan periode transisi dari tahapan perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Masa remaja dimulai sekitas usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun.
Selain itu, Agustiani (2006) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Agustiani juga mengemukaan bahwa, pada masa remaja individu mengalami berbagai macam perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak pada diri remaja, yaitu dari segi fisik dimana tubuh mereka mulai berkembang hingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduksi.Segi kognitif, remaja juga mulai mengalami perubahan karena telah mampu berpikir abstrak. Agustiani menambahkan bahwa perubahan lain yang terjadi pada masa remaja yaitu perubahan dalam lingkungan sekitar remaja, seperti sikap orangtua atau anggota keluarga, guru, teman sebaya, dan masyarakat pada umumnya. Pada masa ini, remaja ini dituntut untuk berperilaku dewasa atau sesuai dengan umur. Perubahan-perubahan tersebut membuat kebutuhan remaja semakin meningkat, teru1tama dari segi kebutuhan social dan psikologisnya.Pada tahap ini, remaja mulai memperluas lingkungan sosialnya
1. Aspek perkembangan pada Remaja
secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan seperti berikut ini ( Letner dan Hultsch, 1983)
1. Perkembangan Fisik.
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik.Perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.Perubahan pada tubuh ditandai dengan bertambahnya ukuran tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. (Jahja, 2011)
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dalam buku psikologi remaja Mighwar (2006) yaitu : a. belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan
mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b. Membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial, misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspektif masyaratak yang lebih luas.
c. Langkah penyelesaian masalah dan mengambil keputusan, misalnya mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternative, dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.
d. Memahami sudut pandanh oranglain (empati)
e. Bersikap positif terhadap kehidupan, belajar mengembangkan kesadaran diri.
2. Ciri-ciri masa remaja
Selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan dijelaskan secara singkat dibawa ini. (Nurihsan dan Agustin 2011).
a. Masa remaja sebagai masa periode yang penting
Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada periode yang penting karena akibat fisisk da nada lagi karena akibat psikologis.Perkembangan fisik yang cepat, penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.Semua perkembangan itu menimbulkan perluhnya penyesuaian mental dan perluhnya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan dating. Namun perluh disadari bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.Ada dua alasan bagi kesulitan itu.Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.Kedua, karena remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan dari siapa saja.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan yang cenderung merusak atau perilaku merusak atau perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan dengan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik.Dengan demikian, remaja tidak terlamapu banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih lebih muda. Ini adalah salah satu kondisi yang menimbulkan kebahagiaan yang lebih besar pada remaja yang lebih besar.
h. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahundan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survey menggunakan alat ukur angket. Penelitian deskriptif sendiri merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982 dalam Sukardi, 2004). Tipe penelitian ini adalah Noneksperimental, artinya pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.
B. Definisi Operasional
Interaksi sosial adalah kemampuan seseorang individu dalam melakukan hubungan sosial baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dengan demikian adapun jenis interaksi sosial membedakantiga jenis yaitu : interaksi verbal, interaksi fisik dan interaksi emosional.
C. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini tidak dapat peneliti tentukan disebabkan peneliti tidak menemukan data pasti jumlah pengguna smartphone di kota makassar sehingga populasi dalam penelitian ini tergolong populasi tidak terbatas. Populasi tidak terbatas adalah populasi yang tidak memungkinkan untuk peneliti menghitung jumlah populasi secara
keseluruhan. Berdasarkan populasi dalam penelitian ini, kriteria khusus subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Usia remaja 15-26 tahun
b. Remaja menggunakan smartphone lebih dari 6 jam sehari 2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.
Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu (Sugiyono,2011). Jumlah sampel penelitian dalam penelitian ini, sebanyak 349 responden. Dalam penelitian survey dimana biasanya jumlah sampel besar sekali, sehingga diperluhkan sebuah formula untuk mendapatkan sampel yang sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi.
3. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, jenis sampling yang digunakan adalah sampling insidental adalah teknik penentuan sampel secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2014).
Skala yang digunakan untuk mengetahui interaksi sosial remaja yang menggunakan smartphone. Skala ini di buat dengan mengacu pada jenis interaksi sosial menurut Shaw 1996 yaitu : interaksi verbal, interaksi fisik, interaksi emosional
Tabel 1.Penilaian item
Favourable Nilai Unfavourable
SS (Sangat Setuju)
5 STS (Sangat Tidak Setuju) S (Setuju) 4 TS (Tidak Setuju)
N(netral) 3 N (Netral) TS (Tidak Setuju) 2 S (Setuju) STS (Sangat Tidak
Setuju)
1 SS (Sangat Setuju)
Tabel 2.Blue Print Skala Interaksi Sosial sebelum uji coba
No.
jenis interaksi sosial
Indikator
Aitem Jumlah
Aitem
F UF
1 Interaksi verbal
Alat artikulasi 1, 13, 25,
31 12, 24, 37 7
Timbal balik
percakapan 11, 23, 38 2, 14, 26, 32 7 2 Interaksi
fisik
Ekspresi wajah 3, 15, 27 10, 22, 41 6 Gerak-gerik
tubuh 9, 21, 42 4, 16, 28 6
Kontak mata 47,48 34,36 4
3 Interaksi emosional
Curahan rasa gembira/bahagia
5, 17, 29, 35,
8, 20, 43,
40,33 9
Ekspresi terharu/sedih
7, 19, 44,
39,45 6, 18, 30, 36 9
Jumlah 24 24 48
E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Dalam pengertiannya adalah ketepatan dan kecermatan instrument dalam
menjalankan fungsi ukurnya. Artinya menunjukkan pada sejauh mana skala itu mampu mengungkap dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang dirancang untuk mengukurnya. (Azwar, 2012)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.
Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir item pernyataan atau pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator.Untuk menguji validitas butir-butir instrumen dapat dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis (Sugiyono, 2014).
Tabel 3. BluePrint Skala Interaksi Sosial sesudah uji coba Jenis interaksi
sosial
Aspek Nomor item Jumlah
item Interaksi verbal Alat artikulasi
dan timbal balik percakapan
1,3,11,12, 14,22,23, 25,31,32,33,38
12
Interaksi fisik Ekspresi wajah, gerak gerik tubuh, kontak
mata
2,7,4,9,10,15,16,21 27,28,34,47
12
Interaksi emosional
Curahan bahagia, ekspresi haru
atau sedih
5,6,8,17,18,19, 20,29,30,39,43,45,46
13
Total 37
2. Reliabilitas
Konsep reliabilitas menunjuk kepada taraf kepercayaan atau taraf konsistensi hasil ukur. Seberapa tinggikah suatu koefisien reliabilitas yang dapat dianggap mencerminkan tingkat keterpercayaan yang memuaskan. (Azwar, 2012)
Uji reliabilitas dalam penelitian ini apabila makna kecermatan pengukuran akan lebih Nampak apabila tidak hanya dilihat dari besarnya koefisien reliabilitas tapi juga mempertimbangkan statistik lain yang dikenal dengan nama eror standar dalam pengukuran (standard error of measurement). (Azwar, 2012)
Tabel 4. Uji Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,644 37
Berdasarkan hasil uji reabilitas variabel interaksi sosial dengan jumlah item 48 di peroleh signifikansi 0,713. Dan hasil yang di peroleh menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,713 lebih besar dari 0,5 sehingga data yang di peroleh reliabel.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan uji statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Kuisioner yang dibuat menggunakan skala likert. Data yang diperoleh akan diuji dengan menggunakan Software SPSS 20.0 for windows, dan hasil outputnya akan dianalisis untuk menggambarkan interaksi sosial pada remaja pengguna smartphone (Sugiyono, 2014).
Hasil olahan analisis deskriptif kemudian dikonversikan kedalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Adapun kriteria yang digunakan menurut (Azwar, 2012), adalah sebagai berikut:
µ ≥ - 1,5 σ Kategori sangat rendah -1,5 σ < µ ≤ - 0,5 σ Kategori rendah
-0,5 σ < µ ≤ + 0,5 σ Kategori sedang + 0,5 σ < µ ≤ + 1,5 σ Kategori tinggi
+ 1,5 σ < σ µ Kategori sangat tinggi Ket : µ : mean σ: standar deviasi G. JADWAL PENELITIAN
Tabel 5.jadwal penelitian
KEGIATAN
TAHUN 2018
Agustus september Oktober Desember Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pembuatan
skala penelitian Pengumpul an data Pengolahan dan analisis data
Penyusun skripsi dan
konsultasi
H. PELAKSANAAN PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap Expert Review yang berlangsung pada tanggal 20 agustus 2018 . Expert Review dilakukan oleh Pakar dengan memberikan saran atau masukan serta melihat kesesuaian konteks yang akan di ukur dalam penelitian ini. Awalnya, peneliti memberikan hasil dari pembuatan instrumen penelitian kepada Pakar. Kemudian, Pakar memberikan penilaian dan saran terkait instrumen yang telah dibuat oleh peneliti.
Selanjutnya, peneliti melakukan perbaikan terhadap instrumen, dengan mempertimbangkan semua saran dan penilaian yang diberikan oleh Pakar. Setelah itu, Peneliti melakukan penghitungan Aiken berdasarkan penilaian yang diberikan Pakar terhadap instrumen penelitian.
Selanjutnya pada tahap kedua, yaitu tahap pengumpulan data penelitian yang berlangsung pada 15 september - 2 oktober, peneliti mengumpulkan 349 responden yang tersebar di beberapa wilayah di kota Makassar. Penyebaran kuesioner penelitian di lakukan dengan cara, yaitu menyebarkan langsung kepada responden yang di temui yang di anggap cocok untuk di jadikan responsen. Kemudian, penyebaran kuesioner juga dilakukan dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada responden.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif
Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif yang bertujuan menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012).
Hasil olahan analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.00 for windows. Untuk mengetahui Tingkatan Interaksi sosial pada remaja pengguna Smartphone, peneliti menggunakan lima kategorisasi yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma kategorisasi yang digunakan menurut (Azwar, 2012), yaitu:
Tabel 6.Kategorisasi yang di gunakan dalam penelitian
Frekuensi Kategori
µ ≥ - 1,5 σ Kategori sangat rendah
-1,5 σ < µ ≤ - 0,5 σ Kategori rendah -0,5 σ < µ ≤ + 0,5 σ Kategori sedang + 0,5 σ < µ ≤ + 1,5 σ Kategori tinggi
+ 1,5 σ < σ µ Kategori sangat tinggi Ket : µ : meanσ: standar deviasi
Hasil analisis deskriptif di peroleh pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Berikut ini Deskripsi Data Penelitian
Variabel
N Mean Skor SD
Min Max Interaksi sosial remaja
pengguna smartphone
349 54.53 39.19 71.17 6.16
Keterangan N = jumlah subjek , Min : minimum, Max : maksimum SD = standar deviasi
Pada penghitungan data penelitian variabel interaksi sosial pada remaja yang menggunakan smartphone, diperoleh skor mean 54.53, skor minimal 39.19 dan skor maksimal 71.17 dengan standar deviasi sebesar 6.16
Tabel 8. Distribusi frekuensi interaksi sosial pengguna smartphone
Skor Frekuensi Persen(%) Kategori
X ≤ 45.28 18 8% Sangat rendah
45.28≤ X<51.44 103 30% Rendah
51.44≤ X <57.61 124 36% Sedang
57.61≤ X <63.78 78 22% Tinggi
X ≥ 63.78 26 7% Sangat tinggi
Pada tabel distribusi frekuensi interaksi sosial pengguna smartphone berada pada kategori sedang dengan nilai presentase 36 % dengan jumlah subjek sebanyak 124 orang.
Gambar 1. Distribusi frekuensi skor interaksi sosial pengguna smartphone
Berdasarkan diagram di atas di peroleh hasil tertinggi tingkat problem interaksi sosial remaja pengguna smartphone pada remaja berada pada kategori sedang dengan persentase 36% dengan jumlah subjek terbanyak 124 orang.
Gambar 2. Kategori berdasarkan umur responden
Berdasarkan kategorisasi gambar di atas, maka terdapat 238 (68%) subjek yang berusia 15-20 tahun dan sebanyak 111 (32%) subjek yang berusia 21-26 tahun yang menjadi subjek skala interaksi sosial remaja pengguna smartphone.
Gambar 3. Kategorisasi berdasarkan jenis kelamin 26
78
124
103
18
7% 22% 36% 30% 5%
0 20 40 60 80 100 120 140
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Tingkat Interaksi Sosial Pengguna Smartphone
238
111
15-20 21-26
Subjek Berdasarkan Umur
Berdasarkan kategorisasi gambar diatas, maka terdapat 157 (45%) subjek laki-laki yang menjadi subjek skala interaksi sosial remaja pengguna smartphone dan sebanyak 192 (55%) subjek Perempuan yang menjadi subjek skala interaksi sosial remaja pengguna smartphone.
B. PEMBAHASAN
Hasil kategorisasi data deskriptif yang diperoleh pada skala interaksi sosial diperoleh hasil tertinggi tingkat problem Interaksi sosial remaja pengguna smartphone pada remaja di Makassar berada di kategori sedang dengan presentase 36% dengan jumlah subyek sebanyak 124 orang.
Pada interaksi verbal tersebut di peroleh subjek yang memberikan penilaian terhadap variabel interaksi verbal sebanyak 43 (15%) responden yang memiliki kategori sangat rendah, 61 responden (18%) yang memiliki kategori rendah, 125 responden (39%) yang memiliki kategori sedang, 62 (21%) yang memiliki kategori tinggi dan 58 (16%) yang memiliki kategori sangat tinggi. Jadi di peroleh hasil pada interaksi verbal di dengan jumlah subjek 349 orang berada di kategori sedang dengan persentase 39%.
Maka dari hasil penelitian untuk kategori Interaksi verbal, penggunaan smartphone cukup membuat remaja sekarang jarang berinteraksi secara langsung
157
192
Laki-laki Perempuan
Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan teman secara verbal bahkan sering mengabaikan orang yang berada di sekitarnya.Cara berinteraksi para remaja menggunakan smartphone juga membuat kualitas interaksi tatap muka menurun. Terlebih di lingkungan kampus dan sekolah remaja akan lebih memilih untuk berkomunikasi menggunakan smartphone karena diangggap lebih efisien, praktis, memperpendek jarak dan mempercepat waktu tidak perlu untuk datang ke tempat orang yang dimaksud. Mereka baru akan menemui orang yang dimaksud apabila pesan yang mereka sampaikan melalui smartphone mereka tidak terkirim (Ameliola & Nugraha 2013).
Pada interaksi fisik tersebut di peroleh subjek yang memberikan penilaian terhadap interaksi fisik sebanyak 45 responden (9%) yang memiliki kategori sangat rendah, 67 responden (14%) yang memiliki kategori rendah, 102 (36%) yang memiliki kategori sedang, 63 (16%) yang memiliki kategori tinggi dan 72 (24%) yang memiliki kategori sangat tinggi.
Jadi di peroleh hasil pada interaksi fisik dengan jumlah subjek 349 yang berada di kota makassar berada di kategori sedang dengan persentase 36%.Untuk hasil penelitian kategori Interaksi fisik, penggunaan smartphone telah cukup membuat remaja jarang berinteraksi secara fisik dengan orang sekitarnya.Misalnya saat memegang smartphone menatap lawan bicara mereka saat berbicara dengan posisi tubuh berhadapan sambil menggerakan tangan dengan teman dan menepuk pundak teman sambil bercanda sekali-kali di lakukan.Abugaza (2015) menyatakan bahwa karakteristik dari sebuah media sosial tersebut mengubah interaksi secara kontak fisik, menjadi komunikasi tekstual.
Dari interaksi emosional tersebut di peroleh subjek yang memberikan penilaian terhadap variabel interaksi emosional sebanyak 35 responden (7%) yang memiliki kategori sangat rendah, 76 responden (19%) yang memiliki kategori rendah, 98 (50%) yang memiliki kategori sedang, 72 (14%) yang memiliki kategori tinggi dan 68 (10%)
yang memiliki kategori sangat tinggi. Jadi di peroleh hasil pada interaksi emosional dengan jumlah subjek 349 berada di kategori sedang dengan persentase 50%.Untuk hasil penelitian kategori interaksi emosional, penggunaan smartphone cukup mengurangi interaksi secara emosional remaja dengan orang di sekitarnya.
Penggunaan smartphone yang tinggi pada usia remaja, membuat aktivitas dan pola perilaku keseharian remaja juga berubah. Hal ini terlihat dari fenomena umum yang terjadi sekarang. Mereka cenderung asik dengan kehidupan dunia maya mereka dan perhatian yang lebih sedikit pada kehidupan nyata mereka, komunikasipun cenderung lebih sering terjadi melalui akun-akun media sosial mereka dibanding dengan intensitas komunikasi secara langsung atau face to face (Yuwanto, 2010).
Nicholas (2011) membedakan bentuk-bentuk interaksi berdasarkan banyaknya individu yang terlibat dalam proses tersebut serta pola interaksi yang terjadi. Bentuk- bentuk interaksi tersebut yaitu interaksi dyadic merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika ada dua orang yang terlibat di dalamnya atau lebih dari dua orang tetapi arah interaksinya hanya terjadi dua arah. Contohnya: interaksi antara dua orang melalui telepon
dan interaksi tryadic. Interaksi tryadic yaitu salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika individu yang terlibat di dalamnya lebih dari dua orang dan pola interaksi menyebar ke semua individu yang terlibat.
Interaksi sosial yang di ajarkan sejak anak masih usia dini hingga dewasa membuat anak mengetahui cara hidup bermasyarakat, belajar peran yang akan menjadi identifikasi dirinya, dan peroleh berbagai informasi. Saat ini setiap orang dapat melakukan kontak sosial maupun komunikasi melalui media gadget seperti komputer, laptop, telepon seluler dan yang paling berpengaruh sekarang adalah smartphone.( sari, 2016).
Penelitian yang di lakukan american academy of pediatrics anak usia 18-25 tahun menghabiskan waktu lebih dari tujuh jam screen time (waktu depan layar) yang berdampak pada interaksi sosial anak (woods,2014). Salah satu contohnya adalah remaja jika sudah berhadapan sama layar smartphone dan terlalu mereka maka remaja akan lupa dengan segalanya dan mempengaruhi interaksi sosial mereka terganggu, misalnya mengabaikan orang yang berada di sekitarnya, waktu bersama keluarga, belajar, dan hal-hal yang berhubungan dengan pentingnya interaksi secara langsung.
Pembuktian dimensi ini didukung oleh Heni (2013) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa sifat sensation seeking (pencari sensasi) yang tinggi pada faktor internal penyebab kecanduan smartphone mempengaruhi individu menjadi kecanduan dan menurunkan kontrol diri dalam menggunakan smartphone, karena pada dimensi ini memunculkan perilaku konsumtif yang berakibat pada perilaku kecanduan dalam menggunakan smartphone. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ketika individu merasa kurang nyaman, seperti ketika mempunyai masalah, individu akan mulai menggunakan smartphone untuk membuat dirinya menjadi nyaman, dengan kata lain faktor situasional adalah faktor yang mengandung aspek tentang situasi psikologis individu ketika menggunakan smartphone.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Young 1998) yang melakukan survey di Amerika Serikat bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan diakibatkan oleh masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan. Individu yang mengalami kecanduan seringkali menggunakan fantasi mereka sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress.Pada penelitian ini faktor situasional penyebab kecanduan smartphone pada remaja berada pada kategori menengah.
C. LIMITASI PENELITIAN
keterbatasan pada penelitian terletak pada proses penelitian. Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak kendala dan hambatan.Oleh karena itu perluh di ungkapkan demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Di antaranya adalah :
1. Penggunaan teori dalam penelitian ini masih berdasarkan sumber buku-buku populer karena belum menemukan buku psikologi yang khusus membahas tentang ini.
2. Peneliti juga kekurangan subjek penelitian dalam pengisian skala lewat google form.
Hasil subjek yang mengisi skala hanya 129 orang saja.
3. Adapun kendala dan hambatan waktu peneliti dalam melaksanakan penelitian di beberapa tempat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai ”interaksi sosial remaja pengguna smartphone” yang di lakukan melalui penyebaran skala, dapat di simpulkan pendapat remaja mengenai penggunaan smartphone pada interaksi sosial remaja di kota makassar dengan berikut:
1. Berdasarkan distribusi frekuensi skorinteraksi sosial remaja pengguna smartphone berada pada kategori sedang dengan persentase 36 % (124 subjek) 2. Sebanyak 157 (45%) remaja laki-laki yang menjadi subjek skala dan sebanyak
192 (55%) remaja perempuan
3. Sebanyak 238 (68%) responden dalam penelitian ini memiliki usia antara 15-20 tahun dan sebanyak 111 (32%) repsonden memiliki usia 21-26 tahun.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dirumuskan diatas, maka bagi penggunaan smartphone di kalangan remaja dapat di ajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi remaja
Sebagai pengguna agar membatasi penggunaan smartphone sehari-hari agar seimbang dengan interaksi langsung sehari-hari dengan keluarga, teman, dan masyarakat. Remaja diharapkan memiliki kesadaran diri untuk menggunakan teknologi ini untuk hal-hal yang positif. Hal ini bergantung pada pengendalian diri masing-masing pribadi untuk menggunakan smartphone pada tempat yang tepat, waktu yang tepat, dan intensitas yang tepat. Pentingnya juga pengguna smartphone
harus dapat bersikap bijak dalam menghadapi kemajuan teknologi, terutama dalam penggunaan smartphone. Jangan sampai para penggunanya menjadi budak perkembangan teknologi di jaman modern ini sehingga mengabaikan hubungan dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat.
2. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mengambil bahasan mengenai penggunana smartphone. Selain itu, diharapkan penelitan ini juga dapat menjadi tambahan referensi yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil yang baik dan solusi yang bermanfaat pada penelitian-penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi.A , (2009). Psikologi Sosial : Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Saiffudin. (2012). Reabilitas dan validitas.Edisi 4.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ali. M & Asrori. M, (2004) .Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara
Agustiani.H , (2006).Psikologi Perkembangan & Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri & Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung :Refika Aritama.
Ali. M & Asori. M, (2012).Psikologi Remaja.Jakarta : Bumi Aksara.
Gerungan.W. (1991) Psikologi Sosial.Bandung : Eresco.
Gerungan.W , (2010). Psikologi Sosial.Bandung : PT Refika Aditama.
Gunarsa. (2008) .Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Jakarta : GunungMulia.
Gifary dan Kurnia. (2015). Intensitas Pengguna Smartphone Terhadap PerilakuKomunikasi.
Jurnal Sosioteknologi, Volume 14, Nomor 2,
Jahja.Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Prenadamedia Grup.
Mighwar. (2006). Psikologi Remaja : Pustaka Setia
Nurihsan dan Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja Bandung : PT Refika Aditama.
Nurudin. (2010) .Sistem Komunikasi.www.kompas.com (diakses tanggal 19April 2010) Santrock, J.W. (2007) .Psikologi Remaja Edisi Sebelas jilid 1.Jakarta : PenerbitErlangga.
Santoso.S , (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial.Bandung : PT Refika Aritama.
Sarwono, W Sarlito.(2012). Pengantar Psikologi Umum. .Jakarta : PT GrafindoPersada Sarwono. W. Sarlito, (2002). Psikologi Remaja. Jakarta : Balai Pustaka
Simanjuntak. (2004). Aspek Sosial Telepon Selular. www.kompas.com.
Saydam & Gouzali.(2005). Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan danAplikasi. Bandung:
Alfabeta
Soekanto, S .(2012) . Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raya GrafindoPersada Sugiyono, (2014) .Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta
Sartika ,Said& Ibrahim. (2013). Masalah-masalah Interaksi Sosial Siswa DenganTeman Sebaya Di Sekolah. Jurnal Ilmiah Konseling, volume 2, nomor 1
Umi Kulsum,.(2014). Pengantar Psikologi.Jakarta : Pustaka Raya
Yuniati, Yuningsi, Nurrahmawaty.(2015). Konsep Diri Remaja dalam KomunikasSosial melalui Smartphone. Jurnal ilmu komunikasi universitas Bandung.439-450
___ 2013. Menurut data majalah Komputer Aktif berdasarkan survei SiemensMobile Lifestyle III (Di akses tanggal 30 desember 2017)
____2017 .masalah penggunaan internet pada smarphone. Detik.com
---http://www.tempo.co/read/kolom/2015/10/02/2310/indonesia-raksasa- teknologi- digital-asia
Abugaza, Anwar. 2013. Sosial Media Politica. Tanggerang: PT. Tali Writing and Publishing House.
LAMPIRAN 1
BLUE PRINT SKALA PENELITIAN
BLUE PRINT SKALA INTERAKSI SOSIAL SEBELUM UJI COBA
No.
jenis interaksi sosial
Indikator
Aitem Jumlah
Aitem
F UF
1 Interaksi verbal
Alat artikulasi 1, 13, 25, 31
12, 24, 37 7 Timbal balik
percakapan 11, 23, 38 2, 14, 26, 32 7 2 Interaksi
fisik
Ekspresi wajah 3, 15, 27 10, 22, 41 6 Gerak-gerik
tubuh 9, 21, 42 4, 16, 28 6
Kontak mata 47,48 34,36 4
3 Interaksi emosional
Curahan rasa gembira/bahagia
5, 17, 29, 35,
8, 20, 43,
40,33 9
Ekspresi terharu/sedih
7, 19, 44,
39,45 6, 18, 30, 36 9
Jumlah 24 24 48
BLUE PRINT SKALA INTERAKSI SOSIAL SESUDAH UJI COBA
Jenis interaksi sosial
Aspek Nomor item Jumlah
item Interaksi verbal Alat artikulasi
dan timbal balik percakapan
1,3,11,12, 14,22,23, 25,31,32,33,38
12
Interaksi fisik Ekspresi wajah, gerak gerik tubuh, kontak
mata
2,7,4,9,10,15,16,21 27,28,34,47
12
Interaksi emosional
Curahan bahagia, ekspresi haru
atau sedih
5,6,8,17,18,19, 20,29,30,39,43,45,46
13
Total 37
Lampiran 2
Skala penelitian
SKALA PENELITIAN
No
Pertanyaan SS S N TS STS
1 saya merasa lelah kalau bicara menggunakan mulut, lebih nyaman bagi saya lewat chatting di Whatsap 2 saya sering menemukan orang-orang yang main
smartphone sambil berbicara, wajahnya tanpa ekspresi 3 Saya rasa raut wajah teman saya tidak serius kalau
berbicara dengan saya sambil main smartphone 4 Saat memegang smartphone, berbicara sambil
menggerakan tangan dengan teman semakin jarang saya lakukan
5 Nada bicara teman saya tetap menyenangkan walaupun sambil bermain smartphone
6 Saya masih sering menyapa teman-teman dengan gembira dan ramah kendati sejak memiliki smartphone 7 Jika bicara saya sering keceplosan, lewat chatting saya
lebih bisa korektif
8 Saat sedih, saya lebih suka bertemu langsung dengan teman saya dan bercerita
9 Semenjak ada smartphone, saya mulai merasa teman- teman dan saya jarang berjabat tangan saat bertemu.
10 Saat bertemu teman-teman, ketika kami bicara kontak mata tetap terjaga
11 Saya lebih mudah menangkap maksud teman saya lewat bicara langsung daripada lewat chatting
12 Smartphone membuat saya jarang bicara langsung dengan teman
13 Smartphone tidak mengganggu pertemanan saya sebab berbicara lewat chatting di smartphone lebih asyik dibanding bertemu langsung
14 Saya tetap bisa membalas percakapan dengan teman walaupun sambil bermain smartphone
15 Teman-teman saya tetap menunjukkan keseriusan saat
berbicara walaupun sambil menggunakan smartphone 16 Saya perhatikan orang-orang di sekitar saya tetap
memiliki ekspresi wajah yang serius dalam percakapan walaupun sambil main smartphone
17 Saya dan teman-teman akhir-akhir ini jarang bertegur sapa dengan ramah
18 melihat berita duka teman saya ini membuat saya ingin berada di tempat kejadian secara langsung
19 Saat saya merasa sedih, saya suka sharing dengan teman-teman saya lewat Whatsap
20 Walaupun ada Smartphone, Saya pernah saling
bercerita dengan teman-teman saya di rumahnya sampai menangis
21 smartphone telah membuat kebiasaan bercanda sambil mencubit, menepuk pundak saat bercerita antara saya dan teman berkurang
22 Saya tidak aman bicara lewat Whatsap, lebih enak bicara secara langsung
23 Pembicaraan teman saya dalam percakapan sering tidak terdengar jelas karena saya asyik browsing
24 Saya tidak merasa smartphone mengganggu
pembicaraan kami sebab teman saya selalu membalas pembicaraan saya
25 Saya lebih sering bicara lewat chatting dari pada tatap muka
26 Saya bisa tetap aktif dalam percakapan dengan teman walaupun sambil bermain smartphone
27 Teman saya tetap menunjukan raut serius dan hangat saat berbicara dengan saya walaupun sambil main smartphone
28 Saat bertemu teman kami tetap berbicara behadapan walaupun ada yang main smartphone
29 Nada berbicara teman saya mulai ketus dan cuek kalau bertemu sambil main smartphone
30 Saya lebih sering berbagi rasa sedih saya empat mata dengan teman dekat saya daripada lewat Chatting 31 sering saya tidak membalas pembicaraan teman saya
karena terlalu sibuk dengan smartphone saya
32 Bagi saya sama saja, berbicara langsung maupun lewat chatting, saya tetap bisa aktif dan responsif
33 Saya tetap bisa mendengar dengan baik percakapan teman dan membalasnya walaupun saya membawa Smartphone dalam pertemuan
34 Teman saya menatap saya dengan baik saat bicara walaupun dia memegang smartphone-nya
35 Daripada mendengar gurauan murahan, lebih asyik berselancar di Facebook