• Tidak ada hasil yang ditemukan

interferensi sintaksis bahasa bugis dalam penggunaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "interferensi sintaksis bahasa bugis dalam penggunaan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Tinjauan Pustaka

  • Hakikat KedwibSahasaan
  • Pengertian Sosiolinguistik
  • Pengertian interferensi
  • Interferensi Sintaksis
  • Analisis Kontrastif dalam Hubungannya dengan

Penelitian ini fokus untuk mencari jenis interferensi, frekuensi interferensi, dan faktor penyebab interferensi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Ketika unsur-unsur bahasa Bugis dimasukkan ke dalam penggunaan bahasa Indonesia, hal ini disebut juga dengan interferensi. Pada struktur ketiga kalimat di atas diserap struktur bahasa lain, padanan struktur kalimat dalam bahasa Indonesia adalah.

Dari beberapa contoh kalimat di atas dapat dikatakan bahwa interferensi sintaksis bahasa Bugis dalam bahasa Indonesia berarti campur aduk. Dalam penelitian ini permasalahan interferensi berfokus pada interferensi sintaksis yang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia lisan oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar angkatan 2012. Sejauh kajian ini, kontak yang terjadi antara Bugis dan Indonesia dapat terjadi dengan frekuensi yang tinggi.

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA BUGIS DALAM BAHASA INDONESIA BERBICARA SISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, KESALAHAN PADA ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR. Variabel dalam penelitian ini adalah satu variabel yaitu interferensi bahasa Bugis dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan. Oleh karena itu, penelitian ini fokus untuk menyelidiki masalah interferensi bahasa Bugis dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan, dengan mengkaji wilayah sintaksisnya saja. Penelitian ini menjadi prioritas bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar.

Uraian pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian mengenai interferensi sintaksis bahasa Bugi dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Rumusan kalimat pasif bahasa Bugis dapat dianalogikan dengan rumusan kalimat pasif bahasa Indonesia dari Slamet Maulyana (dalam Kamaruddin, 1978:83) sebagai berikut :. Pasalnya, partikel ri dalam bahasa Bugi cenderung mengalami diferensiasi berlebihan dengan partikel dengan dan sama, begitu pula dengan dalam bahasa Indonesia.

Karena BB hanya mengetahui partikel preposisi untuk menyatakan tempat dan arah, maka bilingual Bugis-Indonesia cenderung mencampurkan penggunaan berbagai partikel preposisi dalam tuturannya ketika menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan bilingual atau orang yang menguasai dua bahasa, misalnya bahasa Indonesia dan satu bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Bugis. Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan untuk memahami Interferensi Sintaksis dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan oleh mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Unismu Makassar, temuan penulis.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar antara lain menemukan banyak gangguan sintaksis dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan. Dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar yang bahasa pertamanya adalah Bugis, terdapat frekuensi interferensi sintaksis yang tinggi.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Saksano dan Sarwono (dalam Asdar menyatakan bahwa desain kualitatif adalah suatu bentuk desain yang memasukkan data langsung ke dalam lingkungan alam. Selain itu, desain ini juga bersifat deskriptif yaitu menggambarkan atau menjelaskan bentuk-bentuk interferensi bahasa Bugis dalam atau tuturan lisan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian berfungsi untuk membatasi permasalahan, menetapkan kriteria inklusif atau eksklusif dalam penelitian dan memfasilitasi proses kerja yang efektif.

Batasan Istilah

Secara leksikal istilah interferensi berasal dari bahasa Inggris yaitu interferensi yang berarti campur tangan atau campur tangan pihak yang satu terhadap pihak yang lain. Secara terminologi, istilah interferensi berarti penyimpangan atau penyimpangan yang terjadi pada suatu bahasa akibat adanya kontak bahasa di antara penutur bahasa tersebut. Sintaks adalah studi tentang bagaimana kata-kata disusun untuk menciptakan hubungan makna dalam kalimat.

Sintaks berupaya memperjelas pola dan aturan yang mendasari unit sintaksis dan bagian-bagian yang membentuk unit-unit tersebut. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menyatakan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Sumber Data

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Terdapat beberapa gejala interferensi sintaksis bahasa bugis mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar dalam pidato lisannya, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar dalam pidato lisannya, yaitu (1) topik penanggalan, (2) susunan kata, (3) penggunaan kata ganti yang berlebihan, (4) penggunaan partikel yang sama untuk menggantikan substansi dengan, (5) penggunaan partikel yang sama untuk menyatakan, (6) penggunaan partikel yang sama untuk untuk menyatakan, (7) penggunaan partikel proposisi in untuk menggantikan partikel preposisi dengan. 8) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi di, (9) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi, (10) partikel penanggalan untuk menyatakan waktu, (11) penggunaan kata baru sebagai kata pendukung. Topik dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata ganti, kata benda, kata kerja, frasa, frasa yang diawali dengan kata yang, atau siapapun, kalimat yang diawali dengan itu, itu, itu (Slametmulyana dalam Kamaruddin, dkk. Dalam bahasa Bugis adalah kata ganti Umumnya tidak diungkapkan sebagai kata ganti yang berdiri sendiri sebelum predikat, seperti dalam bahasa Indonesia.

Interferensi akibat susunan kata yang menyimpang dari kaidah atau pola bahasa Indonesia dapat terjadi pada tataran frasa atau kalimat. Karena pola dasar kalimat bahasa Bugis tersusun atas huruf P – S, maka para bilingual Bugis – Indonesia cenderung menerapkan kaidah bahasa Bugis tersebut pada penggunaan bahasa Indonesia, terutama bagi mereka yang belum bisa berbahasa tersebut. memisahkan secara tegas kedua kaidah yang berbeda ini dalam penggunaan bahasa. Pola penggunaan deictris dalam bahasa Bugis adalah deictris bisa mendahului dan bisa juga mengikuti kata yang dirujuknya.

Karena pola penggunaan deictris Bugis ini, para bilingual Bugis-Indonesia yang belum paham dengan bentuk penggunaan deictris Indonesia mungkin menempatkan deictris sebelum kata yang dimaksud. Bentuk konstruksi posesif seperti di atas terjadi karena adanya campur tangan konstruksi posesif bahasa Bugis ke dalam penggunaan bahasa Indonesia bagi bilingual Bugis-Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, with merupakan kata depan yang menunjukkan hubungan kerja sama atau metode, sedangkan kata depan gabungan yang menunjukkan hubungan arah dengan tempat.

Adapun rip article dalam bahasa Bugis selain sebagai partikel pengarah juga merupakan partikel agentif (dibedakan dan dinyatakan dalam bahasa Indonesia dengan), bilingual Bugis-Indonesia cenderung tidak membedakan kedua partikel tersebut, sehingga partikel agentif dalam bahasa Indonesia sering diganti dengan Partikel penghubung dengan atau sama dengan. Dalam bahasa Indonesia dibedakan dengan menggunakan partikel tertentu untuk menyatakan arah dan tempat. Dalam bahasa Bugis, penggunaan partikel yang menunjukkan waktu bukanlah hal yang umum. Hal inilah yang menyebabkan bilingual Bugis-Indonesia sering menghilangkan partikel penunjuk waktu.

Dalam bahasa Indonesia, khususnya pada kalimat pasif, jika predikat verbanya tidak langsung diikuti oleh pelengkap pelaku (bekas S pada kalimat aktif), maka harus ada bentuk sampingannya. Sebagai pengaruh dari struktur kalimat negatif pada BB yang biasanya menempatkan kata-kata negatif di awal kalimat atau di awal klausa, para bilingual Bugis-Indonesia cenderung menerapkan pola ini ketika menggunakan bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk interferensi sintaksis dalam penelitian ini adalah (1) penanggalan subjek, (2) susunan kata, (3) penggunaan kata ganti yang berlebihan, (4) penggunaan partikel agentif yang sama untuk menggantikan partikel agentif dengan, (5) penggunaan partikel agentif. partikel yang sama untuk ditetapkan setelahnya, (6) penggunaan partikel yang sama untuk menyatakan dengan, (7) penggunaan partikel proposisi di untuk menggantikan partikel preposisi. 8) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi, (9) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi, (10) partikel tanggal on untuk menyatakan waktu, (11) penggunaan kata baru sebagai kata utama kata dalam kalimat, (12) kata depan tanggal oleh pada kalimat pasif yang bersifat wajib, (13) negasi di awal kalimat.

HASIL PENELITIAN

Beberapa Gejala Interferensi Sintaksis

  • Pemenggalan Subjek
  • Urutan Kata
  • Penggunaan Kata Ganti yang Berlebihan
  • Penggunaan partikel sama untuk menggantikan partikel oleh
  • Penggunaan partikel sama untuk menyatakan kepada (ke)
  • Penggunaan partikel sama untuk menyatakan dengan
  • Penggunaan partikel proposisi di untuk menggantikan partikel
  • Penanggalan partikel pada untuk menyatakan waktu
  • Penggunaan kata baru sebagai kata tumpuan kalimat
  • Penanggalan kata oleh dalam kalimat pasif yang bersifat wajib
  • Pengingkaran di awal kalimat
  • Pemakaian kata ganti

Contoh data interferensi yang ditulis pada data 5 dan 6 di atas menunjukkan bahwa kata yang sama digunakan untuk menyatakan ke dan dengan. Penggunaan partikel preposisi di untuk menggantikan partikel preposisi to. a) Lalu kami jalan-jalan di Maros. Pada poin ini juga ditegaskan bahwa BB hanya mengenali partikel ri untuk menyatakan lokasi dan arah.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Berdasarkan temuan penelitian yang diungkapkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. Guru atau calon guru bahasa perlu mengetahui kemungkinan gangguan dan bentuk interferensi dari bahasa pertama dalam penggunaan bahasa kedua sehingga dapat merencanakan program pengajaran bahasa yang sesuai. Dalam percakapan sehari-hari tidak menggunakan bahasa Indonesia, hendaknya dilakukan upaya untuk memperkecil atau menghindari kemungkinan terjadinya interferensi antara bahasa pertama dan bahasa kedua.

Lalu ada supir truk, mobil besar, pelajar yang menjaga semua orang di mobilnya, napalangmi di tengah jalan, tapi supirnya tidak berangkat kerja. Saya rasa saya kurang suka dengan cara ini karena itu berarti banyak komunitas kecil, anak-anak yang suka bisa melihat kalau ada demonstrasi dan ikut ikut. Saya kira orang tua mereka di desa tidak melakukan hal itu. disuruh ke Makassar untuk belajar, tapi mereka ikut demo. Jangan dikutuk, banyak orang yang dipukuli dan ditangkap, tapi Nabi mengatakan mereka yang sering berdemonstrasi rela ditangkap bahkan rela mati di tempat tidur daripada membiarkan pemerintah tetap korup.

Kami mengambil jurusan pendidikan dan mengajar di sekolah tersebut, jadi kami juga ikut mengajar, dan seru sekali berada di sana karena berhadapan dengan anak-anak sekolah. Banyak sekali saat P2K akan selesai, banyak yang menangis dan ada juga yang menjadi sepasang kekasih karena P2K. Oh kalau begitu, bagus sekali, apalagi saya dekat sekali dengan pimpinan posko, bahkan selalu bercanda.

Saya tidak cemburu. Saya juga dekat dengan ibu posko, artinya kami dekat jika ada kebutuhan khusus. Saya kira begitu, dan mungkin inilah pengalaman yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman demi menjaga nama baik kampus dan nama baik kita masing-masing.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk Interferensi bahasa Bugis khususnya dibidang morfologi terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada