• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan

N/A
N/A
Rijal Aswadi

Academic year: 2025

Membagikan "Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

“Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Dunia Pendidikan untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045”

Di Susun Oleh Kelompok 2:

Hasnul Rahmat : 520224113 Suharman : 520224094 Muh Alva Aqli Ramadhan : 520114097 Muh. Lutfi Ahzali Sam : 520224101

POLITEKNIK AKADEMI MARITIM MAKASAAR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK PERMESINAN KAPAL

TAHUN 2025

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Dunia Pendidikan untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045” .

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya /dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Saya berharap semoga karya ilmiah yang saya /susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan... 2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter Bangsa ...3 B. Pembangunan Karakter Bangsa...5 C. Peran Pendidikan Dalam Mempersiapkan Generasi Berkarakter

Pancasila...6 D. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Karakter...9 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...13 B. Saran ...13 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dalam Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Itulah karakter Pancasila yang menjadi tujuan pendidikan nasional.

Bangsa Indonesia sesuai dengan cita- cita besarnya dalam pembentukan negara seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD RI tanggal 17 Agustus 1945 adalah menjadi negara adil dan makmur. Adil diartikan terselenggaranya hukum dengan baik dan beradab, makmur bearti tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, papan. Artinya bahwa sesuai denga cita-cita pembentukan negara, Indonesia dicita-citakan menjadi negara besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Setelah 71 tahun Indonesia merdeka pencapaian cita-cita ini belum sepenuhnya dipenuhi, meskipun kita sadari telah terjadi kemajuan dan capaian yang telah diraih di bidang politik, keamanan, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat. Namun kita harus tetap sadar dan lebih meningkatkan kemauan dan kemampuan kita karena ke depan masih banyak persoalan dan tantangan yang lebih kompleks yang harus diselesaikan.

Peran pendidikan sangat penting dalam membangun peradaban bangsa yang berdasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Apapun persoalan bangsa yang dihadapi komitmen kita untuk melaksanakan pembangunan pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi dan berbagai peraturan perundangan-undangan yang berlaku tetap dipegang.

Komitmen ini direalisasikan dalamberbagai kebijakan dan program yang diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatnya kualitas sumber daya manusia demi tercapainya kemajuan bangsa dan negara di masa depan, sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Ini menjadi bagian penting yang menentukan perkembangan pendidikan di Indonesia.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud karakter bangsa ?

2. Apa saja karakter yang berlandaskan pancasila?

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa itu karakter bangsa

2. Mengerahui karakter apa saja yang berlandaskan pancasila

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Karakter Bangsa

Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang memebedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai- nilai yang unik baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.

Karakter bangsa itu karakter Pancasila yaitu karakter seperti yang tercantum pada tujuan Pendidikan Nasional kita sebagaimana yang tercantum pada Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas seperti yang telah disinggung pada Pendahuluan di atas.

B. Pembangunan Karakter Bangsa

Pembangunan karakter bangsa merupakan gagasan besar yang dicetuskan oleh para ahli pendiri bangsa karena negara Indonesia adalah negara dengan bangsa yang dibangun di atas keragaman dan perbedaan,yaitu perbedaan suku, agama, ras, etnis, budaya ,bahasa dan lain-lain. Maka dari itu, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter holistik sebagai bangsa. Hal itu menyangkut kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengem- bangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampemusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karakter yang berlandaskan Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke 5 sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

(7)

a. Bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Karakter ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain :

1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab 2) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-

pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4) Tidak memaksa suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

5) Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.

b. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab.

1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban antara sesama manusia.

2) Saling mencintai sesama manusia.

3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7) Berani membela kebenaran dan keadilan.

8) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

c. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa

1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3) Cinta tanah air dan bangsa.

(8)

4) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

d. Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia.

1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2) Tidak memaksa kehendaknya sendiri kepada orang lain.

3) Mengutamakan musyawarah dalammengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong-royong.

2) Bersikap riil.

3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4) Menghormati hak-hak orang lain.

5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

6) Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.

7) Tidak bersifat boros.

8) Tidak bergaya hidup mewah.

(9)

9) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10) Suka bekerja keras.

11) Menghargai hasil karya orang lain

12) Bersama- sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Melalui pendidikan karakter bangsa berdasarkan Pancasila diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang berkarakter dan berintergritas sehingga mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Cerdas emosional, yaitu beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikan-nya.Cerdas sosial, yaitu beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang (i) membina dan memupuk hubungan timbal balik,(ii) demokratis, (iii) empatik dan simpatik, (iv) menjunjung tinggi hak asasi manusia, (v) ceria dan percaya diri, (vi) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, (vii) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Cerdas intelektual, yaitu beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif. Cerdas kinestetik, yaitu beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil dan trengginas; serta aktualisasi insan adiguna.

Insan Indonesia kompetitif, yaitu insan yang berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi global, pembelajar sepanjang hayat, dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

C. Peran Pendidikan Dalam Mempersiapkan Generasi Berkarakter Pancasila

Guru sebagai pendidik tidak hanya bertugas untuk mengajar, namanya saja pendidik guru bukan hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran di sekolah tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Proses pendidikan anak pertama kali berlangsung di

(10)

dalam lingkungan keluaraga. Selain orang tua sebagai pendidik utama tentunya lembaga pendidikan sebagai tempat belajar siswa memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa. Dalam hal ini guru sebagai subjek dalam pendidikan yang langsung berinteraksi dengan siswa memiliki peran dalam pembentukan karakter siswa dalam rangka mempersiapkan generasi emas 2045. Guru sebagai pendidik di sekolah merupakan suri tauladan bagi siswa. Selain sebagai suri tauladan bagi siswa guru memiliki peranan yang lain yang sangat penting bagi perkembangan karakter anak.

Guru merupakan orang tua kedua bagi anak. Guru merupakan orang tua ketika di sekolah. Menjadi pendidik atau guru merupakan tugas mulia manusia. Pada hakikatnya semua manusia adalah guru/pendidik. Namun dalam hal ini pendidik yang dimaksud adalah pendidik dalamlembaga pendidikan. Peran guru sangat penting terhadap perkembangan anak. Karena guru memiliki tanggungjawab penuh terhadap perkembangan anak di sekolah.

Peran guru dalam mendidik anak di sekolah sangat mengena bagi siswa. Terlebih bagi pendidikan tingkat dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi awal dalam proses pendidikan yang dijalani oleh anak setelah pendidikan di keluarga. Sebagai pendidik yang memiliki peran utama mencerdaskan kehidupan bangsa, sebaiknya membekali diri agar bisa menjadi suri tauladan yang baik untuk peserta didik. Dengan harapan sikap yang baik dari guru akan berpengaruh dan ditiru oleh siswa sehingga siswa akan senantiasa menjadikan kebiasaan yang nantinya akan melekat di hati anak.

Sekolah memiliki aturan dan tata tertib khusus bagi siswa-siswanya. Tata tertib tersebut dibuat oleh para guru beserta tenaga pendidik di sekolah yang disesuaikan dan dipertimbangkan secara matang. Hal ini bertujuan agar siswa mampu berdisiplin dan tertib terhadap aturan yang berlaku. di dalam sekolah setiap kelas memiliki tata tertib sendiri yang tentunya lebih khusus. Peraturan itu dibuat khusus untuk ketertiban di kelas.

Biasanya pada tahun ajaran baru sebelum guru kelas memulai kegiatan pembelajaran guru membuat tata tertib dan konsekuensi yang ditetapkan bersama dengan siswa. siswa diajak untuk membuat peraturan kelas.

Walaupun pendidikan karakter tidak secara langsung diberikan alokasi pembelajaran, namun melalui strategi pembelajaran yang tepat akan melahirkan generasi yang bukan hanya kuat intelektualnya tetapi kuat moralnya. Itulah mengapa strategi pembelajaran

(11)

sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Guru seharusnya memilih- milih stategi yang menarik dan bernilai karakter.

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua bagi siswa setelah pendidikan dalam keluarga. Anak mulai mendapat pendidikan ketika ia pertama kali lahir dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Otomatis keluarga memiliki peranan yang sangat penting bagi pendidikan anak.

Setelah anak memasuki dunia sekolah maka orang tua melimpahkan proses pendidikannya anak kepada guru ketika di sekolah. Tetapi proses pendidikan dalam keluarga tetap berlangsung. Pihak pendidikan yang diberi wewenang dalam mendidik anak secara tidak langsung memiliki tanggung jawab terhadap proses perkembangan anak. Oleh karena itu, guru tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa bantuan dari orang tua.

Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan acting”. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri. Mengingat pentingnya penanaman karakter dari usia dini sampai usia-usia selanjutnya dan mengingat usia prasekolah merupakan masa persiapan untuk sekolah yang sesungguhnya, maka penanaman karakter yang baik di usia prasekolah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Pembangunan karakter bangsa secara real dilakukan dengan membantu peserta didik berkarakter, sehingga kebanyakan program berintikan penyampaian nilai-nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dimiliki dan dikembangkan oleh peserta didik di dalam hidup selanjutnya. Oleh kementrian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), telah dirumuskan 18 nilai pendidikan budaya karakter bangsa yang diharapkan untuk disampaikan kepada peserta didik dalampendidikan formal.

(12)

D. Nilai-Nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Nadilla, 2015:437) ada 18 nilai karakter yang harus dikembangan disetiap jenjang dan satuan pendidikan di Indonesia.

Nilai-nilai tersebut yaitu:

1) Religius, yakni sikap ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan;

2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya;

3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut;

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku;

5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh- sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya;

6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara- cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya;

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal tersebut bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain;

8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain;

(13)

9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam;

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan golongan;

11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yangdapat merugikan bangsa sendiri;

12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi;

13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja samasecara kolaboratif dengan baik;

14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu;

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya;

16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar;

17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupunmasyarakat yang membutuhkannya; dan

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

(14)

Dari 18 nilai karaktertersebut,dalam rangka implementasi gerakan penguatan pendidikan karakter dikristalkan menjadi 5 nilai dasar pendidikan karakter yaitu:

1) Pertama, nilaireligius. Merupakan pencerminan sikap keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilakumelaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjujung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, serta hidup rukun dan damai denganagama lain. Nilai karakterreligius meliputi tiga dimensi relisasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta. Nilai karakterreligius ditunjukkan dalam perilakumencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Secara keseluruhan sub-sub nilai yang terkandung dalam nilaireligius meliputicinta damai, toleransi, menghargai perbedaaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerjasama antar-pemeluk agama dan kepercayaan, anti buli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, serta melindungi yang kecil dan tersisih.

2) Kedua, nasionalis. Nilai nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap,dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,sertamenempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Adapun subnilai nasionalis yang lain,yaitusikap untuk mengapresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.

3) Ketiga, mandiri. Nilaikaraktermandiri merupakan sikap dan perilakutidak bergantung kapada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi,dan cita-cita. Juga ditunjukkan dengan etos kerja atau kerja keras, tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4) Keempat,gotongroyong. Nilai gotongroyong merupakan cerminan tindakan menghargai,semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, serta memberi bantuan dan pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Nilailainnya dari sikap

(15)

gotongroyong yang perlu dikembangkan adalah inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, solidaritas, empati, anti deskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5) Kelima,integritas. Nilaiutama penguatan pendidikan karakteryang terakhir adalah nilaiintegritas. Merupakan nilai perilakuyang didasarkan kepada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Subnilaidari integritas antara lain sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, serta konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan atas kebenaran.

(16)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Gerakan penguatan pendidikan karaktersekarang sedang digalakkan pada setiap satuan pendidikan. Gerakan tersebut perlu terus dikawal oleh setiap satuan pendidikan mulai dari sekolah, keluarga, dan kelas pada setiap jenjang pendididikan mulai dari pendidikan usia dini sampai dengan perguruan tinggi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri harus terjalin kerjasama dan saling terhubung. Secara lebih terperinci gerakan internalisasi bisa dilakukan melalui budaya kelas, sekolah,dan keluarga melalui praktik- praktikbaik. Dengan demikian lima nilai dasar religius, nasionalis, gotongroyong, mandiri,dan integritas sebagai wujud pengkristalan dari 18 nilai karaktersebagai bagian dari nawacita pembangunan sumberdaya manusia Indonesia dapat terwujud. Hingga tujuan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia yang utuh benar-benar terealisasi dalam rangka menyambut generasi emas 2045.

B. SARAN

1. Lembaga pendidikan harus menciptakan lingkungan belajar yang mendukung internalisasi nilai-nilai Pancasila.

2. Guru dan orang tua harus menjadi contoh nyata dalam mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

3. Generasi muda harus terus dilibatkan dalam aktivitas yang menumbuhkan kesadaran sosial dan cinta tanah air.

(17)

DAFTAR PUSTUKA

Hasan, H. 2012. Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter.

Paramita Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, 22(1).

Kemendikbud. 2017.Konsep dan Pedoman Pendidikan Karakter. Modul. Jakarta:

Kemendikbud .

Koesoema. D. 2015. Strategi Pendidikan KarakterRevolusi Mental dalam Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mutiani. 2016. Internnalisasi nilai-nilai dalam puisi tanah huma sebagai sumber pembelajaran IPS pada kurikulum 2013. Prosiding. Seminar nasional dan pertemuan asosiasi pendidikan dan peneliti sejarah”Pendidikan sejarah Untuk Menyiapkan generasi emas indonsia 2050”. Banjarmasin: Program Studi pendidikan sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP UNLAM.

Referensi

Dokumen terkait

Menentukan tingkat keefektifan model CVCT berbasis motivasional sebagai upaya meningkatkan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PPKn di Sekolah Menengah

Penelitian berhasil mengembangkan model pendidikan karakter dalam internalisasi pendidikan Pancasila pada anak usia dini lewat bebe- rapa model strategi pengembangan

Menurut Kaelan (2004), nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah (a) Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila pancasila yaitu

Berdasarkan hasil peneitian yang dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara internalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap

Pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa Menghadapi kondisi degradasi akhlak, moral, dan budi pekerti Menghadapi dinamika dan tantangan era global Generasi Emas 2045

PENGARUH NILAI PENDIDIKAN PANCASILA BAGI GENERASI MUDA UNTUK MEMAHAMI HUBUNGAN ANTARA PINJAMAN ONLINE DAN PEMBANGUNAN

Makalah ini membahas nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam peristiwa Sumpah Palapa, Budi Oetomo, dan Sumpah