• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTRODUKSI DAN PERLUASAN IMUNISASI PCV

N/A
N/A
Vivi Muslinawati

Academic year: 2024

Membagikan "INTRODUKSI DAN PERLUASAN IMUNISASI PCV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PUSKESMAS BABELAN I

INTRODUKSI DAN PERLUASAN IMUNISASI PCV

1

(2)

Imunisasi PCV

(3)

BEBAN PENYAKIT PNEUMONIA

[1]

 Berdasarkan hasil Riskesdas terdapat peningkatan prevalensi pneumonia dari 1,6% (2013) menjadi 2% (2018).

Rata-rata ada 1,26 juta kasus pneumonia balita setiap tahun dan

dirawat jalan di rumah sakit dalam 6 tahun terakhir. Diperlukan biaya perawatan sebesar US$ 28,1 juta atau Rp 379,3 M.

Imunisasi adalah salah satu upaya pengendalian pneumonia pada

balita selain ASI eksklusif, gizi seimbang, PHBS dan sanitasi lingkungan.

Bakteri penyebab utama Pneumonia adalah Pneumokokus, dapat dicegah dengan vaksin Pneumokokus.

 yang

Top Countries with Pneumonia

Source: The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015. UNICEF. September 2015.

http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016

Di Indonesia, SETIAP JAM, 2-3 Balita Meninggal karena Pneumonia

Indonesia adalah satu dari 10 negara dengan jumlah

kematian balita tertinggi pada tahun 2015 dan 14% kematian

balita di Indonesia karena Pneumonia.

(4)

PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN POST NEONATAL (29 HARI – 11 BULAN)

DI INDONESIA TAHUN 2020

PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA (12- 59 BULAN)

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2021

□ 14,5% kematian pada bayi (<12 bulan) dan 5,05% kematian pada anak balita (12-59 bulan) di Indonesia disebabkan oleh Pneumonia.

□ Proporsi kematian akibat Pneumonia lebih besar pada bayi usia <12 bulan sehingga harus diberikan perlindungan sedini mungkin sebelum bayi menderita Pneumonia.

DI INDONESIA TAHUN 2020

BEBAN PENYAKIT PNEUMONIA

[2]
(5)

WHO POSITION PAPER – PCV, 2019

WHO position paper on Pneumococcal vaccine tahun 2019 merekomendasikan

untuk dimasukkan

vaksinasi PCV ke dalam Program Imunisasi Nasional.

Upaya dengan

pencegahan

pneumonia imunisasi PCV dengan

harus upaya bersamaan

pencegahan pneumonia

dan pengendalian lainnya seperti

laksana kasus yang baik, promosi tata

pemberian ASI eksklusif pada bayi,

dan menurunkan faktor risiko lainnya

seperti polusi udara indoor dan

asap rokok.

(6)

REKOMENDASI ITAGI

Rekomendasi ITAGI untuk pelaksanaan introduksi imunisasi PCV secara nasional

Berdasarkan monitoring dan evaluasi pada demonstrasi program di Provinsi NTB dan Bangka Belitung, cakupan

telah tercapai dengan baik, maka dapat dipertimbangkan menjadi

Program Imunisasi Nasional.

(7)

PERLUASAN IMUNISASI PCV TAHUN 2022

Surat Keputusan Menteri Kesehatan

tentang Pemberian Imunisasi Pneumokokus Konyugasi

Surat Keputusan Direktur Jenderal P2P

Nomor: HK.01.07/ 2321/

2022 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi Pneumokokus (PCV)

Pengaturan tentang Teknis Operasional Pelaksanaan Imunisasi Pneumokokus (PCV)

(8)

TAHAPAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV

NTB

(Lombok Barat dan Lombok Timur)

2017 2018 2019-2020 2021 2022

NTB

(seluruh kab/kota)

BANGKA BELITUNG

(seluruh kab/kota)

NTB

(Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Kota Mataram)

BANGKA BELITUNG

(Kota Pangkal

Pinang, Bangka dan Bangka Tengah)

NTB

(seluruh kab/kota)

BANGKA BELITUNG

(seluruh kab/kota)

JAWA BARAT

(Bogor, Bandung, Karawang, Bekasi, Kota Bandung, Kota Bekasi)

JAWA TIMUR

(Ponorogo, Kediri, Malang, Jember, Sidoarjo, Gresik, Kota Kediri, Kota

Malang)

NASIONAL

(9)

Waktu

Pelaksanaan Mulai 12 September 2022 Sasaran Bayi berusia 2 bulan saat

pelaksanaan kick off nasional

WAKTU DAN SASARAN INTRODUKSI PCV

Posyandu, Puskesmas, Puskesmas

pembantu, Rumah Sakit pemerintah, Rumah Sakit swasta, klinik, praktik mandiri dokter,

praktik mandiri bidan, dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang

memberikan layanan imunisasi TEMPAT PELAKSANAAN IMUNISASI

JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PCV

Dosis Pertama Bayi usia 2

bulan

Dosis Kedua Bayi usia 3

bulan

Dosis Ketiga (Lanjutan) Anak usia 12

bulan

(10)
(11)

KARAKTERISTIK

VAKSIN PCV

(12)

KEMASAN

VAKSIN PCV

(13)

IZIN EDAR VAKSIN PCV MULTIDOSE

Sudah ada izin edar dari BPOM mengenai penggunaan vaksin PCV dengan kemasan

multidose

(14)
(15)

JADWAL IMUNISASI SETELAH INTRODUKSI IMUNISASI PCV

(16)

KETENTUAN PEMBERIAN

VAKSIN

PCV

(17)
(18)

STRATEGI PELAKSANAAN

(19)

KEAMANAN PEMBERIAN IMUNISASI GANDA

(20)

SKEMA PENEMUAN DAN PELAPORAN KASUS KIPI SERIUS

(21)

SKEMA PENEMUAN DAN PELAPORAN KASUS KIPI NON SERIUS

(22)

KURUN WAKTU PELAPORAN KIPI

(23)

PENCATATAN

DAN PELAPORAN

(24)

TANTANGAN STRATEGI INOVASI/ UPAYA TINDAK LANJUT Pemahaman/ pengetahuan

petugas dan kader masih kurang

Melakukan peningkatan kapasitas dan sosialisasi terus menerus kepada petugas dan kader

Melakukan OJT dan pembinaan Orang tua belum terbiasa

dengan adanya vaksin PCV dan jadwal baru

Membuat poster atau spanduk di lokasi strategis untuk memberikan informasi ke masyarakat

Melakukan Sweeping bagi bayi yang belum mendapatkan vaksin PCV

Mengaktifkan kembali lembur kuring di posyandu Ketakutan terhadap pemberian

imunisasi ganda



Meningkatkan kepercayaan diri petugas dengan pelatihan/sosialisasi/OJT Meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya Vaksin PCV

Melibatkan OP kesehatan untuk mensosialisasikan keamanaan dan manfaat imunisasi ganda

Keterbatasan kapasitas cold chain

(awal intro, vaksin PCV single dose)



Saat ini vaksin PCV sudah dalam bentuk multidose

Melakukan penambahan vaccine refrigerator untuk memenuhi kekurangan kapasitas Mengatur jadwal pengambilan/ distribusi vaksin dari Dinkes Kako ke Puskesmas Penggunaan vaksin PCV

diharapkan efisien dengan IP cukup tinggi

 Melakukan pendataan dan pengumpulan sasaran yang akan diberikan PCV

Membuka pelayanan dalam gedung, termasuk melibatkan RS/ klinik swasta, BPS, dll

TANTANGAN DAN STRATEGI INOVASI:

PEMBELAJARAN INTRODUKSI PCV SEBELUMNYA Beberapa tantangan dan strategi inovasi dari pelaksanaan

introduksi PCV di daerah sebelumnya:

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi dan tindak lanjut risiko HAIs adalah ketidakpatuhan cuci tangan yang masih kurang pada petugas kesehatan, belum optimalnya pelaksanaan kontrol luka operasi,

Pemahaman tentang peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien (Petugas pemberi layanan klinis) Evaluasi dan tindak lanjut hasil monitoring dan penilaian mutu klinis

memberikan tindak lanjut secara terus menerus, karena proses pembelajaran tidak dibebankan pada guru saja melainkan juga para siswa yang harus turut andil dan

Namun, mengingat kegiatan sosialisasi parenting berlangsung satu kali, sehingga kurang optimal dan perlu adanya tindak lanjut atau solusi antara lain Berpartisipasi dalam

Evaluasi dan tindak lanjut risiko HAIs adalah ketidakpatuhan cuci tangan yang masih kurang pada petugas kesehatan, belum optimalnya pelaksanaan kontrol luka operasi,

Sanitasi yang aman dan berkelanjutan menjadi sebuah tantangan yang terus berkembang di era saat ini. Dengan pertumbuhan populasi yang semakin meningkat, infrastruktur sanitasi yang kurang memadai, dan perubahan iklim yang semakin tidak terduga, masalah sanitasi semakin kompleks dan sulit untuk diatasi. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sanitasi adalah limbah cair yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat seperti: B. Pencemaran air dan penyebaran penyakit. Untuk mengatasi masalah limbah cair, pengembangan teknologi saniter merupakan prasyarat yang sangat penting. Salah satu teknologi yang digunakan dalam pembuangan limbah cair adalah teknologi biofilter berbasis inovasi. Teknologi biofilter merupakan teknologi yang menggunakan mikroorganisme dalam menguraikan limbah organik, sehingga limbah cair yang dihasilkan menjadi lebih aman dan ramah

Bank Syariah Indonesia KCP Jember Gajah Mada yang terus menerus memberikan pemahaman berupa sosialisasi kepada pihak UMKM untuk turut serta dapat memahami dan menggunakan QRIS sebagai