• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isi Buku DBD 2017.indd - Dinas Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Isi Buku DBD 2017.indd - Dinas Kesehatan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

Kami berharap Pedoman Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan rujukan bagi seluruh tenaga kesehatan di Indonesia dalam upaya pengendalian DBD dan faktor risikonya. Upaya peningkatan peran dan partisipasi masyarakat tetap menjadi strategi prioritas dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD.

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

Diagnosis Infeksi Dengue

Kriteria Diagnosis Klinis

  • Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tes tourniquet positif jika terdapat lebih dari 10 petechiae pada area seluas 1 inci persegi (2,5 cm x 2,5 cm) pada lengan bawah (volar) termasuk lipatan siku (fossa ulnaris). Hasil uji tourniquet positif (+) jika ditemukan ≥ 10 bercak perdarahan (petechiae), pada area seluas 1 inci persegi (2,5 cm2).

Gambar 2.1                                            Gambar 2.2
Gambar 2.1 Gambar 2.2

Kriteria Diagnosis Laboratoris

Pemeriksaan Laboratorium

  • Hematologi a. Leukosit
  • Tatalaksana Infeksi Dengue

Interpretasi hasilnya adalah bila hanya muncul garis IgM dan kontrol tanpa garis IgG, maka Infeksi Dengue Primer Positif (DD). Pemeriksaan dinyatakan tidak sah apabila tidak terlihat garis kontrol dan hanya terlihat garis IgM dan/atau IgG.

Pertolongan Pertama Penderita

Diagnosis dini dan saran pengobatan segera jika terjadi tanda-tanda syok merupakan hal penting untuk menurunkan angka kematian. Jika demam tidak kunjung turun dalam 2-3 hari, atau demam turun namun disertai gejala dan tanda tambahan, seperti pendarahan pada kulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntah, gelisah, mimisan, Disarankan segera minum obat/temui dokter atau layanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan dan bantuan medis segera.

Tatalaksana Demam Dengue (DD)

Oleh karena itu, orang tua atau pasien disarankan jika merasakan sakit perut yang hebat, tinja berwarna hitam, atau terdapat pendarahan pada kulit dan selaput lendir seperti mimisan, gusi berdarah, apalagi jika disertai keringat dingin, ini tandanya darurat, sehingga sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit.

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Tatalaksana DBD Tanpa Syok

  • Tatalaksana DBD dengan Syok (Sindrom Syok Dengue/ SSD) Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti (volume
  • Tatalaksana kelebihan cairan (volume overload)
  • Tatalaksana Gangguan Elektrolit
  • Tatalaksana Ensefalopati
  • Tatalaksana Perdarahan Masif
  • Tatalaksana Gagal Ginjal Akut
  • Tatalaksana Sindrom Gangguan Pernapasan Akut
  • Tatalaksana Ensefalitis Dengue
  • Tatalaksana Miokarditis
  • Tatalaksana Pasien dengan Risiko Tinggi

Pasien harus mendapat perawatan dan pengobatan segera jika ditemukan tanda-tanda syok, yaitu gelisah, lesu/lemah, ekstremitas dingin, bibir sianotik, nadi oliguri dan lemah, tekanan nadi sempit (≤ 20 mmHg) atau hipotensi, dan peningkatan hematokrit atau hematokrit secara tiba-tiba. . Kadarnya terus meningkat meski sudah diberikan cairan infus. Pada pasien SRD dengan tekanan darah tidak terukur dan tekanan nadi ≤20 mm Hg, segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg selama 30 menit, bila syok teratasi, bertahap. hingga 10 ml/kg/jam. Pasien obesitas mempunyai cadangan pernafasan yang lebih sedikit dibandingkan anak dengan berat badan ideal, pemberian cairan harus hati-hati karena lebih mungkin terjadi kelebihan cairan.

Gambar 2.3  : Ruam di kulit yang menyeluruh dengan bercak- bercak putih (halo)
Gambar 2.3 : Ruam di kulit yang menyeluruh dengan bercak- bercak putih (halo)

EPIDEMIOLOGI

  • Gambaran Epidemiologi A. Pengertian
  • Penyebaran 1. Situasi Global
    • Situasi Nasional
    • Mekanisme Penularan Penyakit A. Penyebab Penyakit
  • Vektor Penular Penyakit
    • Morfologi
    • Jangkauan Terbang Nyamuk
    • Variasi Musiman
  • Pejamu (Host)
  • Faktor Resiko Lingkungan
  • Siklus Penularan
    • Ukuran Epidemiologi
  • Angka Kesakitan/ Incidence Rate (IR)
  • Angka Kematian/ Case Fatality Rate (CFR)
  • Angka Bebas Jentik (ABJ)

Perbedaan morfologi nyamuk Aedes aegypti betina dan jantan terletak pada perbedaan morfologi antenanya, Aedes aegypti jantan mempunyai antena berbulu lebat sedangkan betina mempunyai rambut agak jarang. Sumber: http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/aedes_aegypti_larvae2.jpg Gambar 3.4 : Ae. Nyamuk Aedes aegypti sama seperti nyamuk jenis lainnya mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur – jentik (larva) – pupa – nyamuk.

Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk kebutuhan vitalnya sedangkan nyamuk betina menghisap darah. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat umum.

Grafik 3.1 : Distribusi Kasus Dengue Di Dunia Tahun 2004-2010 (sumber : WHO)
Grafik 3.1 : Distribusi Kasus Dengue Di Dunia Tahun 2004-2010 (sumber : WHO)

SURVEILANS KASUS

  • Pengertian
  • Tujuan A. Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus
    • Definisi Operasional
  • Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi
  • Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah demam 2 – 7 hari disertai manifestasi perdarahan, jumlah trombosit ≤ 100.000 /mm³, adanya
    • Penyelenggaraan Surveilans Dengue A. Strategi dan Proses Surveilans dengue
  • Jenis dan Sumber Data
  • Peran Unit Penyelenggara
  • Sistim Pelaporan Kasus/ Penyakit Dengue
    • Surveilans Dengue Tingkat Pusat
    • Surveilans Dengue di Dinas Kesehatan Provinsi a. Sumber data

Daerah endemis adalah kabupaten/kelurahan/desa yang terdeteksi kasus setiap tahun dalam 3 tahun terakhir. ii. Daerah sporadis adalah kabupaten/kelurahan/desa yang dalam 3 tahun terakhir terdapat kasus namun tidak setiap tahun. aku aku aku. Kelengkapan laporan adalah persentase unit pelaporan (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) yang mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap bulannya. 2) Persentase keakuratan laporan kabupaten/kota (K-DBD) di Dinas Kesehatan Provinsi ≥ 80.

Kelengkapan laporan adalah persentase unit pelaporan (Puskesmas) yang mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Jumlah unit pelaporan (Puskesmas) yang menyampaikan laporan tepat waktu (sesuai kesepakatan) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di masing-masing unit. bulan.

Gambar 4.1  Bagan Alur Pelaporan Penyakit Dengue
Gambar 4.1 Bagan Alur Pelaporan Penyakit Dengue

PENGENDALIAN VEKTOR

Surveilans Vektor A. Pengertian

Penentuan Lokasi Survei

Metode Survei

  • Survei Telur
  • Survei Jentik/ Larva
  • Survei Nyamuk
  • Metode Pengendalian Vektor A. Pengertian

RJ = Jumlah rumah/bangunan yang ditemukan jentik RTJ = Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik RD = Jumlah rumah yang diperiksa. Hasil perangkap nyamuk dianalisis jumlah kepadatan nyamuk per jam (MHD), jumlah nyamuk per orang per hari (MBR), dan frekuensi istirahat (RR). RR = Kepadatan nyamuk per rumah per jam NTJ = Jumlah nyamuk (Aedes betina) yang tertangkap per jam PJ = Jumlah tangkapan per jam.

Cara pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan memperhatikan faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman, tempat perkembangbiakan), lingkungan sosial budaya (pengetahuan, sikap dan perilaku) dan aspek vektor (perilaku dan status kerentanan vektor). Pengendalian vektor dapat dilakukan secara fisik, biologis, kimiawi, dan dikombinasikan dengan metode fisik, biologi, dan kimia.

Gambar 5.1  Ovitrap
Gambar 5.1 Ovitrap

Pengendalian Secara Fisik/ Mekanik

Sasaran kegiatan PSN 3M adalah seluruh tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes, antara lain tangki air penggunaan sehari-hari (TPA), tangki air bukan penggunaan sehari-hari (non-TPA), dan tangki air alami. Drainase dan pembersihan tangki air, seperti bak mandi/toilet, kran, dll. seminggu sekali (M1). Gantilah air di pot bunga, tempat mandi burung atau tempat sejenis lainnya seminggu sekali.

Taburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat yang sulit dialirkan airnya atau di tempat yang airnya langka. Keberhasilan kegiatan PSN 3M antara lain dapat diukur dari Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih besar atau sama dengan 95% maka diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

Pengendalian Secara Biologi

Pengendalian Secara Kimiawi

Sasaran dewasa (nyamuk) adalah: organofosfat (malathion, .methylpyrimiphos), piretroid (cypermethrin, lambda-cyhalothrin, cyfluthrin, permethrin, S-bioalethrin dan lain-lain).

Pengendalian Vektor Terpadu

  • Kegiatan Pengendalian Vektor Sesuai Tingkat Administrasi
    • Pusat
    • Provinsi
    • Kabupaten / Kota
    • Kecamatan/ Puskesmas
  • Pelaporan dan Evaluasi Hasil Pengendalian Vektor

Selain itu penentuan jenis insektisida, dosis dan cara pengaplikasiannya merupakan syarat penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pemerintah pusat, kegiatan pengendalian vektor (PV) diprioritaskan di atas kegiatan penetapan kebijakan pengendalian vektor, penyiapan standardisasi, modul/juklak/juknis, pemantauan dan evaluasi pengendalian vektor nasional, dan promosi/pengawasan. kegiatan pengendalian vektor nasional. Pada tingkat provinsi, kegiatan pengendalian vektor adalah: pelaksanaan kebijakan pengendalian vektor nasional, perencanaan alat PV, kebutuhan material dan operasional, Monev PV, pembinaan/pengawasan kegiatan PV kabupaten/kota.

Untuk itu, selain pelaksanaan pedoman operasional dan pengendalian vektor, kabupaten juga mempunyai tugas merancang dan mengadakan alat, bahan operasional PV, melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PV DBD, pembinaan/pengawasan kegiatan PV DBD di tingkat Puskesmas. . Puskesmas sebagai kepala pelayanan kesehatan bertugas menjaga kelangsungan kegiatan PV masyarakat di wilayahnya, menggerakkan peran serta masyarakat melalui kader, tokoh masyarakat, dan melaksanakan kegiatan PV secara langsung di masyarakat.

Operasional

Langkah – Langkah Pengendalian Vektor 1. Perencanaan Pengendalian Vektor

  • Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor A. Pengertian

III/2010 tentang pengendalian vektor, memuat pedoman pengendalian vektor terpadu (PVT), peralatan dan bahan surveilans vektor, serta peralatan dan bahan pengendalian vektor. Peralatan dan bahan surveilans vektor adalah segala alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan surveilans vektor untuk mengumpulkan data dan informasi tentang vektor yang digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian vektor Peralatan dan bahan pengendalian vektor digunakan untuk menekan atau mengurangi populasi vektor sehingga tidak terjadi resiko penularan. terjadinya penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor di suatu daerah. Segala peralatan yang digunakan dalam upaya pengendalian vektor harus memenuhi persyaratan yang dibuktikan dengan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) atau sertifikat kesesuaian yang diterbitkan oleh lembaga penguji independen yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI atau lembaga penguji di negara lain yang ditunjuk. mengacu pada ketentuan spesifikasi WHO; (WHO/CDS/.NTD/WHOPES/GCDPP/2006.5).

Peralatan yang digunakan dalam pengendalian vektor DBD adalah hot fogger, cold fogger (Aerosol/ULV) yang dioperasikan pada kendaraan pengangkut. Bahan yang digunakan dalam upaya pengendalian vektor DBD adalah insektisida yang menyasar baik vektor nyamuk dewasa maupun jentik nyamuk.

Jenis Alat Pengendalian Vektor

  • Alat Pengabutan Panas (Thermal Fogging) a. Pengenalan Alat
  • Alat Pengabutan Dingin (Cold Fogging/ Ultra Low Volume) a. Pengenalan Alat

Periksa dan pastikan tutup tangki bahan bakar terpasang dengan benar, perbaiki atau ganti paking bila perlu. iv. Periksa dan pastikan daya baterai mencukupi, ganti baterai jika hilang. C. Periksa dan pastikan kinerja koil, kabel penghubung dan busi baik. perbaiki dan ganti busi dan/atau koil bila perlu. vi. Periksa dan pastikan katup karburator terpasang dengan benar dan tidak rusak, perbaiki atau ganti katup bila perlu.

Mesin pengasapan panas dengan kinerja buruk diberi label kuning dan disimpan terpisah dari mesin lain agar siap digunakan dan harus segera diperbaiki. Mesin cold fogging (ULV) ini digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa guna menghentikan penularan penyakit yang dibawa nyamuk.

Tabel 5.1. Jenis Insektisida Thermal Fogging  Dosispemakaian-dalamrumah (g AI/
Tabel 5.1. Jenis Insektisida Thermal Fogging Dosispemakaian-dalamrumah (g AI/

KEWASPADAAN DINI DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

  • Kewaspadaan Dini
  • Kewaspadaan dini DBD ialah suatu upaya yang meliputi kegiatan pemantauan/ surveilans dan upaya pencegahan/ penanggulangan
  • Laporan kewaspadaan dini DBD adalah laporan hasil pemantauan/
  • Penanggulangan kasus adalah upaya pemutusan rantai penularan DBD yang meliputi kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan
    • Penyelidikan Epidemiologi
  • Pengertian Penyelidikan Epidemiologi (PE)
  • Tujuan Penyelidikan Epidemiologi
    • Tujuan Umum: Mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu
    • Tujuan khusus
  • Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi
    • Penanggulangan Fokus
  • Pengertian Penanggulangan Fokus
  • Tujuan Penanggulangan Fokus
  • Tindak lanjut hasil PE adalah sebagai berikut
  • Langkah- Langkah Pelaksanaan Kegiatan
    • Pengendalian Sebelum Musim Penularan
  • Sebelum Musim Penularan (SMP) adalah periode bulan yang berdasarkan analisis data kasus rata-rata perbulan selama 3-5 tahun
  • Pengendalian Sebelum Musim Penularan meliputi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, Bulan Bakti Gerakan (BBG) PSN
  • Penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB)
  • Langkah-langkah pelaksanaan penanggulangan KLB
    • Pengobatan dan Perawatan Penderita
    • Pemberantasan Vektor
    • Penyuluhan
  • Evaluasi Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) 1. Evaluasi pelaksanaan penanggulangan KLB
    • Evaluasi Hasil penanggulangan KLB

Apabila ditemukan penderita infeksi dengue lain (1 atau lebih) dan/atau ditemukan 3 atau lebih penderita demam tanpa sebab yang jelas/dicurigai tertular DBD dan ditemukan jentik ≥ 5% dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka dilakukan mobilisasi masyarakat. keluar di PSN 3Mplus, selektif larvisida, penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di rumah pasien dan sekitar rumah/gedung dalam radius minimal 200 meter, pengasapan dilakukan 2 siklus dengan selang waktu 1 minggu. Hasil pelaksanaan manajemen fokus dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada camat dan kepala desa/lurah setempat. Hasil kegiatan pengendalian DBD dilaporkan setiap bulan oleh puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan menggunakan formulir K-DBD.

Kegiatan pencarian kasus infeksi demam berdarah dan kasus dugaan infeksi demam berdarah lainnya serta skrining jentik nyamuk penular demam berdarah di tempat tinggal pasien dan sekitar rumah/bangunan, termasuk lokasi. Penyuluhan dapat dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan termasuk kader jumantik (pemantau jentik) yang dikoordinasikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Gambar 6.1 Bagan Penanggulangan Kasus
Gambar 6.1 Bagan Penanggulangan Kasus

PENYULUHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

  • Penyuluhan
  • Penyuluhan di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya Penyuluhan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan dilakukan oleh
  • Penyuluhan di Sekolah
  • Penyuluhan di Pemukiman
    • Penyuluhan Perorangan
    • Penyuluhan Kelompok
    • Penyuluhan Melaui Media Massa
  • Penyuluhan di Tempat-Tempat Umum
    • Pemberdayaan Masyarakat
  • Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus
  • Advokasi
  • Penyuluhan Dan Motivasi Kepada Masyarakat
  • Pemantauan Dan Evaluasi Penggerakan PSN 3M Plus

Kegiatan PSN 3M Plus bertujuan untuk memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes melalui upaya mendorong partisipasi masyarakat sehingga penyakit DBD dapat dicegah atau dibatasi. Gerakan PSN 3M Plus dilaksanakan dengan memberikan motivasi kepada masyarakat (keluarga dan pengelola TTU) untuk melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk di rumah dan lingkungannya. Motivasi dilakukan melalui kunjungan rumah secara berkala untuk memeriksa potensi tempat berkembang biak nyamuk Aedes dan penyuluhan PSN DBD/3M Plus.

Pembersih sekolah melaksanakan PSN 3M secara berkala, sekurang-kurangnya seminggu sekali, sehingga persekitaran sekolah bebas daripada jentik-jentik nyamuk. Pembersih TTU melakukan PSN 3M secara berkala, sekurang-kurangnya sekali seminggu, sehingga persekitaran TTU bebas daripada jentik-jentik nyamuk.

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING

EVALUASI

Rencana evaluasi terperinci termasuk tujuan, metodologi, prosedur pengambilan sampel, sumber data dan metode analisis data, pendanaan dan administrasi. Hal ini juga harus merinci peran dan tanggung jawab masing-masing petugas, mekanisme pelaporan dan strategi untuk memastikan bahwa hasil evaluasi akan digunakan untuk melakukan perbaikan. Dapat disimpulkan dari Kel/Desa bahwa ada/tidak*) tanda-tanda penularan demam berdarah di wilayah tersebut.

KEPUSTAKAAN

Gambar

Gambar 2.1                                            Gambar 2.2
Gambar 2.3  : Ruam di kulit yang menyeluruh dengan bercak- bercak putih (halo)
Grafik 3.1 : Distribusi Kasus Dengue Di Dunia Tahun 2004-2010 (sumber : WHO)
Grafik 3.2 Tren Angka Kesakitan (IR) dan Angka Kematian (CFR) DBD  Tahun 1968-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi, bila merujuk pada indikator proporsi penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium diantara semua penderita suspek malaria atau lebih dikenal sebagai Slide

KAJIAN PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA (PJB) OLEH KADER KESEHATAN PADA DAERAH ENDEMIS DAN NONENDEMIS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4), dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan

area melalui kegiatan penyuluhan DBD, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), dan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) oleh kader kesehatan. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kada SGOT dan SGPT penderita infeksi Dengue pada masing-masing derajat (Demam Dengue, Dengue

Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam

Penelitian yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa profil klinis penderita Demam Berdarah Dengue adalah pasien laki- laki didapatkan presentasi lebih

Demam Dengue adalah demam akut yang diikuti oleh dua atau lebih dari gejala berikut : nyeri retro-orbital, nyeri kepala, rash, mialgia, atralgia, leukopenia atau manifestasi