• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TINGGI

Dewi Sri Juliani

Academic year: 2024

Membagikan "ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TINGGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TINGGI

Dewi Sri Juliani

Jl. Cimincrang, Kec. Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Email: [email protected] Iga Paramesti Listya Hidayati

Jl. Cimincrang, Kec. Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Email: [email protected] ABSTRAK

Pendidikan tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan formal dan merupakan bagian dari Sisdiknas yang berfungsi sebagai sumber inovasi dan solusi untuk pertumbuhan dan pengembangan bangsa seiring perkembangan zaman. Pendidikan sangat penting untuk kualitas sumber daya yang dihasilkan, dengan pendidikan, kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik. Namun, pelaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia tidak mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana isu atau masalah yang terjadi terkait dengan pembangunan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode studi literatur, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu mengenai masalah strategis yang terkait dengan pembangunan pendidikan tinggi di Indonesia sebagai berikut: pemerataan akses; relevansi dan peningkatan kesempatan kerja; daya saing; dan penguatan tata kelola dan pembiayaan perguruan tinggi.

Kata Kunci : Isu, Strategi, Pendidikan.

ABSTRACT

Higher education is one of the formal education levels and is part of the National Education System which functions as a source of innovation and solutions for the growth and development of the nation along with the times. Education is very important for the quality of the resources produced, with education, the quality of human resources becomes better. However, the implementation of higher education in Indonesia is not easy. This research aims to find out how issues or problems that occur related to the development of Higher Education in Indonesia. The method used is the literature study method, which is a series of activities related to library data collection methods, reading and recording, and processing research materials. The research results obtained are regarding strategic issues related to the development of higher education in Indonesia as follows: equal access;

relevance and increased employment opportunities; competitiveness; and strengthening higher education governance and financing.

Keywords : Issues, Strategy, Education.

PENDAHULUAN

Menurut Gunawan dalam Alawiyah’ (2012), mengartikan pendidikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual masyarakat sehingga mereka dapat bertahan hidup, memperoleh keterampilan sehingga mereka dapat hidup bersama, dan membentuk karakter sehingga mereka dapat berkontribusi dan membangun masyarakat maju. Pendidikan merupakan sebuah proses di mana di dalamnya terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik, adanya masyarakat belajar, yang secara keseluruhan terintegrasi membentuk sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain.

Pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui berbagai jalur yaitu formal, non-formal, dan

(2)

2 in-formal yang secara keseluruhan membentuk sebuah sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).

Pendidikan tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan formal dan merupakan bagian dari Sisdiknas yang berfungsi sebagai sumber inovasi dan solusi untuk pertumbuhan dan pengembangan bangsa seiring perkembangan zaman. Tujuan pendidikan tinggi adalah untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.(Alawiyah’, 2012)

Pendidikan sangat penting untuk kualitas sumber daya yang dihasilkan, dengan pendidikan, kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik. Namun, pelaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia tidak mudah. Kualitas pendidikan di Indonesia telah meningkat berkat penerapan berbagai sistem pendidikan, kurikulum, dan kebijakan yang berbeda secara bertahap. Mengingat keragaman dan kondisi geografis Indonesia, yang terdiri dari banyak pulau, banyak masalah lain yang muncul dalam proses pendidikan.

Menurut Subandi Sardjoko, pelaksana tugas Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementrian PPN/Bappenas, mengatakan ada empat isu strategis pendidikan tinggi yang membutuhkan intervensi kebijakan. Pertama, pemerataan akses. Kedua, relevansi dan peningkatan kebekerjaan. Ketiga, daya saing. Dan keempat, tata kelola dan pembiayaan perguruan tinggi. Untuk menyelesaikan isu strategis tersebut, semua pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan harus terlibat. Untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi yang merata dan berkualitas tinggi, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat harus bekerja sama.

Berdasarkan paparan diatas maka penulis melakukan kajian pustaka mengenai hal tersebut. Untuk itu judul dari penulisan jurnal ini yaitu “Isu Strategis Pembangunan Pendidikan Tinggi”.

METODE

Metode yang digunakan adalah metode studi literatur, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.

PEMBAHASAN

Dalam periode Renstra Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Tahun 2015-2019, Kemenristekdikti telah meningkatkan upaya untuk perluasan akses pendidikan tinggi bagi semua warga negara, memeratakan mutu pendidikan tinggi, meningkatkan relevansi mutu pembelajaran dalam pendidikan tinggi, dan menghasilkan lulusan yang kompetitif bersaing dan bekerja dalam waktu kurang dari satu tahun, meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing dalam menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. (Kementrian Pendidikan dan Budaya, 2020)

Pemerataan Akses ke Layanan Perguruan Tinggi Berkualitas

(3)

3 Salah satu masalah strategis dalam pembangunan pendidikan tinggi di Indonesia adalah memerataan akses ke layanan perguruan tinggi berkualitas tinggi. Sedangkan visi pertama sisdiknas adalah pemerataan pendidikan, jaminan akan pendidikan, layanan pedndidikan secara merata untuk setiap warga negara tanpa kecuali. Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu equality dan equity. Equality adalah persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Oleh karena itu, pemerataan akses pendidikan merupakan kemudahan dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan.(Alawiyah’, 2012)

Menurut Alawiyah’ (2012), Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak pulau kecil, pegunungan, dan air yang sulit dijangkau. Ini adalah hambatan teknis yang tidak dapat dipungkiri. Karena akan membutuhkan biaya yang sangat besar, penyebaran pendidikan tinggi bukanlah tugas yang mudah. Hal ini membuat pendidikan sulit masuk ke daerah tersebut. Sebagian besar perguruan tinggi terletak di kota-kota besar, yang berfungsi sebagai ibu kota provinsi. Akses pendidikan yang tidak merata merupakan faktor yang menyebabkan pendidikan tidak dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masalah biaya yang tinggi dan kurangnya dana yang disediakan untuk pendidikan tinggi.

Dalam (Alawiyah’, 2012), menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi X DPR Rl, saat ini sebaran perguruan tinggi di lndonesia cenderung tidak merata dan tidak mencukupi untuk melayani kebutuhan pendidikan tinggi seluruhnya. Sebaran Perguruan tinggi di lndonesia di lndonesia masih belum merata, perguruan tinggi masih banyak terpusat di pulau Jawa. Dengan tidak meratanya layanan ini, maka tidak mudah bagi mahasiswa yang berasal dari daerah untuk masuk ke perguruan tinggi karena distribusi yang tidak merata.

Untuk itu perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan diperlukan. Hal ini merupakan salah satu tuntutan masyarakat untuk layanan di bidang pendidikan.Di dalam undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 arah pembangunan untuk RPJM ketiga yaitu dari 2005 sampai 2019 adalah “memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.”(Idrus, 2012)

Dalam proses meningkatkan pemerataan akses pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan daya tampung instansi pendidikan, peningkatan pemerataan pendidikan melalui peningkatan efektivitas afirmatif policy. Selain itu, bisa juga dengan penyediaan

(4)

4 beasiswa khusus masyarakat miskin dan penyelenggaraan jarak jauh yang berkualitas.

Kemudian dengan penyediaan biaya operasional untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Dalam Kementrian Pendidikan dan Budaya (2020), agenda pembangunan RPJMN 2020-2024 melakukan beberapa strategi untuk meningkatkan pemerataan layanan pendidikan berkualitas. Strategi yang dilakukan diantaranya yaitu :

1. Peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran;

2. peningkatan pemerataan akses layanan pendidikan di semua jenjang dan percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun;

3. peningkatan profesionalisme, kualitas, pengelolaan, dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan yang merata;

4. penguatan penjaminan mutu pendidikan untuk meningkatkan pemerataan kualitas layanan antar satuan pendidikan dan antarwilayah;

5. peningkatan tata kelola pembangunan pendidikan, strategi pembiayaan, dan peningkatan efektivitas pemanfaatan anggaran Pendidikan.

Untuk memastikan bahwa semua orang di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke perguruan tinggi berkualitas, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi hambatan dan mencapai tujuan pemerataan akses ke perguruan tinggi.

Penguatan Relevansi Perguruan Tinggi dan Peningkatan Kebekerjaan

Dalam Muhson et al., (2012), mengenai relevansi pendidikan dalam arti adanya kesepadanan sebagaimana ditawarkan Wardiman Djojonegoro (1995: 5) dalam bentuk link and match, pada kenyataannya pendidikan telah sesuai dengan keperluan masyarakat yang sedang membangun. Sampai saat ini, pendidikan dianggap sebagai komponen utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia lebih bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Salah satu cara untuk mengubah diri manusia adalah dengan pendidikan. Oleh karena itu, sangat jelas betapa pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM agar sejajar dengan orang lain baik di tingkat regional, nasional, maupun global.

Dalam kaitannya dengan relevansi pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 943) relevansi diartikan sebagai ”Hubungan; kesesuaian; kaitan dengan tujuan; berguna secara langsung dengan apa yang dibutuhkan”. Dalam Muhson et al., (2012) menurut Panduan Akreditasi (2004), relevansi pendidikan adalah tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil keluaran program ditinjau dari ukuran ideal secara normatif yang didukung oleh ketepatan unsur masukan, proses dan keluaran. Relevansi pendidikan tinggi bagi mahasiswa terkait dengan lulusan yang dapat menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam dunia kerja. Relevansi mencakup dua aspek kehidupan: dunia sekolah (PT) dan dunia kerja (atau masyarakat seusai sekolah). Oleh karena itu, elemen yang relevan untuk suatu

(5)

5 program pendidikan adalah tujuan, input, proses, keluaran/hasil, dan dampak, serta bagaimana masing-masing elemen berhubungan dan bermakna dalam sistem.

Suatu lembaga pendidikan tinggi dianggap relevan jika seluruhnya atau setidaknya sebagian besar lulusannya dapat dengan cepat diserap oleh lapangan kerja yang sesuai dengan bidang dan peringkat stratanya, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Program studi dalam suatu lembaga pendidikan tinggi dibuka untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja tertentu. Selama belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan banyak materi dan mata kuliah yang dapat digunakan di pekerjaan. Akan tetapi faktanya ada mata kuliah yang tidak/kurang mendukung dalam dunia kerja.

Berdasarkan data dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) pada 26 Oktober 2021, sebanyak 80 persen mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliah atau minat yang digelutinya. Masalah tersebut bisa terjadi akibat kurangnya pembinaan atau pelatihan perguruan tinggi dalam mengasah dan mengembangkan konsep life skill untuk menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu, kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas harusnya menjadi perhatian perguruan tinggi agar dapat menyesuaikan dengan kemampuan yang dibutuhkan mahasiswa dalam dunia kerja.

Dengan kompetensi pencari kerja yang semakin ketat dari lulusan perguruan tinggi di Indonesia, penyelenggara pendidikan tinggi harus menyesuaikan kurikulum mereka secara konsisten. Sebagai bagian dari sistem penjaminan mutu perguruan tinggi secara keseluruhan, peningkatan relevansi pendidikan ini harus difokuskan pada tujuan peningkatan kualitas yang terus menerus. Dalam Kementrian Pendidikan dan Budaya (2020), strategi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam rangka penguatan relevansi pendidikan tinggi berdasarkan kebutuhan lapangan kerja adalah:

1. memberikan kesempatan DU/DI untuk turut memberikan pengakuan terhadap kompetensi peserta didik di pendidikan tinggi melalui sertifikasi;

2. mendorong pembelajaran, project work, riset terapan dan inovasi berbasis DU/DI melalui pengembangan teaching factory dan teaching industry agar sekolah bermitra dengan pelaku DU/DI agar peserta didik tidak hanya belajar berproduksi tetapi memastikan hasil produksinya memenuhi standar industri;

3. menata asesmen kompetensi peserta didik dalam mendorong kesiapan kerja;

4. memfasilitasi penyampaian informasi dan peningkatan pemahaman peserta didik terkait dunia kerja melalui platform teknologi; dan

5. menggunakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia sebagai acuan dalam pengembangan kompetensi dan pelaksanaan Rekognisi Pembelajaran Lampau dalam pendidikan tinggi.

Menurut Tritjahjo (2005:57) dalam (Muhson et al., 2012), salah satu cara untuk meningkatkan relevansi pendidikan tinggi adalah dengan membuat program induk pengembangan yang mencakup berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Peningkatan Daya Saing Perguruan Tinggi

(6)

6 Peningkatan daya saing perguruan tinggi merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan relevansi perguruan tinggi agar mampu bersaing di era globalisasi. Menurut Arwildayanto et al., (2020), daya saing perguruan tinggi merupakan penyelenggaraan layanan pendidikan tinggi untuk masyarakat (public) yang berkualitas unggul, berdaya saing serta mampu memuaskan segenap stakeholdernya. Daya saing menjadi menarik untuk dibahas karena divisi ini memainkan peran penting dalam pembentukan tenaga kerja profesional yang siap digunakan di dunia kerja. Selain itu, perguruan tinggi harus mencapai tridharma perguruan tinggi, yang meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi keberadaan perguruan tinggi meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Menurut Masdani dan Mohajeri (2008) dalam Arwildayanto et al., (2020), kriteria perguruan tinggi yang memiliki daya saing tinggi terdiri dari:

• memiliki orientasi pada pencapaian tujuan yang detail dan terukur,

• fokus pada kepuasan stakeholders, pengguna jasa layanan pendidikan tinggi, terdiri dari mahasiswa, orang tua mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat pengguna lulusan, serta pihak lainnya,

• kepemimpinan yang kuat, problem solver,

• manajemen PT berdasarkan tujuan dan sasaran,

• peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia,

• penanaman nilai pembelajaran sepanjang waktu, berlangsung sampai akhir hayat, dan

• peningkatan kemitraan dan kerja sama dengan berbagai pihak.

Terkait dengan faktor yang mempengaruhi daya saing bangsa Indonesia salah satunya disebabkan kualitas sektor pendidikan tinggi. Kualitas dan relevansi lulusan PT masih terkendala oleh faktor penting, seperti daya saing PT Indonesia yang rendah untuk bersaing di kancah internasional. Selain itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat penting untuk reformasi dan menjaga ketahanan ekonomi nasional melalui peningkatan kapasitas dan kualitas SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi.(Arwildayanto et al., 2020) Dalam (Arwildayanto et al., (2020) menurut Husein (2019), faktanya daya saing Indonesia masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah bagian pendidikan, di mana perguruan tinggi tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ini terjadi karena ketidakmampuan dalam memformulasi kurikulum, kebutuhan pasar tenaga kerja, inovasi, tata kelola yang baik. Tidak ada kebijakan yang benar-benar mencakup hubungan antara materi yang diajarkan di institusi pendidikan tinggi dengan sifat dan kemampuan yang diharapkan dari lulusan yang bekerja.

Untuk mengatasi hal tersebut dalam Kementrian Pendidikan dan Budaya (2020), strategi yang digunakan kemendikbud dalam agenda pembangunan RPJMN 2020-2024 yaitu diantaranya:

1. pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kerja sama industri, 2. penguatan pendidikan tinggi berkualitas.

Daya saing perguruan tinggi dapat ditingkatkan dengan strategi aliansi, kerja sama, kemitraan antara perguruan tinggi dengan berbagai dunia usaha dan/atau dunia kerja.

(7)

7 Selain itu strategi untuk bersaing yaitu dengan terus meningkatkan mutu layanan pendidikan tinggi. Mutu pendidikan tinggi adalah gambaran dan karakteristik komprehensif dari layanan pendidikan tinggi, baik internal maupun eksternal, yang menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi (memenuhi) kebutuhan layanan pendidikan tinggi yang diharapkan.

Penguatan Tata Kelola dan Pembiayaan Perguruan Tinggi Berkualitas

Menurut Kementrian Pendidikan dan Budaya (2020), selain masalah hasil belajar yang rendah, pendidikan tinggi di Indonesia juga menghadapi masalah tata kelola yang disebabkan oleh disparitas struktural dalam akses ke pendidikan. Ketidakseimbangan kualitas terus mengganggu tata kelola pendidikan tinggi. 71% dari 3700 PTS memiliki kualitas rendah dan jumlah siswa yang kecil. Banyak perguruan tinggi masih memiliki tata kelola internal yang buruk secara institusional. Tidak dapat dipungkiri bahwa dana yang dialokasikan untuk pendidikan tinggi di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan yang dialokasikan untuk negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Akses pendidikan yang tidak setara di antara kelas ekonomi masyarakat merupakan bagian dari masalah pendidikan tinggi Indonesia. Pada kuintil terendah, hanya 10% (sepuluh persen) masyarakat dapat mengakses pendidikan tinggi. Sedangkan, pada kuintil tertinggi, akses sudah mencapai 60% (enam puluh persen).

Pada masa reformasi, perguruan tinggi Indonesia masih menghadapi masalah yang sangat rumit. Ada banyak masalah yang diajukan, termasuk campur tangan pemerintah (birokratisasi) dalam pengelolaan perguruan tinggi, biaya pendidikan yang tidak terjangkau bagi siswa miskin, kualitas riset dan publikasi yang buruk, dan masalah budaya akademik yang belum sepenuhnya dibangun. Pengaruh berbagai kepentingan, terutama antara negara dan pasar, selalu menjadi pusat perdebatan dan diskusi tentang pendidikan tinggi.

Ketika datang ke autonomi dan tata kelola perguruan tinggi, ada perjuangan untuk menyiasati berbagai kepentingan yang memengaruhi perguruan tinggi. Beberapa kepentingan ini termasuk kekuatan pasar, peran pemerintah, dan kehidupan akademik, di antaranya adalah upaya untuk mencapai keunggulan dan kebebasan akademik. (Soetjipto et al., 2014)

Sumber daya manusia sebuah negara sangat ditingkatkan oleh perguruan tinggi.

Semua perguruan tinggi besar di Indonesia menghadapi perubahan yang begitu cepat di era digital dan informasi. Semua anggota civitas akademik harus menyadari kompleksitas pengelolaan perguruan tinggi. Mereka harus berkolaborasi untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab untuk menjaga perguruan tinggi yang sehat dan berkualitas tinggi. Tata kelola perguruan tinggi sangat diperlukan karena telah menjadi fungsi penting dalam peningkatan mutu akademik. (Suti et al., 2020)

(8)

8 Sistem tata kelola perguruan tinggi harus memperhatikan prinsip good governance dalam mengurangi resiko kesalahan dalam pengelolaannya. Prinsip good governance memiliki ciri-ciri yaitu : (Suti et al., 2020)

Transparansi, yaitu suatu kebijakan, regulasi, program, kegiatan dan anggaran perguruan tinggi diketahui dan dipahami oleh sivitas akademika sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam memajukan perguruan tinggi.

Akuntabilitas, yaitu tingkat pertanggungjawaban pimpinan perguruan tinggi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Pengorganisasian, yaitu tentang sejauh mana pimpinan perguruan tinggi mampu menerapkan berbagai prinsip pengorganisasian, seperti menetapkan tata hubungan kerja, rincian tugas pokok, fungsi/wewenang serta melakukan directing (pengarahan) dengan prinsip persamaan derajat (equity) dan inklusifitas (inclusiveness).

Partisipatif, yaitu tentang proses pengambilan keputusan strategis perguruan tinggi melibatkan stakeholders eksternal, sehingga stakeholders dapat mendukung penyelenggaraan perguruan tinggi secara aktif.

Responsif, yaitu tentang sejauh mana kebijakan, regulasi/ aturan, program, termasuk dalam pengalokasian anggaran mendapat dukungan dan tanggapan positif dari sivitas akademika.

Efisiensi dan Efektivitas, yaitu tentang seberapa besar upaya pimpinan perguruan tinggi untuk membuat sivitas akademika faham, dan dapat memberi komitmen terhadap kebijakan/ regulasi dan program yang telah ditetapkan.

Leadership yang tunduk pada aturan yang berlaku (rule of law). Prinsip ini yaitu tentang kepemimpinan perguruan tinggi yang mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif dan menginspirasi civitas akademika agar bekerja secara produktif dalam upaya pencapaian visi dan misi perguruan tinggi.

Selain itu strategi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam rangka penguatan akuntabilitas layanan pendidikan Tinggi adalah bertindak sebagai penunjang, fasilitator, dan pembina untuk satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Menurut Kemendikbudristek, penguatan manajemen dan tata kelola yang berkelanjutan dilakukan dengan memanfaatkan SDM yang dimiliki dengan maksimal, memaksimalkan fungsi perencanaan dan evaluasi yang inovatif, efektif dan efisien, melakukan koordinasi dengan berbagai pihak baik internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun pihak eksternal yaitu LPDP, unit utama pelaksana program, termasuk stakeholders Perguruan Tinggi di daerah, dan memanfaatkan bebagai inovasi pelayanan sesuai dengan perkembangan IT. Dengan demikian layanan dapat dilaksanakan dengan tepat waktu dan tepat sasaran untuk setiap pembiayaan yang disalurkan.

KESIMPULAN

(9)

9 Agar pendidikan tinggi di Indonesia dapat berkembang dengan baik, beberapa masalah strategis harus diatasi dalam proses pembangunan. Beberapa sumber menyebutkan beberapa masalah strategis yang terkait dengan pembangunan pendidikan tinggi di Indonesia sebagai berikut: pemerataan akses; relevansi dan peningkatan kesempatan kerja; daya saing; dan penguatan tata kelola dan pembiayaan perguruan tinggi. Semua elemen pendidikan harus berkomitmen untuk menyelesaikan masalah strategis tersebut. Maka dari itu dilakukan berbagai cara untuk mengahadapi isu yang ada pada pendidikan tinggi. Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi yang merata dan berkualitas tinggi.

REFERENSI

Alawiyah’, F. (2012). AKSES PENDIDIKAN TINGGI DAN PENYEBAMNNYA THE ACCESS AND DISTRIBUTION OF HIGHER EDUCATION.

Arwildayanto, Suking, A., Arifin, & Nellitawati. (2020). MANAJEMEN DAYA SAING PERGURUAN TINGGI.

Idrus, M. (2012). MUTU PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH.

PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1(2).

https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v1i2.4603

Kemendikbudristek. (n.d.). RENSTRA BALAI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI 2023-2024.

Kementrian Pendidikan dan Budaya. (2020). RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI.

Muhson, A., Wahyuni, D., & Mulyani, E. (2012). ANALISIS RELEVANSI LULUSAN PERGURUAN TINGGI DENGAN DUNIA KERJA. In Jurnal Economia (Vol. 8, Issue 1).

Soetjipto, A., Seda, F. E., Noor, I. R., Eko Wardani, S. B., & Soebagjo, N. (2014). OTONOMI DAN TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI NEGERI Studi Kasus di Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jurnal Masyarakat & Budaya, 16 No. 2 Tahun 2014.

Suti, M., Syahdi, Muh. Z., & D., D. (2020). Tata Kelola Perguruan Tinggi dalam Era Teknologi Informasi dan Digitalisasi. JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 3(2), 203. https://doi.org/10.35914/jemma.v3i2.635

Referensi

Dokumen terkait

Arah Pembangunan Bidang Politik Dalam Negeri RPJPN 2005-2025 PENYEMPURNAAN STRUKTUR POLITIK PENATAAN PERAN NEGARA & MASYARAKAT PENATAAN PROSES POLITIK PENGEMBANGA

Arah Pembangunan Bidang Politik Dalam Negeri RPJPN 2005-2025 PENYEMPURNAAN STRUKTUR POLITIK PENATAAN PERAN NEGARA & MASYARAKAT PENATAAN PROSES POLITIK PENGEMBANGA N BUDAYA

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025; PENYUSUNAN RPJMD Persiapan Penyusunan Renstra-SKPD Analisis Gambaran pelayanan SKPD

Strategi tersebut tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- 2025 beserta

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) Tahun 2005-2025 yang mengamanatkan bahwa pembangunan

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menegaskan bahwa “Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi

Keseluruhanya merujuk pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Batang Tahun 2005-2025 dan Rencana

Untuk mewujudkan cita-cita visi RPJPN 2005-2025 dibuat rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) secara bertahap hingga di tahun 2025, sehingga kebijkan