• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KAJIAN KUALITAS FISIK EDIBLE STRAW DARI PATI UBI JALAR KUNING (Ipomea batatas L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of KAJIAN KUALITAS FISIK EDIBLE STRAW DARI PATI UBI JALAR KUNING (Ipomea batatas L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: 19/10/2022, Direview: 24/12/2022, Diterbitkan: 30/04/2023

KAJIAN KUALITAS FISIK EDIBLE STRAW DARI PATI UBI JALAR KUNING (Ipomea batatas L.)

Study of Phycical Quality of Edible Straw from Yellow Sweet Potato Starch (Ipomea Batatas L.)

Indah Lestari1, Dedin Finatsiyatull Rosida1,2*, Luqman Agung Wicaksono1

1) Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Jawa Timur Indonesia 2) Pusat Inovasi Teknologi Tepat Guna Pangan Dataran Rendah dan Pesisir Universitas

Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Jawa Timur Indonesia

*Penulis Koresponsdensi, E-mail: dedin.tp@upnjatim.ac.id

ABSTRAK

Sedotan (Straw) merupakan alat bantu minum berbentuk tabung tanpa tutup, lentur, bertekstur halus, dan terbuat dari plastik berjenis polypropylene dan polystyrene. Bahan sedotan ini dapat didaur ulang, namun masalah khususnya di Indonesia, untuk menunggu daur ulang akan menyebabkan penumpukan sampah. Penumpukan sampah yang terlalu lama akan menyebabkan pencemaran. Solusi terbaiknya menggunakan sedotan yang dapat dimakan. Inovasi edible straw bertujuan untuk menggantikan sedotan plastik yang tidak berbahaya untuk konsumsi serta ramah lingkungan. Pati ubi jalar kuning adalah hidrokoloid bisa digunakan untuk pembuatan edible straw dengan gliserol sebagai plasticizer. Penelitian ini menggunakan RAL atau Rancangan Acak Lengkap berdasarkan dua faktor. Faktor I konsentrasi pati ubi jalar kuning (3%, 4%, 5%) dan faktor II konsentrasi gliserol (20%, 25%, 30%). Analisis data menggunakan uji lanjut DMRT 5% dan ANOVA 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible straw memiliki kadar air (12.56%–14.37%), ketebalan (0.58 mm–

0.80 mm), daya serap air (27.82%–36.59%) dan uji ketahanan air (63.41%–72.18%).

Kata kunci : Edible straw, Gliserol, Kualitas fisik, Pati ubi jalar kuning

ABSTRACT

Straw is a drinking aid in a tube without a lid, flexible, fine-textured, and made of polypropylene and polystyrene plastics. This straw material can be recycled, but the problem, especially in Indonesia, is that waiting for it to be recycled will lead to the accumulation of waste. Garbage accumulation that is too long will cause pollution. The best solution is to use an edible straw. Edible straw innovation aims to replace plastic straws that are safe for consumption and environmentally friendly. Yellow sweet potato starch is a hydrocolloid that can be used to make edible straws with glycerol as a plasticizer. This study used a completely randomized design (CRD) with two factors. The factor I yellow sweet potato starch concentration (3%, 4%, 5%) and factor II glycerol concentration (20%, 25%, 30%). Data analysis used 5% ANOVA and 5% DMRT follow-up test. The results showed that edible straw had moisture content (12.56%14.37%), thickness (0.58 mm0.80 mm), water absorption capacity (27.82% 36.59% ) and water resistance test (63.41%72.18%).

(2)

PENDAHULUAN

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu permasalahan di Indonesia yang diakibatkan banyaknya limbah plastik yang susah terurai oleh alam. Setelah Cina, Indonesia menjadi negara sebagai penghasil limbah plastik paling besar di urutan kedua dunia dengan penyumbang terbesarnya berupa sedotan plastik. Menurut data DCA (2018), diperkirakan sebanyak 93,244,847 batang sedotan plastik digunakan setiap harinya di Indonesia. Sedotan (Straw) merupakan alat bantu minum berbentuk tabung tanpa tutup, lentur, bertekstur halus, dan biasanya terbuat dari plastik berjenis polypropylene dan polystyrene. Bahan sedotan plastik ini dapat didaur ulang, namun masalah khususnya di Indonesia, untuk menunggu daur ulang akan menyebabkan penumpukan sampah yang semakin banyak, karena terlalu lama menunggu daur ulang akan menyebabkan terjadinya pencemaran serta dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Sebab itulah perlunya suatu upaya untuk mengurangi limbah plastik tersebut dengan bahan yang bisa digunakan berkali-kali seperti stainless steel, bambu, dan akrilik atau menggunakan bahan sedotan yang dapat dikonsumsi (edible straw) (Rohmah et al., 2020).

Edible straw merupakan alternatif sedotan yang dapat digunakan sebagai pengganti plastik sebab berbahan dasar aman untuk dikonsumsi tanpa membahayakan lingkungan (Dian, 2021). Sedotan ini berasal dari bahan ramah lingkungan serta tidak memerlukan waktu lama untuk terurai. Berbeda dengan sedotan plastik yang memerlukan masa yang lama untuk dapat diurai alam. Menurut Widodo et al., (2019), bahan penyusun edible film berdasarkan atas lemak (lipida), karobohidrat (polisakarida) serta protein (polipeptida) yang adalah makromolekul penyusun makanan. Hidrokoloid golongan polisakarida seperti pectin, kagenan, dan pati, juga dapat digunakan. Bahan baku utama untuk edible straw yang digunakan pada penelitian ini yaitu pati ubi jalar kuning.

Pati yang digunakan untuk bahan dasar dalam produksi edible straw memiliki komponen penyusun pati antara lain amilopektin dan amilosa yang memiliki sifat termoplastis. Pada tahun 2018 data BPS atau Badan Pusat Statistik menunjukkan produksi ubi jalar terbesar kedua di Pulau Jawa terdapat di Jawa Timur dengan hasil produksi mencapai 257.414 ton pada tahun 2017 (BPS, 2018). Ubi jalar kuning adalah bahan pangan lokal bergizi dan dapat diolah menjadi penghasil karbohidrat yg relatif potensial sebab sebagian besar tersusun oleh pati. Kandungan patinya yang tinggi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan edible straw.

Berdasarkan hasil penelitian dari Yuliansar et al., (2020) menyatakan bahwa ubi jalar kuning mengandung pati sebesar 78,12%. Sedangkan kandungan amilosa dan amilopektin ubi jalar kuning sebesar 63,08% dan 36,92%. Film yang tebentuk dalam pati bersifat rapuh, kaku, rentan mengalami rusak, mudah tersobek, bertransparansi rendah serta menjadi penghalang uap air yang rendah sebab bersifat hidrofilik, sehingga dapat mempengaruhi sifat dan stabilitas mekanik film. Akibatnya penambahan plastisizer perlu dilakukan guna mengurangi taraf kerapuhannya. Kadar amilosa yang dimiliki pati sangat berpengaruh dalam pembentukan gel. Semakin rendah kadar amilosa, maka pasta akan bersifat lunak dan gel yang dihasilkan relatif tidak kokoh (Suryani, 2001). Menurut penelitian Yuliansar et al. (2020), ubi jalar kuning mempunyai kadar amilosa lebih tinggi daripada ubi jalar ungu dan putih.

Agar film edible straw menjadi lebih elastis dan fleksible, penggunaan plastisizer sangat dibutuhkan dan jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah plasticizier gliserol. Gliserol yang digunakan menjadi indikator penting sebab mempengaruhi sifat mekanik film dalam membentuk matriks polimer (Maran et al., 2013). Dibandingkan sorbitol, penggunakan plasticizer lebih baik karena menghasilkan film yang lebih fleksibelnya sehingga tidak mudah rapuh, kemudian tampilan dan sifat mekaniknya tidak mengalami perubahan saat penyimpanan (Osés et al., 2009). Dalam proses produksi, bahan pengikat (binding agents) diperlukan untuk mengurangi kerapuhan dari edible straw tersebut. Binding agents diperlukan untuk merekatkan bahan satu sama lain agar struktur produk menjadi kompak dan tidak

(3)

mudah hancur. Karagenan, alginate, tapioka, maisena, gelatin, terigu dan maltodekstrin merupakan bahan pengikat yang biasa dimanfaatkan.

Karagenan mempunyai keunggulan yaitu bisa menghasilkan gel yang elastis, baik, aman dikonsumsi dan bisa diperbaharui (Handito, 2011). Bahan ini memiliki potensi besar sebagai edible straw karena merupakan polimer yang larut dalam air yang terbuat dari rantai lurus galaktan sulfat tertentu (Skurtys et al., 2009). Berdasarkan itulah penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemanfaatan ubi jalar kuning sebagai bahan baku edible straw serta menganalisis pengaruh penambahan pati ubi jalar kuning dan gliserol terhadap karakteristik fisik edible straw dari pati ubi jalar kuning.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan utama yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu ubi jalar kuning yang didapat dari daerah Pasar Kota Baru Driyorejo-Gresik. Plasticizer gliserol, karagenan dan aquadest di Toko Sumber Kimia, Surabaya.

Alat

Dalam pembuatan pati ubi jalar kuning menggunakan alat-alat antara lain cabinet dryer, timbangan digital, blender dan ayakan 80 mesh. Sedangkan untuk pembuatan edible straw menggunakan alat-alat gelas, magnetic stirrer, termometer, oven, dan cetakan edible straw.Alat yang dimanfaatkan dalam analisis yaitu oven memmert (UN55), desikator, neraca analitik, mikrometer (model MDC-25M, Mitutoyo, MFG, Japan).

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan RAL atau Rancangan Acak Lengkap berdasarkan pada pola faktorial, meliputi dua faktor di mana faktor I adalah konsentrasi pati ubi jalar kuning terdiri dari tiga level (3%, 4% dan 5% b/v) dan faktor II merupakan konsentrasi gliserol yang berdasarkan pada tiga level (20%, 25% dan 30% v/b). Tiap perlakukan dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali. Data hasil analisis diolah menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) serta uji lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf signifikan α 0.05.

Tahapan Penelitian

Pembuatan Pati Ubi Jalar Kuning

Dalam penelitian ini, pati ubi jalar kuning dibuat berdasarkan Fatnasari et al,. (2018) yang dimodifikasi. Proses pertama berupa proses mencuci bahan baku sampai bersih menggunakan air mengalir, dikupas dan diparut. Kemudian, air ditambahkan pada bahan yang telah diparut dengan menggunakan perbandingan 1:3, kemudian dilakukan pemisahan dengan cara diperas. Suspensi yang diperoleh diendapkan selama 12 jam untuk memisahkan antara pati dengan air. Kemudian air dipermukaan endapan yang diperoleh dari oven menggunakan suhu 60°C dalam waktu 6 jam dibuang. Selesainya kering, dilakukan penghalusan pati menggunakan blender kemudian dilakukan pengayakan menggunakan ayakan 80 mesh dengan tujuan mendapatkan pati ubi jalar kuning.

Tahap Pembuatan Edible Straw

Pembuatan edible straw menurut A’yun et al., (2021) yang dimodifikasi. Proses pembuatan edible straw yang diawali dengan penimbangan pati ubi jalar kuning dengan konsentrasi (3%, 4% dan 5%) dan 0.8 gr karagenan. Lalu dilakukan pelarutan dengan aquades 100 ml sampai larut, kemudian dilakukan pemanasan larutan selama 15 menit pada suhu 70-85°C. Ditambahkan gliserol dengan konsentrasi (20%, 25% dan 30%) dan 0.8 gr karagenan, larutan dipanaskan kembali dan diaduk dengan 70-85°C suhu selama 15 menit

(4)

pengeringan menggunakan suhu suhu 60°C dalam waktu 6 jam menggunakan oven pengering. Film yang telah dikering digulung untuk pencetakan straw, lalu straw dikeringkan kembali dengan suhu 60°C selama 1 jam.

Metode

Pembuatan edible straw menggunakan metode modifikasi A’yun et al. (2021), pembuatan pati ubi jalar kuning menggunakan metode modifikasi Fatnasari et al. (2018).

Analisis kadar air (AOAC, 2005), ketebalan (Sutanti & Dewi, 2018), daya serap air dan ketahanan air (Illing & Satriawan, 2018).

Prosedur Analisis 1. Analisis Kadar Air

Sebelum menimbang, botol timbang dikeringkan terlebih dahulu selama 15 menit di oven, lalu didinginkan dalam waktu 30 menit pada desikator. Dilakukan penimbangan botol terlebih dahulu untuk mengetahui beratnya, baru kemudian sampel ditimbang sebesar 1–2 gr.

Setelah itu dilakukan pengeringan pada oven menggunakan suhu 105°C dalam waktu 3-5 jam, lalu pendinginan pada kurun waktu 15 menit pada desikator, kemudian penimbangan.

Lalu, dikeringkan kembali hingga memperoleh berat konstan (selisih penimbangan berturut – turut kurang dari 0.2 mg). Kadar air sampel dapat dihitung dan diperoleh menggunakan persamaan di bawah ini: (AOAC, 2005)

% kadar air = B1−B2 x 100%

B

Keterangan :

B = Berat sampel (gram)

B1 = Berat (sampel + botol timbang) sebelum pengeringan B2 = Berat (sampel + botol timbang) sesudah pengeringan

2. Analisis Ketebalan

Uji ketebalan edible straw dilakukan dengan cara memotong edible straw berukuran 3 cm. Uji ketebalan menggunakan micrometer ketelitian 0.01 mm yang dilangsungkan pada 4 pusat lokasi yang berbeda dari sampel edible straw. Hasil ketebalan edible straw didapatkan dari hasil pengukuran yang nilainya dirata-rata (Sutanti & Dewi, 2018).

3. Analisis Daya Serap Air dan Ketahanan Air

Dilakukan pemotongan sampel edible straw dengan ukuran 2 cm dan untuk mengetahui berat sampel awal edible straw, ditimbang pada neraca analitik. Sampel ditempatkan dalam beaker glass 10 ml dan ditutup dengan 5 ml aquadest sebelum didiamkan pada suhu kamar selama 1 mnt, 5 mnt, 15 mnt, dan 30 mnt sebelum diangkat, ditiriskan, dan ditimbang. Dan diulangi berulang-ulang sampai berat yang konstan tercapai (Illing & Satriawan, 2018).

Air yang diserap % = 𝑊1−𝑊𝑜 𝑥 100%

𝑊𝑜

Ketahanan air = 100% - persen air yang diserap Keterangan :

W1 = berat produk akhir pada keadaan basah (gr) W0 = berat produk awal pada keadaan kering (gr)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kadar Air

Kadar air ialah persentase air yang terdapat pada sebuah bahan dan masa simpan bahan sangat dipengaruhi oleh kadar air tersebut. Berikut adalah hasil analisis sidik ragam yang menggambarkan bahwasannya penggunaan konsentrasi gliserol dan pati yang memiliki

(5)

perbedaan pada pembuatan edible straw berpengaruh konkret pada kadar air yang dihasilkan.

14.5 14 13.5 13 12.5 12 11.5 11

20% 25% 30%

Konsentrasi Gliserol

pati 3%

pati 4%

pati 5%

Gambar 1. Rerata Kadar Air (%) Edible Straw Dengan Penambahan Konsentrasi Pati Ubi Jalar Kuning Dan Plasticizer Gliserol

Gambar 1 menunjukkan penambahan pati dan gliserol mempuyai pengaruh yang konkret (p<0.05) pada kadar air edible straw. Kadar air edible straw pati ubi jalar kuning pada kisaran diantara (12.56%–14.37%). Kadar air paling tinggi diperoleh daripada perlakuan konsentrasi pati 5% dan gliserol 30% yaitu 14.37%, sedangkan kadar air paling rendah pada perlakuan konsentrasi pati 3% dan gliserol 20% yaitu 12.56%. Peningkatan konsentrasi pati dan gliserol pada formulasi film pada edible straw, meningkatkan kadar air pada edible straw.

Hal tersebut dikarenakan peningkatan kadar air dapat dicapai melalui kombinasi dua faktor yaitu penambahan pati yang bersifat hidrofilik serta tidak sukar dalam pengikatan air serta menghasilkan bertambahnya gliserol pada konsentrasi yang lebih tinggi, yang dapat memberikan peningkatan sifat kohesif antar molekul gliserol. Menurut Wiramukti (2012), gugus hidroksil yang besar pada molekul pati dapat meningkatkan kemampuan penyerapan air. Menurut Fenema (1996) dalam Basuki et al., (2015), granula yang berada diluar dapat berpindah ke dalam dan tidak bebas lagi sebab gliserol dapat mengikat air dalam jumlah besar dengan tujuan terjadi peningkatan kadar air edible film.

2. Ketebalan

Ketebalan edible straw terjadi peningkatan seiring dengan penambahan semakin banyak pati dan gliserol, dikarenakan terjadi peningkatan jumlah matriks polimer pembentuk film, sehingga semakin tebal. Pengaruh penambahan konsentrasi pati ubi jalar kuning dengan konsentrasi gliserol yang ditunjukkan oleh Gambar 2.

0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00

20% 25% 30%

pati 3%

pati 4%

pati 5%

Konsentrasi Gliserol

Ketebalan (mm) Kadar Air (%)

(6)

Gambar 2 menunjukkan bahwasannya perlakuan konsentrasi pati dan gliserol yang terdapat perbedaan pada pembuatan edible straw tidak diperoleh interaksi yang nyata (p

0,05) diantara kedua perlakuan tersebut pada ketebalan edible straw. Hasil rerata ketebalan pada edible straw relative berbeda pada setiap perlakuan berkisar antara (0.58mm–0.80mm).

Ketebalan edible straw tertinggi didapati dari perlakuan konsentrasi pati 5% dan gliserol 30%

yaitu 0.80 mm, kemudian ketebalan edible straw paling rendah didapati dari perlakuan konsentrasi pati 3% dan gliserol 20% yaitu 0.58 mm.

Peningkatan penambahan konsentrasi pati menyebabkan ketebalan edible straw meningkat juga. Hal ini disebakan karena pati merupakan bahan pembetuk polimer matriks film edible straw. Pada proses pembuatan edible straw penambahan konsentrasi pati akan meningkatkan viskositas larutan edible straw karena terjadi peningkatan padatan terlarut, sehingga akan meningkatan ketebalan edible straw. Menurut Widodo et al,. (2019) menyatakan bahwa setelah dilakukan proses pengadukan, polimer film yang dibentuk pati dapat menjadi semakin tebal. Warkoyo et al., (2014) memberikan penegasan bahwasannya meningkatnya konsentrsi pati kimpul dapat membuat padatan dan terjadi peningkatan juga pada ketebalan edible film. Demikian juga dengan penambahan konsentrasi gliserol dapat meningkatkan viskositas larutan. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilaksanakan oleh Arham et al., (2016) yang menyatakan bahwa meningkatnya ketebalan edible film diakibatkan oleh meningkatnya penambahan jumlah konsentrasi gliserol.

3. Daya Serap Air

Uji daya serap air dilangsungkan dengan maksud mendapatkan kuantitas jumlah air yang mampu diserap oleh edible straw ubi jalar kuning setelah perendaman dalam air selama selang waktu tertentu.

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

20% 25% 30%

Konsentrasi Gliserol

Pati 3%

Pati 4%

Pati 5%

Gambar 3. Rerata Daya Serap Air (%) Edible Straw Dengan Penambahan Konsentrasi Pati Ubi Jalar Kuning Dan Plasticizer Gliserol

Gambar 3 menunjukkan perlakuan penambahan pati dan gliserol pada formulasi film edible straw mempunyai pengaruh yang konkret (p<0.05) pada daya serap air edible straw.

Hasil rerata daya serap air pada edible straw relative berbeda pada setiap perlakuan berkisar antara (27.82%–36.59%). Daya serap air paling tinggi diperoleh dari perlakuan konsentrasi pati 5% dan gliserol 30% yakni 36.59%, sedangkan daya serap air paling rendah dihasilkan dari perlakuan konsentrasi pati 3% dan gliserol 20% yaitu 27.82%. Pengurangan penyerapan air oleh edible straw sejajar dengan pertumbuhan penambahan gliserol. Munthoub & Rahman (2011) berpendapat bahwasannya peningkatan jumlah gliserol yang ditambahkan akan meningkatkan nilai penyerapan air oleh film plastik yang artinya film plastik bersifat hidrofilik.

Apabila edible straw memiliki nilai penyerapan air yang tinggi, kualitasnya akan buruk dan akan cepat rusak jika digunakan berulang kali sebagai sedotan. Kapasitas penyerapan air adalah indikator untuk menentukan seberapa baik edible straw akan bertahan sebagai alat

Daya Serap Air (%)

(7)

bantu minum (sedotan) di dalam air, di mana semakin rendah kapasitasnya maka semakin tinggi kualitas sedotan yang dapat dimakan.

4. Ketahanan Air

Uji ketahanan air (swelling test) merupakan parameter utama dalam pengujian edible straw. Ketahanan air edible straw menunjukkan penurunan nilai seiring dengan penambahan pati dan gliserol.

80 75 70 65 60 55 50

20% 25% 30%

Konsentrasi Gliserol

Pati 3%

Pati 4%

Pati 5%

Gambar 4. Rerata Ketahanan Air (%) Edible Straw Dengan Penambahan Konsentrasi Pati Ubi Jalar Kuning Dan Plasticizer Gliserol

Gambar 4 menunjukkan penambahan pati dan gliserol pada formulasi film edible straw mempunyai pengaruh konkret (p<0.05) pada ketahanan air edible straw. Hasil rerata ketahanan air pada edible straw relative berbeda pada setiap perlakuan berkisar antara (63.41%–72.18%). Ketahanan air edible straw paling tinggi diperoleh dari perlakuan konsentrasi pati 3% dan gliserol 20% yakni 72.18%, sedangkan ketahanan air paling rendah diperoleh dari perlakuan konsentrasi pati 5% dan gliserol 30% yakni 63.41%. Semakin menurunnya hasil ketahanan air dari suatu produk edible straw, menujukkan bahwa produk akan mudah rusak. Semakin tinggi nilai ketahanan airnya, maka kualitas produk edible straw semakin baik. Berdasarkan Japanese Industrial Standards (JIS) nilai bahan pembengkakan bioplastik memiliki nilai maksimum 70%. (JIS, 1975)

Ketahanan air terbaik diperoleh dari edible straw yang memiliki konsentrasi pati 3% dan gliserol 20%. Meningkatnya penyerapan film edible straw disebabkan karena adanya kehadiran tiga gugus hidroksil dari molekul gliserol. (Wan Aizan dan Intan; 2011). Gliserol selaku plasticizer memiliki peran dalam penambahan kelenturan film edible straw, namun free volume (ruang kosong) pada edible straw yang semakin bertambah akan memberikan peningkatan celah untuk penempatan molekul air. Darni et al. (2009) menegaskan bahwasannya kemampuan molekul untuk menahan air bergantung pada karakteristik blok penyusunnya. Pada penelitian ini menggunakan pati yang bersifat hidrofilik dan karakteristik hidrofilik film juga dapat dikaitkan dengan penggabungan gliserol. Oleh karena itu, daya tahan air edible straw menurun dengan meningkatnya kandungan gliserol.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata edible straw dari pati ubi jalar kuning dengan plasticizer gliserol memiliki kadar air (12.56%–14.37% ), ketebalan (0.58 mm– 0.80 mm), uji ketahanan air (63.41%–72.18%) dan daya serap air (27.82%–36.59%). Semakin tinggi konsentrasi pati ubi jalar kuning dan plasticizer gliserol yang ditambahkan akan mengakibatkan nilai kadar air, ketebalan, dan daya serap air edible straw meningkat, namun nilai ketahanan air edible straw semakin menurun.

Ketahanan Air (%)

(8)

DAFTAR PUSTAKA

A’yun, S. N., Triastuti, J., & Saputra, E. (2021). Edible straw formulation from caragenant and gelatin as a solution in reducing plastic waste. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 718(1).

Arham, R., Mulyati., M. T., Metusalach, M., & Salengke, S. (2016). Physical and mechanical properties of agar based edible film with glycerol plasticizer. International Food Research Journal, 23(4), 1669–1675.

Basuki, S., Jariyah, E. K., & Hartati, D. D. (2015). Karakteristik edible film dari pati ubi jalar dan gliserol. Jurnal Rekapangan, 8(2).

Darni, Y., Herti, U., & Siti, N. A. (2009). Peningkatan hidrofobisitas dan sifat fisik plastik biodegradabel pati tapioka dengan penambahan selulosa residu rumput laut euchema spinossum. Universitas Lampung.

DCA. (2018). Sampah sedotan sepanjang jakarta-meksiko. Divers Clean Action (DCA).

Dian, P. (2021). Pengaruh jenis pati dan konsentrasi karagenan terhadap karakteristik edible straw. Universitas Pasundan.

Fatnasari, A., Nocianitri, K. A., & Suparthana, I. P. (2018). Pengaruh konsentrasi gliserol terhadap karakteristik edible film pati ubi jalar (ipomoea batatas l.). Scientific Journal of Food Technology, 5(1), 27–35.

Handito, D. (2011). Pengaruh Konsentrasi Karagenan Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Edible Film. Agroteksos, 21(2–3), 151–157.

Illing, I., & Satriawan, M. B. (2018). Uji Ketahanan Air Bioplastik Dari Limbah Ampas Sagu Dengan Penambahan Variasi Konsentrasi Gelatin. Prosiding Seminar Nasional, 3(1), 182–189.

JIS. (1975). Asosiasi Standar Jepang. Jurnal J-PAL, 6(1).

Maran, J. P., Sivakumar, V., Sridhar, R., & Immanuel, V. P. (2013). Development of model for mechanical properties of tapioca starch based edible films. Industrial Crops and Products, 42, 159–168.

Munthoub, D. I., & Rahman, W. A. (2011). Tensile and water absorption properties of biodegradable composites derived from cassava skin/poly vinyl alcohol with glycerol as plasticizer. Sains Malaysiana, 40(1), 713–718.

Osés, J., Fernández-Pan, I., Mendoza, M., & Maté, J. I. (2009). Stability of the mechanical properties of edible films based on whey protein isolate during storage at different relative humidity. Food Hydrocolloids, 23(1), 125–131.

Rohmah, D. U. M., Luketsi, W. P., & Windarwati, S. (2020). Analisis organoleptik edible straw dari buah nanas (ananas comosus l.) Subgrade varietas queen. AGROINTEK: Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 14, 24–35.

Skurtys, O., Acevedo, C., Pedreschi, F., Enrione, J., Osorio, F., & Aguilera., J. M. (2009). Food hydrocolloid edible films and coatings. Nova Sciences Publishers, Inc.

Sutanti, S., & Dewi, C. K. (2018). Karakterisasi bioplastik berbahan kolang-kaling dengan monogliserida dari minyak kelapa. Jurnal Inovasi Teknik Kimia, 3(2).

Warkoyo, W., Rahardjo, B., Marseno, D. W., & Karyadi, J. N. W. (2014). Sifat fisik, mekanik dan barrier edible film berbasis pati umbi kimpul (xanthosoma sagittifolium) yang diinkorporasi dengan kalium sorbet. Agritech, 34(1), 72–81.

Widodo, L. U., Sheila, N. W., & Nimade, A. P. (2019). Pembuatan edible film dari labu kuning dan kitosan dengan gliserol sebagai plasticizer. Jurnal Teknologi Pangan, 13(1), 57–65.

Wiramukti, A. (2012). Pemanfaatan pigmen antosianin ekstrak murbei (morus alba) sebagai agen biosensor dalam pembuatan pengemas edible film pendeteksi kerusakan sosis melalui indikator ph. Universitas Brawijaya.

Yuliansar, Y., Ridwan, R., & Hermawati, H. (2020). Karakterisasi pati ubi jalar putih, orange, dan ungu. Jurnal Saintis, 1(2), 1–13.

Referensi

Dokumen terkait

Fermentasi hidrolisat pati ubi jalar selanjutnya menghasilkan bioetanol tertinggi pada kadar 12,3% (v/v) yang diperoleh dari substrat hidrolisat pati ubi jalar

Dalam penelitian ini dipelajari karakteristik fisikokimia tepung pati ubi jalar yang dibuat dari beberapa varietas ubi jalar, sehingga diharapkan dapat ditentukan

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi pati ubi jalar dan tapioka yang digunakan sebagai bahan pembuat edible coating tidak berpengaruh nyata

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat pengiris untuk komoditi ubi jalar (Ipomea batatas) dan melakukan uji teknis terhadap alat pengiris ubi jalar

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan ubi jalar kuning dengan ubi jalar ungu dan pengaruh konsentrasi penstabil terhadap karakteristik

Formulasi tepung terigu dan tepung ubi jalar serta penambahan brokoli diduga berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan kimia crackers...

Dalam penelitian ini akan dibuat dari komposit tepung ubi jalar kuning, karena ubi jalar kuning mempunyai pigmen warna kuning yang alami sehingga dapat mempercantik

Pengaruh Konsentrasi Pati Ubi Jalar Pada Bahan Pelapis Edible Terhadap Mutu Buah Salak Terolah Minimal Selama Penyimpanan.. Rekayasa Pangan dan