• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tanaman Jagung

N/A
N/A
WINDA Maulina

Academic year: 2023

Membagikan "Karakteristik Tanaman Jagung"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Tanaman Jagung

Fathan Muhadjir

Balai P en eli tian Tan aman P angan Bogor

PENDAHULUAN

Jagung, Zea mays L. merupakan tanaman berumah satu Monoecious di mana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil (3). Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki sel-sel seludang pembuluh yang mengandung khlorofil. Di dalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasuki siklus Calvin membentuk pati dan sukrosa (3). Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu tinggi, serta kesuburan tanah yang relatif rendah.

Sifat-sifat yang menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktivitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil.

Kedudukan tanaman jagung dalam taksonomi adalah sebagai berikut:

Ordo : Tripsaceae

Famili : Poaceae

Sub-famili : Panicoideae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Jagung mempunyai 10 khromosom di dalam sel-sel reproduktif (haploid), 20 khromosom di dalam sel-sel somatik (diploid) dan 30 khromosom di dalam sel-sel endosperm (triploid). Secara umum semua tipe tanaman jagung mempunyai 10 pasang khromosom (13).

(2)

ANATOMI DAN MORFOLOGI Akar dan Perakaran

Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah; akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang setelah plumula muncul; dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri dari akar-akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar koronal adalah akar yang tumbuh dari bagian 'dasar pangkal batang. Akar udara tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah, dapat masuk ke dalam tanah. Akar udara ini berfungsi dalam assimilasi dan juga sebagai akar pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan. Apabila masuk ke dalam tanah, akar ini akan berfungsi juga membantu penyerapan hara (14).

Batang

Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10- 40 ruas, umumnya tidak bercabang kecuali ada beberapa yang bercabang beranak yang muncul dari pangkal batang, misalnya pada jagung manis. Panjang batang berkisar antara 60-300 cm tergantung dari tipe jagung. Ruas-ruas bagian atas berbentuk agak silindris, sedangkan bagian bawah bentuknya agak bulat pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang terdiri dari sel-sel parensim dengan seludang pembuluh yang diselubungi oleh kulit yang keras di mana termasuk lapisan epidermis (7, 14).

Daun

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu-tulang daun yang sangat keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang berombak. Terdapat juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun (auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan memanjang yang terdiri dari sel-sel bulliform.

(3)
(4)

Adanya perubahan turgor menyebabkan daun menggulung. Bagian bawah permukaan daun tidak berbulu (glabrous) dan umumnya mengandung stomata lebih banyak dibanding dengan di permukaan atas.

Jumlah stomata bagian atas permukaan daun diperkirakan 7000- 10.000/ cm2, sedangkan di bagian bawah permukaan daun jumlahnya sekitar 10.000-16.000/cm2 (6). Jumlah daun jagung tiap tanaman bervariasi antara 12-18 helai (5). Duduk daun bermacam- macam tergantung dari genotipe mulai dari hampir mendatar sampai vertikal (6).

Bunga

Hal yang unik dari tanaman jagung dibanding dengan tanaman serealia yang lain adalah karangan bunganya. jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) di mana bunga jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang (6, 13). Tanaman jagung bersifat protrandy di mana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut (style) pada bunga betina. Oleh karena bunga jantan dan bunga betina terpisah ditambah dengan sifatnya yang protrandy, maka jagung mempunyai sifat penyerbukan silang.

Produksi tepung-sari (polen) dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman (6). Bunga jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filarnen dan lemma. Adapun bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon janggel, penutup kelobot dan rambut-tambut (Gambar 2).

Biji

Berdasarkan bentuk biji, kandungan endosperm, serta sifat-sifat lain, jagung dibagi menjadi tujuh tipe (Tabel 1 dan Gambar 3). Tipe yang sekarang banyak dijumpai di dunia adalah tipe gigi dan mutiara (2, 14).

Morfologi Biji

Kulit biji merupakan bagian dari biji yang terdiri dari dua lapis sel yang menyelubungi biji yang disebut integumen. Pada biji yang telah masak, dinding sel telur (perikarp) melekat sangat erat pada kulit biji, sehingga perikarp dan kulit biji ini seolah-olah merupakan selaput tunggal. Kulit biji dan perikarp yang bersatu dan merupakan satu lapisan disebut hull yang merupakan ciri khas dari tanaman

(5)

rumput-rumputan. Embrio dan endosperm yang merupakan sumber makanan terdiri dari dua bagian yaitu eksternal dan internal. Bagian eksternal adalah endosperm, sedangkan bagian internal terdapat pada kotiledon atau skutellum. Skutellum merupakan penghubung yang terletak di bagian tengah kotiledon. Pada umumnya endosperm terdiri dari dua macam yaitu endosperm lunak dan endosperm keras.

Kotiledon diselubungi oleh lapisan sel-sel tipis yang disebut epithelium yang terletak di antara kotiledon dan endosperm. Koleoptil adalah calon daun yang berfungsi untuk penetrasi ke atas permukaan tanah selama proses perkecambahan (13, 14).

(6)

Tabel 1. Tipe-tipe jagung serta sifat-sifatnya.

Tipe jagung Sifat-sifat

Jagung Gigi Kuda Biji berbentuk gigi, pati yang keras menyelu- bungi pati yang lunak sepanjang tepi biji tetapi tidak sampai ke ujung.

(Dent corn)

Zea mays indentata

Jagung Mutiara Biji sangat keras, pati yang lunak sepenuhnya diselubungi oleh pati yang keras, tahan terha- dap serangan hama gudang.

(Flint corn)

Zea mays indurata

Jagung Bertepung Endosperm hampir seluruhnya berisi pati yang lunak, biji mudah dibuat tepung, biji yang sudah kering permukaannya berkerut

(Floury corn/soft corn) Zea mays amylacea

Jagung Berondong Butir .biji sangat kecil, keras seperti halnya pada tipe flint, proporsi pati yang lunak lebih kecil dibanding dengan tipe flint.

/pop (Pop corn) Zea mays everta

Jagung manis Endosperm berwarna bening, kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut

(Sweet corn)

Zea mays saccharata

Jagung Berlilin Biji berwarna buram, endosperm lunak, pati mengandung amilopektin, merupakan sumber energi terbaik untuk makanan ternak.

(Waxy corn) Zea mays ceratina

Jagung Polong Tiap butiran biji diselubungi oleh polong/

kelobot, membentuk tongkol yang juga diselu- bungi oleh kelobot, merupakan keajaiban ge¬netik (genetic curiosity), jagung ini tidak di¬gunakan untuk produksi.

(Pod corn)

Zea mays aunicula

(7)

2

(8)

Gambar 4. Penampang longitudinal biji jagung (14).

PERTUMBUHAN Perkecambahan

Setelah biji ditanam, biji akan menyerap air dari sekelilingnya dan calon tanaman mulai tumbuh. Akar radikal memanjang dengan cepat diikuti oleh plumula dan akar-akar seminal. Akar radikal muncul dari ujung biji dan arahnya berlawanan dengan calon tajuk.

Akar-akar seminal biasanya 2-5 muncul dari ujung biji dekat dengan tajuk. Semua akar, kecuali akar radikal, tumbuh membentuk sudut 25-300 terhadap horisontal. Ruas yang pertama memanjang untuk mencapai permukaan tanah. Jika ujung koleoptil muncul dari permukaan tanah, maka pemanjangan ruas yang pertama berhenti dan daun mulai muncul dari koleoptil. Di bawah kondisi yang panas lembab, ujung koleoptil muncul, 4-5 hari setelah tanam. Sebaliknya pada kondisi dingin dan kering, koleoptil baru muncul dua minggu atau lebih. Selain oleh kondisi lingkungan tersebut. perkecambahan dipengaruhi juga oleh dalamnya penanaman dan jenis tanah (11, 14).

(9)
(10)

Stadia Pertumbuhan

Stadia pertumbuhan sebelum keluar bunga betina (silking) dapat-diidentifikasi dengan menghitung jumlah daun yang telah sempurna (telah terlihat pangkal daunnya). Stadia pertumbuhan setelah silking dapat diidentifikasi pada perkembangan bijinya (11). Stadia pertumbuhan mulai tanam sampai dengan masak fisiologis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Stadia pertumbuhan jagung (11).

Kode

stadium Keterangan

Stadia 0 Saat tanam sampai pemunculan dari permukaan tanah.

Stadia 0,5 Daun ke-2 telah tumbuh sempurna.

Stadia 1,0 Daun ke-4 telah tumbuh sempurna, calon bunga jantan sudah mulai dibentuk pada ujung calon batang, tetapi masih berada di bawah permukaan tanah.

Stadia 1,5 Daun ke-6 telah tumbuh sempurna, ruas-ruas di bawah daun ke-5, 6 dan 7 mulai memanjang, ujung batang (titik tumbuh) sudah berada di atas permukaan tanah.

Stadia 2,0 Daun ke-8 ..telah tumbuh sempurna, laju pertumbuhan daun dan batang cepat, calon bunga jantan berkembang cepat.

Stadia 2,5 Daun ke-10 telah tumbuh sempurna, calon bunga betina mulai terbentuk dan berkembang pada bukir ke 6-8 di atas permukaan tanah.

Stadia 3,0 Daun ke-12 telah tumbuh sempurna, empat helai daun terbawah mulai coati, batang dan calon btinga jantan tumbuh dengan cepat, akar udara mulai tumbuh pada buku pertama di atas permukaan tanah, calon bunga betina berkembang cepat.

Stadia 3,5 Daun ke-14 telah tumbuh sempurna, perkembangan bunga jantan mendekati ukuran penuh, rambut-rambut pada bunga betina mural berkembang, akar-akar udara dari buku ke 7 berkembang.

Stadia 4,0 Daun ke-16 telah tumbuh sempurna, ujung bunga jantan mulai muncul, ruas-ruas batang dan rambut- rambut bunga betina

Tabel 2. Lanjutan

Kode stadium Keterangan

(11)

Stadia 5,0 Rambut-rambut mulai muncul, polen mulai terbentuk, daun dan bunga jantan telah sempurna, pemanjangan ruas-ruas batang terhenti, tangkai tongkol dan kelobot mendekati pertumbuhan penuh, seluruh rambut akan terus memanjang sampai saat dibuahi.

Stadia 6,0 Disebut stadia blister; tongkol, kelobot dan janggel telah sempurna, pati mulai diakumulasi ke endosperm, bobot kering biji meningkat dan akan berlangsung sampai stadia 9,0.

Stadia 7,0 Disebut stadia masak susu (dough), biji berkembang dengan cepat, pembelahan sel pada lapisan epidermis dari epidermis terhenti.

Stadia 8,0 Stadia pembentukan biji, beberapa biji mulai sempurna terbentuk, di dalam embryo, radikal, calon daun dan calon akar seminal mulai terbentuk.

Stadia 9,0 Seluruh biji sudah sempurna terbentuk, embryo sudah masak, akumulasi bahan kering dalam biji akan segera terhenti.

Stadia 10,0 Stadia masak fisiologis, akumulasi bahan kering sudah terhenti, kadar air dalam biji menurun, kelobot luar mulai me¬ngering.

HUB UN GAN I KL IM DA N PE RT UMB UHA N

Pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh proses fisiologi yang berlangsung di dalamnya. Proses fisiologi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim seperti suhu, air (hujan), radiasi surya, serta kelembaban. Dengan demikian maka basil produksi tanaman mutlak merupakan konversi energi radiasi surya, air dan Kara dalam tanah ke dalam produk akhir (biomasa) yang bernilai ekonomi (19).

Di daerah tropis dan subtropis, kecuali pada elevasi tinggi, faktor pembatas untuk pertumbuhan jagung adalah suhu rendah.

Jagung merupakan tanaman yang dapat beradaptasi balk dengan lingkungan. Suhu minimum untuk pertumbuhan jagung adalah 8- 10°C, walaupun telah ditemukan varietas yang dapat berkecambah pada. suhu 5°C. Suhu maksimum untuk pertumbuhan jagung yang pernah dilaporkan adalah 40°C. Untuk pertumbuhan terbaik bagi tanaman jagung diperlukan suhu rata- rata 24() C selama periode pertumbuhan (1, 14, 15).

(12)

Jagung merupakan tanaman yang memerlukan suhu siang dan suhu malam yang tinggi. Kebutuhan panas untuk jagung tergantung dari stadia pertumbuhan. Pada stadia perkecambahan diperlukan panas antara 150-250 Kal, tasseling 970-1900° Kal, silking 1200-1800 Kal, dan pada stadia pemasakan diperlukan 2500- 3000° Kal (7).

Seperti halnya dengan tanaman lain, maka faktor air juga merupakan salah satu faktor pembatas untuk pertumbuhan jagung. Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman jagung adalah pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji. Dalam hal ini distribusi curah hujan lebih penting daripada total curah hujan, karena kebutuhan air meningkat secara cepat dengan meningkatnya perkembangan daun selama pertumbuhan vegetatif. Distribusi curah hujan yang tidak teratur di daerah tropis akan menyebabkan terjadinya kekeringan. Penurunan hasil jagung karena kekurangan air diperkirakan mencapai 15% (8, 28).

hasil penelitian mengenai areal pertanaman jagung di Jawa yang dihubungkan dengan peta curah hujan dari Oldeman menunjukkan bahwa sebagian besar areal pertanaman ada pada zone C, D, dan E. Zone-zone tersebut pada umumnya ada di Jawa Timur. Ditinjau dari potensi hasil maka zone B mempunyai potensi hasil per hektar paling tinggi. Kebutuhan air pada tanaman jagung berdasarkan curah hujan diperkirakan 85-100 mm per bulan (17, 18).

Pada mulanya tanaman jagung adalah tanaman berhari pendek, tetapi dengan adanya perkembangan dalam budidaya dan juga varietas, maka tanaman jagung dikenal sebagai tanaman berhari netral (7). Bagian terbesar dari sinar surya yang jatuh ke bumi akan diserap oleh daun-dan akan digunakan untuk proses fotosintesis dan transpirasi. Usaha manusia untuk mendapatkan kanopi daun yang besar untuk menyerap sinar lebih banyak dilakukan dengan mengatur duduk daun, bentuk daun, waktu tanam, dan pola tanam. Jagung merupakan tanan-ian C4 yang sangat efisien dalam pemanfaatan radiasi surya (20). Jumlah radiasi surya yang diterima oleh tanaman selama fase berbunga merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji.

Untuk jagung di daerah tropis, jumlah biji per satuan luas dipengaruhi oleh laju produksi asimilat (9,-10).

Indeks Luas Daun

Indeks Luas daun (ILD) merupakan rasio luas daun per satuan luas tanah. Jumlah sinar yang menembus permukaan daun pada

(13)

suatu nilai ILD tergantung pada pola susunan daun (21, 24). Daun mempunyai peranan yang penting dalam penyerapan radiasi surya dan variasi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dapat dikaji melalui ILD, sudut daun, dan kerapatan daun. Ketiga faktor ini berhubungan dengan bentuk pertanaman di lapang yang dapat dikaitkan dengan pengaturan populasi tanaman. Menurut hasil penelitian, apabila ILD jagung lebih besar dari 3.0 maka 95 % sinar surya diserap, dan apabila lebih besar dari 5,0 maka penyerapan menurun karena daun saling menutupi <26). Indeks luas daun dapat ditingkatkan nilainya dengan berbagai cara, misalnya dengan meningkatkan populasi tanaman dan pemupukan nitrogen (11). Hasil penelitian populasi tanaman dan pemupukan N pada varietas Harapan menunjukkan bahwa dengan populasi 62.500 tanaman/ha dipupuk dengan 120 kg N + 60 kg P2O5 + 60 kg K2O per hektar memberikan nilai 1LD 4,20. Dengan ILD 4,20 ini varietas Harapan memberi hasil biji kering sebesar 4,67-ton/ha (17).

Produksi Bahan Kering

Produksi bahan kering tanaman merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Laju proses-proses fisiologi ini berbeda-beda tergantung dari organ tanaman, umur, kondisi budidaya tanaman, dan iklim. Pola distribusi bahan kering tanaman jagung ke bagian-bagian organ tanaman pada umumnya hampir sama untuk semua varietas. Pola distribusi bahan kering tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ter- dapat pada tongkol 60%, daun 20 %, batang 13 % dan pelepah 7% dari total produksi bahan kering (11, 15). Produksi bahan kering tanaman merupakan parameter yang digunakan untuk analisis pertumbuhan tanaman seperti laju assimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan indeks panen.

Laju assimilasi bersih (LAB) tergantung dari tingkat penyinaran matahari ke tanaman. Penyebaran radiasi surya pada tajuk menentukan laju produksi bahan kering per satuan luas daun selama pertumbuhan vegetatif. Parameter LAB merupakan ukuran rataan efisiensi daun untuk menghasilkan bahan kering (24, 26). Laju assimilasi bersih yang pernah dicoba dan dilaporkan berkisar 1,23-5,14 g.m2.hari-1 (15). Pada penelitian pemangkasan daun untuk keperluan pakan, pemangkasan dapat meningkatkan LAB. Varietas Arjuna dan Hibrida Cl dengan berbagai cara pemangkasan, nilai LABnya berkisar antara 4,23-6,45 (12). Sebaliknya, pengaruh naungan akan menyebabkan turunnya LAB (24).

Pertumbuhan tanaman di lapang dikaji lewat sistem analisis

(14)

berdasarkan laju akumulasi bahan kering. Laju akumulasi bahan kering per satuan luas tanah disebut laju pertumbuhan tanaman (LPT). Laju pertumbuhan tanaman maksimum dicapai jika tanaman cukup besar sehingga tanaman dapat memanfaatkan faktor lingkungan pada tingkat tertinggi. Oleh karena itu dalam lingkungan yang rnenguntungkan, LPT maksimum terjadi pada waktu penutupan daun sempurna sehingga dapat menghasilkan bahan kering yang potensial dan laju konversi energi matahari yang maksimum (24). Laju pertumbuhan tanaman pada jagung di daerah beriklim sedang mempunyai kisaran 28-51 g.m-2 hari-1 (9, 24).

Untuk varietas jagung di daerah tropis misalnya H6, Kretek, Madura, Arjuna, dan Hibrida Cl, kisaran dari LPT adalah 7,96-28,17 g.rn-2.hari-1 (17). Pada varietas berumur genjah nilai LPT lebih tinggi daripada varietas yang berumur menengah maupun berumur dalam (17). Apabila nilai indeks luas daun (ILD) lebih dari 5,0 maka tambahan bahan kering dari LPT yang tinggi akan diakumulasikan ke batang. Maksimum LPT yang pernah diteliti dicapai adalah pada ILD = 7,5 (9, 27).

Indeks panen (IP) adalah rasio hasil bobot kering yang bernilai. eko- nomi (biji) dengan hasil bobot kering total tanaman. lndeks panen untuk jagung yang pernah diteliti di daerah beriklim sedang mempunyai kisaran antara 0,50-0,56 (4, 23). Hasil penelitian dari Balai Penelitian Tanaman pangan Bogor, IP untuk jagung tropis sekitar 0,39 (17). Beberapa sif at tanaman jagung di daerah tropis seperti rendahnya ILD, rendahnya hasil biji dengan total bahan kering yang relatif tinggi menyebabkan rendahnya IP.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aldrich, S.R. and E.R. Leng. 1972. Modern corn production. F & W Publ. Corp., USA.

2. Bland, B.F. 1980. Crop production cereal and legumes. Academic Press Inc., New York.

3. Carlson, S.P. 1980. The biology of crop productivity. Academic Press Inc., New York.

4. Daynard, T.B., J.W. Tanner, and D.J. Hume. 1969.

Contribution of stalk soluble carbohydrates to grain yield of corn (Zea mays L.). Crop. Sci. 9: 831-834.

5. Effendi, S. 1982. Bercocok tanam jagung. C.V. Yasa Guna, Jakarta.

6. Fischer, K.S., and A.F.E. Palmer. 1984. Tropical maize.

International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT),

(15)

Mexico.

7. Franke, G. 1981. Mais (Zea mays L.). In Nutzpflanzen der Tropen and Subtropen. Band II: 70-92.

8. Gardner, B.R., B.L. Blad, R.E. Maurer, and D.G. Watts. 1981. Rela- tionships between crop temperature and physiological and phenological development of differentially irrigated corn. Agron. J. 73:

743-747.

9. Goldsworthy, P.R. 1.974. Maize physiology. In Proc. Worldwide Maize Improvement in the 70's and the Role for CIMMYT, Mexico.

10. Goldsworthy, P.R., and N.M. Fischer. 1984. The physiology of tropical field crops. John Wiley & Sons, New York.

11. Hanway, J.J. 1971. How a corn plant develops. Iowa State Univ. of Sci. and Techn. - Coop. ext. Services, Ames, Iowa, USA.

12. Kountul, S.A., G. Satari, H. Djayasukanta, D.S. Satiaatmadja, dan F. Muhadjir. 1986. Pengaruh pemangkasan terhadap hasil biji dan kualitas daun dua kultivar tanaman jagung (Zea mays L.). Thesis MS., UNPAD, Bandung.

13. Leonard, W.H. and J.H. Martin. 1973. Cereal crops. The Macmillan Co., Collier-Macmillan Ltd., London pp 131-170.

14. Martin, J.H., W.H. Leonard, and Stamp. 1976. Principles of field crop production. Macmillan Publ. Co. pp. 337-339.

15. Muhadjir, F., L. Sibma, and H. van Keulen. 1977. The influence of weather conditions on growth and development of maize crop in the Netherlands Verslag Nr. 13.Centrumoor Agrobiologisch Onderzoek, Wageningen, the Netherlands.

16. Muhadjir, F. 1980. Effect of plant density on leaf area index, light penetration, and yield components of six corn (Zea mays L.) hybrids.

MS Thesis Univ. of Wisconsin-Madison, USA.

17. Muhadjir, F. 1984. Studies on the growth and yield of tropical maize (Zea mays L.). Ph.D. Thesis, Kyoto Univ., Kyoto, Japan.

18. Oldeman, L.R. 1975. An agroclimatic map of Java. Contr. Centr.

Res.Inst. Agric., Bogor No. 17, 22pp.

19. Oldeman, L.R. 1977. Climate of Indonesia. Proc. Sixth Asian- Pacific Weed Science Soc. Conf., Jakarta, Indonesia. pp 14.30.

20. Pierre, W.H., S.R. Aldrich, and W.P. martin. 1967. The Iowa State Univ. Press Building, Ames, Iowa, USA.

21. Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1978. Plant physiology. Wodsworth Publ. Co., Inc., Belmount, California.

22. Sprague, G.F. 1977. Corn and corn improvement. Am. Soc. of Agron., Inc., Publisher, Madison, Wisconsin, USA.

23. Tanaka, A., and J. Yamaguchi. 1972. Dry matter production, yield components, and grain yield of the maize plant. J. Fac. of Agric.

Hokkaido Univ. 57: 71-132.

24. Tesar, M.B. 1984. Physiological basis of crop growth and

Karakteristik Tanaman Jagung 47

(16)

development. Am. Soc. of Agron., Crop Sci. Soc. of Am., Madison Wisconsin, USA.

25. Tollenaar, M. 1977. Sink-source, relationships during reproductive development in maize. A review, Maydica, XXII, 49-75.

26. Wareing, P.E. and J.P. Cooper. 1971. Potential crop production.

Heinmann Educational Books Ltd., London.

27. Williams, W.A., R.S. Loomis, R.S. Duncan, W.G. Dovrat, and A.F. Nunez. 1968. Canopy architecture at various population densities and the growth and grain yield of corn. Crop Sci. 8:

303-308.

28. Wolf, J.M., G. Levine, G.C. Nederman, and E. Gonzales.

1974. Adverse soil-water condition in central Brazil. Page 47.

In Abstracts of the 66th Annual Meeting of the Am. Soc. of Agron., Chicago,-111.

Referensi

Dokumen terkait

Pilihlah bibit sawi yang pertumbuhanya baik yaitu setelah berdaun 3-4 helai (kira-kira berumur 2-3 minggu), cirinya batang tumbuh tegak, daun hijau segar

13 Padi Oryza sativa Akar serabut; batang berbentuk bulat berongga dan beruas-ruas; daun tunggal dengan pelepah menempel rapat pada batang secara berseling, helai daun

furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau

Percobaan dilakukan dengan melakukan pengukuran panjang daun dan petiol kecambah biji kacang dan untuk pengamatan daerah tumbuh akar dan batang, diukur jarak interval pada tiap

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai

13 Padi Oryza sativa Akar serabut; batang berbentuk bulat berongga dan beruas-ruas; daun tunggal dengan pelepah menempel rapat pada batang secara berseling, helai daun

Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap atau kekurangn cahaya akan tumbuh lebih cepat dengan batang yang tinggi namun perkembangan daun yang lemah , layu

Anatomi Akar Batang Daun Jahe dipostkan pada: 28 March 2018 4.00 kategori batang daun jahe - Berikut adalah beberapa pembahasan anatomi akar dan informasi tips mengenai batang daun