PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infeksi cacing nematoda usus yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminth) merupakan masalah dunia, terutama di negara berkembang. Risiko terbesar terutama adalah kelompok anak-anak yang memiliki kebiasaan buang air besar di saluran air terbuka dan di sekitar rumah, makan tanpa mencuci tangan dan bermain tanpa alas kaki di tanah yang banyak telur cacingnya. Uji telur cacing nematoda usus yang paling sederhana adalah metode natif dengan menggunakan reagen eosin 2%.
Oleh karena itu, diperlukan pewarna alternatif yang memiliki fungsi yang sama namun memungkinkan morfologi telur cacing nematoda usus terlihat dan memiliki sifat pewarnaan seperti eosin. Bayam merah (Amaranthus tricolor L) batangnya tegak, ada yang bercabang, ada yang tidak. Penelitian dengan bahan alami dikembangkan oleh Ahmad pada tahun 2017 dari sari buah merah (Pandanus sp) sebagai pewarna alternatif untuk penelitian telur cacing nematoda usus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi sari buah merah dan aquadest (1:2) dapat digunakan sebagai alternatif pewarna eosin 2% untuk pewarnaan telur cacing. Sedangkan penggunaan bayam merah (Amaranthus tricolor L) sebagai pewarna alternatif penelitian telur cacing belum banyak dilaporkan.
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Bagi Institusi
- Bagi Peneliti
- Bagi Tenaga Teknis Laboratorium
TINJAUAN PUSTAKA
- Soil Transmitted Helminths
- Jenis Cacing Kelompok Soil Transmitted Helminths
- Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )
- Cacing Cambuk ( Trichuris trichura )
- Cacing Tambang (Necator americanus dan A.duodenale)
- Pewarnaan Pada Telur Cacing
- Pewarna Eosin
- Bayam Merah ( Amaranthus tricolor L )
- Metode Pemeriksaan Telur Cacing
- Cara Lansung ( Sediaan Basah )
- Cara Tidak Lansung
Cacing betina panjangnya 20 sampai 35 cm, ujung belakangnya membulat dan lurus, 1/3 bagian depan tubuhnya terdapat cincin kapsul. Cacing betina dapat bertelur dengan jumlah yang sama per hari yang terdiri dari telur yang dibuahi, tidak dibuahi dan didekortikasi. Dari waktu telur matang dikonsumsi hingga cacing dewasa bertelur, kurang lebih 2-3 bulan berlalu (Sutanto et al., 2013).
Selain itu, diagnosis dapat ditegakkan bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung akibat muntah atau melalui tinja. Cacing dewasa hidup di usus besar (sekum dan kolon), kadang juga di apendiks dan ileum distal. Betina panjangnya 35 sampai 50 mm, bagian depan mulus seperti cambuk, ekor lurus dengan ujung tumpul.
Cacing dewasa berwarna merah muda, menempel pada dinding sekum dan dinding sekum, kolon atau bagian posterior ileum inang. Proses ini memakan waktu kurang lebih 30 sampai 90 hari sejak telur matang tertelan hingga menjadi cacing dewasa (Budiman, 2012). Bentuk tubuh N.americanus biasanya seperti huruf S, cacing betina berukuran 9 x 0,4 mm dan cacing jantan berukuran 7 x 0,3 mm, memiliki tubuh kitin yang sedikit, cacing betina dapat bertelur sebanyak 9000 butir per hari.
Bentuk tubuh A. duodenale menyerupai huruf C, cacing betina berukuran 10 x 0,6 mm dan cacing jantan berukuran 8 x 0,5 mm, memiliki dua pasang gigi, cacing betina dapat bertelur sebanyak 10.000 butir per hari. Cacing dewasa hidup di lumen usus halus, tempat mereka menempel pada dinding usus dengan mengambil darah dari inangnya. Beberapa cacing dewasa dapat dimusnahkan dalam waktu 1 sampai 2 tahun, namun beberapa mungkin membutuhkan waktu beberapa tahun (CDC, 2016.
Telur cacing akan tampak lebih jelas jika fesesnya diwarnai menggunakan Eosin 2% sebagai pengganti larutan NaCl fisiologis. Di Indonesia, bayam merah merupakan sayuran berdaun yang bergizi tinggi dan disukai oleh semua kalangan. Selain itu bayam merah juga banyak mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C dan zat besi yang sangat berguna untuk pertumbuhan.
Pemeriksaan feses dengan metode langsung adalah pemeriksaan di bawah mikroskop untuk menemukan feses yang positif mengandung telur cacing. Prinsip penyaringan metode sedimentasi adalah adanya gaya sentrifugal dari centrifuge yang dapat memisahkan suspensi dan supernatan sehingga telur cacing mengendap (Fuad, 2012).
METODE PENELITIAN
- Jenis / Desain Penelitian
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Populasi dan Sampel Penelitian
- Persiapan Penelitian
- Persiapan Alat
- Persiapan Bahan/Reagensia
- Prosedur Penelitian
- Prosedur Pembuatan Eosin 2 %
- Prosedur Mendapatkan Sari Daun Bayam Merah
- Prosedur Pembuatan Larutan Uji Air Perasan Bayam
- Prosedur Pemeriksaan Telur Cacing Menggunakan Pewarnaan
- Prosedur Pemeriksaan Telur Cacing Menggunakan Pewarnaan
- Pengolahan dan Analisis Data
- Pengolahan data
- Analisa Data
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : aquadest, larutan eosin 2%, sari bayam merah (Amaranthus tricolor L) konsentrasi sari bayam merah (Amaranthus tricolor L): aquadest (1:1), konsentrasi sari bayam merah (Amaranthus tricolor) L ) : Aquadest (1:2), Konsentrasi jus bayam merah (Amaranthus tricolor L): Aquadest (1:3), Sampel feses (+) Cacing yang ditularkan melalui tanah Telur cacing dalam formalin 10%. Kemudian dilakukan variasi konsentrasi sari daun bayam merah dengan aquadest dengan prosedur yang sama seperti di atas. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap perasan daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) pada penelitian telur cacing nematoda usus Soil Transmitted Helminth, menggunakan feses positif (+) dengan empat perlakuan sebagai sampel dan satu sampel sebagai kontrol, dimana setiap perlakuan dilakukan enam kali ulangan.
Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi sari daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) dengan akuades memberikan kualitas warna yang berbeda nyata. Namun berdasarkan nilai rangking rata-rata, kualitas warna yang mendekati kualitas eosin 2% adalah konsentrasi sari daun bayam merah: aquadest (1:2). konsentrasi sari daun bayam merah.
Hasil uji statistik menggunakan uji Mann-U Whitney, dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi sari daun bayam merah 1 memberikan kontrol kualitas pewarnaan yang berbeda nyata. Daun bayam merah juga mengandung Betacyanin, Betacyanin merupakan zat pewarna yang berfungsi memberikan warna merah dan berpotensi menjadi pewarna alami yang lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewarna sintetik. Daun Eosin dan Bayam Merah mengandung zat warna asam, pewarnaan menggunakan Eosin 2% menghasilkan warna merah pada sitoplasma, lapang pandang berlawanan dan telur cacing menyerap zat warna.
Namun, jus dari daun bayam merah mengandung beberapa asam lemak, sehingga ketika diwarnai dengan perbandingan antara jus bayam merah dan aquadest, bidang visual kurang kontras, dan telur cacing menyerap lebih sedikit warna. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam optimalisasi sari daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) pada penelitian telur cacing nematoda usus Soil Transmitted Helminth sebagai pewarna alternatif eosin pada konsentrasi berbeda sari bayam merah (Amaranthus tricolor L) dengan konsentrasi dan ( 1 : 3 ) dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut. Terdapat perbedaan kualitas telur cacing Soil Transmitted Helminths dengan pewarnaan bergantian dengan jus bayam merah (Amaranthus tricolor L) dengan eosin sebagai kontrol.
Berdasarkan peringkat rata-rata, kualitas nira dari daun bayam merah (Amarantus tricolor L) paling optimal atau mendekati kualitas esoin 2%. Pengaruh dosis dan waktu aplikasi kompos Azolla sp terhadap pertumbuhan bayam merah (Alternanthera amoena Voss) [skripsi]. Pembuatan telur cacing dengan konsentrasi sari daun bayam merah : Aquadest (larutan murni, konsentrasi 1:1, 1:2 dan 1:3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Semakin tinggi rata-rata rangking maka semakin baik kualitas pewarnaannya yaitu mendekati kategori sediaan pewarnaan yang baik yaitu dengan bidang pandang yang kontras maka telur cacing terwarnai dan bagian telurnya terlihat jelas. Rerata rank yang sama antar perlakuan menunjukkan bahwa kualitas pewarnaan pada sediaan telur cacing hampir sama.
Pembahasan
Namun berdasarkan nilai rangking rata-rata, kualitas pewarnaan yang paling mendekati Eosin 2% (kontrol) adalah konsentrasi sari daun bayam merah: aquadest (1:2). Purnawijayanti (2009), juga menyatakan bahwa bayam merah mengandung karotenoid dan flavonoid yang merupakan zat aktif dengan sifat antioksidan. Pada penelitian ini pewarnaan telur cacing bertujuan untuk memudahkan dan mempelajari bentuk telur cacing nematoda usus, memperjelas dan melihat bentuk telur cacing serta kontras pada preparat telur cacing menggunakan mikroskop.
Untuk penelitian selanjutnya, kami berharap dapat melanjutkan penelitian ini berdasarkan berapa lama jus bayam merah disimpan dalam waktu tertentu, karena penulis melakukan pengujian langsung pada jus bayam merah dalam waktu kurang dari satu hari. Pengujian kadar antosianin dan hasil enam kultivar bayam merah (Alternanthera amoena Voss) pada musim hujan. Jurnal Produksi Tanaman.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Korelasi infeksi Soilborne Helminth (STH) dengan kadar eosinofil darah tepi pada siswa sekolah dasar secara bersama-sama di Kecamatan Teras Boyolali. Rusmanto, Dwi, J Mukono, "Hubungan personal hygiene siswa sekolah dasar dengan kejadian cacingan", The Indonesian Journal of Publick Health, vol.