• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

Selaku penguji tugas akhir karya ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih atas saran dan bimbingannya. Saya menyatakan bahwa artikel ilmiah berjudul Deskripsi aktivitas enzim SGPT (serum glutamic pyruvate transaminase) pada petani yang telah bekerja dengan pestisida selama 4-6 tahun di Rumah Sakit M ini dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini.

Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma Tiga Analis Kesehatan/TLM dan memperoleh gelar Associate Health Analyst. Dalam karya ilmiah ini, penulis mempelajari “Deskripsi aktivitas enzim SGPT (serum glutamic pyruvate transaminase) pada petani yang bekerja selama 4-6 tahun menggunakan pestisida di Rsud M. Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Kesehatan Tiga Analis/TLM Selama penyusunan karya ilmiah ini, tidak dapat dibedakan peran dan dukungan beberapa pihak.

Biomed selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan pendapat hingga selesainya penulisan ilmiah ini. S selaku penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan pendapat hingga selesainya penulisan ilmiah ini. Terutama kepada kedua orang tua tercinta dan keluarga besar yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR TABEL

Halaman

Latar Belakang

Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada dapat membahayakan kesehatan petani dan konsumen, mikroorganisme non target serta berdampak pada pencemaran lingkungan baik tanah maupun air. Petani sawah terpapar pestisida melalui inhalasi, hal ini terjadi karena beberapa kali menghirup udara pada lahan pertanian tanpa disadari bahwa petani sedang menghirup pestisida yang telah disemprotkannya pada tanaman. Penyemprotan pestisida yang tidak sesuai aturan dapat menimbulkan banyak dampak, yaitu dampak kesehatan bagi manusia adalah timbulnya keracunan dan berbagai gangguan kesehatan tubuh seperti kerusakan fungsi hati (Aini., et al. 2017).

Hati merupakan salah satu organ pencari pestisida yang terletak di bagian kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Hati memiliki beberapa fungsi yaitu tempat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat untuk menghasilkan empedu, heparin (antikoagulan darah) menghasilkan protein plasma untuk membersihkan bilirubin dari darah untuk membentuk sel darah merah dalam tubuh (Aini, dkk 2017). Serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT) merupakan parameter uji untuk uji fungsi hati dan selain parameter SGPT.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Nagari Simpang Gunung terhadap petani padi mengenai bahaya penyemprotan pestisida pada lahan pertanian yang dapat mengganggu fungsi hati.

Rumusan Masalah

Berdasarkan penerapan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk menyelidiki gambaran aktivitas enzim SGPT (Serum Glutamic Pyruvite Transaminase) pada petani yang bekerja dengan pestisida selama 4-6 tahun.

Batasan Masalah

Tujun Penelitian

Manfaat Penelitian

Pestisida .1 Defenisi

  • Serum glutamic pyruvit transaminase (SGPT) 2.1.3 Definisi (SGPT) 2.1.3 Definisi (SGPT)
  • Kondisi Yang Meningkatkan Kadar SGPT

Orang yang terpapar pestisida mungkin mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh, atau mungkin sesak di dada. Beberapa orang yang pekerjaannya bersentuhan langsung dengan paparan pestisida selama bertahun-tahun mungkin tidak menyebabkan masalah nafsu makan. Orang menghirup atau menghirup pestisida, efek buruknya bisa terjadi di area perut dan tubuh yang sering terjadi.

Faktor risiko kontaminasi kulit dipengaruhi oleh toksisitas kulit, konsentrasi, formulasi, luas dan luas paparan kulit, serta kondisi fisik individu yang terpapar. Semakin dekat konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, formulasi pestisida semakin mudah terserap, dan kulit yang terpapar akan lebih mudah terserap. Diagnosis keracunan pestisida yang tepat harus dilakukan melalui prosedur medis standar, yang sebagian besar harus dilakukan di laboratorium.

Namun apabila orang sehat merasakan satu atau lebih gejala keracunan pestisida selama atau setelah menggunakan pestisida, seperti gejala ringan seperti pusing, sesak nafas, diare, muntah, reaksi. Untuk pestisida yang bekerja dengan menghambat kolinesterase (misalnya pestisida organofosfor dan karbamat), diagnosis gejala keracunan biasanya dilakukan dengan uji kolinesterase (Rustia., et al. 2019). Namun, pengurangan hingga 50% dalam jumlah pengguna pestisida dianggap sebagai batas, dan penderita dianjurkan untuk menghentikan pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida (Jenni., et al. 2015).

Untuk mengetahui normal tidaknya fungsi hati dapat dilihat dengan peningkatan kadar SGPT dalam aliran darah pasien (Sujono, dkk. 2015). Elevated alanine aminotransferase (ALT) merupakan penanda yang digunakan pada toksisitas hati akibat peningkatan kadar enzim SGPT. Enzim SGPT dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada otot rangka dan jantung, yang diungkap oleh enzim tersebut adalah nekrosis sel hati (Aliftiyo., 2015).

Kemudian kemungkinan efek samping dari obesitas adalah perlemakan hati, hal ini akan memicu peningkatan kadar asam glutamat transaminase (SGPT) serum. Persiapan pasien sebelum pemeriksaan laboratorium yaitu puasa 8-10 jam hanya boleh minum air putih dan tidak melakukan aktivitas berat, dapat meningkatkan kadar SGPT.

Tahap Kerusakan Hati

Pada tahap ini, fibrosis hati dimulai, yaitu kondisi dimana jaringan parut mulai tumbuh menggantikan jaringan hati yang rusak. Pembentukan jaringan parut sebenarnya merupakan proses yang dilakukan oleh tubuh untuk menyembuhkan luka pada jaringan hati. Fibrosis hati diawali dengan kondisi dimana jaringan parut mulai tumbuh menggantikan jaringan hati yang rusak.

Pembentukan jaringan parut sebenarnya merupakan salah satu proses yang dilakukan oleh tubuh untuk menyembuhkan jaringan hati yang rusak. Pada tahap ini, fibrosis hati dimulai, dengan kondisi umum yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi hati secara total. Adapun beberapa pilihan pengobatan awal yang teridentifikasi pada tahap ini adalah dapat dilakukannya transplantasi hati.Gangguan hati dapat dikatakan dengan meningkatkan kadar SGPT.

Rusaknya sel-sel hati menyebabkan kebocoran enzim-enzim tersebut yang seharusnya berada di hati, kemudian berada di serum. Diabetes Mellitus sendiri merupakan penyakit kronis yang dapat dialami seumur hidup, sehingga perkembangan penyakit ini akan terus berlanjut suatu hari nanti. dapat menyebabkan penyakit kencing manis. Alkohol beracun bagi sel-sel hati, terutama ketika hati menyaring alkohol dari darah. Jenis racun yang dapat menyebabkan hepatitis toksik dapat berasal dari obat-obatan, suplemen makanan, atau bahan kimia lainnya.

Konsumsi atau penggunaan obat-obatan tertentu secara berlebihan, apalagi tanpa mengikuti anjuran medis, dapat menyebabkan penyakit liver. Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan hepatitis toksik antara lain paracetamol, amoxicillin, isoniazid, diclofenac, fenofibrate, dan phenytoin. Penyakit hati kolestatik dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti gangguan sel hati (hepatocellular cholestasis) atau gangguan saluran empedu (cholangiocellular cholestasis).

Dua penyebab penyakit hati genetik yang paling terkenal adalah hemokromatosis dan defisiensi antitripsin alfa-1. Hal ini akan meningkatkan kadar SGPT sebagai tanda kerusakan hati (Iin fatimatus Zahrox., et al. 2021).

Metode Pemeriksaan SGPT .1 Metode Kinetik Enzimatik

Tes fungsi hati diindikasikan untuk menyaring atau mendeteksi kelainan atau penyakit hati, membantu diagnosis, menilai tingkat keparahan penyakit, membantu menentukan etiologi penyakit, mengevaluasi hasil pengobatan, dan membantu memandu upaya diagnostik lebih lanjut. sebagai penilaian prognosis penyakit hati dan disfungsi. Jenis pemeriksaan hati dapat dibagi menjadi 3 yang utama, yaitu penilaian fungsi hati, pengukuran aktivitas enzim dan pencarian etiologi penyakit.

Perbedaan Serum Dan Plasma

Serum adalah fraksi cair dari seluruh darah yang dikumpulkan setelah darah dibiarkan menggumpal, bekuan dihilangkan dengan sentrifugasi dan supernatan yang dihasilkan. Serum normal mengandung faktor XII, XI, X, IX dan VII, sedangkan serum abnormal mengandung fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor V dan faktor XIII. Serum pada dasarnya memiliki komposisi yang sama dengan plasma, tetapi fibrinogen dan faktor pembekuan II, V dan VII telah hilang.

Dalam proses pembekuan darah, fibrinogen diubah menjadi fibrin, sehingga serum tidak lagi mengandung fibrinogen, tetapi masih ada zat lain di dalamnya. Hal ini disebabkan serum tanpa menggunakan antikoagulan sehingga komponen yang terkandung dalam serum tidak terganggu aktivitas dan reaksinya.

Antikoagualan

Lithium heparin paling sering digunakan karena tidak mengganggu analisis berbagai elektrolit dalam darah, berupa vacutainer dengan tutup berwarna hijau.

Gejala

Pengobatan

Jenis/Desain Penelitian

Waktu Dan Tempat Penelitian .1Waktu Penelitian .1Waktu Penelitian

  • Tempat Penelitian

Populasi Dan Sampel .1 Populasi .1 Populasi

  • Sampel

Persiapan Penelitian .1 Persiapan Alat .1 Persiapan Alat

  • Persiapan Bahan

Prosedur Kerja

  • Prosedur Pengambilan Darah Vena
  • Prosedur Pembuatan Serum
  • Prosedur Pemeriksaan SGPT/ALT
  • Nilai Rujukan

Pengolahan Dan Analisa Data .1 Pengolahan Data

Hasil Penelitian

  • Distribusi frekuensi berdasarkan hasil pemeriksaan SGPT Kriteria SGPT
  • Pembahasan
  • Kesimpulan
  • Saran

Dari hasil penelitian enzim SGPT pada petani Nagari Simpang Gunung diperoleh hasil penelitian SGPT sebesar 35,1 (µ/L). Sampel tidak bertambah karena beberapa faktor yaitu tidak adanya gangguan fungsi hati. Berdasarkan hasil penelitian Aini tentang pengaruh paparan pestisida terhadap kadar SGPT (Serum Gultamic Pyruvate Transminase) pada petani di Desa Sembung Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Hasil penelitian Ronna tahun 2017 menunjukkan bahwa ada hubungan lama kerja dengan penurunan fungsi hati pada petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang (p=0,030), dan petani yang sudah bekerja lebih dari 18 tahun hampir dua kali lebih mungkin mengalami penurunan fungsi hati dibandingkan petani yang telah bekerja kurang dari 18 tahun.

Hal ini dikarenakan petani dalam penelitian ini memiliki masa kerja yang panjang dan 85,7% petani (>18 tahun) mengalami gangguan fungsi hati. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Osang pada tahun 2016 di Desa Pangian yang menunjukkan bahwa masa kerja petani berhubungan dengan keracunan pestisida (p=0,000). Masa kerja berdampak pada berkurangnya fungsi hati, karena semakin lama petani menjadi petani penyemprot dan semakin lama kontak dengan pestisida maka semakin banyak pestisida yang dapat menumpuk di dalam tubuh.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 sampel dengan tingkat SGPT abnormal sebesar 4,5% pada orang yang telah bekerja ≥ 5 tahun. Pemeriksaan sampel dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, diperoleh 2 sampel dengan hasil normal dengan nilai SGPT 9,1%. Hati merupakan organ sasaran pestisida yang paling spesifik, karena hati berperan penting dalam metabolisme tubuh, seperti detoksifikasi zat beracun dan sintesis protein, selain mengetahui kerusakan fungsi hati, pengetahuan yang paling spesifik adalah aktivitas enzimnya, peneliti kami hanya fokus pada aktivitas enzim transaminase, khususnya enzim SGPT/ALT, karena enzim ini banyak terdapat di sel hati karena berada di sitosol.

Menurut peneliti, banyak faktor yang mempengaruhi kadar SGPT bagi sebagian besar petani, salah satunya adalah durasi paparan, frekuensi penyemprotan dan penggunaan APD (Harvina., 2017). 1. Rata-rata SGPT petani yang menggunakan pestisida adalah 35,1 µi/l dengan norma 70% dan kriteria tinggi 30%. Bagi petani yang bekerja 4-6 tahun yang menggunakan pestisida saat penyemprotan, sangat dianjurkan untuk menggunakan APD lengkap agar pestisida tidak bersentuhan langsung dengan tubuh.

Selain itu, enzim SGPT harus diperiksa secara berkala untuk memantau fungsi hati petani padi. Aini, Rizky Apriolita Krisman Jaya, Idham Halid. 2017. Pengaruh Paparan Pestisida Terhadap Kadar SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) Pada Petani di Desa Sembung Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Jilid 3. Mataram. Politeknik “Medica Farma Husada” Mataram. 2017. Hubungan Riwayat Paparan Pestisida Dengan Gangguan Fungsi Hati Pada Petani Di Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Gambaran kadar SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) pada perokok aktif usia 17-25 tahun dengan lama merokok <10 tahun.

Gambar 1. Alat Kimia Klinik (Muira)
Gambar 1. Alat Kimia Klinik (Muira)

Gambar

Tabel  4.1.1 Tabel  hasil data pemeriksaan aktifitas  enzim  SGPT pada  petani sawah
Gambar 1. Alat Kimia Klinik (Muira)
Gambar 2. Alat Sentrifuge

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kakory Controller of Examinations Dibrugarh University Copy to: 1.. The Vice-Chancellor, Dibrugarh University for favour of