Pemantauan Terapi obat
Setiap Mahasiswa mengerjakan kasus PTO Kasus 1
TB Paru Nn. Niki usia 24 tahun dengan berat badan 55 kg pada tanggal 10 Februari 2025 datang ke RS Bhakti Pertiwi dengan keluhan perut tidak nyaman, batuk meriang 2 minggu. Hasil pemeriksaan vital sign pasien pada tanggal yaitu tekanan darah 113/78 (normal), HR 98 (normal), RR 20 (normal), dan suhu tubuh 36,3oC (normal). Dokter mendiagnosa pasien mengalami TB Paru.
Hasil pemeriksaan lab 1. Na: 135 mEq/L 2. K 2,9 mEq/L
3. Cl 102 mEq/L, HIV negative 4. GDS 85 mg/dL
5. cr 0,5 mg/dL 6. ureum 21mg/dL 7. Hb 9,2 g/dL 8. leukosit 4970 g/dL 9. basophil 0
10. basinofil 0
11. netrofil segmen 78 g/dL 12. Eritrosit 3,95g/dL 13. MCV 66 g/dL 14. MCH 22 g/dL 15. MCHC 22 g/dL
16. trombosit 125.000 g/dL.
Terapi yang diterima pasien adalah 1. Sucralfat sir 3 x 10 ml PO
2. Lansoprazole 1x1 kaps PO 3. Rifastar 4FDC 1x2 tab PO
1. Lakukan telaah pada kasus 2. Lakukan
Pemantauan terapi obat dengan menggunakan metode SOAP
Lampiran: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) KASUS-1
Subjektif Objektif Assessment Plan
Nn. Niki usia 24 tahun dengan berat badan 55 kg
pada tanggal 10 Februari 2025 datang ke RS Bhakti
Pertiwi dengan keluhan perut tidak nyaman, batuk meriang 2 minggu. Dokter
mendiagnosa pasien mengalami TB Paru.
Hasil pemeriksaan vital sign pasien pada tanggal yaitu tekanan darah 113/78
(normal), HR 98 (normal), RR 20 (normal), dan suhu tubuh 36,3oC (normal).
Interaksi obat lansoprazole
dengan rifampisin Dilakukan monitoring efek samping antara lansoprazole dengan rifampisin
Nn. Niki usia 24 tahun dengan berat badan 55 mengalami batuk meriang
2 minggu.
Hasil pemeriksaan vital sign pasien pada tanggal yaitu tekanan darah 113/78 (normal), HR 98 (normal), RR 20
(normal), dan suhu tubuh 36,3oC (normal)
Indikasi TanpaTerapi Rekomendasikan penambahan obat dextral tablet 3x 1 sehari 1 tablet
Poin utama Plan:
1. Monitoring ESO antara Lansoprazole Dan Rifampicin
2. Rekomendasikan penambahan obat dextral tablet 3x 1 sehari 1 tablet PEMBAHASAN KASUS-1
Jenis DRPs Penjelasan Identifikasi DRP pada Kasus Pasien
Kasus 2 An KK (3 tahun, BB 10 kg) MRS dengan keluhan Demam, batuk terus 1. Lakukan telaah
ISPA menerus, batuk awalnya kering kemudian berdahak berwarna hijau, batuk tidak disertai nyeri dada dan sesak, gatal tenggorokan (+), pilek dengan sekret berwarna hijau kental sejak 1 hari yang lalu.
Diagnosa dokter: Bronkhitis akut Riwayat penyakit terdahulu (-) Riwayat penyakit keluarga (-) Riwayat alergi makanan/obat (-) RPO (-)
Tanda Vital pasien saat
MRS N 90x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,60C.
Hasil pemeriksaan Laboratorium 1. Leukosit 13.400 g/dL
2. eosinophil 1 g/dL 3. Neutrofil 55 g/dL 4. Limfosit 22 g/dL 5. eritrosit 4,5 g/dL 6. trombosit 361 g/dL.
Terapi pasien
1. Cefotaksim inj 3 x 300 mg 2. Dexamethasone inj 3x1mg 3. MP inj 2x 15mg
4. Azitromisin 1x100 mg PO 5. Salbutamol 3x 0,9 mg PO 6. Combivent inhalasi setiap 8 jam
7. Velutine inhalasi setiap 8 jam, RL 10 tpm
pada kasus 2. Lakukan
Pemantauan terapi obat dengan menggunakan metode SOAP
Lampiran: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) KASUS-2
Subjektif Objektif Assessment Plan
Batuk awalnya kering kemudian berdahak berwarna hijau, batuk tidak
disertai nyeri dada dan sesak , gatal tenggorokan,
pilek dengan sekret hijau kental sejak 1 hari yang
lalu
MRS N 90x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,60C
Indikasi tanpa terapi Rekomendasi
penambahan obat flu Rhinos drop dan batuk 2x1 sehari.
An KK (3 tahun, BB 10 kg) MRS dengan keluhan
Demam, batuk terus menerus, batuk awalnya kering kemudian berdahak berwarna hijau, batuk tidak
MRS N 90x/menit, RR
24x/menit, suhu 37,60C. Terapi tanpa indikasi Rekomendasi penghilangan obat dexamethasone dan
metylprednisolone
disertai nyeri dada dan sesak, gatal tenggorokan
(+), pilek dengan sekret berwarna hijau kental sejak
1 hari yang lalu.
An KK (3 tahun, BB 10 kg) MRS dengan keluhan
Demam, batuk terus menerus, batuk awalnya kering kemudian berdahak berwarna hijau, batuk tidak
disertai nyeri dada dan sesak, gatal tenggorokan
(+), pilek dengan sekret berwarna hijau kental sejak
1 hari yang lalu.
MRS N 90x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,60C
Terapi tidak sesuai Rekomendasi pemeriksaan kultur dahak, Lalu jika hasil
positif diberikan antibiotik yang sesuai
dengan pengobatan brokitis akut yaitu ampisilin 3x1 sehari
(ppk)
Poin utama Plan:
1. Monitoring ESO antara Lansoprazole Dan Rifampicin
2. Rekomendasikan penambahan obat dextral tablet 3x 1 sehari 1 tablet PEMBAHASAN KASUS-2
Jenis DRPs Penjelasan Identifikasi DRP pada Kasus Pasien
Pemantauan Terapi obat
Setiap Mahasiswa mengerjakan kasus PTO Kasus 3
Sirosis, hematemesis melena
Seorang pasien wanita 58 tahun MRS dengan keluhan lemas, muntah, makan minum tidak mau, pucat, BAB berdarah hitam, BAK berdarah.
Diagnosis dokter: sirosis hepatik, hematemesis melena.
Tanda vital pasien: TD 111/77 mmHg, HR 129 x/menit, T 36,6, RR 23x/menit,
Hasil pemeriksaan laboratorium: (-) Terapi pasien
1. infus RL
2. Inj Pantoprazol 1vial/12jam 3. Sucralfat syr 3x2 cth
4. Ekstra novorapid 10 unit
5. Pantoprazole inj vial tiap 24 jam
6. Asam tranexsamat inj 500 mg tiap 8 iam 7. Dexamethasone 5mg/ml tiap 24 jam
8. Melakukan transfuse prc 2 kolf tanpa pre, 9. Metoklopramid inj
10. Propanolol 10mg tiap 12 jam
11. Phytomenadion/vit k 10 mg/ ml inj tiap 8 jam 12. Spironolacton 100mg tab tiap 12 jam
1. Lakukan telaah pada kasus 2. Lakukan
Pemantauan terapi obat dengan menggunaka n metode SOAP
Lampiran: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) KASUS-3
Subjektif Objektif Assessment Plan
lemas, muntah, tidak mau makan dan minum, pucat, BAB hitam (melena), serta
BAK berdarah.
TD 111/77 mmHg, HR 129 x/menit, T 36,6, RR 23x/menit,
Hasil pemeriksaan laboratorium: (-)
Indikasi Tanpa Obat Hematemesis Melena Kemungkinan besar akibat perdarahan varises esofagus Diberikan
Octreotide/Somatostatin ,
yang merupakan terapi lini pertama untuk menghentikan perdarahan varises esofagus.
lemas, muntah, tidak mau makan dan minum, pucat, BAB hitam (melena), serta
BAK berdarah
TD 111/77 mmHg, HR 129 x/menit, T 36,6, RR 23x/menit,
Hasil pemeriksaan laboratorium: (-)
Terapi Tidak Tepat Resusitasi cairan:Ganti infus RL dengan NaCl 0,9% sesuai guideline.
Riwayat penyakit: Sirosis hepatik, serta BAK
berdarah.
TD 111/77 mmHg, HR 129 x/menit, T 36,6, RR 23x/menit,
Hasil pemeriksaan laboratorium: (-)
Indikasi Tanpa Obat Profilaksis antibiotik belum diberikan, padahal pasien sirosis
dengan perdarahan varises berisiko tinggi
infeksi spontan Tambahkan antibiotik
Ceftriaxone 1-2 g IV per hari untuk mencegah infeksi
spontan.
lemas, muntah, tidak mau makan dan minum, pucat, BAB hitam (melena), serta
BAK berdarah
TD 111/77 mmHg, HR 129 x/menit, T 36,6, RR 23x/menit,
Hasil pemeriksaan laboratorium: (-)
Terapi Obat Tidak Tepat Rekomendasi Penghentian Obat
Dexametason
Poin utama Plan:
3. Penambahan Octreotide/Somatostatin sebagai terapi utama perdarahan varises.
4. Penggantian cairan RL dengan NaCl 0,9% untuk resusitasi yang lebih optimal.
5. Penambahan antibiotik (Ceftriaxone/Ciprofloxacin) untuk mencegah infeksi spontan.
6. Rekomendasi Penghentian Dexametason PEMBAHASAN KASUS-3
( Tuliskan pembahasan satu per satu setiap DRP’s yang di temukan)
Jenis DRPs Penjelasan Identifikasi DRP pada Kasus Pasien
Indikasi yang tidak
diobati
Pasien memiliki kondisi medis yang
memerlukan terapi obat, tetapi tidak menerima obat yang
sesuai.
Tidak diberikan
Octreotide/Somatostatin, padahal merupakan terapi lini pertama untuk
menghentikan perdarahan varises esofagus.
Pemilihan obat yang tidak tepat
Pasien menerima obat yang tidak sesuai dengan indikasi atau
lebih berisiko dibandingkan pilihan
lain.
Penggunaan Dexamethasone tidak direkomendasikan dalam tata laksana
perdarahan varises esofagus.
Indikasi Tanpa obat
Pasien mengalami kondisi medis yang
memburuk akibat tidak menerima terapi
yang diperlukan.
Profilaksis antibiotik tidak diberikan, padahal pasien dengan sirosis hepatik dan perdarahan varises berisiko tinggi mengalami infeksi spontan bakteri
peritonitis (SBP).
Terapi Obat Tidak Tepat
Pasien menerima obat dengan terapi tidak tepat dan tak sesuai
guidline.
Penggantian cairan RL dengan NaCl 0,9% untuk resusitasi yang lebih optimal.
Poin-Poin Perbaikan yang Diperlukan:
1. Tambahkan Octreotide/Somatostatin untuk menghentikan perdarahan varises esofagus.
2. Hentikan Dexamethasone, karena tidak sesuai dengan terapi perdarahan varises.
3. Optimalkan.
4. Tambahkan antibiotik profilaksis (Ceftriaxone/Ciprofloxacin) untuk mencegah infeksi SBP.
5. Evaluasi ulang Vitamin K, berikan hanya jika ada bukti laboratorium defisiensi.
6. Ganti Metoklopramid dengan Ondansetron, untuk menghindari risiko ensefalopati hepatik.
Kasus 4 Stroke infark
Pasien atas nama Ny. SYM masuk ke IGD dengan keluhan tidak bisa berbicara dan anggota gerak kanan tidak bisa digerakkan, keringan dingin, RPD agustus 2024 dengan MS CHF riwayat jantung suhu 36,5OC RR:20x/menit, SpO2 99, nadi 106 x/menit, TD: 144/91 mmHg.
Diagnosa Stroe infarct afasia motorik parese N XII gross hematuri CHF Mitral steanosia oleh dokter.
Riwayat pengobatan pasien 1. Captopril 2x 50mg 2. Spironolactone 1x 50mg 3. Bisoprolol 1x2,5mg 4. Digoxin 1x 0,125mg 5. Furosemide 1x 40mg 6. HCT 1x 25 mg Terapi pasien
1. O2 3 lpm, IV FD+forbion 2. Aspilet 160 mg
3. Pasang NGT
4. Simarc 2 mg PO (0-0-1)
5. Furosemide iv 40 mg 3 x1 ampul 6. Spironolactone 1x50 mg PO 7. Bisoprolol 1x 2,5 mg PO 8. Captopril 3x50 mg PO, 9. Digoxin 1x 0,5 tab PO 10. farion 1x1 tab PO 11. CPG 1x1 tab PO
1. Lakukan telaah pada kasus 2. Lakukan
Pemantauan terapi obat dengan menggunaka n metode SOAP
Lampiran: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) KASUS-4
Subjektif Objektif Assessment Plan
Kasus 5 Acute Coronary Syndrome
Pasien Tn. MY dengan berat badan 53 kg pada tanggal 10 Februari 2025 masuk ke IGD RS, rujukan dari puskesma dengan keluhan nyeri dada dengan riwayat Pengobatan sebelum masuk RS
1. Bisoprolol 1 x 2.5 mg 2. Clopidogrel 1 x 75 mg 3. Aptor 1 x 100 mg, 4. Atorvastatin 1 x 40 mg 5. Lactulax sirup 1 x 10 ml 6. Alprazolam 1 x 0.5 mg 7. Inviclot 950mg/jam Data tanda-tanda vital pasien
1. TD 114/76mmHg 2. HR 95 kali per menit 3. RR 21 kali per menit 4. Suhu 36 .℃
Pengobatan
1. Inviclot 950 unit/jam 2. Aptor 100 mg/24 jam PO 3. Atorvastatin 40 mg/24 jam PO 4. Lactulax 1x 10 ml PO
5. Alprazolam 0,5 mg PO 6. Metformin 500 mg PO 7. Concor 2,5 mg/PO 8. Captopril 6,25 mg PO.
Lakukan telaah pada kasus
Lakukan Pemantauan terapi obat dengan menggunakan metode SOAP
Lampiran: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) KASUS-5
Subjektif Objekti
f Assessmen
t Plan
Pasien laki-laki (Tn. MY), 53 kg, masuk IGD
RS pada 10 Februari 2025 dengan keluha n nyeri dada.
DAPT (dual antiplatelet therapy) tidak optima karena Clopidogrel tidak ada dalam regimen terapi saat ini. Tambahkan Clopidogrel (atau Ticagrelor/Prasugrel) untuk optimalisasi DAPT.
Pasien laki-laki (Tn. MY), 53 kg, masuk IGD
RS pada 10 Februari 2025 dengan keluha n nyeri dada.
Tidak ada terapi nitrat untuk mengatasi nyeri dada akibat
iskemia. Tambahkan Nitrat (GTN/Isosorbid dinitrat) untuk
nyeri dada ji.
Pasien laki-laki (Tn. MY), 53 kg, masuk IGD
RS pada 10 Februari 2025 dengan keluha n nyeri dada.
Belum ada Antikoagulan tambahan seperti Enoxaparin/Fondaparinux Pertimbangkan pemberian
Antikoagulan
(Enoxaparin/Fondaparinux) sesua i protokol ACS.
Pasien laki-laki (Tn. MY), 53 kg, masuk IGD
RS pada 10 Februari 2025 dengan keluha n nyeri dada.
Alprazolam tidak direkomendasikan dalam manajemen ACS. Hentikan
Alprazolam, karena tidak direkomendasikan dalam
manajemen ACS.
.Metformin berisiko meningkatkan asidosis laktatdalam kondisi hipoksia. Evaluasi penggunaan
Metformin, pertimbangkan penghentian sementara untuk menghindari risiko asidosis laktat
Pantau tekanan darah dan denyut jantung, terutama dengan penggunaan Bisoprolol dan
Captopril.
.
Poin utama Plan:
1. Optimasi Dual Antiplatelet Therapy (DAPT)
o Clopidogrel sebelumnya ada dalam regimen terapi sebelum masuk RS, tetapi tidak dilanjutkan di rumah sakit.
o Direkomendasikan untuk menambahkan kembali Clopidogrel atau menggantinya dengan Ticagrelor/Prasugrel sesuai guideline.
2. Tambahkan Nitrat untuk Nyeri Dada
o ACS dengan nyeri dada membutuhkan terapi nitrat untuk meredakan iskemia, kecuali jika pasien mengalami hipotensi atau stenosis aorta berat.
o Saran: Gunakan GTN sublingual atau Isosorbid dinitrat jika tidak ada kontraindikasi.
3. Pertimbangkan Antikoagulan (Enoxaparin/Fondaparinux)
o Dalam tata laksana ACS, antikoagulan direkomendasikan untuk mencegah pembentukan trombus.
o Saran: Tambahkan Enoxaparin/Fondaparinux sesuai protokol ACS.
4. Evaluasi Metformin
o ACS dapat menyebabkan hipoksia, yang meningkatkan risiko asidosis laktat pada pengguna Metformin.
o Saran: Hentikan sementara Metformin, terutama jika pasien mengalami gangguan perfusi atau gagal ginjal akut.
5. Hentikan Alprazolam
o Tidak ada indikasi jelas untuk Alprazolam dalam tata laksana ACS.
o Saran: Evaluasi ulang kebutuhan anxiolytic, bisa digantikan dengan pendekatan non-farmakologis atau pilihan yang lebih aman.
6. Pantau Tekanan Darah dan Denyut Jantung
o Bisoprolol dan Captopril dapat menyebabkan hipotensi atau bradikardia jika digunakan bersamaan.
o Saran: Pantau TD dan HR untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
PEMBAHASAN KASUS-5
( Tuliskan pembahasan satu per satu setiap DRP’s yang di temukan)
Jenis DRPs Penjelasan
Indikasi yang tidak diobati
Clopidogrel tidak diberikan dalam regimen terapi di rumah sakit, padahal pasien sebelumnya sudah
menggunakan.
Clopidogrel/Ticagrelor/Prasugrel penting dalam Dual Antiplatelet Therapy (DAPT) untuk mencegah
trombosis pada ACS.
Pemilihan obat yang tidak tepat
Alprazolam tidak
direkomendasikan dalam tata laksana ACS karena tidak memiliki manfaat
klinis yang jelas dan dapat menyebabkan sedasi berlebihan atau
hipotensi.
Gagal menerima obat
Tidak diberikan nitrat
(GTN/Isosorbid dinitrat), yang dapat membantu meredakan nyeri dada
akibat iskemia.
Reaksi obat yang merugikan
Metformin berisiko menyebabkan asidosis laktat dalam kondisi hipoksia yang sering terjadi pada
ACS.
Interaksi obat
Bisoprolol (Concor) + Captopril:
Kombinasi ini dapat menyebabkan hipotensi dan bradikardia, sehingga memerlukan pemantauan ketat terhadap tekanan darah dan denyut jantung pasien.
Penggunaan obat tanpa indikasi
Alprazolam tidak memiliki indikasi yang jelas dalam pengelolaan ACS
dan sebaiknya dihentikan.
Poin-Poin Perbaikan yang Diperlukan:
1. Tambahkan Clopidogrel/Ticagrelor/Prasugrel untuk optimalisasi terapi antiplatelet pada ACS.
2. Evaluasi penggunaan Alprazolam, hentikan jika tidak diperlukan.
3. Pertimbangkan peningkatan dosis Captopril secara bertahap jika pasien dapat mentoleransi.
4. Tambahkan terapi nitrat (GTN/Isosorbid dinitrat) untuk mengatasi nyeri dada jika tidak ada kontraindikasi.
5. Hentikan atau evaluasi ulang Metformin untuk mencegah risiko asidosis laktat pada kondisi hipoksia.
6. Pantau tekanan darah dan denyut jantung untuk menghindari efek samping dari kombinasi Bisoprolol dan Captopril.