27
BAB III STUDI KASUS
A. Identitas Pasien
Pasien berinisial An.By merupakan anak kedua berjenis kelamin laki-laki, lahir pada tanggal 7 Mei 2018 dan saat ini berusia 2 tahun 8 bulan. Sisi dominan pasien kanan dan pasien beragama Islam.Pasien bertempat tinggal di Gudang, Jumapolo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Diagnosis medis pasien yaitu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
B. Diagnosis
Berdasarkan rekam medis diagnosis medis pasien yaitu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Diagnosis topis dan kausatif belum diketahui secara pasti. Diagnosis Okupasi Terapi adalah gangguan pada area play yakni kesulitan untuk beratensi pada saat menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas.
C. Data Subjektif
Data Subjektif didapatkan melalui initial assessment yang diperoleh dari interview, observasi klinis dan screening test.
28 1. Initial Assessment
Berdasarkan interview dengan orang tua pasien pada tanggal 9 Januari 2021, didapatkan informasi bahwa orang tua pasien mengeluhkan mengenai kondisi anaknya yang hiperaktif, kesulitan untuk berfokus dan berkonsentrasi pada saat menyelesaikan tugas atau aktivitas. Riwayat kondisi pasien yaitu pasien mempunyai perkembangan yang lambat, hiperaktif, kesulitan untuk duduk tenang dan berfokus pada satu aktivitas dalam kurun waktu yang cukup lama.
Mood pasien pada saat menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas terkadang baik namun terkadang mudah bosan. Pasien sudah mampu melakukan aktivitas sehari-hari sederhana seperti berpakaian kaos, makan, memakai sandal atau sepatu (tidak bertali). Harapan orang tua pasien memperoleh penanganan Okupasi Terapi adalah supaya pasien mampu untuk lebih fokus dan berkonsentrasi pada saat menyelesaikan tugas atau aktivitas.
2. Observasi Klinis
Berdasarkan observasi klinis pada tanggal 9 Januari 2021 dapat diketahui bahwa pasien hiperaktif yakni pada saat masuk ruang terapi okupasi pasien menunjukkan sikap yang terlalu bersemangat dan terkadang berbicara terlalu berlebihan, tetapi cukup kooperatif pada saat proses terapi berlangsung. Pasien juga menunjukkan adanya impulsivitas yakni seperti suka menyela pembicaraan dan terkadang tidak sabar ketika diberikan arahan oleh terapis. Pasien cukup baik
29
dalam merespon ketika diberikan pertanyaan terapis, mobilitas pasien baik (tidak dibantu). Pasien mampu memahami perintah sederhana dari terapis, namun pasien masih mudah terdistraksi, atensi dan konsentrasi pada saat menyelesaikan tugas masih kurang baik.
Pada saat sesi terapi berlangsung, pasien cukup baik dalam komunikasi dua arah dengan terapis, mampu merespon pertanyaan sederhana, kemampuan kognitif pasien dalam pemahaman warna dasar dan angka (1-5) sudah cukup baik. Pasien tertarik dengan aktivitas yang familiar yakni bermain bola.
3. Screening Test
Berdasarkan screening test yang dilakukan pada tanggal 9 Januari 2021 didapatkan informasi bahwa ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, perokok, hipertensi, dan alkoholik. Ibu pasien mengonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter selama kehamilan. Ibu pasien hamil pada saat berusia 39 tahun. Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara dengan kehamilan yang diinginkan. Pada saat melahirkan ibu pasien dibantu oleh dokter di RSUD Sukoharjo. Pasien lahir pada usia kehamilan fullterm dengan persalinan normal. Pada saat kelahiran pasien tidak mengalami trauma atau penyakit apapun. Masa perkembangan pasien termasuk normal sesuai dengan usia pasien.
Perilaku pasien pada saat ini kooperatif, hiperaktif, mampu beratensi kurang lebih 30 detik dan terdapat kontak mata yang cukup
30
baik. Perilaku pasien ketika bermain yakni lebih tertarik untuk bermain secara sendiri, dan tidak terdapat perilaku stereotip. Rentang konsentrasi dan rentang toleransi terhadap frustasi bernilai sedang yang artinya mampu kembali ke aktivitas dengan perintah. Pola memegang benda gerak kasar dan gerak halus bagus yang artinya mampu memulai, mempertahankan serta menggunakan semua gerak kasar dan gerak halus secara fungsional. Koordinasi lengan, mata dan tangan bagus. Keterampilan kognitif pasien cukup baik dalam pemahaman angka (1-5) dan warna dasar, namun masih belum konsisten. Pasien mampu memahami perintah sederhana dengan baik. Keterampilan komunikasi verbal pasien sudah cukup baik ketika diajak berbicara dengan terapis mampu menjawab, pasien sudah memiliki kosakata yang cukup baik, namun pengucapannya belum jelas.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari pasien sudah mampu melakukan aktivitas sederhana seperti berpakaian kaos, menyisir rambut, maka, dan memakai sandal atau sepatu (tidak bertali). Namun pasien masih dibantu orang tua dalam aktivitas mandi, toileting (BAB/BAK), berpakaian baju berkancing, dan memakai celana.
4. Model Treatment/Kerangka Acuan Yang Digunakan
Model treatment yang digunakan pada kasus ini adalah kerangka acuan perilaku. Kerangka acuan perilaku adalah mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Strategi atau teknik yang digunakan adalah modelling, shaping, dan reinforcement.
31 D. Data Objektif
Pemeriksaan yang digunakan pada studi kasus ini adalah pemeriksaan ADHD-T, pemeriksaan kemampuan motorik kasar, pemeriksaan motorik halus, pemeriksaan pada perkembangan, dan pemeriksaan pada konsep persepsi anak.
1. Pemeriksaan ADHD-T
Pemeriksaan menggunakan blangko ADHD-T yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2021 didapatkan hasil yakni pada subtest hiperaktif memperoleh skor 14, subtest impulsif memperoleh skor 10, dan untuk subtest innatensi memperoleh skor 22. Total Standart Scores 29 sehingga total skor dari ADHD Quotient yaitu 98 dengan percentile 45%. Jadi disimpulkan pasien termasuk ke dalam Average (rata-rata).
(Blangko pemeriksaan terlampir) 2. Pemeriksaan Motorik Kasar
Berdasarkan pemeriksaan okupasi terapi pada perkembangan motorik kasar yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2021 didapatkan data bahwa kemampuan motorik kasar cukup baik dan berkembang sesuai dengan anak usia 2 tahun 8 bulan. Pasien mampu melakukan aktivitas seperti berjalan ke depan dan belakang, berdiri di titian secara mandiri dan berjalan ke depan dengan bantuan minimal, berlari, berdiri pada satu kaki, melompat dengan dua kaki ke depan dan ke bawah, naik turun tangga, namun pasien belum bisa melompat dengan satu kaki. Kemudian pada keterampilan bermain bola pasien mampu
32
melempar bola, menangkap bola dengan jarak 1,5 meter dengan posisi lengan lurus, dan menendang bola ke depan dengan jarak 1,5 meter.
(Blangko pemeriksaan terlampir) 3. Pemeriksaan Motorik Halus
Berdasarkan pemeriksaan okupasi terapi pada perkembangan motorik halus yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2021 didapatkan data bahwa fungsi anggota gerak atas normal, tidak ada kesulitan atau gangguan. Tangan dominan pasien yakni tangan kanan. Kemampuan dalam meraih, menggenggam, melepas, menempatkan benda dan melempar pasien mampu melakukan. Keterampilan bilateral pasien yaitu mampu meronce dan melepas manik-manik berukuran sedang dan kecil, meskipun terkadang masih memerlukan bantuan minimal dari terapis. Keterampilan dalam menggunting pasien mampu menggunting bentuk menyilang meskipun masih dengan bantuan terapis. (Blangko pemeriksaan terlampir)
4. Pemeriksaan Perkembangan
Berdasarkan pemeriksaan okupasi terapi pada perkembangan anak yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2021 didapatkan hasil bahwa pasien tidak mengalami masalah perkembangan (normal) yaitu sesuai dengan perkembangan anak usia 2,6 tahun. Pasien mampu menyusun menara dengan 8 balok, memegang pensil, membuat garis menyilang dengan beberapa kali percobaan, menutup membuka botol, dan
33
menyebutkan 4 jenis warna. Namun, pasien belum mampu menjawab nama lengkapnya secara benar. (Blangko pemeriksaan terlampir) 5. Pemeriksaan Pada Konsep/Persepsi
Berdasarkan pemeriksaan okupasi terapi pada konsep/persepsi anak yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2021 didapatkan hasil bahwa pasien mampu melengkapi puzzle sejumlah 4-5 keping dengan bantuan minimal, pasien mampu membedakan ukuran besar/kecil, pasien mampu berhitung (1-3), pasien mampu menyebutkan dan menyesuaikan warna balok (4 warna), dan pasien mampu menunjukkan bagian-bagian tubuh seperti mata, alis, hidung, mulut, pipi, rambut, telinga, perut, tangan, dan kaki. Namun, belum mampu menggambar bagian-bagian tubuh seperti kepala, mata, mulut, dan anggota tubuh. (Blangko pemeriksaan terlampir)
6. Checklist Atensi
Tabel 3.1 Data Rentang Atensi Pasien
NO TANGGAL AKTIVITAS RENTANG ATENSI
1. 13 - 01 - 2021 Mencari 4 macam gambar lotto
30 detik
2. 16 - 01 - 2021 Mencari 4 macam gambar lotto
45 detik
3. 26 - 01 - 2021 Mencari 6 macam gambar lotto
1 menit
34
4. 03 - 02 - 2021 Mencari 6 macam gambar lotto
1 menit 40 detik
5. 10 - 02 - 2021 Mencari 8 macam gambar lotto
2 menit 20 detik
6. 13 - 02 - 2021 Mencari 8 macam gambar lotto
2 menit 40 detik
7. 20 - 02 - 2021 Mencari 8 macam gambar lotto
2 menit 50 detik
E. Pengkajian Data
1. Rangkuman Data Subjektif dan Objektif
Berdasarkan data subjektif dan data objektif diperoleh data bahwa pasien hiperaktif, kooperatif pada saat proses terapi berlangsung, pasien cukup baik dalam merespon ketika diberikan pertanyaan terapis, mobilitas pasien baik (tidak dibantu), pasien mampu memahami perintah sederhana dari terapis, namun pasien masih mudah terdistraksi, atensi dan konsentrasi pada saat menyelesaikan tugas masih kurang baik. Pasien mampu beratensi kurang lebih 30 detik.
Perilaku secara umum pasien menunjukkan hiperaktifitas yakni pada saat masuk ruang terapi okupasi pasien menunjukkan sikap yang terlalu bersemangat dan terkadang berbicara terlalu berlebihan, tetapi cukup kooperatif pada saat proses terapi berlangsung. Pasien juga
35
menunjukkan adanya impulsivitas yakni seperti suka menyela pembicaraan dan terkadang tidak sabar ketika diberikan arahan oleh terapis. Mood pasien pada saat menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas terkadang baik namun terkadang mudah bosan. Keterampilan kognitif pasien cukup baik dalam pemahaman angka (1-5) dan warna dasar. Keterampilan komunikasi verbal pasien sudah cukup baik ketika diajak berbicara dengan terapis mampu menjawab, pasien sudah memiliki kosakata yang cukup baik, namun pengucapannya belum jelas. Keterampilan perkembangan motorik kasar dan motorik halus pasien sudah cukup baik, koordinasi mata, lengan dan tangan cukup baik. Pasien tidak ada gangguan sensori dan perseptual.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari pasien sudah mampu melakukan aktivitas sederhana seperti berpakaian kaos, menyisir rambut, maka, dan memakai sandal atau sepatu (tidak bertali). Namun, pasien masih dibantu orang tua dalam aktivitas mandi, toileting (BAB/BAK), berpakaian baju berkancing, dan memakai celana.
2. Aset
Berdasarkan hasil interview, observasi, dan pemeriksaan yang sudah dilakukan, diperoleh aset yang dimiliki pasien saat ini adalah pasien kooperatif, mampu memahami perintah sederhana, keterampilan kognitif pasien cukup baik dalam pemahaman angka (1-5) dan warna dasar, keterampilan komunikasi verbal pasien sudah cukup baik.
Pasien mampu beratensi kurang lebih 30 detik. Keterampilan
36
perkembangan motorik kasar dan motorik halus cukup baik, koordinasi mata, lengan dan tangan cukup baik. Pasien tidak ada gangguan sensori dan perseptual. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari pasien sudah mampu melakukan aktivitas sederhana seperti berpakaian kaos, menyisir rambut, makan, dan memakai sandal atau sepatu (tidak bertali).
3. Limitasi
Berdasarkan hasil interview, observasi, dan pemeriksaan yang sudah dilakukan, diperoleh limitasi yang dimiliki pasien saat ini adalah pasien mudah terdistraksi, atensi dan konsentrasi pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan terapis masih kurang baik. Mood pasien pada saat menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas terkadang baik namun terkadang mudah bosan.
4. Prioritas Masalah
Berdasarkan aset dan limitasi yang dimiliki pasien maka dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah pada pasien adalah kesulitan mempertahankan atensinya dalam waktu yang cukup lama (5 menit).
5. Diagnosis OT
Pasien mengalami masalah pada area play yaitu bermain, dikarenakan pasien belum mampu mempertahankan atensinya sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas atau aktivitas dengan baik.
37 F. Perencanaan Terapi
1. Tujuan Jangka Panjang (LTG)
Pasien mampu menyelesaikan permainan lotto sebanyak 8 macam gambar dalam 8 kali sesi terapi.
2. Tujuan Jangka Pendek (STG) STG 1 :
Pasien mampu beratensi pada saat bermain lotto dengan mencari 4 macam gambar dalam 2 kali sesi terapi.
STG 2 :
Pasien mampu beratensi pada saat bermain lotto dengan mencari 6 macam gambar dalam 2 kali sesi terapi.
STG 3 :
Pasien mampu beratensi pada saat bermain lotto dengan mencari 8 macam gambar dalam 3 kali sesi terapi.
3. Strategi/Teknik
Kerangka acuan perilaku menggunakan strategi/teknik belajar perilaku, meliputi modelling, shaping, dan reinforcement.
4. Frekuensi
Frekuensi terapi yang dilakukan yaitu 2 kali dalam satu minggu pada hari Rabu dan Sabtu.
5. Durasi
Durasi intervensi dalam setiap sesi terapi yakni ±30 menit.
38 6. Media Terapi
Pasak geometri, puzzle, papan titian, tangga, bola, menara balok, dan lotto.
7. Home Program
Home program yang diterapkan kepada pasien adalah orang tua pasien diminta untuk melakukan kegiatan bermain yang dapat meningkatkan atensi pasien seperti, lempar tangkap bola, menyusun balok, bermain tebak gambar. Selain itu, pasien diminta untuk melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri.
G. Pelaksanaan Terapi
a. Adjunctive Therapy
Adjunctive Therapy merupakan tahap awal untuk mempersiapkan anak dalam mengikuti proses terapi dan dilakukan pada awal setiap sesi terapi. Pasien diminta untuk berhadapan dengan terapis kemudian mengikuti gerakan terapis dengan berdiri satu kaki dengan membuat gerakan seperti pesawat. Selain itu, pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan ke atas, ke samping, dan ke depan dengan bernyanyi bersama terapis. Kemudian dilanjutkan dengan mengenalkan aktivitas yang akan dilakukan hari ini dan mereview kegiatan yang sudah dilakukan. Tujuan dari aktivitas ini yaitu supaya meningkatkan atensi, pemahaman pasien dan meningkatkan mood sebelum masuk ke tahap selanjutnya.
39 b. Enabling
Pada tahap enabling, proses terapi dilakukan dengan menggunakan berbagai media terapi. Aktivitas yang diberikan kepada pasien yaitu menyusun pasak geometri, tebak gambar, menyusun balok dengan melewati papan titian, naik turun tangga dan memasukkan bola ke keranjang.
1. Menyusun pasak geometri
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini yaitu yang pertama dengan memberikan permainan melepas dan memasang pasak geometri. Pasien diposisikan duduk berhadapan dengan terapis, kemudian terapis memberikan contoh dengan mendemonstrasikan kepada pasien. Pada tahap ini digunakan strategi modelling. Setelah itu, pasien diminta melepas pasak satu per satu dan memasukkannya ke piring sampai habis. Kemudian, setelah sudah dilepas semua, pasien diminta memasang pasak tersebut satu per satu ke dalam tempatnya sesuai instruksi terapis. Jika pasien mampu melakukannya sesuai instruksi maka diberikan reinforcement berupa tepuk tangan dan pujian. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk melatih kontak mata, atensi konsentrasi, koordinasi mata dan tangan pasien. Safety precaution pada aktivitas ini yaitu terapis harus tetap mengawasi supaya pasak tidak dilempar atau dimakan oleh pasien.
40
Gambar 2.1 Enabling dengan Menyusun Pasak Geometri 2. Aktivitas tebak gambar
Aktivitas tebak gambar ini dilakukan dengan cara terapis memberikan 2 sampai 4 macam gambar ke pasien dan memberitahu nama gambar tersebut satu per satu. Pada aktivitas ini pasien diposisikan duduk berhadapan dengan terapis. Kemudian terapis memberikan contoh dan instruksi kepada pasien untuk mengambil satu per satu gambar sesuai instruksi dan menyebutkan kembali nama gambar tersebut.
Pada tahap ini dilakukan strategi modelling dan shaping.
Apabila pasien mampu melakukannya dengan baik dan sesuai instruksi, maka diberikan reinforcement berupa tepuk tangan dan pujian. Tujuan aktivitas ini adalah untuk meningkatkan atensi, konsentrasi dan pemahaman pasien. Safety precaution pada aktivitas ini yaitu terapis harus tetap mengawasi supaya bagian tepi gambar yang sedikit tajam tidak melukai tangan pasien.
41
Gambar 2.2 Enabling dengan Tebak Gambar 3. Menyusun balok melewati papan titian
Aktivitas ini dilakukan dengan cara terapis memberikan contoh dengan instruksi kepada pasien. Kemudian pasien diminta melakukannya dengan mengambil satu per satu balok sesuai warna yang disebutkan terapis. Lalu pasien menyusun satu per satu balok dengan melewati rintangan meniti di papan titian.
Pada tahap ini dilakukan strategi modelling berupa memberikan contoh dan reinforcement berupa tepuk tangan dan pujian jika pasien mampu melakukannya sesuai instruksi dengan baik.
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk meningkatkan atensi konsentrasi, pemahaman dan melatih keseimbangan. Safety precaution pada tahap ini adalah terapis berperan aktif dalam menjaga dan mendampingi agar pasien tidak terjatuh.
42
Gambar 2.3 Enabling dengan Menyusun Balok Melewati Titian
4. Naik turun tangga dan memasukkan bola ke keranjang
Aktivitas ini dilakukan dengan cara terapis memberikan contoh dengan instruksi kepada pasien. Kemudian pasien diminta untuk mengambil satu per satu bola plastik sesuai warna yang disebutkan, kemudian pasien memasukkan bola tersebut satu per satu ke dalam keranjang dengan melewati rintangan naik turun tangga. Pada tahap ini dilakukan strategi modelling dengan memberikan contoh dan strategi reinforcement berupa tepuk tangan dan pujian jika pasien mampu melakukannya sesuai instruksi dengan baik. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk meningkatkan atensi konsentrasi, pemahaman dan melatih keseimbangan. Safety precaution pada tahap ini adalah terapis berperan aktif dalam menjaga dan mendampingi agar pasien tidak terjatuh.
43
Gambar 2.4 Enabling Memasukkan Bola Melewati Tangga
c. Purposefull
Pada tahap ini pasien melakukan aktivitas mencari (menyamakan) gambar lotto dengan gradasi jumlah yakni dimulai dari mencari (menyamakan) 4 macam gambar, 6 macam gambar, dan 8 macam gambar.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini yaitu pasien diminta untuk mencari (menyamakan) gambar lotto yang sudah diberikan terapis.
Sebelumnya terapis memberi tahu nama gambar yang diberikan kepada pasien satu per satu. Kemudian terapis mengacak gambar tersebut dan pasien mencari (menyamakan) gambar lotto sesuai instruksi. Strategi yang digunakan pada tahap ini adalah strategi modelling yakni pada saat terapis memberikan contoh dan instruksi kepada pasien untuk mencari gambar lotto yang diminta terapis. Kemudian strategi shaping yakni pada saat pasien diminta untuk mencari (menyamakan) kartu lotto satu per satu secara acak dan bergantian lalu menyebutkan gambar pada kartu tersebut. Pada strategi reinforcement, terapis memberikan hadiah berupa pujian, tepuk tangan, dan memberikan
44
permainan yang disukai oleh pasien yakni salah satunya bermain bola sebagai bentuk penguatan terhadap perilaku adaptif yang ditunjukkan oleh anak. Penguatan diberikan jika anak mampu melakukan aktivitas yang diminta oleh terapis.
a) STG 1
Gambar 3.1 Purposefull Mencari 4 Macam Gambar Lotto b) STG 2
Gambar 3.2 Purposefull Mencari 6 Macam Gambar Lotto
45
Gambar 3.3 Purposefull Mencari 6 Macam Gambar Lotto c) STG 3
Gambar 3.4 Purposefull Mencari 8 Macam Gambar Lotto
Gambar 3.5 Purposefull Mencari 8 Macam Gambar Lotto
46 d. Occupational Performance
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan aktivitas permainan lotto (menyamakan gambar). Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk meningkatkan atensi anak ADHD dalam melakukan aktivitas bermain dan juga dapat diterapkan dalam aktivitas fungsional pada kehidupan sehari-hari.
H. Re-evaluasi
1. Data Subjektif
Berdasarkan hasil interview dan observasi yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2021 diperoleh hasil bahwa, pasien sudah mampu mempertahankan atensinya pada suatu aktivitas selama 3 menit. Perilaku hiperaktif pasien sudah mulai berkurang. Pada saat proses terapi pasien kooperatif dan mau mengikuti instruksi dari terapis sampai terapi selesai meskipun terkadang masih mudah terdistraksi, pasien juga mau berkomunikasi dengan cukup baik.
Namun, mood pasien masih belum stabil terkadang baik dan terkadang mudah bosan.
2. Data Objektif
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2021 menggunakan blangko ADHD-T, Motorik kasar, Motorik halus, Perkembangan, Konsep/Persepsi didapatkan hasil sebagai berikut :
47 a. Pemeriksaan ADHD-T
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan blangko ADHD-T pasien mengalami penurunan derajat ADHD dengan hasil sebagai berikut: pada subtest hiperaktif pasien mendapatkan skor 13, pasien sudah mampu untuk tidak bergerak secara berlebihan. Pada subtest impulsif pasien mendapatkan skor 11, pasien sudah mampu mengikuti ketentuan/aturan dalam permainan. Pada subtest inatensi pasien mendapatkan skor 17, pasien sudah mulai mampu mengikuti petunjuk/arahan, rentang atensi meningkat, pasien mampu mempertahankan perhatian dan bertahan pada saat menyelesaikan aktivitas. Total Standart Scores 26 sehingga total skor dari ADHD Quotient yaitu 91 dengan percentile 27%. Jadi disimpulkan pasien termasuk ke dalam Average (rata-rata).
(Blangko pemeriksaan terlampir) b. Pemeriksaan Motorik Kasar
Berdasarkan pemeriksaan motorik kasar yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2021 didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan pada aktivitas meniti yakni yang sebelumnya masih memerlukan bantuan minimal dari terapis, sekarang sudah mampu melakukannya secara mandiri. (Blangko pemeriksaan terlampir) c. Pemeriksaan Motorik Halus
Berdasarkan pemeriksaan motorik halus yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2021 didapatkan hasil bahwa terdapat
48
perubahan pada keterampilan bilateral pasien yaitu mampu meronce dan melepas manik-manik berukuran sedang dan kecil secara mandiri tanpa bantuan. (Blangko pemeriksaan terlampir) d. Pemeriksaan Perkembangan
Berdasarkan pemeriksaan perkembangan yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2021 didapatkan hasil bahwa tidak jauh berbeda dari hasil pemeriksaan sebelumnya yakni pasien mampu menyusun menara dengan 8 balok, memegang pensil, membuat garis menyilang dengan beberapa kali percobaan, menutup membuka botol, dan menyebutkan 4 jenis warna. Namun, pasien belum mampu menjawab nama lengkapnya secara benar. (Blangko pemeriksaan terlampir)
e. Pemeriksaan pada Konsep/Persepsi
Berdasarkan pemeriksaan pada konsep/persepsi yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2021 didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan yakni pasien mampu melengkapi puzzle sejumlah 4-5 keping secara mandiri tanpa bantuan, yang sebelumnya masih memerlukan bantuan minimal dari terapis.
(Blangko pemeriksaan terlampir)
49 f. Checklist Atensi
Tabel 3.2 Data Rentang Atensi Pasien
NO TANGGAL AKTIVITAS RENTANG ATENSI
1. 24 - 02 - 2021 Mencari 8 macam gambar lotto
3 menit
3. Hasil Pencapaian
Hasil pencapaian program teapi setelah dilakukan 8 kali sesi terapi yakni tercapai sampai STG 3, pasien mampu beratensi pada saat bermain lotto dengan mencari 8 macam gambar lotto. Terdapat peningkatan rentang atensi pasien pada saat menyelesaikan aktivitas yaitu yang sebelumnya 30 detik menjadi 3 menit. Selain itu, perilaku hiperaktif mulai menurun.
50 I. Follow Up
Dari hasil program terapi yang diberikan dan re-evaluasi yang telah di lakukan maka diperoleh data bahwa program terapi yang diberikan telah berhasil. Namun, untuk mencapai hasil maksimal maka perlu adanya kelanjutan dari program terapi yang diberikan yakni memberikan home program.
Home program yang disarankan untuk pasien yakni orang tua pasien diminta untuk melakukan kegiatan bermain yang dapat meningkatkan atensi pasien seperti, lempar tangkap bola, menyusun balok, bermain tebak gambar. Selain itu, pasien diminta untuk melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri.