Hubungan Keahlian Komite Audit Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar
Di BEI Tahun 2012-2014
Venna Lonita
Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomi [email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keahlian komite audit dengan kualitas laba perusahaan dengan menggunakan manajemen laba sebagai proxy. Keahlian komite audit dibedakan menjadi dua, yaitu keahlian berdasarkan dan pengalaman kerja. Digunakan sampel dari data sekunder perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada 2012-2014 dan manajemen laba perusahaan dihitung menggunakan model modified Jones. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit yang memiliki pendidikan akuntansi dalam komposisi komite audit akan menurunkan tingkat manajemen laba dan meningkatkan kualitas laba, sedangkan semakin banyak anggota komite audit yang tidak memiliki pengetahuan mengenai akuntansi akan mendorong terjadinya manajemen laba dan menurunkan kualitas laba perusahaan.
Kata kunci : Manajemen Laba, Komite Audit, Keahlian
Abstract – The purpose of this study is to determine the relationship of the audit committee expertise with the earnings quality by using earnings management as a proxy. Audit committee expertise is divided into two categories, there are the expertise that comes from education and work experience. Used a sample of secondary data companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2014 and earnings management is calculated using a modified model of Jones. The results showed that the audit committee has the accounting education in the composition of the audit committee will reduce the level of earnings management and improve the earnings quality, while a growing number of audit committee members who do not have knowledge of accounting leads to a lowering of earnings management and earnings quality.
Keywords : Earnings Management, Audit Committee, Expertise
PENDAHULUAN
Laporan keuangan dibuat oleh setiap perusahaan untuk menyampaikan hasil kinerjanya pada para pemegang saham/investor sebagai bentuk informasi dan pertanggungjawaban. Sejak tahun 2000, Indonesia menyadari pentingnya komite audit dalam perusahaan untuk mengawasi pelaporan keuangan dalam perusahaan.
Semakin ahli dan berpengalaman komite audit, akan semakin mampu melihat indikasi dalam manajemen laba yang terjadi agar tidak ada kesalahan dalam pelaporan informasi keuangan kepada stakeholder (Wilopo, 2004). Namun, meski
telah ada komite audit, tetap ada kemungkinan terjadinya manipulasi laporan keuangan seperti yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk, PT Katarina Utama Tbk, dan PT Indofarma Tbk.
Skandal keuangan dan penyimpangan yang terjadi dalam pelaporan keuangan ini mendorong Bapepam pada 2012 menyempurnakan aturan tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Penyempurnaan peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan peran Komite audit dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Dewan Komisaris atau Perusahaan Publik.
Penelitian sebelumnya banyak membahas mengenai hubungan antara keberadaan komite audit dan manajemen laba (Klein, 2002; Mahirot N., 2012;
Gradiyanto, 2012), efektivitas komite audit yang dilihat dari berbagai aspek seperti tanggung jawab, fungsi, latar belakang pendidikan, dan independensi (Gendron et al., 2004; Engel et al., 2006; Chen et al., 2005). Beberapa penelitian lain juga membahas mengenai keahlian komite audit dan manajemen laba, tapi keahlian komite audit menjadi bagian dari karakteristik komite audit dan tidak difokuskan pada keahlian tertentu yang dimiliki komite audit untuk mendeteksi, mengawasi, dan menangkal manajemen laba. Padahal keahlian komite audit yang baik akan sangat membantu dalam pencegahan manajemen laba yang nantinya dapat berdampak pada meningkatnya kualitas laba dan berdampak positif bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh keahlian dan pengalaman yang dimiliki komite audit terhadap manajemen laba di perusahaan, salah satunya dilakukan Nelson dan Devi (2011) yang menggunakan sampel data seluruh perusahaan yang terdaftar di Malaysia pada tahun 2008. Penelitian Nelson dan Devi (2011) bertujuan mengetahui hubungan antara keahlian komite audit dan kualitas pelaporan keuangan dan menunjukkan bahwa keragaman keahlian secara signifikan dapat menurunkan manajemen laba. Keahlian komite audit menurut Nelson dan Devi (2011) ini didasarkan pada kualifikasi akademik dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota komite audit. Hasil penelitian Nelson dan Devi (2011) menunjukkan bahwa komite audit yang memiliki keahlian akuntansi mampu menurunkan tingkat manajemen laba dan melakukan pengawasan dengan lebih
baik. Komite audit dengan keahlian bukan akuntansi juga akan menurunkan manajemen laba karena bauran keahlian tersebut akan membentuk komite audit yang efektif dalam menjalankan fungsi.
Badolato et al. (2014) meneliti juga mengenai hubungan antara keahlian keuangan komite audit, status komite audit dan manajemen laba. Badolato et al.
(2014) membedakan keahlian komite audit menjadi 3, yaitu keahlian keuangan, akuntansi, dan supervisory. Keahlian ini dibedakan berdasarkan pengalaman kerja anggota komite audit, menggunakan sampel tahun 2001 hingga 2008, dengan sampel perusahaan yang terdapat di BoardEx. Badolato et al. (2014) menekankan pada status yang dimiliki komite audit dan keahlian keuangan. Hasil penelitian Badolato et al. (2014) menunjukkan bahwa keahlian keuangan tidak menghalangi manajemen laba kecuali komite audit mempunyai status yang tinggi. Sehingga, meningkatnya keahlian keuangan komite audit tidak cukup untuk menangkal manajemen laba.
Dengan adanya perbedaan hasil pada penelitian terdahulu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan keahlian komite audit dengan kualitas laba perusahaan yang di-proxy-kan dengan manajemen laba.
KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Manajemen laba dijadikan proxy karena Francis et al. (2008) menyebutkan bahwa determinan kualitas laba terdiri dari sumber bawaan dan sumber pelaporan, dimana sumber pelaporan mencerminkan proses pelaporan keuangan. Sumber pelaporan menunjukkan bahwa kualitas laba terkait dengan manajemen laba karena keputusan manajemen dalam pelaporan keuangan merupakan bagian dari manajemen laba (Francis et al., 2008). Venola (2008) juga menyatakan bahwa jika manajemen laba suatu perusahaan sangat tinggi, maka kualitas laba yang disajikan dalam laporan keuangan akan rendah karena manajemen dapat melakukan manajemen laba yang oportunis dan melakukan manajemen laba.
Berdasarkan Resource Dependence Theory (RDT), komite audit merupakan sumber daya pendidikan dan pengalaman bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif atas kualitas pelaporan keuangan (Pfeffer dan Salancik, 1978). Sesuai dengan peraturan komite audit yang menyatakan bahwa minimal
ada salah seorang anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akuntansi dan keuangan penting.
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa manajemen laba lebih rendah untuk perusahaan dengan komite audit yang aktif dan memiliki pengetahuan yang cukup (Engel et al., 2010; Baxter dan Cotter, 2009; Coates et al., 2007; dan Aier et al., 2005) begitu juga dengan Nelson dan Devi (2011), yang memperkenalkan pengukuran keahlian yang baru, yaitu dengan kualifikasi akademik. Oleh sebab itu, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H1.1: diduga terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S2 akuntansi atau keuangan; dan bersertifikasi profesi akuntansi atau keuangan dan manajemen laba.
H1.2: diduga terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S1 akuntansi atau keuangan; dan bersertifikasi profesi akuntansi atau keuangan dan manajemen laba.
Berdasarkan RDT juga, dinyatakan bahwa syarat sebagai anggota komite audit tidak harus selalu orang yang memiliki keahlian di bidang akuntansi, tapi juga harus ada anggota yang memiliki keahlian lain sesuai dengan bidang usaha perusahaan (Pfeffer, 1973) karena dapat meningkatkan keberagaman hubungan perusahaan dengan sumber daya lain yang mungkin diperlukan perusahaan (Boubaker dan Nguyen, 2012). Hipotesis berdasarkan teori tersebut yaitu:
H1.3: diduga terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S2 selain akuntansi dan keuangan; dan bersertifikasi profesi selain akuntansi dan keuangan dan manajemen laba.
Nelson dan Devi (2011) juga membuktikan bahwa semakin banyak anggota komite audit dengan pendidikan bukan akuntansi dan pengalaman manajerial maka akan dapat menurunkan manajemen laba. Dengan adanya berbagai kemampuan yang dimiliki anggota komite audit yang relevan dengan jenis usaha perusahaan, akan membantu komite audit untuk memahami sifat perusahaan.
Berdasarkan penelitian tersebut, dibuat hipotesis sebagai berikut:
H1.4: diduga terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S1 selain akuntansi dan keuangan; dan tidak bersertifikasi profesi apapun dan manajemen laba.
Mutmainnah dan Wardhani (2013) menunjukkan bahwa keahlian yang didapat dari pengalaman kerja komite audit sebelumnya terbukti meningkatkan kualitas laporan keuangan. Hasil ini menunjukkan jika semakin banyak anggota Komite audit yang memiliki pengalaman di bidang akuntansi dan keuangan akan berdampak kepada kualitas laporan keuangan yang lebih baik. Karena ketika ada keahlian yang dimiliki, akan mengubah struktur dan fokus kerja komite audit sehingga akan mempengaruhi penilaian laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan (McDaniel, 2004). Dari penelitian sebelumnya, dibuat rumusan hipotesis berikut:
H2.1: diduga terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai pengalaman kerja di bidang akuntansi dan manajemen laba.
Dibuktikan oleh Fich (2005) dalam Nelson dan Devi (2011) yang mengatakan bahwa pengalaman sebagai CEO merupakan sumber keahlian yang unik. Hubungan latar belakang dan pengalaman keahlian direktur bisa digunakan untuk mendukung peran fungsional mereka sebagai anggota Komite audit. Oleh karna itu, hipotesis berdasarkan penelitian tersebut adalah:
H2.2: diduga terdapat hubungan negatif antara keahlian komite audit yang mempunyai pengalaman kerja di bidang supervisory dan manajemen laba.
Berdasarkan penelitian Xie et al. (2003), proporsi anggota komite audit dengan latar belakang perbankan atau investment banking berhubungan negatif dengan tingkat manajemen laba. Hal ini dikarenakan keunggulan latar belakang komite audit di bidang keuangan menjadi faktor dalam mencegah manajemen laba yang dilakukan manajemen. Oleh sebab itu, hipotesis dari penelitian tersebut adalah:
H2.3: diduga terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai pengalaman kerja di bidang keuangan dan manajemen laba.
METODE PENELITIAN Variabel Independen
Variabel independen penelitian ini merupakan keahlian komite audit yang dibedakan menjadi keahlian berdasarkan kualifikasi akademik dan pengalaman kerja. Keahlian yang didapatkan komite audit dari kualifikasi akademik dibedakan menjadi 4 tipe (Tipe A, B, C, dan D) dan berdasarkan 3 jenis pengalaman (Tipe E, F, dan G), sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel Independen
Variabel
Independen Kriteria:
A Proporsi komite audit berlatar belakang pendidikan minimal S2 bidang keuangan atau akuntansi; dan mempunyai sertifikasi profesi akuntansi atau keuangan.
B Proporsi komite audit berlatar belakang pendidikan S1 akuntansi atau keuangan; dan mempunyai sertifikasi profesi akuntansi atau keuangan.
C Proporsi komite audit berpendidikan S2 selain akuntansi dan keuangan; mempunyai sertifikasi profesi selain akuntansi dan keuangan seperti arsitek, pengacara, insinyur, marinir, apoteker, dll.
D Proporsi komite audit berpendidikan S1 selain akuntansi dan keuangan; tidak mempunyai sertifikasi profesi. Seperti sarjana hukum, sarjana teknik, sarjana psikologi, dan lain-lain.
E Proporsi komite audit berpengalaman akuntansi. Mempunyai pengalaman kerja sebagai auditor atau posisi akuntansi seperti CFO, kepala akuntan, controller, CPA, CA, pegawai akuntansi, dan direktur akuntansi.
F Proporsi komite audit berpengalaman supervisory. Berpengalaman bekerja di perusahaan dalam posisi pengawasan dalam pelaporan keuangan, yaitu CEO, president, dosen, dan lain-lain.
G Proporsi komite audit berpengalaman keuangan. Mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan pada posisi seperti direktur keuangan, banker, analis, loan officer, manajer investasi, bendahara, manajer pendanaan, manajer aset, direktur keuangan, manajer keuangan, pegawai keuangan.
Variabel independen diukur dengan proporsi, misal jika suatu komite audit beranggotakan 3 orang dan dari seluruh anggota komite audit terdapat 1 orang yang mempunyai pengalaman keuangan, maka Tipe G akan mendapatkan nilai proporsi 13 .
Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan discretionary accruals yang digunakan untuk mengukur manajemen laba, dimana manajemen laba merupakan proxy dari kualitas laba (Dechow et al., 2010). Semakin tinggi manajemen laba, maka semakin rendah kualitas laba dan sebaliknya jika manajemen laba semakin rendah, maka kualitas laba semakin baik. Discretionary accruals dihitung dengan menggunakan model modified Jones (1995).
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑡
𝑇𝐴𝑡−1 = 𝛽1 1
𝑇𝐴𝑡−1 + 𝛽2 △ 𝑅𝐸𝑉𝑡
𝑇𝐴𝑡−1 + 𝛽3 𝐺𝑃𝑃𝐸𝑡 𝑇𝐴𝑡−1 + 𝓔𝒕
TACC didapat dari laba bersih dikurangkan dengan arus kas dari kegiatan operasional. Sedangkan nilai β1, β2, dan β3 dari persamaan 1 digunakan dalam persamaan 2.
𝑁𝐷𝐴𝑡 = 𝛽1 1
𝑇𝐴𝑡−1 + 𝛽2 △ 𝑅𝐸𝑉𝑡 − △ 𝑅𝐸𝐶𝑡
𝑇𝐴𝑡−1 + 𝛽3 𝐺𝑃𝑃𝐸𝑡 𝑇𝐴𝑡−1 Sehingga nilai discretionary accruals didapatkan sebagai berikut:
𝐷𝐴𝑡 = 𝑇𝐴𝐶𝐶𝑡
𝑇𝐴𝑡−1 − 𝑁𝐷𝐴𝑡 Dimana:
TACCt = Total akrual pada tahun t TAt−1 = Total asset pada akhir tahun t - 1
△REVt = Pendapatan tahun t dikurangi dengan pendapatan tahun t – 1 GPPEt = Properti, peralatan & perlengkapan pada tahun t
𝓔t = error pada tahun t
NDAt = Non discretionary accruals pada tahun t TAt−1 = Total asset pada akhir tahun t - 1
△REVt = Pendapatan tahun t dikurangi dengan pendapatan tahun t – 1
△RECt = Net piutang tahun t dikurangi dengan net piutang tahun t - 1 GPPEt = Properti, peralatan & perlengkapan pada tahun t
β1, β2, dan β3 = Parameter spesifik perusahaan, didapat dengan melakukan regresi pada model asli Jones.
Pemilihan Data
Seluruh data penelitian diambil dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012- 2014. Hal ini dikarenakan pada 2012, Ketua Bapepeam dan LK menyempurnakan peraturan mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Sampel perusahaan yang diambil harus perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014, tidak melakukan kuasi pada tahun 2012, tidak melakukan perubahan periode tutup buku, mata uang pelaporan adalah Rupiah, dan seluruh informasi kualifikasi akademik serta pengalaman kerja komite audit tersedia.
Keterkaitan manajemen laba dengan discretionary accruals dihitung dengan menggunakan model Kohtari et al. (2005) dan dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS PASW Statistics 18. Model Kohtari et al. adalah sebagai berikut.
𝐷𝐴 = 𝛼 + 𝛾1(𝐴/𝐵/𝐶/𝐷) + 𝛽1𝐴𝐶𝑆𝐼𝑍𝐸 + 𝛽2𝐵𝑂𝐷𝑆𝐼𝑍𝐸 + 𝛽3𝐴𝐶𝐼𝑁𝐷𝑃 + 𝛽4𝐿𝐸𝑉𝐸𝑅𝐴𝐺𝐸 + 𝛽5𝑆𝐼𝑍𝐸 + 𝛽6𝑅𝑂𝐴 + 𝓔𝒊
𝐷𝐴 = 𝛼 + 𝛾2(𝐸/𝐹/𝐺) + 𝛽1𝐴𝐶𝑆𝐼𝑍𝐸 + 𝛽2𝐵𝑂𝐷𝑆𝐼𝑍𝐸 + 𝛽3𝐴𝐶𝐼𝑁𝐷𝑃 + 𝛽4𝐿𝐸𝑉𝐸𝑅𝐴𝐺𝐸 + 𝛽5𝑆𝐼𝑍𝐸 + 𝛽6𝑅𝑂𝐴 + 𝓔𝒊
Dimana:
DA = discretionary accruals
A = proporsi anggota komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S2 akuntansi atau keuangan dan bersertifikasi profesi akuntansi atau keuangan B = proporsi anggota komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S1
akuntansi atau keuangan; dan bersertifikasi profesi akuntansi atau keuangan C = proporsi anggota komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S2
selain akuntansi dan keuangan; dan bersertifikasi profesi selain akuntansi dan keuangan
D = proporsi anggota komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S1 selain akuntansi dan keuangan; dan tidak bersertifikasi profesi apapun E = proporsi anggota komite audit yang mempunyai pengalaman kerja di bidang
akuntansi
F = proporsi anggota komite audit yang mempunyai pengalaman kerja di bidang supervisory
G = proporsi anggota komite audit yang mempunyai pengalaman kerja di bidang keuangan
ACSIZE = jumlah anggota komite audit BODSIZE = jumlah anggota dewan komisaris ACINDP = jumlah anggota komite independen
LEVERAGE = rasio total liabilitas pada total aset perusahaan pada awal tahun SIZE = ukuran perusahaan dalam natural log
ROA = return on assets
Berdasarkan pada penelitian Zhao dan Chen (2008), Davidson et al. (2005), dan Rahman dan Ali (2006) dalam Nelson dan Devi (2011), setelah menggunakan model manajemen laba Kohtari et al. (2005), maka digunakan analisis regresi multivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang digunakan untuk menguji H1 adalah 247 perusahaan. Nilai minimum dan maksimum untuk variabel BODSIZE memiliki rentang yang paling besar dibandingkan dengan variabel lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa data sampel yang digunakan dalam pengujian H1 tidak memiliki rentang yang besar. Variabel leverage memiliki nilai minimum 0.0372 dan nilai maksimum 3.0807. Nilai maksimum tersebut berasal dari PT Primarindo Asia Infrastucture Tbk. yang mengalami defisiensi ekuitas hingga Rp 187 miliar. Hal ini yang menyebabkan besarnya nilai maksimum pada variabel leverage.
Tabel 2. Statistik Deskriptif untuk Model Regresi 1 sampai 4 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 247 -.2800 .9508 .016717 .1062009
ACSIZE 247 2 5 3.09 .367
BODSIZE 247 2 12 4.11 1.828
ACINDP 247 1 3 1.10 .335
LEVERAGE 247 .0372 3.0807 .463392 .3439058
SIZE 247 10.0246 14.3730 12.169981 .6973021
ROA 247 -.3459 .4268 .070233 .0962764
Valid N (listwise) 247
Pada variabel independen A, B, C, dan D yang merupakan variabel dummy, hasil statistik deskriptifnya terdapat dalam Tabel 3. Nilai dari keempat variabel
independen kualitfikasi akademik variabel B lebih banyak dibandingkan dengan variabel independen lain dan variabel independen C yang paling sedikit dengan persentase 2,02%, yang menandakan bahwa lebih banyak anggota komite audit yang memiliki Tipe B dibandingkan dengan tipe lainnya.
Tabel 3. Statistik Deskriptif untuk Variabel Dummy pada Model Regresi 1 sampai 4
Model regresi untuk uji H2, keahlian komite audit berdasarkan pengalaman, detail statistik deskriptif untuk variabel dan sampelnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Statistik Deskriptif untuk Model Regresi 5 sampai 7 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 271 -.4237257500 .9517978400 .017207151438 .1136221893215
ACSIZE 271 2 4 3.06 .287
BODSIZE 271 2 12 4.03 1.783
ACINDP 271 1 3 1.11 .369
LEVERAGE 271 .0372 3.0807 .488321 .3790150
SIZE 271 10.0246 14.3730 12.169810 .7036486
ROA 271 -.3459 .4038 .067831 .0987582
Valid N (listwise) 271
Jumlah sampel yang digunakan untuk menguji H2 adalah 271 perusahaan.
Rentang nilai terbesar dimiliki BODSIZE. Hanya SIZE saja yang berbeda banyak, yang berarti persebarannya lebih luas.
Statistik deskriptif variabel independen E, F, dan G sebagai variabel dummy ditunjukkan pada Tabel 4.6. Tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel independen F memiliki persentase terbesar, yaitu 40,96% yang berarti kebanyakan anggota komite audit dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki pengalaman supervisory. Sementara pengalaman keuangan adalah yang paling sedikit dengan persentase 10,7%.
Tabel 5. Statistik Deskriptif untuk Variabel Dummy pada Model Regresi 5 sampai 7
Analisis Multivariat
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji simultan (F-test) untuk setiap model regresi 1 hingga 7, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen karena nilai signifikan pada 1%. Nilai adj.
R2 pada hasil setiap model menunjukkan bahwa besar kemampuan seluruh variabel independen menjelaskan varians dari variabel dependen adalah sebesar 6%, sedangkan 94% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak ada dalam model regresi.
Dari ketujuh model regresi, hanya model regresi 2 dan 4 yang memiliki hasil signifikan terhadap discretionary accruals. Model regresi 2 signifikan negatif pada 1% yang berarti terdapat hubungan negatif antara komposisi komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S1 akuntansi atau keuangan; dan bersertifikasi profesi akuntansi atau keuangan dan manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Nelson dan Devi (2011); DeZoort dan Salterio (2001) yaitu negatif dan signifikan. Hal ini karena anggota komite audit yang memiliki dasar pendidikan akuntansi dapat meningkatkan pelaporan keuangan karena dapat memahami hal-hal terkait akuntansi lebih baik dan memeriksa kewajaran penjelasan yang diberikan manajemen.
Model regresi 4 menunjukkan hasil yang signifikan positif, yang berarti tidak terdapat hubungan negatif antara komite audit yang mempunyai kualifikasi akademik S1 selain akuntansi dan keuangan; dan tidak bersertifikasi profesi apapun dan manajemen laba. Sesuai dengan conceptual framework akuntansi, yang secara implisit mengasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan memerlukan pengetahuan yang cukup untuk memahami informasi dalam laporan keuangan (Kieso et al., 2011). Oleh sebab itu, anggota komite audit yang tidak memiliki pengetahuan cukup untuk memahami laporan keuangan tidak akan mampu untuk mengetahui dan mencegah terjadinya manajemen laba dalam
0-30% >30 - 60% >60% Total
E 27.68% 38.38% 33.95% 100.0%
F 21.03% 38.01% 40.96% 100.0%
G 61.25% 28.04% 10.70% 100.0%
109.96% 104.43% 85.61% 300.00%
Pengalaman
Tabel 6. Hasil Regresi Linier Berganda
Keterangan:
* : Signifikan pada α 10%
** : Signifikan pada α 5%
***: Signifikan pada α 1%
B B B B B B B
(Constant) 0.131 0.275 0.085 0.207 0.181 0.205 0.158
A 0.004 0.190
B -0.051 -2.849 ***
C 0.021 0.678
D 0.051 2.386 ***
E -0.005 -0.318
F 0.021 1.269
G -0.014 -0.785
ACSIZE 0.001 0.084 -0.002 -0.144 0.000 0.010 -0.002 -0.140 -0.011 -0.643 -0.008 -0.474 -0.012 -0.695
BODSIZE 0.003 0.880 0.005 1.102 0.003 0.828 0.005 1.066 0.002 0.440 0.002 0.582 0.001 0.399
ACINDP -0.022 -1.496 -0.027 -1.520 -0.023 -1.590 -0.027 -1.547 -0.013 -1.040 -0.020 -1.575 -0.012 -1.003 LEVERAGE -0.050 -3.463 *** -0.037 -2.197 ** -0.049 -3.438 *** -0.043 -2.508 ** -0.050 -4.007 *** -0.055 -4.407 *** -0.052 -4.244 ***
SIZE -0.008 -0.857 -0.017 -1.518 -0.004 -0.410 -0.015 -1.296 -0.009 -1.014 -0.012 -1.347 -0.007 -0.760 ROA 0.086 1.659 * 0.104 1.710 * 0.047 0.913 0.108 1.761 * 0.089 1.792 * 0.068 1.366 0.058 1.169
F Value *** *** *** *** *** *** ***
Adj. R2
Variabel Model 5
t value
3.867 4.534 3.688
Model 6
t value Model 7 t value Model 1
t value Model 2
t value Model 3 t value
3.286
0.064 3.564
0.068 2.831
0.052 0.073 0.088 0.069
Model 4 t value
3.194 0.059
perusahaan. Sementara itu, pada model regresi 1, 3, 5, 6, dan 7 tidak menunjukkan adanya hasil yang signifikan terhadap discretionary accruals.
Sehingga tidak terdapat hubungan antara keahlian komite audit Tipe A, C, E, F, dan G terhadap manajemen laba.
Variabel kontrol yang memiliki pengaruh signifikan terhadap discretionary accruals adalah LEVERAGE dan ROA. Variabel LEVERAGE memiliki pengaruh signifikan negative pada ketujuh model regresi. Sesuai dengan penelitian Zamri et al. (2013) yang juga signifikan negatif. Karena leverage bertindak sebagai alat pengendali manajemen laba yang dapat mencegah manajemen laba yang oportunistik, seperti peningkatan pendapatan (Jensen, 1986). Uji regresi terhadap tujuh model regresi hampir secara keseluruhan menunjukkan hasil yang signifikan atas ROA, kecuali pada model regsresi 3, 6 dan 7 yang menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan ROA terhadap manejmen laba. Hasil ini konsisten dengan Welvin dan Arleen (2010) yang menyatakan bahwa ROA akan mempengaruhi manajemen laba karena ROA merupakan salah satu alat penilai kinerja manajemen. Agar penilaian mendapatkan hasil yang baik, manajemen akan melakukan manajemen laba (Welvin dan Arleen, 2010).
KESIMPULAN DAN SARAN
Sejalan dengan hasil penelitian Nelson dan Devi (2011), penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengenalan kualifikasi akademik sebagai kriteria keahlian keuangan tidak memadai. Namun, hasil menunjukkan bahwa komite audit dengan kualifikasi akademik S1 akuntansi atau keuangan; dan bersertifikasi profesi akuntansi atau keuangan akan menurunkan manajemen laba sehingga kualitas laba yang dihasilkan tinggi. Sedangkan komite audit yang tidak memiliki kualifikasi akademik terkait akuntansi sama sekali akan meningkatkan manajemen laba sehingga kualitas laba rendah. Karena pendidikan akuntansi yang cukup sangat diperlukan dalam memahami laporan keuangan (Kieso et al., 2011).
Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan periode sampel yang lebih banyak, sejak 2012 (tahun penyempurnaan peraturan komite audit) hingga periode terbaru agar dapat melihat hubungan kedua variabel dengan lebih baik dan
hubungannya pada jangka panjang, selain itu, penelitian selanjutnya juga bisa mencoba untuk menginteraksikan atau mengkombinasikan keahlian berdasarkan kualifikasi akademik dan pengalaman dalam satu model regresi agar dapat mengetahui bauran keahlian komite audit yang dapat menurunkan manajemen laba dan meningkatkan kualitas laba.
Penelitian ini lebih memfokuskan pada pendidikan akademik, di penelitian selanjutnya akan lebih baik jika fokus pada pengalaman komite audit juga dengan memperdalam kriteria pengalaman dan memperincinya. Pengambilan sampel perusahaan yang diperluas ke seluruh sektor perusahaan juga mungkin akan memberikan hasil yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L.J., Parker S., and G.F. Peters, 2002. Audit Committee Characteristics and Financial Statement: A Study of the Efficacy of Certain Blue Ribbon Committee Recommendation. Working Paper. University of Memphis.
Badolato, P.G., Donelson, D.C., dan M. Ege. 2014. Audit Committee Financial Expertise and Earnings Management: The Role of Status. Journal of Accounting and Economics, Vol. 58: 208-230.
Bapepam. 2004. Berita Indofarma.
http://www.bapepam.go.id/old/old/news/NOP2004/indo_farma.pdf (diunduh tanggal 15 Juni 2015).
Bapepam. 2012. Draft Perubahan IX-I-5.
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/draft_peraturan_pm/d raft/Draft-Perubahan-IX.I.5.pdf (diunduh tanggal 20 Mei 2015).
Bartov, E., Ferdinand A.G., dan J.S.L. Tsui. 2001. Discretionary-Accruals Models and Audit Qualifications. Journal of Accounting & Economics, Vol. 30:
421-452.
BKPM. 2012. Realisasi Penanaman Modal PMDN – PMA Triwulan IV dan
Tahun 2012.
http://www4.bkpm.go.id/img/file/Press%20Release%20TW%20IV%20201 2-IND.pdf (diunduh tanggal 30 Mei 2015).
BKPM. 2013. Realisasi Penanaman Modal PMDN – PMA Triwulan IV dan
Januari – Desember Tahun 2013.
http://www7.bkpm.go.id/file_uploaded/public/Press%20Release%20TW%
20IV%202013%20-%20eng%20wartawan_01.pdf (diunduh tanggal 30 Mei 2015).
BKPM. 2014. Realisasi Penanaman Modal PMDN – PMA Triwulan IV dan
Januari – Desember Tahun 2014.
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=7NZnVerbMIKduQSS94CABg#
q=Bahan+Paparan+TW+IV+2014-IND (diunduh tanggal 30 Mei 2015).
Chen, Y.M., Moroney, R. dan Houghton, K. 2005. Audit Committee Composition And The Use Of An Industry Specialist Audit Firm. Accounting and Finance, Vol. 45: 217-239.
Chtourou, S. M., Bedard, J. dan L. Courteau. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper. University of Sfax.
Dechow, P.M., Ge, W., dan C. Schrand. 2010. Understanding Earnings Quality: A Review of The Proxies, Their Determinants and Their Consequences.
Journal of Accounting and Economics, Vol.50: 344-401.
Dechow, P.M., Sloan, R.G. dan A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review, Vol. 70 (2): 193-225.
Dechow, P.M., Sloan, R.G. dan A.P. Sweeney. 1996. Causes and Consequences of Earnings Manipulaton: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by The SEC. Contemporary Accounting Research, Vol. 13: 1-36.
Dhaliwal, D.S., Naiker, V., dan F. Navissi. 2010. The Association between Accrual Quality and the Characteristics of Accounting Experts and Mix of Expertise on Audit Committees. Contemporary Accounting Research, Vol.
27 (3): 787-827.
Engel, E., Hayes, R.M. dan X. Wang. 2010. Audit Committee Compensation And The Demand For Monitoring Of The Financial Reporting Process. Journal of Accounting and Economies, Vol. 49: 136-154.
Epstein, M.J. dan J.Y. Lee. 2010. Advances in Management Accounting, vol. 18.
FASB. 1973. Statement of Financial Accounting Concepts. USA.
Ferry, M.G., dan W.H. Jones. 1979. Determinants of financial structure: A new methodological approach. Journal of Finance, Vol.44 (3).
Friedlan, J. 1994. Accounting Choices by Issuers of Initial Public Offerings.
Contemporary Accounting Research. Vol. 11 (1): 1-31.
Gendron, Y., Bedard, J. dan Gosselin, M. 2004. Getting Inside The Black Box: A Field Study Of Practices In Effective Audit Committee. Auditing: A Journal of Theory and Practice, Vol. 23 (10): 153-171.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP-Universitas Diponogoro: Semarang.
Godfrey, J.M. dan K. Chalmers. 2007. Globalization of Accounting Standars. Edward Elgar Publishing, Inc: USA.
Gregoriou, G.N. 2006. Initial Public Offerings An International Perspective.
Linacre House: UK.
Hamdi, A.S. dan E. Bahruddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Penerbit Deepublish: Yogyakarta.
Hayes, R.M. 2014. Discussion of “Audit Committee Financial Expertise and Earnings Management: The Role of Status” by Badolato, Donelson, and Ege (2014). Journal of Accounting and Economics, Vol. 58: 231-239.
Healy, P., dan Wahlen J. 1999. A Review of The Earnings Manajement Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizon, Vol 12 (4).
IDX. Bagaimana Menjadi Perusahaan Tercatat. http://www.idx.co.id/id- id/beranda/informasi/bagiperusahaan/bagaimanamenjadiperusahaantercatat.
aspx (diakses tanggal 20 Mei 2015).
IICD. 2013. Press Release TOP 30 Emiten Dengan Skor CG Tertinggi
Berdasarkan ASEAN CG Scorecard.
http://iicd.or.id/assets/dokumen/Press%20Release%202013_ASEAN%20C G.pdf (diunduh tanggal 30 Mei 2015).
Jin, L.S. dan M. Machfoedz. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. l (2):174-191.
Jones, J.J. 1991. Earnings Management During Import Relief Investigations.
Journal of Accounting Research, Vol.29 (2): 193-228.
Kieso, D.E., Weygant, J.J. dan T.D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting IFRS Edition, Volume 1. John Wiley & Sons, Inc: US.
Klein, A. 2002. Audit Committee, Board Of Director’s Characteristics And Earnings Management. Journal of Accounting and Economics, Vol. 33:
375-400.
Kothari, S.P., Leone, A.J. dan C.E. Wasley, 2005. Performance Matched Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics, Vol. 39: 163-197.
Komite Audit. 2012. Peraturan Bapepam LK No. IX-I-5.
http://komiteaudit.org/home/index.php/regulasi/179-peraturan-bapepam- lk-no-ix-i-5 (diakses tanggal 29 Mei 2015).
Mutmainnah, N. dan R. Wardhani. 2013. Analisis Dampak Kualitas Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Vol. 10 (2): 147-170.
Nelson, S.P., and S. Devi. 2011. Audit Committee Experts and Earnings Quality.
Corporate Governance: The International Journal of Business In Society, Vol. 13 (4): 335-351.
OJK. 2012. Peraturan Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. http://www.ojk.go.id/peraturan-ojk-tentang-direksi-dan-dewan- komisaris-emiten-atau-perusahaan-publik (diakses tanggal 9 Juni 2015).
Peasnell, K.V., Pope, P.F., dan S. Young. 2005. Board Monitoring and Earnings Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals?.
Journal of Business Financial Accounting, Vol. 32: 1311-1346.
Purba, Orinton. 2011. Petunjuk Praktis Bagi RUPS Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas Agar Terhindar dari Jerat Hukum. Penerbit Raih Asa Sukses: Depok, Indonesia.
Qi, B. dan T. Gaoliang. 2012. The Impact of Audit Commitees’ Personal Characteristics on Earnings Management: Evidence from China. Journal of Applied Business Research, Vol. 28: 1331-1344.
Qin, Bo. 2007. The Influence of Audit Committee Financial Expertise on Earnings Quality: U.S. Evidence. Working Paper. University of Gronigen.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat. PT Gramedia: Jakarta.
Scott, W.R. 2015. Financial Accounting Theory, 7th ed. Prentice Hall: Kanada.
Sulistiyowati, Leny. 2010. Panduan Praktis Memahami Laporan Keuangan. PT Elex Media Komputindo: Jakarta, Indonesia.
Venola, H. 2007. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10 (2): 97-108.
Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice- Hall., Inc.: New Jersey, US.
Xie, B., Davidson, W.N., dan P.J DaDalt. 2003. Earnings Management and Corporate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee.
Journal of Corporate Finance, Vol. 9 (3): 295-316.