• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA LICHENES

N/A
N/A
Paidi Bohay

Academic year: 2024

Membagikan " KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA LICHENES"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE : III JUDUL ACARA

KEANEKARAGAMAN BAKTERI

Nama :

NIM :

Kelompok :

Hari, tanggal :

Asisten :

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lichenes atau lumut kerak merupakan organisme yang terbentuk dari simbiosis mutualisme antara jamur (fungi) dan alga. Keberadaan lichenes di alam memiliki peran penting sebagai tumbuhan perintis yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrem (Fadilah, 2021).

Lichenes juga dikenal peka terhadap perubahan lingkungan sehingga sering dimanfaatkan sebagai bioindikator pencemaran udara di suatu wilayah.

Secara morfologi, lichenes memiliki struktur talus yang terdiri dari jalinan hifa jamur dan koloni alga (Asfiya, 2018). Talus lichenes memiliki berbagai bentuk seperti crustose (menempel erat pada substrat), foliose (lembaran lepas dari substrat), dan fruticose (tegak seperti semak). Warna talus lichenes juga bervariasi tergantung jenis alga simbionnya, mulai dari hijau, keabu-abuan, kekuningan, hingga jingga.

Klasifikasi lichenes didasarkan pada beberapa kriteria seperti jenis jamur simbion (Ascomycetes atau Basidiomycetes), tipe pembentukan tubuh buah (askokarp atau basidiokarp), serta bentuk talus (Devi, 2019). Hingga saat ini, telah banyak jenis lichenes yang berhasil diidentifikasi dan diklasifikasikan ke dalam divisi, kelas, ordo, famili, dan genus yang berbeda.

Mempelajari keragaman lichenes penting dilakukan untuk mengetahui potensi pemanfaatannya bagi kehidupan manusia, seperti sebagai bahan pewarna alami, obat-obatan, maupun bioindikator lingkungan. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengamati ciri-ciri umum lichenes, mengidentifikasi jenis-jenisnya, serta mengklasifikasikannya berdasarkan kunci determinasi dan pembuatan bagan dikotomi konsep.

1.2 TUJUAN

(3)

Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri umum Lichenes, Mengidentifikasi Lichenes, Mengklasifikasikan Lichenes, Dapat membuat bagan dikotomi konsep dan kunci determinasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Lichenes

Gambar 2.1 Struktur morfologi Lichenes Relicina abstrusa (Sumber: Suharno, et al, 2021)

Lichenes merupakan asosiasi simbiotik antara mikroorganisme fotosintetik dan juga fungi. Lichenes banyak tumbuh pada permukaan batu, batang kayu yang sudah membusuk, pepohonan, dan atap dalam berbagai bentuk. Selain itu, adapun salah satu faktor yang mempengaruhi bentuk thallus pada Lichenes adalah substrat tumbuhnya. Salah satu jenis thallus yang paling sering dijumpai karena mampu melekat pada berbagai substrat adalah Lichenes dengan jenis thallus crutose (Fithri, 2017). Menurut Lukmana (2012) Lichenes mempunyai banyak ragam dari mulai ukurannya, warnanya sampai dengan bentuknya. Struktur anatomi dan morfologi Lichenes diwakilkan oleh kelompok foliase (Gambar 2.1; 2.2), karena Lichenes kelompok ini memiliki 3 bagian tubuh yang bisa diamati secara jelas, bagian-bagian ini juga termasuk struktur vegetasi dari Lichenes.

Lichenes termasuk organisme endolitik (dapat tumbuh di dalam bebatuan) dan poiliohidrik yakni dia dapat bertahan hidup pada

(4)

kondisi ketersediaan air yang rendah. Lichenes tidak membutuhkan kriteria hidup yang tinggi, hal tersebut dikarenakan Lichenes dapat hidup dalam jangka waktu yang sangat panjang meskipun dalam kondisi kekurangan air (Muvidha, 2020)

Menurut Mafaza, et al (2019) Lichenes merupakan simbiosis antara fungi (mikobiont) dari kelompok Ascomycetes dan Basidiomycetes, dengan alga 11 (fikobiont) dari kelompok Cyanobacteria atau Chlorophyceae. Selanjutnya Suharno, et al (2021) menyebutkan pengelompokan Lichenes berdasarkan atas jenis fungi yang berasosiasi, diantaranya: Ascoliken, merupakan kelompok Lichenes yang bersimbiosis dengan fungi, khususnya Ascomycota.

Gymnocarpae, merupakan kelompok Lichenes dengan badan buah berupa apthecium, contoh Usnea. Pyrenocarpae, merupakan kelompok Lichenes dengan badan buah berupa perithecium, contohnya Verrucaria. Basidioliken, merupakan kelompok Lichenes yang bersimbiosis dengan fungi Basidiomycota, contohnya Dictyonema.

Menurut Suharno, et al (2021) pengelompokan Lichenes berdasarkan distribusi komponen alga pada thallus, diantaranya:

Thallus homomerus, apabila sel alga dan hifa fungi terdistribusi secara merata pada thallus, contoh Collema. Thallus heteromerus, apabila sel alga membentuk lapisan (stratifikasi) yang berbeda atau zona alga dan hifa fungi terdapat pada tapisan yang berbeda, contoh Parmelia.

2.2 Klasifikasi Lichenes

(5)

Gambar 2.1.2 Cladogram Lichenes (Sumber: Nash, 2015)

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan, hal ini dikarenakan Lichenes merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Suharno, et al (2021), Lichenes di klasifikasikan berdasarkan atas kompilasi data yang disampaikan oleh Diederich dkk. (2018). Genus fungi termasuk jenis Lichenes dalam tiga kategori yakni Lichenes obligat, Lichenes lichenicolous, dan Lichenes fakultatif.

Menurut (Nash, 2015) cladogram mengenai Lichenes adalah sebagai berikut, Pengelompokan Lichenes lainnya, didasarkan pada aspek-aspek seperti komponen cendawan yang menyusunnya, alga yang menyusun thallus, tipe thallus dan kejadiannya. Lichenes diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya dan dibedakan dalam dua kelas, yaitu: 1) Kelas Ascolichenes a. Pyrenomucetales , Menurut Laksono (2016) Pyrenomucetales dapat menghasilkan tubuh buah berupa perisetium yang berumur pendek dan dapat hidup secara bebas, contohnya adalah Dermatocarpon miniatum dan Verrucaria nigrescens. b. Discomycetales, Menurut Laksono (2016) Discomycetales dapat membentuk tubuh buah berupa aposetium.

Aposetium pada Lichenes jenis ini memiliki umur panjang, bersifat

(6)

seperti tulang rawan dan mempunyai aksus yang berdinding tebal, contoh dari jenis ini adalag Usnea australis yang memiliki bentuk seperti semak kecil yang banyak terdapat pada pohon-pohon dan bebatuan yang terdapat di dalam hutan, lebih-lebih di daerah pegunungan, dan Parmelia sulcata yang berbentuk seperti lembaran- lembaran kulit dan dapat hidup pada pohonpohon dan batu-batu

2) Kelas Basidiolichenes, Kebanyakan Lichenes yang termasuk kelas Basidiolichenes ini mempunyai thallus yang berbentuk seperti lembaran-lembaran. Pada tubuh buah Lichenes jenis ini terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium, yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales, contohnya adalah Cora pavonia. Lichenes dipisahkan dari fungi dan dijadikan suatu golongan yang beridiri sendiri. Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae (Laksono, 2016).

Menurut Laksono (2016) yang termasuk kedalam kelompok Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu Scytonema, dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.

Selain golongan Kelas Ascolichenes dan juga Kelas Basidiolichenes, Lichenes memiliki golongan lain tersendiri, yang dinamakan dengan golongan Lichenes Imperfecti atau biasa disebut golongan Deuterolichens. Golongan ini tidak membentuk spora fungi dan thallus nya tersusun dari hifa atau massa padat yang seringkali terlihat menyerupai sebuk atau bubuk pada substrat yang ditumbuhinya (Laksono, 2016).

2.3 Crustose

(7)

Gambar 2.1.3 Lichenes dengan tipe crustose

a) Rhizocarpon geographicum. Umumnya jenis ini tumbuh di permukaan batu secara berkoloni, umumnya berwarna kehijauan dan

putih atau putih keabuan. Thallus berwana pucat. Kadang berwarna coklat pucat; dan b) Lecanora muralis.

(Sumber: Muvidha, 2020)

Lichenes crustose memiliki ciri khas berupa bentuk tubuh yang menyerupai lapisan kulit yang menempel pada permukaan kulit pohon, bebatuan, dan tanah (Muvidha, 2020). Lumut ini tumbuh sangat rapat pada substratnya, sehingga sulit dipisahkan tanpa merusak struktur thallus-nya. Ukurannya yang kecil, datar, dan tipis menjadikan lumut crustose sangat berbeda dari jenis lumut lainnya.

Keunikan ini membuatnya sulit diambil tanpa merusak permukaan tempat mereka tumbuh. Sebagai contoh, gambar 2.8 memperlihatkan betapa rapatnya lumut crustose menempel pada substratnya.

Selain itu, lumut crustose biasanya ditemukan pada permukaan yang keras seperti batu, kulit pohon, dan tanah yang padat. Mereka tumbuh membentuk lapisan tipis yang seringkali sulit dilihat dengan mata telanjang. Warna dan tekstur lumut crustose dapat bervariasi, tergantung pada jenis substrat dan kondisi lingkungan tempat mereka tumbuh (Fithri, 2017).. Meski ukurannya kecil, mereka memainkan peran penting dalam ekosistem dengan membantu dalam proses dekomposisi dan penyediaan nutrisi bagi organisme lain. Keberadaan lumut crustose juga sering digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan, terutama dalam mengukur tingkat polusi udara.

2.4 Foliase

(8)

Gambar 2.1.3 Lichenes dengan tipe crustose Parmeliapsysodes, tumbuh pada semak; dan

Peltigera polydactyla, tumbuh di tanah.

(Sumber: Muvidha, 2020)

Lichenes foliose (Leaf-like) memiliki bentuk thallus yang menyerupai daun, yang kemudian berkembang menjadi lobus. Lumut jenis ini mudah dipisahkan dari substratnya karena memiliki rhizines sebagai sistem perlekatan pada thallusnya (Muvidha, 2020). Rhizines ini berfungsi seperti akar yang melekatkan lumut pada permukaan yang ditumbuhinya. Lichenes foliose tumbuh dengan bentuk datar dan lebar, memungkinkannya menutupi area yang luas. Struktur tubuhnya seringkali menampilkan banyak lekukan yang berputar, mirip dengan daun yang mengkerut.

Selain itu, bagian permukaan atas dan bawah thallus lumut ini berbeda, memberikan ciri khas yang unik pada Lichenes foliose.

Permukaan atas biasanya lebih cerah dan berwarna, sementara permukaan bawah lebih gelap dan kasar. Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana Lichenes foliose melekat pada batu dan pohon (Fithri, 2017). Perbedaan warna dan tekstur antara kedua permukaan ini membantu dalam identifikasi lumut tersebut di alam.

Lumut foliose juga sering ditemukan di berbagai habitat, termasuk

(9)

daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang beragam.

2.5 Fructicose

Gambar 2.1.4 Lichenes dengan tipe fructicose Usnea comosa (Sumber : Muvidha, 2020)

Lichenes fruticose memiliki thallus yang menyerupai semak dengan cabang-cabang berbentuk seperti pita, rambut, atau tali (Muvidha, 2020). Thallus ini dapat tumbuh tegak atau menggantung, tergantung pada tempat tumbuhnya. Mereka sering ditemukan menempel pada bebatuan, daun-daunan, atau cabang pohon. Struktur cabang- cabangnya yang unik membuat lumut ini mudah dikenali. Lichenes fruticose sering menambah keindahan alami pada habitatnya dengan bentuknya yang rumit dan beragam.

Berbeda dengan beberapa jenis lumut lainnya, Lichenes fruticose tidak memiliki perbedaan antara permukaan atas dan bawah thallus- nya. Ini membuatnya memiliki tampilan yang seragam dari semua sisi. Seperti yang dicontohkan pada gambar di bawah ini, thallus lumut ini dapat tumbuh dengan sangat bervariasi, baik dalam bentuk maupun ukuran (Fithri, 2017). Kemampuan mereka untuk beradaptasi pada berbagai permukaan dan kondisi lingkungan menjadikan mereka penting dalam ekosistem. Lumut ini juga sering digunakan dalam studi lingkungan untuk mengukur kondisi dan perubahan lingkungan.

(10)

2.1. Squamulose

Gambar 2.1.5 Lichenes dengan tipe squamulose

a) Cladonia pyxidata, Lichenes squamulose jenis isni tumbuh di permukaan tanah. pada gambar menujukkan kucup yang berbentuk

seperti cawan yang dinamakan podetia; dan b) C. coccifera

(Sumber: Muvidha, 2020)

Cladonia pyxidata, salah satu jenis Lichenes squamulose, tumbuh di permukaan tanah. Pada gambar, terlihat kuncup berbentuk seperti cawan yang dinamakan podetia (Muvidha, 2020). Lichenes ini memiliki lobus- lobus menyerupai sisik yang disebut squamulus. Lobus ini saling bertindih, membentuk struktur yang unik dan menarik. Thallus berukuran kecil dan sering ditemukan dalam kelompok padat.

Lichenes squamulose memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia, yang juga ditemukan pada C. coccifera. Podetia ini memberikan tampilan khas dan membantu dalam reproduksi lumut. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, thallus lumut ini menunjukkan kompleksitas bentuk dan struktur (Fithri, 2017). Thallus yang saling bertindih menambah kekayaan tekstur dan bentuk pada lumut ini. Keunikan ini menjadikan Lichenes squamulose menarik untuk studi ekologi dan lingkungan.

III. METODE PENGAMATAN

(11)

3.1. Alat

 Alat tulis

 Buku laporan sementara 3.2. Bahan

 Parmelia sp.

 Usnea sp.

 Graphis sp.

3.3. Cara Kerja

1. Alat dan bahan dipersiapkan

2. Spesies Graphis Sp, Parmelia sp, dan usnea sp dan bagan- bagannya ditunjuk

3. Kemudian digambar pada laporan sementara, lalu keterengan bagian-bagian dan deskripsi singkat dari spesies tersebut.

(12)

IV. HASIL PENGAMATAN

Nama Spesies Gambar Tangan Gambar Referensi Keterangan Parmelia sp

(Dok. Pribadi, 2024)

(Sumber:

Muvidha, 2020)

Kelompok: follose, thallus berbentuk daun terdiri dall lobus Struktur: rhizines, apotela, thallus Habitat: air dan sinar matahari menempel pada kayu, tanah, dinding dan batu Reprodukin: generatif- vegetatif

Berperan: sebagai bioindikator ling- kungan untuk

(13)

memamtar tingkat Paun udara

Usnea sp

(Dok. Pribadi, 2024)

(Sumber:

Muvidha, 2020)

Kelompok: fruticose, thallus berben

Habitat: air dan sinar matahari menggantung pada ranting

Reproduksi: generatif (spara), vegeta tif (fragmentan) Graphis sp.

(Dok. Pribadi, 2024)

(Sumber:

Muvidha, 2020)

Kelompok: Crustuse, thallus berukuran keall dabar, tipis yang melekat pada Subotrat Struktur: rhizines, isida, thallus

Habitat: ar dan sinar mataharī menempel pada batang pohon Reproduksi : secara generatit maupun regeratif

Berperan untuk memonitor tingkat Polusi udara

(14)

V. PEMBAHASAN

Praktikum Biologi Dasar II acara III yang berjudul “Lichenes”

telah dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Maret 2024 pukul 07.00 di Laboratorium Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengidentifikasi berbagai jenis Lichenes yang terdapat di sekitar lingkungan, serta memahami klasifikasi dan karakteristik morfologisnya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi kaca objek, mikroskop, dan berbagai peralatan laboratorium standar lainnya. Bahan yang digunakan adalah sampel Lichenes yang diambil dari berbagai substrat seperti batu, tanah, dan batang pohon (Asfiya, 2018). Proses kerja praktikum dimulai dengan pengambilan sampel, dilanjutkan dengan pengamatan morfologi menggunakan

(15)

mikroskop, dan diakhiri dengan identifikasi serta klasifikasi berdasarkan karakteristik yang diamati.

Lichenes, atau lumut kerak, adalah organisme yang terbentuk dari simbiosis antara alga (Cyanophyta atau Chlorophyta) dan jamur (Ascomycota atau Basidiomycota). Dalam hubungan ini, jamur menyediakan struktur tubuh dan menyerap air serta nutrisi, sementara alga melakukan fotosintesis. Simbiosis ini bersifat mutualisme, di mana kedua organisme saling menguntungkan. Klasifikasi Lichenes didasarkan pada jenis jamur yang terlibat dalam simbiosis, tipe pembentukan tubuh buah, dan tipe thallusnya (Fadilah, 2021). Jenis jamur yang bersimbiosis dapat berupa Ascomycetes atau Basidiomycetes. Tipe pembentukan tubuh buah dapat berupa apothecium (bentuk cawan terbuka), perithecium (bentuk periuk atau botol berlubang), dan cleistothecium/kleistitesium (bentuk bola yang memecah) (Laksono, 2016). Sementara itu, tipe thallus dapat berupa crustose (pipih melekat kuat pada substrat), foliose (lembaran, mudah dipisahkan dari substrat), dan fruticose (tegak mirip perdu bercabang kecil).

Beberapa contoh Lichenes yang dipelajari dalam praktikum ini meliputi Peltigera sp., Lobaria sp., dan Cladonia sp. Peltigera sp. memiliki thallus foliose berwarna kebiruan dan umumnya ditemukan di tanah atau bebatuan lembab, dengan askokarp tipe apothecium. Lobaria sp. juga memiliki thallus foliose, namun berwarna hijau kebiruan, dan biasanya hidup di pohon, juga dengan askokarp tipe apothecium (Lukmana, 2012).

Sedangkan Cladonia sp. memiliki thallus fruticose berwarna putih kehijauan, habitatnya di tanah atau bebatuan, dan askokarp tipe apothecium dengan ciri khas percabangan dikotom.

Lichenes berkembang biak melalui fragmentasi thallus, di mana potongan thallus dapat tumbuh menjadi individu baru, dan melalui soredium, struktur kecil yang mengandung jamur dan alga yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Pemahaman tentang tujuan, pengertian, klasifikasi, dan contoh-contoh spesifik dari Lichenes ini membantu mahasiswa dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan spesimen

(16)

Lichenes secara efektif selama praktikum.

5.1 Foliose

Lumut foliose adalah jenis lumut yang berbentuk seperti daun dengan struktur tubuh yang pipih dan berlapis-lapis. Lumut ini biasanya melekat longgar pada substrat, sehingga mudah dipisahkan dari permukaan tempat mereka tumbuh. Mereka memiliki bagian atas dan bawah yang berbeda, dengan sisi atas seringkali berwarna lebih cerah atau memiliki pola yang berbeda dibandingkan dengan sisi bawah (Moya, 2021). Foliose dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk batang pohon, batuan, dan tanah, serta sering menjadi indikator kondisi lingkungan yang baik karena sensitivitas mereka terhadap polusi udara.

5.1.1 Parmelia sp.

Parmelia sp. adalah jenis lichen foliose yang memiliki thallus berbentuk daun dengan lobus. Bagian-bagian utama dari Parmelia sp. meliputi thallus, isidia, dan apothecia. Menurut Moya (2021) Thallus adalah bagian utama yang berfungsi sebagai tubuh dari lichen ini, berstruktur seperti daun dengan lobus. Isidia adalah struktur kecil yang menonjol dari permukaan thallus dan berfungsi untuk reproduksi vegetatif. Apothecia adalah struktur berbentuk cakram yang berfungsi sebagai organ reproduksi seksual, di mana spora diproduksi.

Parmelia sp. termasuk dalam kingdom Fungi, phylum Ascomycota, class Lecanoromycetes, order Lecanorales, dan family Parmeliaceae. Menurut Elkhateeb (2022). Lichen ini dikategorikan berdasarkan karakteristik morfologi dan genetik yang dimilikinya.

Parmelia sp. biasanya ditemukan di lingkungan yang memiliki akses baik terhadap air dan sinar matahari. Mereka dapat tumbuh menempel pada berbagai substrat seperti kayu, tanah, dinding, dan batu. Menurut Ulfa (2023) Habitat ini

(17)

memungkinkan Parmelia sp. untuk berperan sebagai indikator lingkungan karena kepekaannya terhadap kondisi udara, khususnya terhadap polusi.

Parmelia sp. hidup melalui simbiosis mutualistik antara alga dan jamur. Alga dalam hubungan ini melakukan fotosintesis untuk menyediakan makanan bagi kedua organisme, sedangkan jamur memberikan struktur pelindung dan membantu dalam penyerapan air serta nutrisi. Menurut Nurlailila (2023) Reproduksi dilakukan secara generatif melalui spora dan secara vegetatif melalui fragmentasi thallus atau pembentukan isidia/

Parmelia sp. memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai bioindikator kualitas udara karena sangat sensitif terhadap polusi udara, sehingga dapat digunakan untuk memonitor tingkat polusi di suatu area. Menurut Maulina (2021) lichen ini juga berperan dalam siklus nutrisi di ekosistem dengan membantu dekomposisi bahan organik dan menyediakan sumber makanan bagi beberapa hewan.

5.2 Fructicose

Lumut fructicose adalah jenis lumut yang memiliki bentuk tubuh bercabang-cabang seperti semak atau rambut. Struktur mereka biasanya tegak atau menggantung, dengan cabang-cabang yang tumbuh secara radial dari pusat. Lumut ini sering terlihat menggantung dari cabang pohon atau menutupi permukaan batu dengan penampilan yang menyerupai karpet berbulu (Fantasti, 2020).

Fructicose sangat bervariasi dalam ukuran dan warna, serta memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan. Mereka sering digunakan dalam studi lingkungan untuk memantau kualitas udara karena kepekaan mereka terhadap perubahan kualitas udara.

5.2.1 Usnea sp

Usnea sp. merupakan jenis lichen fructicose yang

(18)

memiliki struktur berbentuk semak dengan banyak cabang menyerupai pita. Menurut Ulfa (2023) Bagian-bagian utama dari Usnea sp. meliputi rhizines dan thallus. Rhizines adalah struktur seperti akar yang berfungsi untuk melekat pada substrat, sementara thallus adalah tubuh utama yang bercabang dan dapat tumbuh memanjang. Thallus Usnea sp. memiliki lapisan luar yang berwarna putih hingga hijau pucat dan bagian dalam yang kenyal dan elastis.

Usnea sp. termasuk dalam kingdom Fungi, phylum Ascomycota, class Lecanoromycetes, order Lecanorales, dan family Parmeliaceae. Menurut Fantasti (2020) Spesies ini diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan karakteristik genetiknya yang unik.

Usnea sp. umumnya ditemukan menempel pada ranting pohon di hutan, terutama di daerah dengan kelembaban tinggi dan cukup sinar matahari. Menurut Fatimaturrohmah (2020) Habitat yang mendukung pertumbuhannya mencakup hutan hujan tropis dan hutan pegunungan. Lichen ini sangat sensitif terhadap kualitas udara dan biasanya tumbuh di lingkungan dengan sedikit polusi.

Usnea sp. hidup melalui simbiosis mutualistik antara alga dan jamur. Alga menyediakan makanan melalui fotosintesis, sementara jamur memberikan struktur pelindung dan membantu dalam penyerapan air dan mineral. Menurut Silvina (2022) Reproduksi dilakukan secara generatif melalui produksi spora dan secara vegetatif melalui fragmentasi thallus atau pembentukan soredia.

Usnea sp. memiliki berbagai manfaat ekologis dan praktis.

Secara ekologis, mereka berperan sebagai bioindikator kualitas udara karena kepekaannya terhadap polusi, sehingga dapat digunakan untuk memonitor lingkungan. Menurut Saputrs (2021) Usnea sp. memiliki kandungan usnin yang memiliki

(19)

sifat antibakteri dan antijamur, sehingga digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati luka dan infeksi.

Mereka juga berperan dalam siklus nutrisi ekosistem dengan membantu dekomposisi bahan organic.

5.3Crustose

Lumut crustose adalah jenis lumut yang tumbuh rapat dan melekat kuat pada substrat, membentuk lapisan tipis seperti kerak. Mereka biasanya ditemukan di permukaan batu, kulit pohon, dan bahkan di tanah yang keras. Karena mereka tumbuh sangat rapat pada permukaan, crustose sulit dipisahkan tanpa merusak substrat atau lumut itu sendiri. Warna dan tekstur mereka dapat bervariasi, seringkali menutupi permukaan dalam pola yang tampak seperti mosaik (Sigit, 2022). Lumut crustose sering ditemukan di lingkungan ekstrem, seperti gurun dan tundra, karena ketahanan mereka terhadap kondisi lingkungan yang keras.

5.3.1 Graphis sp.

Graphis sp. merupakan jenis lumut kerak (lichen) yang termasuk dalam kelompok crustose atau menampal seperti kerak pada substratnya. Bagian-bagian utamanya terdiri dari talus (thallus) berbentuk kerak yang menempel pada substrat, serta batang pohon (podetia) sebagai tempat tumbuh struktur reproduksi. Menurut Ulfa (2023) Graphis sp. termasuk dalam Divisi Ascomycota, suatu kelompok fungi pembentuk askus yang bersimbiosis dengan alga hijau membentuk lichen.

Referensi taksonomi dapat diperoleh dari buku teks Biologi Keanekaraman Hayati.

Habitat Graphis sp. ditemukan menempel pada batang pohon di area berair atau lembap. Menurut Sigit (2022) Cara hidupnya dengan memanfaatkan nutrisi dari lingkungan serta proses fotosintesis yang dilakukan oleh komponen alganya.

Referensi habitat dapat ditemukan pada artikel ilmiah tentang ekologi lichen.

Reproduksi Graphis sp. dapat terjadi secara generatif

(20)

(seksual) maupun vegetatif (aseksual) dengan pembentukan spora atau fragmen talus. Informasi lebih detil terkait cara reproduksi dapat diperoleh dari sumber literatur khusus tentang siklus hidup lichen. Menurut Ulfa (2023) Lichen dari kelompok crustose seperti Graphis sp. berperan penting dalam membantu mengurangi pencemaran udara dengan kemampuannya menyerap polutan.

VI. KESIMPULAN

Praktikum Biologi Dasar II acara III yang berjudul

"Keanekaragaman Bakteri" telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi berbagai jenis Lichenes yang terdapat di sekitar lingkungan. Lichenes merupakan organisme yang terbentuk dari simbiosis mutualisme antara jamur dan alga. Klasifikasi Lichenes didasarkan pada jenis jamur yang terlibat dalam simbiosis, tipe pembentukan tubuh buah, dan tipe thallusnya. Dalam praktikum ini, mahasiswa mengamati morfologi Lichenes dan mengidentifikasi spesies- spesies seperti Parmelia sp., Usnea sp., dan Graphis sp. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan alat laboratorium standar

(21)

lainnya.

Parmelia sp. adalah jenis Lichenes foliose yang memiliki thallus berbentuk daun dengan lobus. Bagian-bagian utamanya meliputi thallus, isidia, dan apothecia. Parmelia sp. ditemukan menempel pada substrat seperti kayu, tanah, dinding, dan batu. Usnea sp. merupakan Lichenes fructicose dengan struktur semak bercabang menyerupai pita. Bagian utamanya terdiri dari rhizines dan thallus. Usnea sp. biasanya ditemukan menempel pada ranting pohon di hutan dengan kelembaban tinggi. Graphis sp. merupakan Lichenes crustose yang menempel seperti kerak pada substrat, terutama batang pohon.

Lichenes hidup melalui simbiosis mutualistik antara alga dan jamur, di mana alga melakukan fotosintesis dan jamur menyediakan struktur pelindung serta membantu penyerapan air dan nutrisi. Reproduksi Lichenes dapat terjadi secara generatif melalui pembentukan spora, dan secara vegetatif melalui fragmentasi thallus, isidia, atau soredia. Lichenes memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai bioindikator kualitas udara, membantu dekomposisi bahan organik, siklus nutrisi, dan sebagai sumber obat-obatan tradisional. Pemahaman tentang Lichenes ini membantu mahasiswa dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan spesimen secara efektif selama praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Asyifa, I. Z., & Roziaty, E. (2018). Kajian Distribusi Tanaman Lumut Kerak (Lichenes) Pada Pohon Angsana Di Kawasan Universitas Sebelas Maret, Kentingan, Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Devi, S. (2019). Inventarisasi Lichenes (Lumut Kerak) Di Taman Wisata Alam Danau Sicikeh-Cikeh Desa Lae Hole Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Sumatera Utara (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

(22)

Elkhateeb, W. A., El-Ghwas, D. E., & Daba, G. M. (2022). Lichens uses surprising uses of lichens that improve human life. J Biomed Res Environ Sci, 3(2), 189-194.

FADILAH, N. (2021). IDENTIFIKASI JENIS-JENIS LUMUT KERAK (LICHENES) DI HUTAN PINUS TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

Fastanti, F. S., Susan, D., Supriyanti, Y., & Sutikno, S. (2020). A Preliminary Study Of Lichen Diversity In Gunung Halimun Salak National Park. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati (J-BEKH), 7(2), 46-52.

Fatimaturrohmah, R. P., & Roziaty, E. (2020). Keanekaragaman Jenis Lichen Epifit di Kawasan Cemoro Sewu Magetan. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-5.

Fithri, S. (2017). Keanekaragaman Lichenes di Brayeun Kecamatan Leupung Aceh Besar sebagai Referensi Mata Kuliah Mikologi. Skripsi. UIN ArRaniry.

Laksono, A. (2016). Identifikasi Jenis Lichenes sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kampus IAIN Raden Intan Lampung. Skripsi. IAIN Raden Intan Lampung.

Lukmana, W. (2012). Keanekaragaman Jenis Lichenes pada Tegakan Pohon Rasamala (Altingia excelsa) di Tahura Bukit Barisan Tongkoh Kab. Karo dan Hutan Aek Nauli Parapat Kab. Simalungun. Skripsi. Universitas Negeri Medan.

Mafaza, H., Murningsih, M., & Jumari, J. (2019). Keanekaragaman jenis lichen di Kota Semarang. Life Science, 8(1), 10-16.

Moya, P., Molins, A., Škaloud, P., Divakar, P. K., Chiva, S., Dumitru, C., ... & Barreno, E. (2021). Biodiversity patterns and ecological preferences of the photobionts associated with the lichen-forming genus Parmelia. Frontiers in Microbiology, 12, 765310.

Muliana, N. (2021). Karakteristik Lichenes Di Kawasan Air Terjun Tingkat Tujuh Desa Batu Itam Kecamatan Tapaktuan Aceh Selatan Sebagai Referensi Mata Kuliah Botani Tumbuhan Rendah (Doctoral dissertation, UIN Ar-raniry).

Muvidha, A. (2020). Lichen di Jawa Timur. Tulungagung: Akademia Pustaka

Kranner, I., Beckett, R., Hochman, A., & Nash III, T. H. (2015). Desiccation-tolerance in lichens: a review. The Bryologist, 111(4), 576-593.

Nurlaila, S. (2022). PENYUSUNAN ENSIKLOPEDIA PENDIDIKAN MELALUI INVENTARISASI LUMUT KERAK (LICHENES) DI DESA KUBU LIKU JAYA, KECAMATAN BATU KETULIS, KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Metro).

(23)

Saputra, N. A., Komarayati, S., & Gusmailina, G. (2021). Komponen Kimia Organik Lima Jenis Asap Cair. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 39(1), 39-54.

Sigit, D. V., Zain, A., Murisa, H., Kamila, K. S., Ramadhanty, N. A., Mahaqi, R. A., &

Ristanto, R. H. (2022). JPBIO (Jurnal Pendidikan Biologi).

Silviana, S., & Asri, M. T. (2022). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Lichen Usnea sp. terhadap Pertumbuhan Bakteri Ralstonia solanacearum. Sains dan Matematika, 7(1), 20-25.

Suharno, M. S., Sufaati, S., Sujarta, P., & Agustini, V. (2021). Liken (lumut Kerak) Struktur Morfologi, Anatomi, Fungsi Ekologi, dan Manfaat Bagi Manusia. PT Penerbit IPB Press.

Ulfa, S. W., Afdan, R. K., Nabilla, M., Achyari, P. R., & Nayla, N. (2023). Identifikasi Jenis Lumut Kerak (Lichenes) Di Kecamatan Percut Sei Tuan Pada Desa Bandar Setia, Sampali Dan Tembung. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(18), 683-692.

LAMPIRAN JURNAL

(24)

Gambar

Gambar 2.1  Struktur morfologi Lichenes Relicina abstrusa (Sumber: Suharno, et al, 2021)
Gambar 2.1.3 Lichenes dengan tipe crustose Parmeliapsysodes, tumbuh pada semak; dan
Gambar 2.1.4 Lichenes dengan tipe fructicose Usnea comosa (Sumber : Muvidha, 2020)
Gambar 2.1.5 Lichenes dengan tipe squamulose

Referensi

Dokumen terkait

Dari data diatas dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman (H`) pada spesies yang ditemukan di Kawasan Hutan Pinus Kragilan termasuk dalam kriteria indeks keanekaragaman

dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai analisis keanekaragaman bakteri yang terdapat pada tanah supresif terhadapGanoderma boninense sebagai upaya pengendalian penyakit

Lichenes yang di temukan di lokasi tersebut sebanyak 24 jenis yang termasuk ke dalam 15 famili, berbeda dengan kondisi penelitian ini yaitu di kawasan

Telah diteliti keanekaragaman bakteri serta kandungan unsur mikro dan logam yang terdapat dalam makanan olahan asap berupa daging ayam dan dendeng sapi.. Analisis bakteri

Dari data diatas dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman (H`) pada spesies yang ditemukan di Kawasan Hutan Pinus Kragilan termasuk dalam kriteria indeks keanekaragaman

Hasil penelitian pada produk olahan kentang yaitu kentang goreng dan kentang rebus menunjukkan bahwa keanekaragaman kontaminasi berasal dari kelompok

45 Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk (i) mengetahui proses dalam merancang dan mengembangkan modul remedial biologi materi keanekaragaman hayati, (ii)

Dokumen ini merupakan laporan praktikum fisika dasar pertanian yang membahas tentang tumbukan dan