• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF AL-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF AL-"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Disertasi berjudul “Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Quran (Studi Banding Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur'ân dan Tafsîr Al-Azhar)” karya Sari Azmita dengan NIM 217410779 diuji pada sesi Munaqasyah Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Kesehatan. Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) bidang Al-Qur'an - dan ilmu Tafsir.

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala hidayah Al-Qur'an dan rahmat yang melimpah kepada penulis. Tesis tersebut berjudul “Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Banding Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur’ân dan Tafsîr Al-Azhar).” Penelitian ini bermula dari penemuan bahwa Al-Qur’an sangat mementingkan kebahagiaan. Hal ini terlihat dari banyaknya dan beragam ungkapan kebahagiaan dalam Al-Qur'an.

Sebenarnya, 14 abad yang lalu, Al-Quran telah mengemukakan begitu banyak ayat yang memberitahu tentang kebahagiaan. Adapun data primer utama dalam penelitian ini adalah kitab tafsir Sayyid Quthub, Fî Zhilâl Al-Qur’an, serta karya Hamka, Tafsir Al-Azhar. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat persamaan dan perbezaan dalam tafsiran kebahagiaan dalam Tafsir Fî Zhilâl Al-Qur'an dan Tafsir Al-Azhar.

Mengenai perbedaan tafsir, Sayyid Quthub dalam tafsir Fî Zhilâl Al-Qur'an menyampaikan ketenangan hati Allah adalah anugerah yang Allah berikan kepada orang beriman untuk meningkatkan keimanannya.

ةصلاخ

لاَا

نا

سلا" َ

عَ دا

لاَ َ ف

نآ

رَ سا

راَ ن

لا َ ل

لا

يَ." َ را

ذه َ

لا َ ما

س َلا

صا َ ب

حا

سلا َ

ل ئا ز

نا ف

سلا

ذا

سا ََ ب

تا نا

لاَ وَ ث

ئا

لا َ

لا وَ

ثلا

ناَ و

وَ لاَ

وَ" َ نآ

وَ." َ را

ثلا َ

تا

لاَى

سلإ ا

مَ طا

را

ا م أَ.ىل

كا

It is based on the facts that the Quran really cares about happiness. They did not know that 14 centuries ago the Koran revealed so many ideas about happiness. The primary document in this study took the work of Sayyid Quthub titled “Fî Zhilâl Al-Qur'an” and the work of Hamka “Tafseer Al-Azhar”.

Penelitian ini menemukan adanya persamaan dan perbedaan antara Fî Zhilâl Al-Qur'an dan Tafsir Al-Azhar dalam menggambarkan kebahagiaan. Di sisi lain, salah satu perbedaannya adalah Sayyid Quthub dalam tafsir Fî Zhilâl Al-Qur'an mengatakan bahwa Allah memberikan sakinah (kedamaian) kepada kaum Mukmin sebagai anugerah, sedangkan Hamka mengatakan bahwa sakinah berasal dari mengetahui kebenaran. Dalam ayat tersebut Kementerian Agama RI mengartikan sa'idî sebagai "beruntung" dan su'idû sebagai "orang yang beruntung".2.

Selain itu, kebahagiaan juga diungkapkan dalam Al-Quran sebagai hasenah, yang meskipun diterjemahkan oleh Kementerian Agama RI sebagai kebaikan, namun dalam tafsirnya dijelaskan sebagai kebahagiaan.3 Seperti dalam Q.S. 1 Muhammad Fawâ‟id „Abdul Bâqi mencantumkan dua kosakata dalam Al-Mu‟jam Al-Mufahras li Alfâdz Al-Qur‟an, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2001), hal. 430) berkaitan dengan sa’ida yaitu su’idu dalam Q.S. 474-476, Sa'îd berasal dari kata sa'ada yang berarti pertolongan Ilahi bagi manusia dalam memperoleh kebaikan.

3 Kementerian Agama RI menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia, manusia harus bersabar dalam berusaha dan menaati aturan. Bahasa Arab menjelaskan bahwa sa'ida (as-Sa'du) berarti al-Yumnu (berkah/kebahagiaan/kebahagiaan), yang merupakan lawan kata dari malang/malang/sial.4 Hasuna (al-Husnu) merupakan lawan kata dari al-Qubhu ( kelemahan). ). Ryan dan Edward L. Deci, "Tentang Kebahagiaan dan Potensi Manusia: Tinjauan Penelitian tentang Kesejahteraan Hedonik dan Eudaimonik," dalam Tinjauan Tahunan Psikologi, 2001, hal.

See Cassie Mogilner, dkk, "The Changing Meaning of Happiness," in Social Psychological and Personality Science, 2011, p. 22 Shigehiro Oishi, dkk, "Optimal level of well-being: Can people be too happy?", in Perspective on Psychological Science, Vol.2 no. 23 David Schkade, dkk, "Pursuing Happiness: The Architecture of Sustainable Change", Dalam Review of General Psychology, Vol.

يراخبلا هاور(

Kedua, kebahagiaan duniawi, yaitu kebahagiaan duniawi atau sementara.26 Kebahagiaan duniawi mempunyai dua sisi. Di sisi lain, Allah menekankan bahwa kebahagiaan duniawi juga merupakan hakikat cinta yang Allah SWT berikan kepada manusia, seperti dalam Q.S. Itulah nikmatnya hidup di dunia, dan di sisi Allah ada balasan yang baik (Surga).”

Ali Imrân [3]: 14 menunjukkan sudut pandang Al-Qur'an mengenai kebahagiaan duniawi yang diidam-idamkan manusia, yaitu wanita, anak-anak, harta dalam jumlah besar berupa emas, perak, kuda pilihan, sapi, dan sawah. . Jadi bukan berarti hal-hal itu indah, tapi "cinta" dari hal-hal itulah yang indah. Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai siapa subjek yang menjadikan “cinta” indah terhadap hal-hal tersebut (نیزملا).

Ada ulama yang menafsirkan bahwa subjeknya adalah Allah, untuk dijadikan ujian bagi manusia, berdasarkan Q.S. Ada pula ulama yang menyatakan subjeknya adalah setan yaitu agar manusia cenderung kepada nafsu dan kesesatan, berdasarkan Q.S. Kementerian Agama RI dalam tafsirnya menyatakan bahwa sebagian besar ulama memilih pendapat pertama, yaitu subjek yang menjadikannya indah adalah Allah.30 Sementara itu, sejumlah ulama tafsir seperti Wahba ez-Zuhaili, Al-Qurthubi, Al -Andaluziu, Abu Bakar Jabir Al-Jazari dan Quraish Shihab memilih untuk memasukkan kedua perspektif tersebut tanpa.

Namun berdasarkan penjelasan penafsirannya terhadap asy-syahawat, dapat disimpulkan bahwa kedua ulama ini mempunyai pandangan yang sama bahwa yang dimaksud adalah Allah.32. Jika diperhatikan, Sayyid Quthub dan Hamka memiliki kesamaan tidak hanya pada penafsiran pokok bahasan ayat ini. Keduanya meyakini bahwa kebahagiaan duniawi dalam ayat ini merupakan naluri alamiah yang penting bagi kehidupan manusia.

Sementara itu, Hamka menulis dalam tafsirnya: “Apa sahaja yang diingini ada kebaikan dan keburukannya, tetapi apabila keinginan itu timbul, semua yang dilihat adalah kebaikan dan melupakan keburukan atau kesusahan.”35 Sayyid Quthub demikian memutuskan bahawa as - shahawât Aisar At-Tafâsir li Al-Kalâmi Al-Aliyyi Al-Kabîr oleh M.Azhari Hatim dan Abdurrrahim Mukti, bahagian 2, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012), ed. 720, dalam perbincangan wanita disebutkan bahawa "Allah telah mentakdirkan lelaki untuk mengingini wanita, yang merupakan ajakan kepada kebijaksanaan yang mendalam".

تناك ليلْاو-

مويلا يدالما ةللآا رصع في تىح لازت امو-

ةاهتشم ةببمح ةنيز

  • Permasalahan
    • Identifikasi Masalah
    • Pembatasan Masalah
    • Perumusan Masalah
  • Tinjauan Pustaka
  • Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk
  • Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
  • Sistematika Penulisan

Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur'an dan Tafsîr Al-Azhar mempunyai persamaan yang cukup unik, menjadi dua kitab tafsir terkenal masa kini yang lahir pada abad ke-20. Bedanya, Tafsîr Al-Azhar menggunakan Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur'an sebagai salah satu literatur tertulisnya dan tidak berlaku sebaliknya. Dengan latar belakang tersebut, penulis terpacu untuk menulis skripsi yang berjudul: KEBAHAGIAAN DARI PERSPEKTIF AL-QUR'AN (Studi Banding Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur'ân dan Tafsîr Al-Azhar).

Di mana penelitian ini tertumpu kepada karya tafsir Sayyid Quthub iaitu Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur'an dan Hamka dengan Tafsir Al-Azhar. Pandangan Sayyid Quthub dan Hamka tentang kebahagiaan dalam Tafsîr Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur‟an dan Tafsîr Al-Azhar hlm. Persamaan dan perbezaan pandangan Sayyid Quthub dan Hamka. Pandangan Sayyid Quthub dan Hamka tentang kebahagiaan dalam Tafsir Fî Zhilâl Al-Qur'an dan Tafsîr Al-Azhar mereka.

Persamaan dan perbezaan pandangan Sayyid Quthub dan Hamka tentang kebahagiaan dalam Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur'an dan Tafsîr Al-Azhar mereka. Bagaimana Sayyid Quthub dan Hamka memandang kebahagiaan dalam Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur‟an dan Tafsîr Al-Azhar mereka. Apakah persamaan dan perbezaan pandangan Sayyid Quthub dan Hamka tentang kebahagiaan dalam Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur‟an dan Tafsîr Al-Azhar mereka.

Dipaparkan juga tiga metode mendidik hati menurut tafsir Hamka, yaitu memahami Al-Qur'an, merenungkan alam dan berdzikir. Konsep universalisme Al-Quran menurut Sayyid Qutub dalam tafsir fi-Zhilal Al-Quran, oleh Aunur Rofiq, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Tesis ini menjelaskan tentang universalisme Al-Quran. dan dalam tafsir fi Zhilal Al-Qur'an yang termasuk didalamnya adalah nilai-nilai keimanan kepada Tuhan, nilai-nilai persahabatan dan persaudaraan, nilai-nilai keadilan, nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai kemanusiaan.

Oleh karena itu, disertasi ini berfokus pada pembicaraan tentang nilai-nilai. Universalisme Al-Qur'an secara umum tidak dikaitkan dengan kebahagiaan. Studi banding pemikiran Hamka dan Sayyid Qutb dalam Tafsir Al-Azhar dan Fi Zhilal Al-Qur'an), di Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta, 2011. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan penulis. bahwa karya ilmiah berupa tafsir tematik Kebahagiaan dalam perspektif Al-Quran belum ditemukan.

Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

Saran

Memperbanyak kajian para penafsir Al-Qur'an modern untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang dekat dengan generasi muda. Alangkah baiknya jika penelitian ini kita lanjutkan untuk menggali lebih dalam mengenai tafsir tafsir kebahagiaan dari sudut pandang Al-Qur'an. Abdul Bâqî, Muhammad Fawâ‟id, Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfâdz Al-Qur'an, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2001.

Abu Hayyan, Muhammad bin Yusuf, Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, Libanon: Dar Al-Kutub Al-„Ilmiyah, Cet. Al-Ashfahani, Ar-Raghib, Al-Mufradat i Gharib Al-Qur’an, Beirut: Dar Al-Ma'rifah, t.t. Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Jilid 4, Beirut: Dar al-Kitab al-.

Ath-Thabari, Muhammad bin Jarir, Tafsir Ath-Thabari Jjami' Al-Bayan 'an Ta'wil Ayah Al-Qur'an, Kairo: Dar Hijr, 2001. Effendi, Rusfian, Filsafat Kebahagiaan, Yogyakarta: Deep Publish, 2017 Fa. ' az, Ahmad, Dustur Al-'Usroh Fi Zhilal Al-Qur'an, Beirut: Mu'assasah Ar-. Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhîm, Kairo: Dâr at-Tauzî‟ wa an-Nasyr al-Islâmiyyah, Vol.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998 Quthub, Sayyid, Fî Zhilâl Al-Qur'an, Beirut: Dâr asy-Syurûq, Vol. At-Tashwir Al-Fanni fi Al-Qur'an karya Bahrun Abu Bakar, Jakarta: Robbani Press, 2004. Selepas lulus UI, penulis melanjutkan cita-citanya sejak remaja yaitu menulis 30 juz Al-Quran menghafal.

Setelah menghafal 30 juz Al-Qur’an, penulis tertarik untuk menyelidiki tafsir ayat-ayat yang dihafal tersebut. Oleh karena itu, penulis menempuh studi S1 ​​Tafsir Hadits di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Al-Hikmah Jakarta hingga lulus pada tahun 2017, sedangkan program magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di Institut Al-Qur'an mengambil -Qur'an. an Sciences (IIQ) Jakarta yang selesai dibangun pada tahun 2018. Dalam kehidupan sehari-hari, penulis aktif sebagai guru Al-Qur'an di berbagai lembaga seperti LTQ Al-Hikmah, Telkomsel, PT.

Kata matâ dan turunannya disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 70 kali, tercakup dalam 65 ayat. Kosakata fariha dan turunannya disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 22 kali, tercakup dalam 21 ayat.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Setelah dilihat ayat-ayat yang dibincangkan sebelum ini berkaitan dengan wanita menurut pandangan Hamka di dalam Tafsir Al-Azhar, maka disini dapatlah dikatakan bahawa Kalam Allah

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah dengan Hamka dalam Tafsir al-Azhar terhadap kata Isjudū li Ādama dalam surat al-Baqarah ayat 34 dan al-Kahfi ayat 50 dilakukan atas

(Studi Maw ḍū’ī Ayat-Ayat Materi Tafsir 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam dengan Kajian Tafsir al-Mi ṣ b āḥ , al-Azhar, F ī Żilāl al - Qurān, al -. Qur ṭū bi,

“Perempuan dalam Tradisi Tafsir Kontenporer di Indonesia (Studi Perbandingan Pemikiran Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar Dan Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah)” (2014):

Tafsîr al Qurân al ‘Azîm yang termasyhur dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir pada Qur‟ an Surat al Baqarah ayat 132-133. Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut al

Objek pembahasan dalam penelitian ini adalah tafsir Al Azhar karya Buya Hamka menggunakan metode tafsir tafsir tahli>l>i (analitis), sedangkan tema pembahasan

Skripsi yang ditulis oleh Tohirin yang berjudul Studi Penafsiran Muhammad Rasyid Rida dalam Tafsir al-Manar dan Sayyid Qutb dalam Tafsir Fî Zilâl al-Qur’ân tentang Perang Qitâl Fî

Kesimpulan dari penelitian ini menemukan 2 jawaban, pertama bahwa term free will dari pemikiran Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar menyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam