MAKALAH
KAJIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
„‟Keberagaman Aspek Psikologis Peserta Didik dan Implikasinya Dalam Proses Pembelajarannya‟‟
Disusun Oleh:
Zilfadlia Nirmala :2320010004
Dosen Pembimbing:
Dr. Nurfarida Deliani, M.Pd Dr. Juliana Batubara, M.Pd.,Kons
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG
1445 H/ 2023 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter, kecerdasan, maupun lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis, tiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu merupakan suatu karunia dari Allah SWT yang karena perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter dan kecerdasan luar biasa pada setiap individu. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik, guru diharapkan mampu untuk mengenali dan memahami perbedaan pada setiap sisa didiknya agar tahu bagaimana cara untuk menangani setiap perbedaan tersebut ke arah yang baik. Perbedaan individu penting untuk dipahami karena karakteristik individu yang berbeda seringkali menimbulkan permasalahan. Dari permaslahan yang timbul, pendidik dapat mengetahui berbagai macam perbedaan individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan, perbedaan bahasa, perbedaan fisik motorik, perbedaan lingkungan keluarga, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaan latar belakang dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu adanya penanganan dalam rangka upaya pembelajaran. Pada anak usia dini yang notabenenya sangat antusias dan aktif tentunya mempunyai kesulitan tersendiri dalam menghadapi perbedaan karakteristiknya karena seringkali perilaku, kecerdasan dan lainnya dari anak usia dini tidak terduga.
Oleh karena itu, sebagai calon seorang pendidik hendaknya mampu memahami setiap karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa didiknya. Dengan memahami dan mengetahuinya, pendidik akan tahu bagaimana caranya untuk mengatasi dengan cara-cara yang yang menghibur tetapi mendidik bagi anak usia dini dan mudah dipahami oleh mereka. Melalui pembahasan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan individu dan aplikasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi, bakat, dan kreativitas?
2. Apa yang dimaksud dengan motivasi dan atensi ? 3. Apa yang dimaksud dengan memori dan bahasa?
4. Apa yang dimaksud dengan emosi dan kepribadian?
5. Apa yang dimaksud dengan gaya belajar?
6. Bagaimana perbedaan individu dalam Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahamai yang dimaksud dari intelegensi, bakat, dan kreativitas
2. Mengetahui dan memahamai yang dimaksud dari motivasi dan atensi 3. Mengetahui dan memahamai yang dimaksud dari memori dan bahasa 4. Mengetahui dan memahamai yang dimaksud dari emosi dan kepribadian 5. Mengetahui dan memahamai bagaimana perbedaan individu dalam islam
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Aspek-aspek Keberagaman Peserta Didik 1. Intelegensi , Bakat, dan Kreativitas
a. Intelegensi
1) Definisi intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnyasecara fleksibel dalam menghadapi tugas-tugas baru yang diwujudkan dalam bentuk skor IQ (Intelligence Quotient). IQ seringkali dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan pembelajaran, terutama ketika guru, para spesialis, dan orang tua mencoba mengidentifikasi cara mengajar yang efektif bagi para peserta didik berkebutuhan khusus (Daulay, 2015). Definisi kecerdasan yang mudah dimengerti dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti ide yang kompleks, mampu beradaptasi dengan efektif terhadap lingkungannya, mampu belajar dari pengalaman, mampu melaksanakan tugas dalam berbagai macam situasi, mampu mengatasi hambatan dengan menggunakan pikirannya.
2) Keberagaman intelegensi peserta didik
Keberagaman ini merujuk pada perbedaan dalam kecerdasan atau intelegensi adalah suatu realitas yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Intelegensi tidak hanya terbatas pada kemampuan penalaran logis atau pengetahuan akademis, tetapi juga mencakup berbagai aspek lainnya. Berikut adalah beberapa perbedaan penting dalam kecerdasan:
a) Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient, IQ):
 Intelegensi Logis-Matematis: Kemampuan untuk memecahkan masalah logis dan matematis.
 Intelegensi Verbal-Linguistik: Kemampuan dalam bahasa lisan dan tertulis, termasuk pemahaman bahasa, komunikasi, dan keterampilan membaca-tulis.
 Intelegensi Spasial-Visual: Kemampuan untuk memahami dan mengolah informasi visual, serta berpikir dalam gambar dan ruang.
b) Kecerdasan Emosional:
 Pemahaman Emosi: Kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri dan orang lain.
 Empati: Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain.
 Kecerdasan Sosial: Kemampuan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
c) Kecerdasan Kinetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic):
3
 Kemampuan Fisik: Kemampuan dalam gerakan tubuh, seperti olahraga, tari, dan keterampilan fisik lainnya.
 Koordinasi Motorik: Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dengan baik.
d) Kecerdasan Musikal:
 Kemampuan Musikal: Kemampuan untuk memahami, menghasilkan, dan merasakan musik.
 Pemahaman Ritme dan Harmoni: Kemampuan untuk memahami unsur-unsur musik seperti ritme, nada, dan harmoni.
e) Kecerdasan Naturalistik:
 Kemampuan Alam: Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan alam, tumbuhan, hewan, dan ekosistem.
f) Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal:
 Kecerdasan Interpersonal: Kemampuan untuk memahami orang lain, berkomunikasi, dan berkolaborasi dalam konteks sosial.
 Kecerdasan Intrapersonal: Kemampuan untuk memahami diri sendiri, memahami motivasi, dan mengelola emosi pribadi.
Perbedaan dalam intelegensi dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti genetik, lingkungan, pendidikan, pengalaman hidup, dan sebagainya. Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang unik, dan kecerdasan bisa berkembang seiring waktu melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman. Selain itu, kecerdasan tidak selalu dapat diukur dengan tes IQ, karena banyak aspek kecerdasan tidak tertangkap oleh tes tersebut. Oleh karena itu, pendidikan yang inklusif dan beragam harus mengakui dan mendukung berbagai jenis kecerdasan untuk mengembangkan potensi maksimal pada setiap individu.
b. Bakat
1) Definisi Bakat
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bisa disebut juga sebagai achievement, capacity dan aptitude. Oleh karena itu pemahaman lain tentang bakat adalah anugerah istimewa yang dimiliki setiap manusia. Namun apabila bakat tidak diasah dan terus dikembangkan dengan latihan dan belajar, boleh jadi yang semula pada diri seseorang memiliki bakat lama-kelamaan bakat tersebut akan menurun dan kemudian hilang. Bakat merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang kemampuan dan prestasinya selalu lebih unggul daripada orang lain (Chandraputra & Damajanti, 2013).
2) Keberagaman Bakat
Keberagamannya merujuk kepada perbedaan dalam bakat peserta didik merujuk pada variasi dalam kemampuan alami atau potensi khusus yang
4 dimiliki oleh individu. Bakat dapat melibatkan berbagai aspek, termasuk kemampuan seni, olahraga, intelektual, keterampilan khusus, dan banyak lagi. Berikut adalah beberapa perbedaan dalam bakat peserta didik:
a) Bakat Seni: Beberapa peserta didik mungkin memiliki bakat seni dalam bentuk seni visual seperti melukis atau menggambar, musik seperti bermain alat musik atau bernyanyi, seni pertunjukan seperti berakting atau menari, atau menulis kreatif.
b) Bakat Olahraga: Perbedaan dalam bakat olahraga dapat mencakup keunggulan dalam berbagai jenis olahraga, seperti sepak bola, bola basket, tenis, berenang, atau olahraga atletik lainnya.
c) Bakat Intelektual: Bakat intelektual mencakup keunggulan dalam ilmu pengetahuan, matematika, bahasa, atau penalaran logis.
Beberapa peserta didik mungkin menonjol dalam akademis tertentu atau dalam beberapa disiplin ilmu tertentu.
d) Kemampuan Bahasa: Beberapa peserta didik mungkin memiliki bakat alami dalam berbicara, menulis, atau berkomunikasi dalam bahasa tertentu.
e) Keterampilan Khusus: Bakat dalam keterampilan khusus seperti berbicara di depan umum, pemrograman komputer, merajut, memasak, atau membuat kerajinan tangan.
f) Bakat Kreatif: Beberapa individu mungkin menunjukkan bakat kreatif dalam memecahkan masalah, berpikir inovatif, dan menciptakan solusi yang unik.
g) Bakat dalam Kepemimpinan: Bakat dalam memimpin, mengorganisasi, dan memotivasi orang lain, serta kemampuan untuk berfungsi sebagai pemimpin dalam berbagai konteks.
h) Bakat Sosial dan Keterampilan Komunikasi: Bakat dalam membangun hubungan sosial yang kuat, berkomunikasi dengan baik, dan memahami orang lain.
i) Bakat Musikal: Kemampuan untuk memahami, memainkan, atau menciptakan musik dengan baik.
j) Bakat dalam Desain dan Arsitektur: Bakat dalam merancang bangunan, interior, atau produk yang estetis dan fungsional.
Penting untuk mengidentifikasi dan mendukung bakat-bakat individu dalam konteks pendidikan. Ini dapat dilakukan melalui penawaran program pendidikan khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, serta penghargaan dan pengakuan untuk prestasi di bidang bakat masing- masing. Mendukung dan mengembangkan bakat peserta didik dapat membantu mereka mencapai potensi penuh mereka dan merasa termotivasi dalam pendidikan dan kehidupan secara umum.
c. Kreativitas
1) Definisi Kreativitas
Kreativitas menurut Santrock (2002) (dalam Sit, 2016) yaitu kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan
5 tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah- masalah yang dihadapi.Kreatif adalah kemampuan menghasilkan suatu gagasan dengan berbagai macam alternative dan beberapa proses kreatif yang didukung oleh lingkungan sekitar Anak memiliki pemikiran yang kreatif terhadap berbagai macam situasi. Anak mampu berfikir mana yang baik dan mana yang buruk sehingga membantu memberikan apa yang lingkungannya butuhkan. Misalnya ketika melihat seekor kucing, anak akan secara otomatis memberikan makanan pada kucing. Dia berfikir bahwa kucing akan bahagia jika dia memberinya makanan. Anak tidak perlu lagi disuruh, namun dia akan berfikir spontan dan melakukan hal hal yang kreatif.
2) Keberagaman Kreativitas
Keberagaman kreativitas peserta didik mengacu pada beragamnya potensi dan cara berpikir kreatif yang dimiliki oleh siswa di dalam lingkungan pendidikan. Setiap individu memiliki kemampuan kreatifnya sendiri, dan penting bagi pendidik untuk mengakui, mendorong, dan mengembangkan keberagaman ini. Berikut beberapa aspek penting terkait keberagaman kreativitas peserta didik:
a) Ragam Bakat dan Minat: Setiap siswa memiliki bakat dan minat yang berbeda. Beberapa siswa mungkin berbakat dalam seni, sementara yang lain mungkin memiliki minat di bidang sains, matematika, musik, atau bahasa. Penting bagi pendidik untuk mendukung dan mengarahkan siswa sesuai dengan minat dan bakat individu mereka.
b) Gaya Berpikir Kreatif yang Beragam: Siswa memiliki beragam gaya berpikir kreatif. Ada yang lebih suka pemecahan masalah analitis, sementara yang lain lebih suka pendekatan eksperimental atau holistik. Guru perlu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan kreativitas mereka sesuai dengan gaya berpikir mereka.
c) Kreativitas dalam Berbagai Bidang: Kreativitas tidak terbatas pada seni atau musik saja. Siswa dapat mengekspresikan kreativitas mereka dalam mata pelajaran ilmiah, teknologi, sains sosial, dan bahkan dalam pemecahan masalah sehari-hari. Penting bagi pendidik untuk memahami bahwa kreativitas dapat muncul dalam berbagai konteks.
d) Pembelajaran Berbasis Proyek: Menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek dapat membantu siswa mengeksplorasi kreativitas mereka. Proyek-proyek ini dapat dirancang untuk mencakup beragam bidang dan minat, sehingga siswa dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kreativitas mereka.
e) Mendukung Divergent Thinking: Divergent thinking adalah kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau solusi untuk suatu masalah. Guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
6 berpikir divergen dengan memberikan tantangan yang merangsang imajinasi dan kreativitas.
f) Keragaman Kultural: Siswa mungkin berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Pendekatan pendidikan yang inklusif dan sensitif terhadap perbedaan budaya dapat membantu mendukung keberagaman kreativitas peserta didik.
g) Dukungan Individual: Setiap siswa memiliki kebutuhan dan tingkat kemampuan yang berbeda. Penting bagi pendidik untuk memberikan dukungan individual kepada siswa agar mereka dapat mengembangkan potensi kreatif mereka sesuai dengan tingkat kesiapan dan kemampuan mereka.
h) Evaluasi yang Inklusif: Proses evaluasi pendidikan harus mencerminkan keberagaman kreativitas. Hal ini berarti mengadopsi pendekatan evaluasi yang mengakui berbagai cara siswa mengekspresikan kreativitas mereka, bukan hanya melalui ujian tertulis.
Pendekatan yang mendukung keberagaman kreativitas peserta didik akan membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, merangsang perkembangan potensi individu, dan membantu siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kreatif.
2. Motivasi dan Atensi a. Motivasi
1) Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata “movere” yang artinya dorongan atau menggerakkan. Secara istilah motivasi dalam belajar menurut Santrok (2008) (dalam Galugu dkk., 2021) menjelaskan bahwa motivasi adalah proses memberikan semangat, arah aktivitas dan juga kegigihan. Definisi yang lain juga menjelaskan bahwa motivasi adalah proses memberikan semangat atau mendorong siswa untuk melakukan aktivitas dan secara khusus motivasi belajar yakni proses memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terkadang siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan tetapi karena kurangnya motivasi dalam belajar (Galugu dkk., 2021).
2) Keberagaman Motivasi
Keberagaman motivasi peserta didik merujuk pada berbagai faktor dan dorongan yang mendorong siswa untuk belajar dan mencapai tujuan mereka. Setiap siswa memiliki motivasi yang unik, dan pemahaman dan pengakuan terhadap keberagaman ini adalah kunci dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait keberagaman motivasi peserta didik:
a) Motivasi Intrinsik: Beberapa siswa memiliki motivasi intrinsik, yang berarti mereka termotivasi oleh keinginan dan minat pribadi dalam materi atau tugas yang dipelajari. Guru dapat mendukung motivasi
7 ini dengan menciptakan lingkungan yang menantang dan merangsang rasa ingin tahu siswa.
b) Motivasi Ekstrinsik: Siswa lain mungkin lebih termotivasi oleh hadiah atau pengakuan eksternal. Ini termasuk pujian, penghargaan, atau nilai yang baik. Guru dapat menggunakan insentif eksternal sebagai alat untuk mendorong siswa, tetapi sebaiknya juga mendorong perkembangan motivasi intrinsik.
c) Tujuan dan Aspirasi Pribadi: Siswa memiliki beragam tujuan dan aspirasi pribadi. Beberapa mungkin bercita-cita untuk mencapai nilai tinggi dalam ujian, sementara yang lain mungkin memiliki tujuan karir tertentu. Mendengarkan dan memahami tujuan individu siswa dapat membantu dalam mengarahkan motivasi mereka.
d) Kepentingan pada Topik Tertentu: Siswa mungkin lebih termotivasi ketika materi pelajaran terkait dengan minat pribadi mereka. Guru dapat mencoba menghubungkan pelajaran dengan hal-hal yang relevan dan menarik bagi siswa.
e) Motivasi Sosial: Hubungan dengan teman sekelas dan pengakuan dari teman sebaya dapat memengaruhi motivasi siswa. Kerja sama dalam kelompok dan proyek sosial dapat menjadi faktor motivasi penting.
f) Perasaan Kemandirian: Beberapa siswa mungkin termotivasi oleh perasaan kemandirian. Mereka mungkin lebih bersemangat ketika mereka memiliki kontrol atas pembelajaran mereka dan dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai.
g) Mengatasi Tantangan: Beberapa siswa mungkin termotivasi oleh tantangan. Mereka mungkin lebih bersemangat ketika diberikan tugas yang menantang yang memungkinkan mereka untuk berkembang dan tumbuh.
h) Dorongan untuk Mencapai Kesuksesan dan Prestasi: Beberapa siswa mungkin termotivasi oleh dorongan untuk mencapai kesuksesan dan prestasi. Mereka ingin meraih pengakuan atas prestasi mereka dan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan akademis.
Pendekatan yang efektif dalam mendukung keberagaman motivasi peserta didik adalah dengan merancang pengalaman pembelajaran yang memperhitungkan berbagai jenis motivasi, menciptakan lingkungan inklusif yang mendorong eksplorasi motivasi individu, dan memberikan umpan balik yang konstruktif dan pujian yang sesuai dengan jenis motivasi yang dimiliki siswa. Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan terkait pembelajaran mereka juga dapat membantu meningkatkan motivasi mereka.
b. Atensi
1) Definisi Atensi
8 Atensi merupakan proses dinamis yang melibatkan peningkatan atau pemilihan informasi tertentu dan halangan terhadap informasi lain.
Perhatian merupakan mekanisme yang mengontrol pemrosesan sehingga kita tidak kewalahan menghadapi informasi yang terlalu banyak. Atensi dipengaruhi oleh faktor endogen (internal atau dalam diri individu) maupun eksogen (eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri individu). Faktor endogen menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan tujuan dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi pemilihan informasi yang mau diperhatikan (Fitri & Psi, 2021).
2) Keberagaman Atensi
Keberagaman perhatian atau perhatian peserta didik merujuk pada beragamnya tingkat konsentrasi, ketahanan, dan minat siswa terhadap berbagai tugas dan materi pembelajaran. Setiap siswa memiliki karakteristik perhatian yang unik, dan memahami keberagaman ini adalah kunci dalam merancang pengalaman belajar yang efektif. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait keberagaman perhatian peserta didik:
a) Ketahanan Perhatian: Siswa memiliki tingkat ketahanan perhatian yang berbeda. Beberapa siswa mungkin dapat berkonsentrasi dengan baik dalam jangka waktu yang lama, sementara yang lain mungkin memerlukan jeda lebih sering.
b) Minat Terhadap Materi: Minat siswa terhadap materi pembelajaran dapat bervariasi. Beberapa siswa mungkin sangat tertarik pada topik tertentu, sementara yang lain mungkin kurang tertarik. Ini dapat memengaruhi tingkat perhatian mereka terhadap pelajaran.
c) Gangguan Eksternal: Siswa mungkin terpengaruh oleh gangguan eksternal, seperti kebisingan di lingkungan pembelajaran, gadget, atau peristiwa di luar kelas. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk fokus.
d) Karakteristik Kognitif: Perbedaan dalam cara siswa memproses informasi dan memahami materi dapat memengaruhi perhatian mereka. Beberapa siswa mungkin lebih visual, sementara yang lain lebih auditori atau kinestetik dalam belajar.
e) Kepentingan Pribadi: Siswa mungkin memiliki minat pribadi atau hobi yang dapat memengaruhi perhatian mereka. Terkadang, menghubungkan materi pembelajaran dengan minat pribadi siswa dapat meningkatkan tingkat perhatian.
f) Dukungan dan Bimbingan: Guru dapat berperan dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menjaga perhatian. Ini bisa berupa memberikan arahan, menjelaskan materi dengan jelas, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
g) Strategi Pengelolaan Kelas: Pengelolaan kelas yang efektif dapat membantu mengurangi gangguan dan menciptakan lingkungan yang mendukung fokus dan perhatian siswa.
9 h) Pembelajaran Daring dan Kehadiran di Kelas: Dalam konteks pembelajaran daring atau hibrida, perhatian siswa dapat menjadi tantangan. Guru perlu mempertimbangkan cara untuk menjaga perhatian siswa dalam lingkungan pembelajaran online.
i) Pemahaman Perbedaan Individu: Guru dan pendidik perlu memahami bahwa perhatian adalah karakteristik individu yang beragam. Mengakui perbedaan ini dan mengadopsi pendekatan yang fleksibel dalam pengajaran dapat membantu siswa lebih baik terlibat dalam proses pembelajaran.
Menghormati dan merespons keberagaman perhatian peserta didik adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif. Dengan memahami keberagaman ini, pendidik dapat merancang strategi pengajaran yang lebih sesuai dan membantu siswa mencapai potensi mereka dalam pembelajaran.
3.
Memori dan Bahasa a. Memori1) Definisi Memori
Memori atau ingatan merupakan proses menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali informasi-informasi atau kesan-kesan. Fungsi ingatan adalah menerima, menyimpan dan memunculkan kembali. Fungsi menerima berlangsung saat individu mendapatkan materi, misalnya dengan membaca, mendengarkan sambil melihat, dan seterusnya.
Menerima dapat terjadi secara sengaja dan secara tak sengaja (Fitri & Psi, 2021).
2) Keberagaman Memori
Keberagaman memori peserta didik merujuk pada perbedaan dalam cara siswa menyimpan, mengingat, dan mengakses informasi. Setiap individu memiliki karakteristik memori yang unik, dan pemahaman terhadap keberagaman ini dapat membantu pendidik merancang pendekatan pengajaran yang lebih efektif. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait keberagaman memori peserta didik:
a) Tipe Memori: Terdapat beragam tipe memori, seperti memori jangka pendek, memori jangka panjang, memori kerja, dan sebagainya.
Siswa mungkin memiliki kekuatan yang berbeda di berbagai jenis memori ini.
b) Kapasitas Memori: Kapasitas memori seseorang dapat bervariasi.
Beberapa siswa mungkin memiliki kapasitas memori yang besar dan dapat mengingat banyak informasi, sementara yang lain mungkin memiliki kapasitas yang lebih terbatas.
c) Konsolidasi Memori: Konsolidasi memori adalah proses di mana informasi disimpan dalam memori jangka panjang. Beberapa siswa mungkin memiliki kemampuan konsolidasi yang lebih baik, sehingga mereka dapat mengingat informasi lebih efisien.
10 d) Asosiasi dan Konsekuensi: Beberapa siswa mungkin cenderung mengingat informasi dengan lebih baik ketika dapat mengaitkannya dengan pengalaman pribadi atau informasi lain yang sudah mereka miliki. Konsekuensi dan asosiasi dapat memengaruhi cara siswa mengingat informasi.
e) Strategi Memori: Siswa memiliki beragam strategi untuk mengingat informasi. Beberapa mungkin lebih efektif dalam menggunakan teknik-teknik tertentu seperti mnemonik, pengulangan, atau visualisasi.
f) Interferensi: Interferensi terjadi ketika informasi baru mengganggu kemampuan siswa untuk mengingat informasi yang sudah ada dalam memori. Memahami cara mengelola interferensi dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan memori mereka.
g) Emosi dan Memori: Emosi dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengingat informasi. Siswa mungkin lebih baik dalam mengingat informasi yang memiliki nilai emosional atau relevansi bagi mereka.
h) Kondisi Kesehatan: Kesehatan fisik dan mental dapat memengaruhi memori. Siswa yang tidur cukup, menjaga pola makan sehat, dan merawat kesehatan mentalnya mungkin memiliki memori yang lebih baik.
i) Penggunaan Teknologi: Siswa sering kali berinteraksi dengan teknologi digital yang memengaruhi cara mereka mengakses dan mengelola informasi. Ini dapat mempengaruhi cara mereka menggunakan memori eksternal dan internal.
Mengenali dan menghormati keberagaman memori peserta didik adalah langkah penting dalam mendukung perkembangan intelektual mereka.
Pendidik dapat membantu siswa mengembangkan strategi memori yang sesuai dengan karakteristik memori individu mereka. Hal ini termasuk mengajar mereka teknik mengingat yang efektif dan membantu mereka mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam pengelolaan memori.
b. Bahasa
1) Definisi Bahasa
Bahasa adalah sistem komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan pikiran, ide, perasaan, dan informasi. Ini melibatkan penggunaan kata-kata, tanda-tanda, simbol, atau ekspresi vokal dan non- vokal untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat utama yang memungkinkan kita berkomunikasi dengan orang lain dan memahami dunia sekitar kita (Muzakkir, 2021).
2) Keberagaman Bahasa
Keberagaman bahasa peserta didik merujuk pada beragamnya bahasa atau dialek yang digunakan oleh siswa di dalam lingkungan pendidikan.
Di dunia yang semakin global, sekolah sering kali memiliki siswa dengan latar belakang bahasa yang berbeda. Mempertimbangkan keberagaman
11 bahasa ini adalah penting dalam upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan efektif. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait keberagaman bahasa peserta didik:
a) Bahasa Ibu: Bahasa ibu adalah bahasa pertama atau bahasa utama yang digunakan oleh siswa dalam interaksi sehari-hari. Keberagaman bahasa ibu dapat mencakup berbagai bahasa, dialek, aksen, dan varian bahasa.
b) Bahasa Kedua atau Bahasa Asing: Banyak siswa mungkin menggunakan bahasa kedua atau bahasa asing sebagai bahasa utama mereka di rumah atau dalam lingkungan keluarga.
Mempertimbangkan keberagaman bahasa ini adalah penting untuk mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa target.
c) Bahasa Pengantar dalam Pendidikan: Bahasa yang digunakan dalam lingkungan sekolah sebagai bahasa pengantar juga dapat sangat bervariasi. Beberapa sekolah menggunakan bahasa nasional, sementara yang lain mungkin menggunakan bahasa internasional seperti bahasa Inggris.
d) Mengakui dan Memahami Keberagaman Bahasa: Guru dan pendidik perlu mengakui dan memahami keberagaman bahasa yang ada di kelas mereka. Ini termasuk memahami latar belakang bahasa siswa, dialek, aksen, serta kebutuhan komunikasi mereka.
e) Pengajaran Bahasa Asing: Sekolah mungkin menawarkan program pengajaran bahasa asing yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang bahasa. Program-program ini dapat membantu siswa belajar bahasa baru dan menghargai keberagaman bahasa.
f) Penggunaan Bahasa dalam Pengajaran: Guru perlu mempertimbangkan keberagaman bahasa saat merancang pembelajaran dan menyediakan sumber daya yang relevan untuk mendukung siswa yang mungkin memiliki kebutuhan bahasa yang berbeda.
g) Pemahaman Kebutuhan Khusus: Siswa dengan kebutuhan khusus, termasuk siswa yang mungkin memiliki kesulitan dalam bahasa, perlu mendapatkan dukungan tambahan dan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
h) Mendorong Keterampilan Multibahasa: Dalam masyarakat yang multibahasa, mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan multibahasa dapat menjadi aset yang berharga. Ini dapat memfasilitasi komunikasi lintas budaya dan mempersiapkan siswa untuk dunia yang semakin terhubung.
Mengakui, menghormati, dan merayakan keberagaman bahasa peserta didik adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung perkembangan komunikasi yang baik bagi
12 semua siswa. pendidik perlu mempertimbangkan keberagaman bahasa dalam perencanaan kurikulum, pengajaran, dan evaluasi pendidikan.
4.
Emosi dan Kepribadian a. Emosi1) Definisi Emosi
Emosi dapat diartikan sebagai suatu gejala kejiwaan yang dialami oleh manusia melebihi dari kondisi pada umumnya. Misalnya saja seseorag merasa senang, sedih, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, dan bahkan mencium sesuatu. Emosi dan motif memiliki hubungan yang erat, di mana emosi dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dalam cara yang sama seperti yang dilakukan motif dasar. Emosi juga dapat menyertai perilaku termotivasi (Daulay, 2015).
2) Keberagaman Emosi
Keberagaman emosi peserta didik merujuk pada beragamnya perasaan, reaksi emosional, dan kondisi emosi yang dialami oleh siswa di dalam lingkungan pendidikan. Setiap individu memiliki pengalaman emosional yang unik, dan memahami keberagaman ini adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung perkembangan emosi yang sehat. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait keberagaman emosi peserta didik:
a) Ekspresi Emosi: Siswa mungkin memiliki beragam cara untuk mengekspresikan emosi, termasuk melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan komunikasi verbal. Penting bagi pendidik untuk menghormati dan memahami ekspresi emosi yang beragam ini.
b) Siswa mungkin mengalami berbagai jenis perasaan seperti bahagia, sedih, cemas, marah, dan stres. Memahami dan mendukung kesejahteraan emosional siswa adalah kunci.
c) Respon Terhadap Stres: Siswa mungkin memiliki respons yang berbeda terhadap stres dan tekanan. Beberapa siswa mungkin mengatasi stres dengan baik, sementara yang lain mungkin memerlukan bantuan dalam mengelolanya.
d) Dukungan Emosional: Siswa membutuhkan dukungan emosional dari pendidik, teman sebaya, dan keluarga. Pendekatan yang empati dan mendengarkan aktif dapat membantu siswa merasa didengar dan diberikan dukungan ketika mereka mengalami kesulitan emosional.
e) Hubungan Sosial: Hubungan antara siswa dalam lingkungan pendidikan dapat memengaruhi kesejahteraan emosional mereka.
Membangun hubungan yang positif dan sehat antar siswa adalah penting.
f) Keterampilan Sosial dan Empati: Mempelajari keterampilan sosial dan empati dapat membantu siswa dalam memahami dan berinteraksi
13 dengan orang lain dengan baik. Keterampilan ini juga membantu dalam mengelola konflik dan meningkatkan hubungan sosial.
g) Pengelolaan Konflik: Konflik adalah bagian dari interaksi sosial.
Siswa perlu memahami cara yang efektif untuk mengelola konflik dan berkomunikasi dengan baik dalam situasi-situasi yang menantang.
h) Kesehatan Mental: Kesehatan mental siswa adalah faktor penting dalam keberagaman emosi. Mendukung kesehatan mental siswa melalui layanan konseling dan dukungan kesehatan mental adalah penting.
i) Pendidikan Emosional: Mengintegrasikan pendidikan emosional dalam kurikulum dapat membantu siswa memahami, mengelola, dan berinteraksi dengan emosi mereka dan emosi orang lain dengan lebih baik.
Mengenali dan merespons keberagaman emosi peserta didik adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung perkembangan emosional yang sehat. Pendidik memiliki peran penting dalam mempromosikan kesejahteraan emosional siswa dan membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam kehidupan mereka.
b. Kepribadian
1) Definisi Kepribadian
Kepribadian (personality) merujuk pada pemikiran, emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu menyesuaikan diri dengan dunia. Ada beberapa karakteristik dalam kepribadian. Seperti yang akan kita lihat nanti, salah satu pendapat mengatakan bahwa ada lima dimensi utama yang memengaruhi kepribadian (Santrock, t.t.).
Kelima dimesi tersebut adalah:
a) Ekstroversi (Extraversion): Dimensi ini menggambarkan sejauh mana seseorang cenderung menjadi ekstrovert atau introvert.
Seseorang yang tinggi pada dimensi ekstroversi cenderung menjadi sosial, berenergi, dan suka berinteraksi dengan orang lain. Sementara yang rendah pada dimensi ini cenderung lebih introvert, lebih tertutup, dan suka menghabiskan waktu sendirian.
b) Nerotisme (Neuroticism): Dimensi ini menggambarkan sejauh mana seseorang cenderung untuk mengalami emosi negatif, stres, dan kecemasan. Individu yang tinggi pada dimensi neurotisme lebih rentan terhadap perasaan cemas, depresi, dan emosi negatif lainnya, sementara yang rendah cenderung lebih stabil emosional.
c) Ketangguhan (Conscientiousness): Dimensi ketangguhan mencerminkan sejauh mana seseorang cenderung menjadi terorganisir, disiplin, dan bertanggung jawab. Individu yang tinggi
14 pada dimensi ini cenderung rajin, dapat diandalkan, dan cenderung mengikuti aturan.
d) Keluasan (Openness to Experience): Dimensi ini menggambarkan sejauh mana seseorang cenderung terbuka terhadap pengalaman baru, kreativitas, dan keragaman budaya. Orang yang tinggi pada dimensi keluasan cenderung lebih suka menjelajahi ide-ide baru, seni, dan budaya, sementara yang rendah mungkin lebih tradisional dan konservatif.
e) Sopan Santun (Agreeableness): Dimensi ini menggambarkan sejauh mana seseorang cenderung menjadi ramah, kooperatif, dan bersahabat. Individu yang tinggi pada dimensi ini cenderung lebih simpatik, kooperatif, dan dapat diandalkan dalam interaksi sosial, sementara yang rendah mungkin lebih skeptis dan kurang bersedia bekerjasama.
The Big Five Personality Traits adalah salah satu model kepribadian yang paling diterima secara luas dalam psikologi dan penelitian kepribadian. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur karakteristik kepribadian individu serta memahami bagaimana karakteristik ini dapat memengaruhi perilaku dan respons seseorang dalam berbagai konteks
2) Keberagaman Kepribadian
Keberagaman kepribadian peserta didik merujuk pada beragamnya karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh siswa di dalam lingkungan pendidikan. Setiap individu memiliki kepribadian yang unik, dan pemahaman keberagaman ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung perkembangan pribadi yang positif. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait keberagaman kepribadian peserta didik:
a) Tipe Kepribadian: Siswa mungkin memiliki tipe kepribadian yang berbeda, seperti yang didefinisikan dalam berbagai teori kepribadian seperti teori Myers-Briggs, teori Big Five, atau teori lainnya. Ini mencakup perbedaan dalam ekstrovert, introvert, kepribadian neurotik, kepribadian terbuka, dan sebagainya.
b) Gaya Belajar: Siswa dapat memiliki gaya belajar yang berbeda.
Beberapa siswa mungkin belajar lebih efektif melalui pendekatan visual, sementara yang lain lebih suka pendekatan auditif, kinestetik, atau pembelajaran berbasis pengalaman.
c) Tingkat Introversi atau Ekstroversi: Perbedaan dalam tingkat ekstroversi dan introversi dapat memengaruhi cara siswa berinteraksi dengan lingkungan dan teman sebaya. Siswa ekstrovert mungkin lebih suka berinteraksi dengan banyak orang, sementara siswa introvert mungkin lebih memilih interaksi yang lebih terbatas.
d) Toleransi terhadap Resiko: Siswa memiliki tingkat toleransi terhadap resiko yang berbeda. Beberapa siswa mungkin lebih cenderung untuk
15 mengambil resiko dalam pembelajaran dan eksplorasi, sementara yang lain mungkin lebih hati-hati.
e) Kemampuan Sosial dan Hubungan Antarpribadi: Perbedaan dalam kemampuan sosial dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dapat memengaruhi hubungan siswa di sekolah. Beberapa siswa mungkin lebih mahir dalam membangun hubungan, sementara yang lain mungkin memerlukan dukungan tambahan.
f) Minat dan Bakat Khusus: Siswa mungkin memiliki minat dan bakat khusus yang mencerminkan kepribadian mereka. Ini dapat termasuk minat dalam seni, olahraga, musik, sastra, atau bidang lain yang mencerminkan kepribadian mereka.
g) Respon terhadap Tantangan dan Stres: Siswa memiliki cara yang berbeda dalam merespons tantangan, tekanan, atau situasi stres.
Pendidik perlu memahami cara siswa merespons situasi ini dan memberikan dukungan sesuai kebutuhan.
h) Kesehatan Mental: Kesehatan mental siswa adalah faktor penting dalam keberagaman kepribadian. Mempromosikan kesehatan mental siswa dan memberikan dukungan yang sesuai adalah penting.
Mengenali dan menghormati keberagaman kepribadian peserta didik adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung perkembangan pribadi yang positif. Pendidik memiliki peran penting dalam membantu siswa menghargai dan memahami perbedaan kepribadian serta mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan baik dalam lingkungan pendidikan dan di luar sekolah.
5. Gaya Belajar
Gaya belajar dapat didefenisikan sebagai cara seseorang dalam merespon suatu informasi/pelajaran, menata, dan mengola informasi tersebut untuk solusi masalah dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya. Gaya belajar adalah teknik/cara yang dimiliki seseorang untuk mengeksplor kemampuannya (Dakhi, 2013). Menurut DePorter & Hernacki, (2002) gaya belajar dikategorikan menjadi tiga, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual (visual learners) lebih memfokuskan pada penglihatan. Gaya belajar visual mengakses pandangan visual, yang dihasilkan maupun diingat. Dalam gaya belajar tipe ini, potret, warna, maupun hubungan ruang, serta gambar/sketsa lebih menonjol. Anak didik dengan tipe visual memiliki kekhasan yakni: rapi dan terarah;
bertutur kata dengan sesuai; perancang dan pengelola yang mantap; jeli, teliti,dan rinci; pelafal yang apik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; mengingat apa yang dilihat daripada yang didengarkan; pembaca yang tekun; sering menanggapi pertanyaan dengan jawaban yang pendek, ya atau tidak; lebih suka membaca
16 daripada dibacakan; lebih suka melakukan presentasi/pertunjukkan daripada sekedar berceramah; dan lebih menyukai seni.
Anak dengan tipe visual harus memperhatikan mimik guru saat mengajar agar memahami bahan pelajaran. Mereka sangat tertarik duduk di bagian depan supaya bisa menyaksikan dengan jelas. Berpikir dengan mengaplikasikan potret/figura di otak mereka dan memahami sesuatu lebih cepat melalui animasi visual, seperti buku bergambar, maupun video. Anak dengan tipe visual lebih senang menulis secara lengkap untuk keterangan. Pendekatan untuk membantu proses belajar peserta didik dengan gaya belajar visual:
 Manfaatkan materi/objek visual misalnya, peta dan gambar/diagram.
 Manfaatkan warna untuk memudahkan memahami hal/poin penting.
 Menganjurkan anak agar membaca buku-buku bergambar atau dengan animasi-animasi.
 Memanfaatkan media-media digital separti: komputer/video.
 Mengajak anak untuk mempresentasikan gagasannya ke dalam sketsa (gambar/diagram).
b. Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori (auditoryal learners) memfokuskan pada indera pendengaran dalam mengingat sesuatu. Ciri khas gaya belajar tipe ini benar-benar menggunakan indera pendengaran sebagai alat esensial untuk menyerap informasi/pengetahuan. Artinya, anak didik harus mendengar, baru selanjutnya dapat memahami/mengingat informasi yang diperoleh tersebut. Gaya belajar ini mengelola segala jenis suara dan kata. Nada, musik, irama,dan dialog internal serta suara lebih ditonjolkan untuk gaya belajar tipe ini.
Seseorang dengan tipe auditorial memiliki ciri-ciri yakni: mudah terganggu oleh keributan; mengucapkan tulisan atau membaca dengan besuara sambil menggerakkan bibir mereka saat sedang membaca;
membaca dengan suara lantang dan dapat mengulangi kembali serta mencontohkan warna suara, birama, dan nada; merasa kesulitan dalam
menulis tetapi memiliki kompetensi dalam
menyampaikan/mempresentasikan cerita; pembicara yang pandai/fasih;
menyukai musik, suka memberi pendapat, dan mendeskripsikan suatu hal dengan detail; merasa kesulitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan visualisasi, misalnya mengelompokkan suatu unsur-unsur agar sesuai satu dengan yang lain. Pendekatan/strategi untuk membantu proses belajar anak auditori :
 Selalu libatkan anak dalam kegiatan diskusi.
 Beri motivasi untuk membaca bahan pelajaran dengan bersuara.
 Variasikan penggunaan musik saat membelajarkan anak.
 Diskusikan ide secara lisan.
17
 Ajak anak untuk merekam bahan pelajarannya ke dalam kaset dan mendengarkannya sebelum tidur
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik (kinesthetic learners) mensyaratkan personal untuk menyentuh/menjamah sesuatu yang menyampaikan informasi/data tertentu untuk diingat peserta didik. Anak kinestetik belajar melalui bergerak, melakukan, ataupun menyentuh. Anak dengan tipe ini susah duduk tenang/diam karena hasrat mereka untuk bereksplorasi dan beraktivitas begitu kuat. Anak dengan gaya belajar ini belajar melalui gerak dan sentuhan.Ciri-ciri anak kinestetik yaitu:
menyentuh/memegang/meraba untuk memperoleh perhatian orang, berbicara dengan pelan, merespon perhatian fisik, berdiri dekat dengan lawan bicara, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
memiliki pertumbuhan/perkembangan awal otot-otot yang besar; belajar dengan memanipulasi dan praktik; menghafal/mengingat dengan cara berjalan/melihat; menunjuk bacaaan ketika sedang membaca; banyak menggunakan isyarat tubuh; dan tidak dapat duduk diam untuk waktu lama. Strategi/pendekatan untuk membelajarkan anak kinestetik:
 Tidak menharuskan anak untuk belajar hingga berjam-jam.
 Ajak anak belajar dengan mengeksplorasi/menjelajahi lingkungannya (contohnya: belajar sambal menggunakan gunakan objek sesungguhnya dalam memahami konsep baru).
 Tandai hal-hal penting suatu bacaan dengan warna terang.
 Beri ijin anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Menurut Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001; Stenberg, 1997 (dalam Santrock, t.t.) gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya. Dua dikotomi gaya belajar dan berpikir yang paling banyak didiskusikan adalah:
a. Gaya impulsive/reflektif. Disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsive atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban Penelitian impulsif/refleksi menunjukan bahwa siswa reklektif lebih memungkinkan untuk melakukan tugas-tugas dengan baik daripada siswa impulsive yaitu, mengingat informasi yang terstruktur, pemahaman bacaan dan interpretasi teks, dan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Siswa reflektif juga cenderung lebih mungkin daripada siswa impulsive untuk menetapkan tujuan belajar mereka sendiri dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Siswa reflektif biasanya memiliki standar yang lebih tinggi untuk kinerja.
b. Gaya dalam/permukaan, adalah bagaimana siswa mendekati bahan pembelajaran. Apakah mereka melakukan hal ini dengan cara yang membantu mereka memahami arti dari bahan (gaya dalam) atau hanya sebagai apa yang
18 harus dipelajari (gaya permukaan). Siswa yang belajar pendekatan dengan gaya permukaan gagal untuk mengikat apa yang mereka pelajari ke dalam kerangka kerja konseptual yang lebih besar. Mereka cenderung belajar dengan cara pasif, sering menghafal total informasi. Peserta didik dalam lebih mungkin untuk aktif membangun apa yang mereka pelajari dan member makna apa yang mereka butuhkan untuk mengingat.
6. Perbedaan Individu dalam Islam
Perbedaan individual merupakan kehendak Allah dan ditentukan melalui pembawaan hereditas dan lingkungan.
اوُفَراَعَ تِل َلِئاَبَ قَو ابًوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ٰىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ َّنَِّإ ُساَّنلا اَهُّ يَأ َيَ
ۚ
ْمُكاَقْ تَأ َِّللَّا َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ َّنِإ ٌيِبَخ ٌميِلَع ََّللَّا َّنِإ ۚ
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (13)”
(Q.S Al Hujuraat 49: 13)
Al-Qur‟an menyatakan bahwa Allah menciptakan dan membentuk manusia dalam rahim ibunya dengan cara dan bentuk yang berbeda dan unik seperti yang diinginkan-Nya.
Lebih lanjut dan dalam pernyataan yang jelas, Alquran menyatakan manusia berbeda-beda satu sama lainnya dalam sifat, karakter, perilaku dan perbuatan:
َّ ي ٌّلُك ْلُق اليِبَس ٰىَدْىَأ َوُى ْنَِبِ ُمَلْعَأ ْمُكُّبَرَ ف ِوِتَلِكاَش ٰىَلَع ُلَمْع
ا
Artinya:
“Katakanlah! Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.(84)” (QS Al-Israa 17: 84)
Ayat ini menyatakan bahwa manusia memiliki disposisi yang unik. Keunikan yang demikian dapat termanisfestasikan dalam bentuk fisik, kognitif, emosional, moral, dan karakteristik sosial. Alquran dengan demikian menyatakan bahwa perbedaan antarindividual tidak hanya meliputi perkembangan kognitif, namun juga seluruh aspek perkembangan. Dengan melihat hal ini, orang akan melihat
19 bahwa perbedaan individu merupakan hal yang sangat diperhatikan bahkan dalam berbagai perintah dan larangan Alquran untuk mentaati Allah dan juga keringanan dalam memenuhi kewajiban terhadap-Nya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW:
وٌرْمَعاَنَ ث َّدَح ِنْب َديِزَي ْنَع َن اَقْرُ ب ُنْب ُرَفْعَج اَنَ ث َّدَح ٍم اَشِى ُنْب ُيِثَك اَنَ ث َّدَح ُدِق اَّنلا
صلى الله عليه وسلم الله ُلوُسَر َلاَق َلاَق َةَرْ يَرُى ِبِ َأ ْنَع ِّمَصَلأا َو ْمُكِرَوُص َلىِإ ُرُظْنَ ي َلا الله َّن ِإ –
ُظْنَ ي ْنِكَلَو ْمُكِلاَوْمَأ )ملسم هاور( ْمُكِل اَمْعَأَو ْمُكِب وُلُ ق َلىِإ ُر
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami „Amr an-Naqid telah menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Ja‟far bin Burqon dari Yazid bin al-„Ashom dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: „Sesungguhnya Allah Tidak memandang bentuk tubuhmu dan hartamu, tetapi Dia memandang pada hati dan perbuatanmu‟” (H.R Muslim)
Jelas pada hadis di atas bahwa dalam terdapat perbedaan individual baik itu bentuk tubuh atau besar kecil nya harta, hanya saja Allah tidak memandang itu dan hanya menilai manusia berdasarkan ketaqwaannya.
Ketaqwaan yang di maksud yakni didasari oleh hati dan perbuatan masing- masing invidu. Di sini juga tersirat bahwasanya masing-masing individu memiliki hati dan perbuatan yang berbeda-beda pula. Klasifikasi manusia berdasarkan aqidahnya yaitu: orang beriman, orang kafir, dan orang munafik. Masing-masing dari pola ini memiliki sifat umum yang membedakannya satu sama lain.
Berdasarkan aqidah sesuai dengan tujuan al-Quran dalam kedudukannya sebagai kitab aqidah dan petunjuk dalam membentuk kepribadian manusia, membentuk sifat-sifatnya yang khas, dan mengarahkannya menuju ke arah tertentu.
B. Implikasi Perbedaan Individual Dalam Proses Pembelajaran
Perbedaan peserta didik dalam proses pembelajaran memiliki implikasi yang signifikan dalam dunia pendidikan. Penting bagi pendidik untuk memahami dan mengakui perbedaan ini agar mereka dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan efektif. Berikut adalah beberapa implikasi perbedaan peserta didik dalam proses pembelajaran:
1. Diferensiasi Pengajaran: Dalam kelas dengan peserta didik yang memiliki beragam tingkat kemampuan dan gaya belajar, pendidik perlu menerapkan diferensiasi pengajaran. Ini berarti menyajikan materi pembelajaran dengan
20 berbagai cara, mengakomodasi berbagai gaya belajar, dan memberikan tingkat tantangan yang sesuai untuk setiap peserta didik.
2. Pentingnya Pengenalan Kepribadian Peserta Didik: Pendidik harus berusaha mengenal peserta didik secara pribadi, termasuk gaya belajar mereka, kebutuhan khusus, dan minat mereka. Hal ini dapat membantu dalam merancang
pembelajaran yang relevan dan efektif.
3. Penggunaan Sumber Daya Beragam: Pendidik perlu memanfaatkan berbagai sumber daya pembelajaran, termasuk teknologi, materi bacaan, alat visual, dan sumber daya manusia (misalnya, guru bantu). Ini akan membantu peserta didik dengan berbagai preferensi belajar.
4. Pengembangan Keterampilan Manajemen Kelas: Keterampilan manajemen kelas yang kuat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung berbagai peserta didik. Hal ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana mengelola perilaku, konflik, dan motivasi yang berbeda di dalam kelas.
5. Pemberian Umpan Balik yang Mendukung: Memberikan umpan balik yang efektif kepada peserta didik adalah penting. Pendekatan yang efektif dapat bervariasi tergantung pada karakteristik individu peserta didik, seperti preferensi terhadap umpan balik tertulis atau lisan.
6. Mendorong Kolaborasi: Mendorong kolaborasi di antara peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda dapat memperkaya pengalaman pembelajaran mereka. Ini dapat menciptakan kesempatan untuk belajar dari satu sama lain.
7. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional: Perbedaan dalam aspek sosial dan emosional peserta didik memerlukan perhatian. Pendidik dapat
mendukung perkembangan keterampilan sosial dan emosional, termasuk resolusi konflik dan kerja sama.
8. Pentingnya Dukungan Tambahan: Peserta didik dengan kebutuhan khusus mungkin memerlukan dukungan tambahan, seperti layanan pendidikan inklusi atau dukungan konseling. Pendidik perlu berkolaborasi dengan profesional lain dalam hal ini.
9. Keterlibatan Orang Tua dan Wali: Mengajak orang tua dan wali untuk berpartisipasi dalam pembelajaran anak-anak mereka dapat membantu dalam memahami perbedaan individu dan menciptakan dukungan yang konsisten antara lingkungan sekolah dan rumah.
10. Evaluasi yang Adil dan Beragam: Metode evaluasi yang beragam harus digunakan untuk memberikan kesempatan bagi semua peserta didik untuk mengevaluasi pemahaman mereka, terlepas dari perbedaan dalam gaya belajar atau kemampuan.
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikolgi pribadi yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaanya. Sumber perbedaan individu disebabkan faktor bawaan dan faktor lingkungan. Terdapat beberapa macam bidang perbedaan individu yaitu perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan berbahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan jenis kelamin, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.
Perbedaan individu dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu menggunakan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa. Menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan fleksible, menggunakan kombinasi cooperative learning, menggunakan alat-alat multi sensori untuk mempraktekan dan memperoleh informasi.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan khalayak yang membacanya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Chandraputra, E., & Damajanti, M. N. (2013). Perancangan Buku Edukatif Untuk Mengenal Lima Bakat Kecerdasan Anak. Jurnal DKV Adiwarna, 1(2).
http://publication.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/512
Dakhi, O. (2013). Belajar Javascript Dengan Mudah Dan Detail. Jakarta: Dapur Buku, 1–202.
Daulay, N. (2015). Pengantar Psikologi dan Pandangan Al-Qur‟an Tentang Psikologi.
Kencana.
https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=V9xDDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA 113&dq=daulay&ots=kse0hiDoGc&sig=AKNeESmLCvVwdNx68m53_Poi1iQ DePorter & Hernacki, M. (2002). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Penerjemah: Alwiyah Abdurrahman. Cetakan VII.
Fitri, A., & Psi, M. (2021). PSIKOLOGI KOGNITIF I.
Galugu, N. S., Pajarianto, H., & Bahraini. (2021). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish.
Muzakkir. (2021). Psikologi Dalam Perspektif Pembelajaran. Sulawesi Selatan: IPN Press.
Santrock, J. W. (t.t.). PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
Sit, M. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ( Teori dan Praktik). Medan:
Perdana Publishing.