Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, dan Hipertensi pada Laki-laki Dewasa
Email: rian.diana@fkm.unair.ac.id
Rian Diana, dkk., MGI(2018) 57–61
2-5Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia 1*Department of Nutrition, Faculty of Public Health, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
DOI: 10.20473/mgi.v13i1.57–61.
prevalensi hipertensi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global. Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan usia khususnya pada laki-laki dewasa. Oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang
Rian Diana1*, Ali Khomsan2, Naufal Muharam Nurdin3, Faisal Anwar4, Hadi Riyadi5
dapat dimodifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok, aktivitas fisik dengan hipertensi pada laki-laki dewasa. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sebanyak 112 laki-laki berusia 45–59 tahun berpartisipasi dalam penelitian cross sectional ini. Tekanan darah diukur menggunakan tensimeter automatic merk OMRON Model HEM-7200. Aktivitas fisik dinilai dengan menggunakan recall 24 jam aktivitas fisik.
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi dianalisis menggunakan Chi Square. Hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi menggunakan Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,9% subyek
memiliki kebiasaan merokok. Lebih dari separuh subyek (57,2%) memiliki aktivitas fisik yang berat. Hampir separuh (43,7%) tergolong hipertensi. Median sistolik adalah 135,0 mmHg dan diastolik 85,0 mmHg. Terdapat hubungan yang
ABSTRAK
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada pria paruh baya. Penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan hipertensi pada pria paruh baya. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 112 pria berusia 45-59 tahun berpartisipasi dalam studi cross sectional ini.
Tekanan darah otomatis (OMRON Model HEM-7200) digunakan untuk mengukur tekanan darah. Pengingatan aktivitas fisik 24 jam digunakan untuk menilai aktivitas fisik (PA). Hubungan kebiasaan merokok dengan hipertensi dianalisis dengan Chi Square.
Kata Kunci: tekanan darah, pria paruh baya, aktivitas fisik, merokok
signifikan antara kebiasaan merokok (p=0,039) dan aktivitas fisik (p=0,025) dengan hipertensi. Disarankan melakukan Korelasi aktivitas fisik dengan hipertensi dianalisis dengan Spearman. Penelitian ini menemukan bahwa 83,9% subjek mempunyai kebiasaan merokok. Lebih dari separuh subjek (57,2%) memiliki PA berat. Hampir separuh subjek (43,7%) menderita hipertensi. Median sistolik 135,0 mmHg dan diastolik 85,0 mmHg. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (p=0,039) dan aktivitas fisik (p=0,025) dengan hipertensi. Kebiasaan merokok dan aktivitas fisik berhubungan dengan hipertensi. Melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat secara teratur terutama pada perokok di kalangan pria paruh baya dianjurkan untuk menurunkan prevalensi hipertensi.
ABSTRAK
aktivitas fisik yang sedang dan berat secara rutin khususnya pada perokok laki-laki dewasa untuk menurunkan
Kata kunci: tekanan darah, laki-laki dewasa, aktivitas fisik, kebiasaan merokok
KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK DAN HIPERTENSI DI ANTARA PRIA TENGAH UMUR
Prevalensi hipertensi (ÿ140/90 mmHg).
dari prevalensi yang hampir sama dengan prevalensi nasional (Kementerian Kesehatan, 2013).
PERKENALAN
meningkat seiring bertambahnya usia, khususnya pada kelompok usia paruh baya (Kementerian Kesehatan, 2013). Orang berusia Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat
global. Satu dari empat orang di Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi tidak hanya terjadi di perkotaan namun juga di pedesaan. Itu bisa dilihat
57
58 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 1 Januari–Juni 2018: hlm. 57–61
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional.
Populasi penelitian adalah laki-laki paruh baya (45–59 tahun) yang berdomisili di Desa Cisalak dan Sukamantri Kabupaten Cianjur. Berdasarkan Kamus Oxford dan Kamus Merriam Webster, usia paruh baya adalah periode
kehidupan antara usia 45–65 tahun. Sampel dipilih dengan menggunakan simple random sampling pada pria paruh baya yang bersedia diwawancarai dan diukur tekanan darahnya. Kerangka sampel diambil dari formulir pendaftaran keluarga yang diperoleh dari Kantor Desa Cilasak dan Sukamantri. Menurut
Faktor gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan aktivitas fisik merupakan risiko penting yang dapat dimodifikasi
(PAL ÿ2.00) (Organisasi Pangan dan Pertanian,
persamaan Lwanga dan Lemeshow (1991), dengan tingkat kepercayaan 95%, presisi absolut 0,05, dan
proporsi hipertensi pada petani/buruh 7,8% (Kementerian Kesehatan, 2013), minimal
faktor perkembangan hipertensi. Aktivitas fisik mempunyai efek menguntungkan terhadap pencegahan hipertensi (Diaz
& Shimbo, 2013). Sementara itu, merokok meningkatkan tekanan darah sistolik dan detak jantung (Leone, 2015;
Gao et al., 2017). Sebaliknya, penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan antara status merokok dan prevalensi hipertensi (Pankova et al., 2015; Li et al., 2017). Survei Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa laki-laki (64,9%) mempunyai angka kejadian lebih tinggi
2001). Berdasarkan Gabungan Komite Nasional 7 Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan Tekanan Darah Tinggi, terdapat 5 kategori tekanan darah; normal (<120/80 mm Hg), prahipertensi (120–139/80–89 mm Hg), Hipertensi ÿ140/90 mm Hg. Hipertensi ini
sampel untuk penelitian ini adalah 112 subjek. Pelajaran ini
dibagi menjadi 2 tahap (tahap 1= BP 140–
proporsi perokok saat ini dibandingkan perempuan (Kementerian Kesehatan, 2013). Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten dimana terdapat hubungan terbalik dan positif antara merokok dan perkembangan hipertensi khususnya pada pria. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan tekanan darah pada pria paruh baya.
HASIL DAN DISKUSI
Sebaran pendidikan dan pekerjaan subjek disajikan pada Tabel 1. Tingkat pendidikan subjek sebagian besar hanya sampai SD (92,8%). Lebih dari separuh subjek bekerja sebagai
dilakukan di daerah pedesaan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia pada tahun 2014.
159/90–99 mm Hg dan stadium 2= TD ÿ160/100 mm Hg) (Badan Kesehatan Nasional, Jantung Nasional, Paru, 2004). Korelasi Spearman's Rank digunakan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi dan Chi square digunakan untuk menghubungkan kebiasaan merokok dengan hipertensi.
Pengumpulan data
buruh tani (51,8%). Sisanya dibagikan
dalam berbagai jenis pekerjaan informal, seperti buruh bangunan, petani, dan lain-lain (penjahit, supir, pemotong kayu, dan mekanik).
Variabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit darah tinggi yang dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur dan dilakukan oleh enumerator terlatih. Aktivitas fisik (PA) dinilai dengan mengingat aktivitas fisik 24 jam.
Tekanan darah (BP) diukur dengan monitor tekanan darah otomatis (OMRON Model HEM-7200) yang dilakukan oleh dokter. Pengukuran TD pada lengan kiri dilakukan pada pagi hari (07.00–10.00) di balai desa. Sampel diberikan istirahat selama 10–15 menit sejak tiba di balai desa sebelum dilakukan pengukuran.
Kelompok usia 45–54 tahun memiliki kemungkinan 12,7 kali lebih besar terkena hipertensi dibandingkan kelompok usia 18–24 tahun, sehingga penting untuk mengidentifikasi kelompok usia yang dapat dimodifikasi.
Kebiasaan merokok dikategorikan menjadi 2 kelompok (merokok dan tidak merokok). Tingkat aktivitas fisik (PAL) diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, ringan (PAL
METODOLOGI
Analisis data
ÿ1.69), sedang (PAL 1.70–1.99), dan berat faktor risiko (Yang dkk ., 2016).
Desain Studi dan Pengambilan Sampel
adanya niat untuk berhenti merokok dengan alasan merasa lemas, sakit, tidak enak badan, pusing, dan mengantuk jika tidak merokok, merasa sulit berhenti merokok karena kecanduan, menghambat komunikasi sosial, sering ditawari rokok oleh pihak lain, dan untuk menghilangkan bau tak sedap di mulut. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit pernafasan (Jayes et al., 2016), penyakit kardiovaskular (Mons et al., 2015), tekanan darah tinggi (Gao et al., 2017), dan kanker (Proctor, 2012).
Aktivitas masyarakat pedesaan erat kaitannya dengan pekerjaan mereka. Banyak di antara mereka yang bekerja sebagai buruh tani.
Berdasarkan ingatan aktivitas 24 jam selama satu hari kerja, aktivitas subjek cukup bervariasi. Lebih dari separuh subjek (57,2%)
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar subjek mempunyai kebiasaan merokok (83,9%). Kebanyakan dari mereka
memiliki aktivitas fisik yang berat (Tabel 2). Fisik
sistolik dan diastolik menunjukkan prevalensi hipertensi berdasarkan Joint National Committee 7 on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
Prevalensi hipertensi pada pria paruh baya pada penelitian ini adalah 43,7% (stadium 1=23,2%; stadium 2=20,5%).
merokok setiap hari (93,6%), mereka sudah pernah merokok
Prevalensi penyakit darah tinggi dapat dilihat pada Tabel 3. Kombinasi dari
sebagai rambu untuk meningkatkan edukasi tenaga medis dan kesadaran masyarakat dalam rangka menurunkan tekanan darah dan mencegah berkembangnya penyakit hipertensi.
menyadari bahwa merokok membahayakan kesehatannya (79,8%) dan mempunyai niat untuk berhenti merokok
konsumsi rokok mereka (29,8%).
Prevalensi prehipertensi juga cukup tinggi (39,3%).
Prehipertensi sangat penting
(73,4%), namun hanya sepertiganya yang berada pada peringkat lebih rendah
Berbagai alasan berhenti merokok yang dikemukakan subjek adalah faktor kesehatan (batuk, sesak napas, stroke, terhindar dari penyakit, kesehatan semakin memburuk, merusak kesehatan), faktor ekonomi (mengurangi pengeluaran, dan tidak mempunyai uang), dan berbagai alasan seperti menghindari rokok. perbuatan yang tidak memberikan manfaat apapun menurut Islam
agama dan menyadari telah tua. Sebaliknya 27,9% subjek tidak memilikinya
ÿ9 tahun
>9–12 tahun
>12 tahun
Penjual
69 2
6 7
Tingkat Aktivitas Fisik (n=112)
Tekanan darah
15 8
12.8 Kebiasaan Merokok dan Aktivitas Fisik
16.1
5
0,9
39.3 Buruh tani
Median (min;maks)
N 12 Tabel 2. Kebiasaan Merokok dan Aktivitas Fisik
94
1.1
2.1 (1.1;3.1)
23 Dibandingkan Tahun Lalu, Jumlah Rokok 51.8
Dimaksudkan untuk Berhenti Merokok (n=94):
Ya Setiap hari 2–6 hari/minggu ÿ seminggu sekali
17
57.2 N
20.2
Tabel 3. Tekanan Darah Pekerja bangunan
Yang lain
6
93.6
20.5 29.4
Ya 75
Petani (pemilik lahan)
88
3.6
Hipertensi stadium 2 Berat (PAL ÿ2.00)
26
5.3
28 Pendidikan
1.8
26.6
17.0 Karakteristik
5.4
64 Serupa
44 Frekuensi Merokok (n=94):
Ya
1
79.8 1
15.2
57.4
104 83.9
11
29.8
%
Hipertensi stadium 1 7.1
Merokok Dapat Merusak Kesehatan (n=94):
Tidak ada pekerjaan
Lebih rendah
% 73.4
Sedang (PAL 1,70–1,99) 6.2
Pensiun
25
Ringan (PAL ÿ1.69) 92.8
5.4
PNS/pekerja swasta Tabel 1. Karakteristik Subyek
13.4
19
4 Lebih besar
Merokok (n=112)
TIDAK
TIDAK 19
54
33 18
58
N %
23.2 Normal
9.8
TIDAK
Pekerjaan
Biasanya Merokok (n=94)
Prahipertensi
Catatan: *dianalisis dengan Chi Kuadrat; **dianalisis dengan Rank Spearman (r=-0,212)
0,039*
Prahipertensi Hipertensi stadium 1 Hipertensi stadium 2
Tingkat Aktivitas Fisik
14 (42.4) 10 (66.7) 20 (31.3)
7 (21.2) 2 (13.3) 17 (26.6) Variabel
Cahaya 1 (3.0) 11 (33.3)
1 (6.7) 11 (17.2) Berat
Sedang 2 (13,3) 16 (25,0)
nilai p
33 (100,0) 15 (100.0) Normal
39 (41,5) 5 (27,8)
22 (23.4) 4 (22.2)
Total 60 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 1 Januari–Juni 2018: hlm. 57–61
64 (100,0)
0,025**
Kebiasaan Merokok
Tabel 4. Hubungan Kebiasaan Merokok dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah [n (%)]
18 (19.1) 15 (16.0)
8 (44.4) Ya
No 1 (5.6)
Tekanan darah
94 (100,0) 18 (100,0)
Dibandingkan survei kesehatan dasar Indonesia tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional (Kementerian Kesehatan, 2013).
berhenti merokok.
Prevalensi hipertensi yang tinggi di kalangan pria paruh baya ditemukan dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini uji chi square menunjukkan bahwa kebiasaan merokok berhubungan signifikan dengan darah
Korelasi aktivitas fisik dan tekanan darah pada perokok dapat dieksplorasi pada penelitian selanjutnya.
berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Nikotin dapat meningkatkan pelepasan katekolamin sehingga bisa meningkat
Nikotin dan karbon monoksida bersifat racun
tekanan darah sistolik dan detak jantung. Karbon monoksida dapat berikatan dengan hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin. Karboksihemoglobin ini menyebabkan hipoksia jaringan sehingga dapat merusak jantung dan pembuluh darah (Leone, 2015).
tekanan (p=0,039). Perokok memiliki proporsi lebih tinggi memiliki tekanan darah normal, prahipertensi, dan hipertensi stadium 1 dibandingkan bukan perokok. Sementara itu, kelompok bukan perokok mempunyai proporsi lebih tinggi menderita hipertensi stadium 2.
Hasil yang bertentangan ini mungkin disebabkan oleh aktivitas fisik subjek. Pada perokok dengan kondisi normal, prahipertensi, dan hipertensi stadium 1, mayoritas subjeknya memiliki aktivitas fisik yang berat. Aktivitas fisik sedang dan berat secara teratur dapat menurunkan risiko terjadinya hipertensi (Diaz et al., 2017).
Penelitian ini mempunyai hasil yang bertolak belakang dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah (Leone, 2015; Gao et al., 2017).
hipertensi dengan memasukkan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari.
Tadjalli (2010) menemukan bahwa pada perokok yang tidak aktif secara fisik, kemungkinan terjadinya hipertensi meningkat 1,74
kali lebih besar dibandingkan bukan perokok. Perokok dapat secara signifikan mengurangi peluang mereka untuk berkembang
KESIMPULAN
Penelitian ini menemukan bahwa tekanan darah berkorelasi terbalik dengan aktivitas fisik (p=0.025, r=-
0,212). Subyek dengan aktivitas fisik ringan memiliki proporsi lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan aktivitas fisik sedang dan berat (Tabel 4). Penelitian ini sejalan dengan tinjauan Diaz dan Shimbo yang menemukan bahwa aktivitas fisik berbanding terbalik dengan perkembangan hipertensi (Diaz & Shimbo, 2013).
Temuan penting dalam penelitian ini adalah prevalensi hipertensi pada pria paruh baya sangat tinggi dan hipertensi berkorelasi dengan kebiasaan merokok dan aktivitas fisik.
Melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat secara teratur terutama pada perokok dianjurkan untuk menurunkan prevalensi hipertensi. Lingkungan yang mendukung diperlukan untuk menerjemahkan niat menjadi tindakan
Aktivitas fisik dapat mencegah perkembangan hipertensi dengan menurunkan berat badan, resistensi pembuluh darah, kekakuan arteri, stres oksidatif, peradangan, dan aktivitas sistem renin-angiotensin juga dengan meningkatkan fungsi endotel, sensitivitas insulin, fungsi ginjal, penanganan natrium, aktivitas parasimpatis, angiogenesis arteriogenesis. , kepatuhan arteri, dan diameter lumen arteri (Diaz & Shimbo, 2013).
Gao, K., Shi, X., & Wang, W. (2017). Dampak merokok seumur hidup terhadap hipertensi, infark miokard, dan penyakit pernapasan.
Kami berterima kasih kepada Yayasan Neys-van Hoogstraten yang mendanai penelitian ini (IN255).
Organisasi Pangan dan Pertanian. (2001).
Lwanga SK, & Lemeshow S. (1991). Penentuan ukuran sampel dalam studi kesehatan manual praktis. Jenewa:
SIAPA.
Dampak merokok dan penghentian merokok terhadap kejadian kardiovaskular dan kematian di kalangan orang dewasa yang lebih tua: meta- analisis data peserta individu dari studi kohort prospektif dari konsorsium CHANCES. BMJ 350, h.1551. https://doi.org/10.1136/bmj.h1551.
Scholarworks.gsu.edu/iph_theses/158/.
Jayes, L., Haslam, PL, Gratziou, CG, Powell, P., Britton, J., Vardavas, C., & De Grada Orive, JI (2016). SmokeHaz: tinjauan sistematis dan meta- analisis tentang dampak merokok terhadap kesehatan pernafasan. Peti, 150(1), 164–179.
https://doi.org/10.1016/j.chest.2016.03.060.
Kementerian Kesehatan Indonesia.
org/10.1136/tembakaukontrol-2011-050338.
Diaz, KM, & Shimbo, D. (2013). Aktivitas fisik dan pencegahan hipertensi. Institut Kesehatan Nasional, 15(6), 659–668. https://doi.
Jurnal Kardiologi & Penelitian Terkini, 2(2). https://
doi.org/10.15406/jccr.2015.02.00057.
Laporan Ilmiah, 7(1), 4330. https://doi.
Pankova, A., Kralikova, E., Fraser, K., Lajka, J., Svacina, S., & Matoulek, M. (2015). Tidak ada perbedaan prevalensi hipertensi pada perokok, mantan perokok, dan bukan perokok setelah disesuaikan dengan indeks massa tubuh dan usia: studi cross-sectional dari Republik Ceko, 2010.
PENGAKUAN
Aktivitas fisik dan kejadian hipertensi pada orang Afrika-Amerika. Hipertensi, 69(3), 421–427.
https://doi.org/10.1161/
doi.org/10.1186/s12971-015-0049-4.
REFERENSI
belajar. Jurnal Internasional Penelitian Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, 13(1), 1–12. https://
doi.org/10.3390/ijerph13010082.
Lembaga Kesehatan Nasional, Jantung, Paru-Paru,
& BI Nasional (2004). Laporan Lengkap Laporan Ketujuh Komite Nasional Gabungan Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan Tekanan Darah Tinggi. Laporan Lengkap Laporan Ketujuh Komite Nasional Gabungan Pencegahan, Deteksi,
Evaluasi, dan Pengobatan Tekanan Darah Tinggi. https://
Yang, G., Ma, Y., Wang, S., Su, Y., Rao, W., Fu, Y., Yu, Y.,
& Kou, C. (2016). Prevalensi dan korelasi prahipertensi dan hipertensi di kalangan orang dewasa di timur laut Tiongkok: Sebuah cross-sectional
Kebutuhan energi manusia: Laporan konsultasi ahli gabungan FAO/WHO/UNU. Seri Laporan Teknis Pangan dan Gizi FAO, 0, 96. https://
doi.org/92 5 105212 3.
Tadjalli, S. (2010). Dampak aktivitas fisik terhadap hubungan antara merokok dan hipertensi. (Tesis Master, Georgia State University, Atlanta, AS.
Diakses dari https://
org/10.1007/s11906-013-0386-8.Fisik.
Li, G., Wang, H., Wang, K., Wang, W., Dong, F., Qian, Y., Gong, H., Hui, C., Xu, G., Li, Y., Zhang, B., & Shan, G.
(2017). Hubungan antara merokok dan tekanan darah pada pria: studi cross-sectional. Kesehatan Masyarakat BMC, 17:797. DOI 10.1186/s12889-017-4802-x.