• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN MONETER DAN BANK SYARIAH 1

N/A
N/A
sikilemshoe care

Academic year: 2025

Membagikan "KEBIJAKAN MONETER DAN BANK SYARIAH 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN MONETER DAN BANK SYARIAH Mohammad Nur Irfan

[email protected]

Ekonomi Moneter Abstrak

(2)

Pendahuluan

Kebijakan moneter memainkan peran penting dalam pengaturan ekonomi suatu negara, termasuk dalam konteks perbankan syariah. Bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip- prinsip Islam yang melarang riba dan mendorong keadilan dalam transaksi keuangan. Oleh karena itu, pemahaman tentang bagaimana kebijakan moneter dapat diadaptasi untuk mendukung sistem perbankan syariah sangatlah penting. Bank syariah merupakan intitusi Lembaga keungan yang menerapkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar keuangan islam dalam lingkup perbankan. (Alam et al., 2017)

Kebijakan moneter memegang peranan penting dalam mengendalikan perekonomian suatu negara. Namun, perbedaan sistem ekonomi yang diterapkan dapat memunculkan sudut pandang yang berbeda mengenai kebijakan tersebut. Sistem ekonomi konvensional memiliki pandangan yang tidak sama dengan sistem ekonomi Islam. Dalam sistem moneter Islam, yang merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam, terdapat tujuan yang ingin dicapai, di antaranya adalah menegakkan keadilan dan menciptakan kemaslahatan. Maqashid syariah menekankan pentingnya keadilan (Iqamah al-‘Adl), yaitu menciptakan keadilan di berbagai aspek kehidupan manusia, serta menghasilkan manfaat (jalb al-maslahah), yakni memberikan kemaslahatan yang bersifat khusus bagi pihak-pihak tertentu (Anisa Mawaddah Nasution &

Batubara, 2023).

Saat ini, hampir semua negara yang memiliki perbankan syariah masih menerapkan sistem perbankan ganda bersama dengan perbankan konvensional sebagai pendampingnya. Di Asia, dari 27 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC), hanya Iran yang sepenuhnya mengadopsi sistem perbankan syariah. Sementara itu, 26 negara lainnya masih mengoperasikan sistem perbankan ganda, yang mengintegrasikan perbankan syariah dengan perbankan konvensional (Hossain, 2019). Stabilitas ekonomi dan keadilan sosial merupakan

(3)

tujuan penerapan prinsip-prinsip Syariah dari kebijakan moneter yang diterpakan bank-bsnk pada negara OIC. (Anisa Mawaddah Nasution & Batubara, 2023)

Menurut (Ningrum et al., 2024) dalam jurnalnya, bahwa kebijakan moneter tidak hanya berfokus pada penciptaan system keungan yang adil dan transparan, namun juga kebijkan moneter dapat mempengaruhi suku bunga, likuiditas, dan stabilitas nilai tukar mata uang yang mana semuanya akan berkontribus pada Kesehatan ekonomi jangka panjang (Sutihat et al., 2024). Transparansi dalam kebijakan moneter syariah memainkan peran kunci dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan mata uang. Dengan memastikan bahwa kebijakan dan operasi lembaga keuangan syariah dilakukan secara terbuka dan etis, transparansi mengurangi risiko manipulasi serta meningkatkan keyakinan masyarakat terhadap keadilan sistem ini. Selain itu, transparansi membantu masyarakat memahami mekanisme dan manfaat sistem keuangan syariah, sehingga mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran. (Widyastuti, 2019) Hal ini juga memungkinkan terciptanya hubungan yang lebih kuat antara lembaga keuangan syariah dan masyarakat, karena akses informasi yang lebih luas mendorong partisipasi masyarakat. Pada akhirnya, transparansi mendukung stabilitas dan keberlanjutan sistem keuangan syariah secara keseluruhan.

Dalam konteks Indonesia, Bank Indonesia memiliki mandat untuk menjaga kestabilan nilai rupiah dan mengendalikan inflasi melalui berbagai instrumen kebijakan moneter, termasuk operasi pasar terbuka dan penetapan suku bunga. Namun, dengan munculnya bank syariah, yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Islam, tantangan baru muncul dalam menyelaraskan kebijakan moneter konvensional dengan kebutuhan dan karakteristik sistem keuangan Syariah (Purwanto, 2017). Bank syariah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keuangan alternatif tetapi juga berperan dalam memperkuat inklusi keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam kerangka kebijakan moneter ganda, di mana perbankan konvensional dan syariah beroperasi secara bersamaan, penting bagi otoritas

(4)

moneter untuk merumuskan strategi yang dapat memperkuat sinergi antara kedua sistem ini.

Hal ini mencakup penerapan instrumen-instrumen kebijakan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan mekanisme bagi hasil (Ardila Sari et al., 2023).

Dengan demikian, pengembangan bank syariah dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas ekonomi nasional sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (Antonio, 2018). Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang interaksi antara kebijakan moneter dan bank Syariah sangat penting untung menciptakan sistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan, yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi tetapi juga sejalan dengan prinsip-prinsip Syariah yang menjujung tinggi keadilan dan transparansi dalam setiap transaksi.

Berdasarkan uraian diatas, makalah ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter terhadap perkembangan bank syariah dan mengeksplorasi sinergi antara kedua sistem keuangan tersebut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi pengembangan kebijakan yang mendukung pertumbuhan bank syariah dalam kerangka ekonomi yang berkelanjutan.

Kajian Pustaka Kebijakan Moneter

Menurut (Annisa, 2021) dalam jurnalnya, kebijakan moneter merupakan hasil evaluasi pemerintah yang menjadi kebijakan untuk memperbaiki keadaan suatu perekonomian negara melalui pengaturan jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter yang dikelola dengan baik dapat menciptakan stabilitas ekonomi melalui mekanisme transmisinya terhadap harga dan output, yang pada akhirnya memengaruhi berbagai variabel lain seperti tenaga kerja dan pendapatan negara.

(5)

(Dini Abdianti et al., 2023) dalam jurnalnya bahwa, Kebijakan moneter dibedakan menjadi dua yaitu ekspansif dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar guna memperlancar siklus ekonomi, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya beli masyarakat, dan mengurangi pengangguran, meskipun berisiko menyebabkan inflasi lebih tinggi dan kontraktif bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan tingkat inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.mkebijakan moneter berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi dengan memastikan jumlah uang yang beredar tetap seimbang. Apabila jumlah uang yang beredar melebihi atau kurang dari nilai barang dan jasa yang tersedia, hal ini dapat mengganggu keseimbangan perekonomian suatu negara.

Dalam penelitianya (Ramadhani et al., 2024) memaparkan, Inflasi merupakan salah satu faktor makroekonomi utama yang sering dikaitkan dengan kondisi perekonomian. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan pengangguran, kesulitan memperoleh pekerjaan, dan tekanan inflasi lebih lanjut. Sebaliknya, tingkat inflasi yang rendah memberikan dampak positif bagi perekonomian. Dalam hal ini, peran pemerintah melalui kebijakan moneter menjadi sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan keseimbangan ekonomi. Kebijakan moneter yang melibatkan variabel seperti jumlah uang beredar dan suku bunga, serta indikator stabilitas ekonomi seperti inflasi, nilai tukar, dan produk domestik bruto, bertujuan untuk menciptakan stabilitas ekonomi. Pengendalian inflasi menjadi prioritas utama pemerintah guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Bank Syariah

Bank syariah memainkan peran penting dalam implementasi kebijakan moneter Islam.

Mereka tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keuangan tetapi juga sebagai agen pembangunan ekonomi (Kalsum, 2016). Dengan menghilangkan bunga dari sistem perbankan, bank syariah dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Dalam jurnalnya

(6)

(Rohimah et al., 2024) berpendapat bahwa, Bank syariah berperan dalam menstabilkan inflasi melalui pengelolaan likuiditas menggunakan instrumen seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan pasar uang antar bank syariah. Hal ini membantu menjaga kestabilan harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selain itu bank syariah juga menyediakan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, bank syariah meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat, termasuk kelompok yang sebelumnya tidak terlayani oleh sistem perbankan konvensional. Ini sangat penting untuk inklusi keuangan dan pengembangan ekonomi local (Rae, 2024). Bahkan Bank syariah memainkan peran penting dalam pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang merupakan pilar utama perekonomian Indonesia. Pembiayaan ini membantu UMKM untuk berkembang, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Islamida Putri & Kustiningsih, 2022).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan menganalisis literatur dari berbagai jurnal terkait kebijakan moneter Islam. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder dari berbagai sumber, seperti artikel, buku, dan dokumen terkait lainnya (Anwar, 2024). Selain itu, kajian pustaka juga merupakan metode yang efektif dalam penelitian ini. Dengan mengumpulkan dan membandingkan pendapat para ahli serta fenomena ekonomi yang ada, peneliti dapat menyusun kerangka kerja yang komprehensif mengenai kebijakan moneter Islam. Metode ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis deduktif dan induktif, sehingga hasil penelitian dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana kebijakan moneter Islam dapat berfungsi dalam konteks ekonomi saat ini.

(Siregar, 2021)

(7)

Pembahasan

Analisis Kebijakan Moneter

Kebijakan ekonomi moneter dalam perspektif Islam berangkat dari evaluasi terhadap sistem konvensional yang terbukti secara nyata kurang mampu mencapai tujuan kebijakan secara signifikan. Ketimpangan dalam sistem kapitalis telah memperlebar kesenjangan antara sikaya dan simiskin (economic gap), sementara pengabaian terhadap hak-hak individu menjadi kritik utama terhadap sistem sosialis. Oleh karena itu, dalam kajian makroekonomi Islam, selain menawarkan konsep alternatif dalam pelaksanaan kebijakan moneter, pandangan ekonomi Islam juga tetap memanfaatkan transmisi kebijakan dari dua sistem konvensional, selama relevan dan sesuai dengan tujuan kemaslahatan umat manusia (Rahmad Riho Zeen et al., 2022)

Kebijakan moneter Islam di Indonesia berupaya untuk mengintegrasikan prinsip- prinsip syariah dalam pengelolaan ekonomi, dengan tujuan utama mencapai stabilitas ekonomi dan keadilan sosial. Dalam konteks ini, kebijakan moneter Islam berbeda dari kebijakan moneter konvensional yang menggunakan bunga sebagai instrumen Utama. kebijakan moneter bertujuan utama untuk menjaga kestabilan mata uang demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata. Proses transmisi kebijakan moneter melibatkan interaksi antara bank sentral sebagai otoritas moneter, perbankan, lembaga keuangan lainnya, serta pelaku ekonomi di sektor riil, yang berlangsung melalui dua tahap dalam mekanisme perputaran uang (Anisa Mawaddah Nasution & Batubara, 2023).

Dalam penerapan kebijakan moneter islam perlu adanya prinsip dasar yaitu, pertama menjauhi bunga (riba) dan berfokus pada pengelolaan sumber daya ekonomi sesuai dengan Syariah (Triana et al., 2024). Hal ini mencakup pengaturan peredaran uang untuk menjaga kestabilan harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata (Dini Abdianti et al.,

(8)

2023). Kedua, Instrumen moneter dalam kebijakan moneter Islam mencakup reserve ratio, yaitu persentase tertentu dari simpanan bank yang harus disimpan di bank sentral, serta moral suasion, yaitu pendekatan persuasif oleh bank sentral untuk memengaruhi perilaku bank komersial tanpa menggunakan instrumen formal (Aisyah & Nurmala, 2019). Ketiga, Landasan Hukum bagi penerapan system perbankan Syariah, UU No. 23 Tahun 1999 dan memungkinkan Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan moneter berbasis Syariah.

Dampak Inflasi

Merupakan keputusan pemerintah untuk mendukung aktivitas ekonomi dengan mengelola isu-isu terkait peredaran uang di masyarakat. Tujuan utama kebijakan ini adalah menjaga stabilitas peredaran uang dalam suatu negara, karena jumlah uang yang beredar memengaruhi berbagai aspek perekonomian, termasuk inflasi dan tingkat suku bunga bank.

Pengelolaan inflasi tanpa menggunakan suku bunga dalam kebijakan moneter Islam menawarkan alternatif yang berpotensi efektif untuk mencapai stabilitas ekonomi dan keadilan sosial. Kebijakan moneter Islam menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan sosial. Inflasi dapat dikelola dengan mendorong perilaku konsumsi yang bertanggung jawab dan menghindari spekulasi yang tidak produktif. Hal ini mencakup larangan terhadap investasi yang tidak menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat (Hiya, 2022)

Dalam ekonomi Islam, penambahan jumlah uang hanya dilakukan jika disertai dengan peningkatan produksi barang dan jasa. Ini berarti bahwa pencetakan uang baru harus didukung oleh pertumbuhan ekonomi riil, sehingga inflasi dapat dikendalikan tanpa perlu mengandalkan suku bunga sebagai instrumen utama (Suryani & Ika, 2023). Penggunaan akad-akad seperti mudharabah (kerjasama) dan musyarakah (kemitraan) memungkinkan pengelolaan risiko secara kolektif antara pemilik modal dan pengusaha. Dengan sistem bagi hasil, keuntungan dan

(9)

kerugian dibagi sesuai kesepakatan, sehingga mendorong investasi produktif yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan mengurangi tekanan inflasi.

Dalam hal ini, Pemerintah perlu berperan aktif dalam menciptakan regulasi yang mendukung stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal yang proaktif, seperti pengeluaran untuk infrastruktur dan layanan publik, dapat membantu mengendalikan inflasi dengan meningkatkan penawaran barang dan jasa di pasar (Maulana & Marasabessy, 2018) Perbandingan dengan Sistem Konvensional

Pendekatan sistem moneter konvensional dan sistem moneter Islam dalam pengendalian ekonomi memiliki perbedaan mendasar yang mencerminkan prinsip dan nilai yang berbeda (Prasetyo, 2017). Dalam sistem konvensional, instrumen utama untuk mengendalikan ekonomi adalah suku bunga, yang digunakan untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran uang. Suku bunga berfungsi sebagai alat untuk mengatur inflasi dan stabilitas ekonomi; ketika suku bunga naik, biaya pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi pengeluaran dan investasi, yang pada gilirannya dapat menurunkan inflasi. Sebaliknya, dalam sistem moneter Islam, suku bunga dilarang (riba), dan fokusnya adalah pada pengelolaan sumber daya ekonomi melalui instrumen berbasis bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah, yang mendorong investasi produktif tanpa bunga (Sukmawati et al., 2024).

Dalam konteks pengendalian inflasi, sistem moneter Islam menekankan pentingnya stabilitas harga melalui kontrol jumlah uang yang beredar tanpa menggunakan bunga. Uang dalam pandangan Islam dianggap sebagai alat tukar dan bukan komoditas yang dapat diperdagangkan. Oleh karena itu, pengelolaan uang harus dilakukan dengan cara yang memastikan bahwa uang berputar dalam perekonomian untuk mendukung aktivitas ekonomi yang nyata. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara penawaran dan

(10)

permintaan barang dan jasa, sehingga inflasi dapat dikendalikan dengan cara yang lebih berkelanjutan dan etis (Mugiyati, 2008)

Dampak dari perbedaan pendekatan ini sangat signifikan terhadap stabilitas ekonomi.

Sistem moneter Islam berupaya menciptakan keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang lebih merata, sehingga mengurangi ketimpangan ekonomi yang sering kali menjadi sumber ketidakstabilan. Selain itu, dengan menghindari spekulasi yang terkait dengan bunga, sistem ini berpotensi mengurangi risiko krisis keuangan. (Nirmala & Putri, 2022) Sementara itu, sistem konvensional cenderung lebih rentan terhadap fluktuasi pasar akibat perubahan suku bunga, yang dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi. Dengan demikian, meskipun kedua sistem memiliki tujuan yang sama dalam hal stabilitas ekonomi, metode dan prinsip dasar yang digunakan sangat berbeda.

Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan moneter yang menetapkan jumlah uang beredar (uang primer, uang yang beredar dalam artian luas ( ) dan dalam artian luas ( ) sebagai sasaran

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)

Instrumen kebijakan moneter langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang digunakan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar secara langsung, atau dengan kata

Pengertian kebijakan moneter dalam islam tidak jauh berbeda dengan konvensional yaitu dimana kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang dipakai guna untuk

Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan

Menurut Nopirin kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit

Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk

Hasil ini memberikan indikasi bahwa jumlah cadangan uang bank syariah tidak dipengaruhi oleh perubahan kebijakan moneter, sehingga penelitian tidak menemukan adanya