PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Makna Pengalihan Hak Kepemilikan Atas Benda Objek
Hak prioritas adalah hak penerima fidusia untuk menagih debitur atas pelaksanaan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Bagi kami yang terpenting adalah pemegang fidusia harus mempunyai kepemilikan atas benda yang akan menjadi objek jaminan fidusia pada saat fidusia diberikan. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889);
Apabila debitur berpindah hak milik atas suatu benda yang menjadi jaminan fidusia, maka kekuasaan debitur berkurang, karena sebagian kekuasaan atas benda yang menjadi jaminan fidusia telah berpindah kepada kreditur. Dalam fidusia, tidak hanya hak penguasaan atas benda yang dijadikan jaminan fidusia saja yang beralih kepada kreditur, tetapi peralihan itu juga mencakup hak milik atas benda tersebut. Dalam konstruksi hukum yang demikian penerima fidusia terlindungi, karena pemberi fidusia tidak dapat mengalihkan benda yang menjadi subjek jaminan fidusia.
Sebaliknya penerima fidusia mempunyai hak untuk meminjamkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia kepada pemberi fidusia yang kedudukannya adalah peminjam. Di sisi lain, konstruksi hukum yang demikian bertujuan untuk membatasi kewenangan debitur pemberi fidusia sebagai pemilik barang, karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia dibebankan jaminan fidusia, oleh karena itu dirumuskan. bahwa hak milik atas barang yang menjadi obyek jaminan telah berpindah kepada kreditur penerima fidusia. Jadi, dalam perjanjian fidusia ini yang dialihkan hanyalah hak milik atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dari debitur pemberi fidusia kepada kreditur penerima fidusia, sedangkan penguasaan sebenarnya atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia tersebut. obyek jaminan fidusia tetap ada.
Pengangkutan di sini dimaksudkan untuk dijadikan jaminan, namun sampai debitur fidusia wanprestasi, maka sebenarnya belum terjadi penyerahan pokok jaminan fidusia. Dengan dihilangkannya peralihan hak milik atas benda yang menjadi subjek jaminan fidusia, maka timbullah peralihan hak milik benda fidusia secara semu atau semu kepada kreditur penerima fidusia. Pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia akan mengembalikan kepemilikan jaminan fidusia yang diserahkan pada saat pelunasan utangnya.
Sebaliknya penerima fidusia berkeyakinan bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan jaminan fidusia yang berada dalam penguasaannya. Pada umumnya kendaraan bermotor yang dijadikan objek jaminan fidusia pada umumnya dapat didirikan, peralihan hak milik atas objek jaminan fidusia sebenarnya tidak pernah dilakukan secara konkrit. Bagi kreditor penerima fidusia, peralihan hak milik atas benda jaminan fidusia menimbulkan akibat hukum kewenangan seolah-olah mereka adalah pemilik benda tersebut, namun tidak dimaksudkan untuk memiliki benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut.
Peralihan hak milik atas barang jaminan fidusia dimaknai sedemikian rupa untuk memberikan kewenangan kepada kreditur penerima jaminan fidusia sebagai pemilik barang mempunyai kewenangan untuk menjual barang yang menjadi obyek jaminan fidusia tersebut dan tidak dimaksudkan sebagai barang yang menjadi obyek jaminan fidusia. Ketentuan ini melarang penerima fidusia untuk mengambil alih barang yang menjadi jaminan fidusia apabila debitur ingkar janji atau wanprestasi. Jadi tidak terjadi perpindahan kepemilikan secara menyeluruh, namun yang timbul adalah hak tanggungan atas barang yang dijadikan jaminan fidusia.31.
Jadi, maksudnya peralihan hak milik atas barang yang menjadi subjek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 undang-undang no.
Eksistensi Kepemilikan Benda Objek Jaminan Sebagai
Kemudian dikonstruksikan bahwa dalam perjanjian fidusia terjadi peralihan hak milik atas barang jaminan fidusia, sehingga kreditur penerima fidusia dengan sendirinya menjadi pemilik barang yang menjadi obyek jaminan fidusia. Pembebanan terhadap barang yang menjadi jaminan fidusia dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada kreditor penerima fidusia apabila debitur yang beritikad baik menyalahgunakan barang yang dijadikan jaminan fidusia. Untuk melindungi, dikonstruksikan bahwa kreditur penerima fidusia mempunyai hak milik atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan hak menguasai atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia ditempatkan pada debitur. memberikan fidusia.
Secara hukum hak milik atas benda-benda yang menjadi subjek jaminan fidusia berpindah kepada kreditur penerima fidusia, namun secara fisik benda tersebut tetap menjadi milik debitur pemberi fidusia. Dengan demikian, kreditur penerima fidusia mempunyai hak kepemilikan atas jaminan fidusia, namun hak penguasaan fisik atas jaminan fidusia tetap berada di tangan debitur. Kreditor penerima asuransi fidusia dilarang memiliki benda-benda yang menjadi subjek asuransi fidusia, yang berarti peralihan kepemilikan subjek asuransi fidusia tidak dimaksudkan untuk mengalihkan kepemilikan subjek asuransi fidusia kepada milik penerima. . kreditor.
Apabila berkaitan dengan jaminan fidusia, maka hak milik atas benda yang dijadikan jaminan telah berpindah kepada kreditur penerima fidusia. Dengan kata lain, apa yang dialihkan oleh debitur yang diberikan oleh pemberi fidusia kepada kreditur yang diterima oleh penerima fidusia, merupakan dasar hak atas jaminan fidusia. Dengan adanya peralihan kepemilikan suatu benda yang menjadi objek jaminan fidusia oleh debitur pemberi fidusia kepada kreditur penerima fidusia), maka kepemilikan debitur tidak utuh lagi sampai utangnya dinyatakan lunas.
Pembatasan-pembatasan tersebut erat kaitannya dengan tujuan peralihan hak milik atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, yaitu hanya sebagai agunan, sehingga apabila debitur pemberi fidusia melunasi utang-utangnya, maka kreditur penerima fidusia akan melunasi utang-utangnya. wajib mengembalikannya. Penyerahan hak milik atas benda fidusia dimaksudkan sebagai jaminan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 angka 2 UU No. Dengan demikian, dengan mengalihkan hak milik atas benda jaminan fidusia kepada kreditur penerima fidusia, maka kreditur penerima fidusia dengan sendirinya juga mempunyai hak milik tertentu atas benda jaminan fidusia tersebut.
Dengan demikian jelas bahwa kewenangan kreditur fidusia sebagai pemegang hak milik yang sah atas barang jaminan fidusia terbatas sebagaimana telah diuraikan di atas. Hak kepemilikan yang sah atas barang yang menjadi jaminan fidusia berada di tangan kreditur penerima fidusia, sedangkan hak kepemilikan ekonomi (hak penguasaan) atas barang yang menjadi jaminan fidusia berada di tangan debitur pemberi fidusia. pemegang fidusia. Pada masa gadai fidusia, kewenangan debitur pemberi fidusia sudah tidak utuh lagi, oleh karena itu debitur pemberi fidusia ditetapkan sebagai peminjam (detentor/ .houder) atas objek jaminan fidusia yang hak milik sahnya tetap ada. dialihkan kepada kreditur yang menerima fidusia.
PENUTUP
Simpulan
Fiduciare Eigendomsoverdrach” (FEO) diartikan sebagai peralihan hak milik atas dasar perwalian, yang berarti peralihan hak milik atas obyek jaminan perwalian dari debitur yang memberikan wali amanat kepada kreditur yang menerima wali amanat secara sempurna. Seperti dalam akad jual beli, yaitu hak milik atas benda jaminan perwalian “beralih sepenuhnya” kepada kreditur yang menerima wali amanat, sehingga yang bersangkutan berada pada kedudukan pemilik penuh atas benda perwalian itu. 42/1999, yang dimaksud dengan peralihan hak milik atas suatu benda jaminan perwalian bukan berarti peralihan seluruh hak milik atas suatu benda, sebagaimana yang terjadi dalam suatu akad jual beli, tetapi terbatas pada penyerahan yang sah saja, sebab beban fidusia masih belum diikuti dengan penyerahan feitelijke yang dapat terjadi sesudahnya.Peralihan hak milik atas benda yang dijaminkan, juga berlangsung secara abstrak atas dasar “perwalian”, yang fungsinya sebagai jaminan pelunasan utang debitur perwalian.
Pemindahan hak milik atas suatu barang agunan dengan suatu kewajiban fidusia dimaksudkan untuk memberikan hak didahulukan kepada kreditur penerima fidusia sebagaimana layaknya pemilik barang tersebut (pemilik agunan), hal ini sesuai dengan fungsi agunan fidusia sebagai agunan. pelunasan hutang. Hak gadai fidusia dengan itikad baik menimbulkan hubungan hukum suatu perjanjian jaminan kebendaan, sehingga obyek jaminan fidusia yang telah dialihkan kepada kreditur penerima perwalian berfungsi sebagai jaminan, oleh karena itu kreditur penerima fidusia mempunyai kedudukan sebagai pemilik. benda jaminan tersebut mempunyai kewenangan terbatas sepanjang untuk melindungi kepentingan secara hukum sebagai kreditur fidusia.
Saran
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469). Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790). Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR Tahun 1991 tentang Penjaminan Kredit tanggal 28 Februari 1991 14-1967 tentang Kredit yang Diberikan oleh Bank Umum”, pada Seminar Hukum Penjaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Keadilan.
Laporan Akhir Penelitian Hukum Laporan Akhir Penelitian Hukum Tentang Implementasi Jaminan Fidusia Implementasi Jaminan Fidusia Dalam Pemberian Kredit Dalam Pemberian Kredit di Indonesia.