ANCAMAN KESEHATAN JAMAAH HAJI LANSIA
Intan Nisaurrohmah 2001056011
Maela Aulia 2001056014
Lila Khoerun Nafiah 2001056023
Menurut WHO kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. sedangkan yang dimaksud dengan ancaman kesehatan jamaah haji lansia adalah setiap usaha baikan internal maupun eksternal yang dinilai dapat membahayakan keadaan baik fisik maupun mental jamaah dengan rentan usia 60 th ke atas
Berdasarkan Risiko Tinggi Perkelompok Umur, dari data Profil Kesehatan Haji tahun 200811 diketahui bahwa dalam lima belas tahun terakhir (1995-2008) angka kematian jAmaah haji Indonesia berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jAmaah atau 0,5-0,9 per hari per 10.000 jAmaah. Risiko wafat pada usia lanjut sangat tinggi. Jamaah pada kelompok usia 60 tahun ke atas berkisar antara 20-25% dari keseluruhan jamaah, tetapi sekitar 70% jamaah wafat terjadi pada kelompok usia ini. Menurut Qomariah8 dalam artikelnya menyatakan bahwa dari 756 kematian jemaah haji pada tahun 1997, ternyata hampir 91% disebabkan oleh karena penyakit kardiovaskuler, penyakit paru, cerebro vaskuler, penyakit hati, diabetes melitus dan sengatan panas yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kondisi awal di tanah air, faktor lingkungan di Arab Saudi dan kegiatan fisik. Sedangkan 9% lainnya disebabkan oleh miningitis, kecelakaan, dan lain-lain. Dilihat dari penyebab kematian tersebut terdapat kecenderungan bahwa penyebab kematian tersebut kemungkinan telah diderita oleh jamaah haji di tanah air
mengingat penyebab kematian adalah penyakit kronis.
PENGERTIAN ANCAMAN KESEHATAN
Proporsi jamaah haji risiko tinggi tiap tahunnya berkisar 10-30 %, jamaah haji usia lanjut sekitar 28,78%, sedangkan hipertensi berkisar 25-37%. Menurut Penelitian Arsyad Ramli Ali (2009) dari 305 jemaah haji penyakit hipertensi menempati urutan yang pertama sebesar 44,9% (137 orang). Kondisi status kesehatan jamaah haji di Propinsi Jawa Timur tidak jauh beda dengan Kabupaten Banyuwangi, hal ini tergambar dari persentase hasil Pemeriksaan Kesehatan Jemaah haji tahun 2010 dan 2011. Pada tahun 2010 dan 2011 sebanyak 71%
berstatus mandiri, 26% berstatus Observasi, dan 3% berstatus Pengawasan (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2011). Semua jemaah calon haji yang mendapat status kesehatan Lansia (>=60 tahun) dan resiko tinggi pada pemeriksaan kesehatan tahap pertama akan dilanjutkan untuk pemeriksaan tahap kedua. Hal ini bertujuan untuk lebih memastikan kondisi jemaah calon haji Kabupaten banyuwangi tahun 2012 dan menjadi bahan pertimbangan tim kesehatan untuk memberikan status kesehatan pada jemaah calon haji.
PENGERTIAN ANCAMAN KESEHATAN
• Permasalahan Jemaah haji
tersesat / hilang
wafat
Permasalahan haji kecelakaanPermasalahan haji dari arafah menuju mina tersesat jalan sampai ke mekah
ANCAMAN KESEHATAN LANSIA
Cara penyelesaiannya: Ketua Kloter mencatat identitas lengkap jemaah haji dan sebab-sebabnya dan Karu/Karom bertugas untuk mencarinya.
Selanjutnya pihak Sektor menginformasikan ke Sektor lainnya dengan menyebut ciri jemaah hajinya, nomor kloter dan perkiraan dimana dia berada. Setelah ditemukan jemaah bersangkutan diantarkan jemaah haji ke Sektor yang mewilayahi kloternya.
FAKTA TENTANG MASKER WAJAH
PERMASALAHAN JEMAAH HAJI
TERSESAT/HILANG
Jika wafat dalam perjalanan maka setiba di tempat tujuan, ketua kloter melapor ke Sektor dan memberitahukan Maktab/Majmuah yang akan ditempati. Dokter kloter membuatkan Certificate of Death (COD). Ketua kloter mengumpulkan dan mencatat tirkahnya. Bila almarhum ada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada keluarga dengan tanda terima. Bila tidak ada keluarga, tirkahnya diserahkan kpd Daker dengan tanda terima untuk diproses pengirimannya kpd keluarga alm di tanah air. Selanjutnya Petugas Sektor hubungi Maktab/Majmuah yang akan ditempati utk urus dan selesaikan pemakamannya.
PERMASALAHAN JEMAAH HAJI WAFAT
Penyebab kecelakaan bisa karena Jemaah haji tertabrak kendaraan, kebakaran atau terhimpit jemaah haji lain pada saat berdesak-desakan ketika melaksanakan thawaf atau melontar jamrah.
Cara penyelesaiannya adalah Petugas kloter berkoordinasi dengan Sektor melapor ke kantor polisi terdekat dan meminta bantuan ambulance agar segera mendapat perawatan di RSAS. Lalu melaporkan ke Sektor/Daker dan maktab tentang kejadian tersebut dan meminta bantuan penghubung yang telah ditunjuk Daker/Maktab untuk mengurus kasus tersebut.
Bila yang bersangkutan oleh pihak polisi diberi formulir isian/berita acara, hendaklah perlu dimintakan kejelasan/terjemahannya sebelum berita acara tersebut ditandatangani. Bila tidak ada keluarga atau orang yang dapat dipercaya untuk menghadiri pengurusan sidang pengadilan tentang kecelakaan tersebut dapat minta/mewakilkan kepada pihak KJRI dalam hal ini Kantor Urusan Haji.
PERMASALHAN HAJI KECELAKAAN
Kejadian ini bisa terjadi jjika Sopir bus/jemaah haji tidak tahu jalan ke Mina. Cara penyelesaiannya adalah jemaah tersebut dianjurkan untuk melaksanakan thawaf ifadhah dan sa'i serta menggunting rambut (tahalul awal) setelah lewat tengah malam. Dianjurkan kembali ke Mina setelah melaksanakan thawaf ifadhah, sa'i dan tahalul awal. Setelah sampai di kemah Mina, berganti pakaian biasa kemudian melontar jamrah aqabah saja yang berarti sudah tahallul tsani.
FAKTA TENTANG MASKER WAJAH