PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI
Muhammad Nailil Fahmi Fatah 2001056012
Muhammad Akmal Muntafi’ 2001056024
Firda Minatika 2001056028
Pelayanan
kesehatan yang didapatkan oleh jamaah
01
02
MATERI
Prioritas
kesehatan
bagi lansia
Pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh jamaah haji
Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah memiliki fasilitas pelayanan kesehatan setara dengan Rumah Sakit Tipe B. Layanan ini diperuntukkan utamanya bagi jemaah haji indonesia. pasien yang masuk ke IGD akan dilakukan triase (pemeriksaan) oleh manager on duty apakah masuk dalam kategori hijau, kuning, merah, atau hitam“Kalau merah kondisi pasien nya sangat gawat , kalau hijau aman masih bisa diajak bicara , kalau kuning antara keduanya, kalau hitam datang sudah dengan kondisi meninggal. Jemaah haji dapat dirujuk ke IGD KKHI oleh Tenaga Kesehatan Haji (TKH) yang berada di kloter maupun petugas yang bertugas di sektor.
Meski tidak menutup kemungkinan, dalam keadaan urgen, pasien langsung di bawa ke KKHI.
Kelengkapan alat kedokteran di IGD termasuk DC shock atau alat kejut jantung, ventilator portable, serta troley emergency. Setelah dilakukan observasi, apabila masih dibutuhkan perawatan Lebih lanjut, pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap, yang dilakukan pemisahan antara rawat inap pria dan rawat inap wanita.
KKHI juga memiliki ruang rawat untuk kasus berat, ruang High Care Unit (HCU), ruang Intensive Care Unit (ICU), ruang operasi, dan layanan penunjang medis. Secara total sebanyak 250 Tempat Tidur yang disiapkan di KKHI Mekah.
Dokter spesialis bekerja berdasarkan kompetensinya, dan proses konsultasi ke dokter spesialis, tidak mengganggu kecepatan pemberian terapi. Ada 12 keahlian dokter spesialis yang diterjunkan ke KKHI Mekkah, termasuk dokter spesialis mikrobiologi klinik.
Layanan lainnya termasuk pelayanan di poli gigi, ruang perawatan psikiatri.
Termasuk juga layanan penunjang seperti radiologi, gizi, farmasi, laboratorium, serta bimbingan dan penyuluhan kesehatan serta konsultasi kesehatan.
pemeriksaan laboratorium di KKHI sudah meliputi pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kimia klinik, pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan analisa gas darah.
Pelayanan kesehatan yang
didapatkan oleh jamaah haji
Pemerintah telah memberikan pelayanan yang terbaik untuk jamaah. Untuk masalah keberangkatan jamaah lansia boleh mengajukan pendamping. Tentunya harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku seperti yang mendamping itu dari pihak keluarga yaitu suami/istri, anak. Implementasi kebijakan tentang prioritas keberangkatan yaitu pada UndangUndang Nomor 8 tahun 2019 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, adanya tentang kebijakan untuk lansia, yang dimaksud jamaah haji lansia adalah jamaah haji yang usia minimal 65 tahun/85 tahun/95 tahun pada saat keberangkatan kloter pertama tahun berjalan, dan terdaftar 10 tahun/ 3 tahun sebelumnya terhitung dari keberangkatan kloter pertama tahun berjalan. Jamaah yang mendapatkan kuota khusus lansia di berangkatkan bukan berdasarkan daftar tunggu yang beurutan sesuai dengan daftar kuota melainkan diambil dari daftar dengan umur yang sudah dianggap lansia dan masa tunggu yang sudah mencapai 10 tahun/5 tahun sesuai dengan kebijakan lansia
Prioritas kesehatan bagi
lansia
Kebijakan prioritas keberangkatan hanya diberikan pada tahun 2019, karena pada tahun 2018 belum ada ketentuan mengenai kuota khusus lansia. Diberikannya kuota khusus untuk lansia dikarenakan untuk mengurangi masa tunggu yang lama. Semakin lamanya masa tunggu untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji, berdampak pada peningkatan usia calon jamaah haji di Indonesia. Mengingat kondisi jamaah calhaj lansia dari sisi kesehatan, perlu dipikirkan untuk memperpendek waktu di tanah Haram. Yang pertama jamaah lansia usia di atas 70 tahun, diberangkatkan gelombang 2 (dua), untuk kloter pemberangkatan terakhir. Alasannya untuk memperpendek waktu di tanah Haram adalah mereka segera bisa wukuf di padang Arafah dalam keadaan kesehatan masih prima. Setelah waktu ‘wajib’ selesai jamaah lansia segera
diberangkatkan ke Madinah untuk ziarah ke makam Rasulullah SAW, namun waktunya tidak perlu delapan hari untuk arbain yang sifatnya sunnah. Waktu tinggal di Madinah bisa diperpendek cukup tiga sampai dengan lima hari, agar jamaah haji tidak terlalu capai dan segera
diterbangkan pulang ke Indonesia. Keuntungan bagi jamaah lansia adalah bisa menjaga kesehatan secara lebih baik, karena tidak terlalu capai dan biaya hidup di tanah Haram bisa terkurangi. Bagi keluarganya bisa mengurangi rasa kuatir atas kondisi orang tua/kakek/neneknya yang menjadi jamaah haji.