• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA

N/A
N/A
Ihsan Maulana Ahmad

Academic year: 2023

Membagikan "LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA

ALIRAN FLUIDA

Oleh

Ashilah Diandra Hernawan 120280048 Faiza Tursida 120280080

Ihsan Maulana Ahmad 120280068

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2022

(2)

2 ABSTRAK

Praktikum kali ini berjudul aliran fluida. Praktikum ini memiliki tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui karakteristik sistem perpipaan dan juga fluida yang mengalir didalamnya. Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu pertama menentukan debit air yang sudah ditentukan dengan variasi 2l/menit, 4l/menit, dan 6l/menit. Lalu fluida atau air tersebut dihubungkan dengan selang dan dialirkan kedalam alat teorema bernoulli, lalu kita akan mencatat tinggi air pada pipa S0-S7 pada alat teorema bernoulli, ulangi dengan variasi debit air yang lain. Catat semua hasil yang didapatkan selama praktikum. Lalu menghitung head loss yang terjadi pada aliran fluida tersebut dengan menggunakan rumus NPSH.

(3)

3 DAFTAR ISI

ABSTRAK ... 2

DAFTAR ISI ... 3

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Tujuan ... 6

BAB II ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Fluida ... 7

2.2 Sistem Perpipaan ... 7

2.3 Sifat Fisik Fluida ... 8

BAB III ... 9

METODOLOGI PERCOBAAN ... 9

3.1 Alat ... 10

3.2 Bahan ... 10

3.3 Variabel Percobaan ... 10

3.4 Diagram Alir Percobaan ... 10

3.4.1. Penentuan Debit Air Menggunakan Alat Hydraulic Bench... 10

BAB IV ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

A. Data Hasil Praktikum ... 13

1. Data Hasil Praktikum ... 13

2. Pembahasan ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 19

LAMPIRAN A ... 20

PERHITUNGAN ... 20

LAMPIRAN B ... 29

DOKUMENTASI ... 29

(4)

4

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Praktikum Hydraulic Banch ... 13

Tabel 4. 2 Data Hasil Praktikum Eksperimen Teorema Bernoulli ... 13

Tabel 4. 3 Data Hasil Perhitungan Q1 ... 14

Tabel 4. 4. Data Hasil Perhitungan Q2 ... 14

Tabel 4. 5 Data Hasil Perhitungan Q3 ... 15

(5)

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4 1 Kinetic Head Terhadap posisi ... 16 Gambar 4 2 Kinetic head terhadap posisi ... 17 Gambar 4.3 Total head terhadap posisi ... 18

(6)

6

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aliran fluida atau transportasi fluida banyak digunakan dalam operasi teknik kimia. Banyak bahan baku dari industri kimia berupa fluida. Fluida merupakan suatu jenis zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen,sehingga bila terjadi perubahan bentuk dalam fluida maka terbentuk lapisan-lapisan yang mengalir diatas lapisan lain dan terbentuklah lapisan baru.

. Untuk mengalirkan suatu fluida dari satu tempat ke tempat lainnya membutuhkan peralatan. Pada saat fluida mengalir besarnya tegangan geser bergantung pada viskositas fluida dan laju aliran fluida. Tegangan geser setelah fluida mencapai keadaan setimbang akan hilang .Sistem perpipaan digunakan untuk transportasi fluida atau tempat fluida mengalir.

Sistem jaringan perpipaan berfungsi untuk mendistribusikan fluida.

Aliran normal dapat terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan atau perbedaan elevasi permukaan air. Aliran mekanik terjadi karena bantuan dari pompa air untuk mengalirkan fluida ke tempat yang lebih tinggi sehingga fluida dapat mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Fluida cair yang mengalir dalam sistem perpipaan dalam industri akan mengalami kehilangan energi karena adanya gesekan antara fluida dengan pipa. Hilangnya energi pada fluida dalam sistem perpipaan dapat pula disebabkan karena adanya gesekan, belokan, kontraksi, ekspansi.. Penanggulangan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis berbagai faktor yang dapat menimbulkan hal tersebut dan dilakukan penanggulangannya. Oleh karena, itu praktikum ini penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan

Untuk mempelajari karakteristik sistem perpipaan, serta fluida yang mengalir didalamnya.

(7)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fluida

Fluida adalah zat yang dalam keadaan setimbang tidak dapat menahan gaya atau tegangan geser (shear force) . Zat dapat mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah sifat dasar fluida yaitu tahan terhadap aliran yang diukur sebagai tegangan geser yang terjadi pada bilangan geser yang dikenai tegangan tersebut (Raswari,1986). Besarnya tegangan geser tergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap suatu arah. Tegangan geser akan hilang setelah fluida mencapai keadaan setimbang.

Berdasarkan densitasnya fluida terbagi menjadi dua jenis yaitu fluida compressible dan fluida incompressible. Fluida compressible memiliki densitas yang peka terhadap perubahan temperatur dan tekanan contohnya adalah gas. Fluida incompressible memiliki identitas yang tidak peka terhadap perubahan temperatur dan tekanan contohnya zat cair. Fluida cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah sedangkan gas tidak memiliki bentuk ataupun volume yang tetap. Gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Suatu fase cair dan gas tidak dapat

mempertahankan suatu bentuk tetap keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir (Sularso,1994).

2.2 Sistem Perpipaan

suatu sistem perpipaan transportasi fluida, terdapat beberapa komponen atau peralatan umum yang digunakan, seperti: pipa/tabung, valve, blower, pompa, dll.

Pipa merupakan tempat mengalirnya fluida, dan valve dipasang untuk mengatur laju alir/bukaan fluida. Dalam suatu sistem perpipaan dibutuhkan penambahan energi mekanik untuk mempercepat laju alir fluida. Alat yang dapat digunakan antara lain pompa, blower, kipas, dan kompresor. Peralatan pemindah fluida dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerja menggunakan tekanan langsung ke fluida, atau dengan

membangkitkan rotasi menggunakan momen putar.

(8)

8 2.3 Sifat Fisik Fluida

Adapun sifat-sifat fisik dari fluida antara lain :

1. Densitas Densitas atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume.Persamaan untuk densitas sebagai berkut

ρ =m

v

Keterangan : 𝜌 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (kg/m3) 𝑚 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 (kg) 𝑣 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (m3)

2. Viskositas (Kekentalan) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas, dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan ketika bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah tempat ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul tersebut.

3. Bilangan Reynold Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen. Dilihat dari kecepatan aliran, diasumsikan/dikategorikan laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re kurang dari 2300, Untuk aliran transisi berada pada pada bilangan Re 2300 dan 4000 biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan Re lebih dari 4000 (Geankoplis, 2003). Persamaan bilangan Reynold

𝑁𝑅𝑒 =ρ x 𝑉 𝑥 D μ

Keterangan : V = kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)

(9)

9

D = diameter dalam pipa (m) ρ = masa jenis fluida (kg/m3)

μ = viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N. det/ m2)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

(10)

10 3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : 1. Hydraulic bench

2. Alat teorema bernouli 3. Stopwatch

4. Gelas ukur 5 liter 5. Selang penghubung 6. Air keran

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : 1.Air keran

3.3 Variabel Percobaan 3.3.1 Variabel bebas

1. Laju alir 3.3.2 Variabel tetap

1. Temperatur ruangan (23-30 °C) 2. Tekanan ( 660-760 mmHg)

3.4 Diagram Alir Percobaan

3.4.1. Penentuan Debit Air Menggunakan Alat Hydraulic Bench

(11)

11

Gambar 1. Diagram Alir Penentuan Debit Alir dengan Hydraulic Bench Waktu Fluida dialirkan ke

gelas ukur 5 L dengan laju alir 2L/menit,hitung

waktu waktudibutuhkan

selesai

Matikan mesin hydraulic bench

Mulai Siapkan alat dan

bahan

Pasang selang pada saluran keluar tanki

Hidupkan mesin hydraulic bench dengan menekan

tombol power

Ulangi percoban dengan laju alir 4L/menit dan 6L/menit

(12)

12 3.4.2. Percobaan Teorema Bernoulli

Gambar 2. Diagram Alir Percobaan Teorema Bernolli

Mulai

Sambungkan Hydraulic dengan alat Bernoulli experiment menggunakan selang penghubung

Tutup katup buang air pada Bernoulli experiment Buka katup buang udara pada

Bernoulli experiment

Buka penuh katup buang air

Ulangi percobaan dengan debit air yang

berbeda

Geser piton ke titik yang hendak diamati

Selesai

Hidupkan mesin hydraulic bench

Catat perubahan ketinggian air pada venturimeter pada titik S=0 hingga S=7 Tutup katup buang udara

(13)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Praktikum

Setelah melakukan rangkaian praktikum mengenai hydrolic banch dan eksperimen bernoulli, maka didapatkan data sebagai berikut.

1. Data Hasil Praktikum

Volume Air (Liter) Waktu (s)

2 54,51

4 64

6 60

Tabel 4. 1 Data Hasil Praktikum Hydraulic Banch

Posisi

Q1 (2 Liter/menit)

Q2

( 4 Liter/menit)

Q3

( 6 Liter/menit)

h1 h2 h1 h2 h1 h2

0 170 172 228 228 237 235

1 156 168 193 227 156 232

2 156 168 192 226 160 229

3 156 169 194 225 163 228

4 158 169 197 225 178 227

5 152 169 205 224 188 227

6 162 167 210 220 201 220

Tabel 4. 2 Data Hasil Praktikum Eksperimen Teorema Bernoulli

(14)

14

Posisi ℎ2

− ℎ1 (m)

𝑉1 (m/s)

𝑆1 (𝑚2)

Kinetik Head

Piozometic Head

Total Head

0 0,002 0,006 0,3 2,26

× 10−5

1,734

× 10−5

3,994

× 10−5

1 0,012 0,015 0,13 1,20

× 10−5

1,591

× 10−5

2,791

× 10−5

2 0,012 0,015 0,13 1,20

× 10−5

1,591

× 10−5

2,791

× 10−5

3 0,013 0,015 0,13 1,20

× 10−5

1,591

× 10−5

2,791

× 10−5

4 0,011 0,014 0,14 1,04

× 10−5

1,612

× 10−5

2,652

× 10−5

5 0,17 0,018 0,1 2,04

× 10−5

1,551

× 10−5

3,591

× 10−5

6 0,005 0,009 0,2 5,10

× 10−5

1,653

× 10−5

6,753

× 10−5 Tabel 4. 3 Data Hasil Perhitungan Q1

Posisi ℎ2

− ℎ1 (m)

𝑉1 (m/s)

𝑆1 (𝑚2)

Kinetik Head

Piozometic Head

Total Head

0 0 0 0 0 2,32

× 10−5

3,32

× 10−5

1 0,034 0,025 0,16 3,18

× 10−5

1,96

× 10−5

5,14

× 10−5

2 0,034 0,025 0,16 3,18

× 10−5

1,95

× 10−5

5,13

× 10−5

3 0,031 0,024 0,166 2,96

× 10−5

1,97

× 10−5

4,93

× 10−5

4 0,028 0,023 0,173 2,72

× 10−5

2,01

× 10−5

4,73

× 10−5

5 0,019 0,019 0,21 1,85

× 10−5

2,09

× 10−5

3,95

× 10−5

6 0,01 0,014 0,285 1

× 10−5

2,14

× 10−5

3,14

× 10−5 Tabel 4. 4. Data Hasil Perhitungan Q2

(15)

15

Posisi ℎ2

− ℎ1 (m)

𝑉1 (m/s)

𝑆1 (𝑚2)

Kinetik Head

Piozometic Head

Total Head

0 -0,002 -0,006 -1 −1,83

× 10−6

2,41

× 10−5

2,227

× 10−5

1 0,076 0,038 0,15 8,16

× 10−5

1,59

× 10−5

9,75

× 10−5

2 0,069 0,036 0,16 7,17

× 10−5

1,63

× 10−5

8,8

× 10−5

3 0,065 0,035 0,17 6,35

× 10−5

1,66

× 10−5

8,01

× 10−5

4 0,049 0,030 0,2 4,59

× 10−5

1,81

× 10−5

6,4

× 10−5

5 0,039 0,027 0,2 4,59

× 10−5

1,91

× 10−5

6,5

× 10−5

6 0,019 0,019 0,31 1,91

× 10−5

2,05

× 10−5

3,96

× 10−5 Tabel 4. 5 Data Hasil Perhitungan Q3

2. Pembahasan

Hydraulic adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air dan pengatur aliran air agar dapat diketahui debit aliran tersebut. Debit yang digunakan dalam percobaan ini adalah debit aktual. Biasanya hasil debit aktual leboh kecil dari pada debit teoritis. Hydraulic bench dielngkapi dengan calm lever, calm lever berfungsi untuk menaik-turunkan tuas pada saat akan membuang air yang ada dalam bak hingga keadaan setimbang.

Prinsip kerja hydraulic bench adalah dengan menggunakan beban untuk mengukur debit yang dihasilkan (debit aktual) dan juga menghitung waktu yang diperlukan oleh dibet dari awal aliran hingga tuas pada keadaan akan terangkat.

Persamaan Bernoulli yang pertama berlaku untuk aliran tak termampatkan dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan. Aliran tak temampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa dari fluida disepanjang aliran tersebut.

Praktikum ini melakukan pengujian teorema bernoulli dengan dua topik pembahsan yaitu menentukan debit air melalui alat hydraulic bench danmenentukan tekanan melalui alat pipa venturi. Cara kerja dari alat hydraulic benchini adalah air telah terisimpan terlebih dahulu pada alat

(16)

16

tersebut lalu air dikeluarkan melalui pompa yang terdapat di dalam alat hydraulic bench. Besarnyadebit air yang keluar dihitung melalui bantuan alat stopwatch. Kedua alat dapat dihubungkan melalui selang penghubung, setelah dihubungkan kedua alat ini digunakan untuk menganalisis fenomena tekanan yang terjadi pada pipa venturi

Setelah melaksankan praktikum modul hydraulic bench dan eksperimen teoremaBernoulli, kami memperoleh data hasil pengamatan yang akan digunakan dalammemperoeh perhitungan matematis. Data ini berfungsi untuk menentukan danmenganalisa perubahan tekanan pada venturimeter dengan mengaitkannya dengan prinsip Bernoulli, selain itu dapat menentukan perubahan tekanan pada pipakonvergen-divergen. Hasil data percobaan, dihitung dan di masukkan kedalamtable, dengan tujuan dapat menentukan posisi dengan kinetic head, piezometrichead, serta total head.

Gambar 4 1 Kinetic Head Terhadap posisi

Berdasarkan grafik diatas, dapat dikatakan bahwa posisi sangat mempengaruhi nilai kinetic head. Hal ini disebabkan oleh nilai kinetic head sesuai dengan nilai kecepatan aliran yang dimiliki. Diketahui bahwa kecepatan aliran sangat mempengaruhi nilai kinetic head yang mana semakin tinggi kecepatan alirannya maka semakin tinggi pada nilai kineticnya.

Nilai pada Q1 2 l/min nilai tertingginya adalah 5,1 × 10−5 dan nilai terendahnya 1,04 × 10−5. Sedangakan pada nilai Q2 4 l/min nilai tertingginya 3,18 × 10−5 dan paling rendahnya 0. Dan pada nilai Q3 6 l/min adalah 8,16 × 10−5 dan terendahnya −0,183 × 10−5

-2 0 2 4 6 8 10

s0 s1 s2 s3 s4 s5 s6

Kinetic head (*10^-5)

Posisi

Kinetic head terhadap posisi

q1 q2 q3

(17)

17

Gambar 4 2 Kinetic head terhadap posisi

Berdasarkan grafik diatas, dapat ditentukan bahwa grafik tersebut menunjukkan nilai yang tidak signifikan. Dalam halm ini posisi sangat mempengaruhi nilai piezometric head.pada tiap-tiap kecepatan, nilai tertinggi berada pada posisi awal. Sehingga nilai piezometric head terhadap posisi memiliki keterkaitan satu sama lain.

Nilai tertinggi berada pada posisi Q1 2 l/min tertingginya adalah 1,734 × 10−5 dan terendahnya 1,551 × 10−5, Q2 4 l/min 2,32 × 10−5 dan terendahnya 1,95 × 10−5 dan Q3 6 l/min 2,41 × 10−5 dan terendahnya 1,63 × 10−5

-2 0 2 4 6 8 10

s0 s1 s2 s3 s4 s5 s6

Kinetic head (*10^-5)

Posisi

Kinetic head terhadap posisi

q1 q2 q3

(18)

18 Gambar 4.3 Total head terhadap posisi

Berdasarkan grafik diatas, dapat dikatakan bahwa posisi sangat mempengaruhi nilai kinetic head dan piezometric head yang sama artinya dengan total head. Hal ini disebabkan oleh nilai total head sesuai dengan nilai kecepatan aliran yang dimiliki. Dan dapat diketahui bahwa kecepatan aliran sangat mempengaruhi nilai kinetic head dan piezomeric head, yang mana semakin tinggi kecepatan maka semakin tinggi pula nilai total headnya, maka posisi dengan total head berhubungan satu sama lain.

Nilai tertinggi pada Q1 2 l/min 6,753 × 10−5 dan terendahnya 2,652 × 10−5, sedangkan Q2 4 l/min 5,14 × 10−5 dan terendahnya 3,14 × 10−5 dan Q3 6 l/min tertingginya 9,75 × 10−5 dan terendahnya 2,227 × 10−5

0 2 4 6 8 10 12

S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6

Total Head (x10^5

Axis Title

Total Head terhadap posisi

q1 q2 q3

(19)

19

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C. J., 2003, Transport Process and Separation 4 th edition, USA: Prentice Hall(halaman 90 – 107; 136 – 149)

SOLTEQ, Fluid Friction Measurements Apparatus Model : FM 100, Equipment for EngineeringEducation & Research, 2011

(20)

20 LAMPIRAN A PERHITUNGAN

Perhitungan 𝐐𝟏

a. Menghitung h2− h1

1). h2− h1 = 172 – 170 = 2 mm = 0,002 m 2). h2− h1 = 168 – 156 = 12 mm = 0,012 m 3). h2− h1 = 168 – 156 = 12 mm = 0,012 m 4). h2− h1 = 169 – 156 = 13 mm = 0,013 m 5). h2− h1 = 169 – 158 = 11 mm = 0,011 m 6). h2− h1 = 169 – 152 = 17 mm = 0,017 m 7). h2− h1 = 167 – 162 = 5 mm = 0,005 m b. Menghitung V1

1). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,002𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,006 𝑚

𝑠 2). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,012𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,015 𝑚

𝑠

(21)

21 3). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,012𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,015𝑚

𝑠

4). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,013𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,015 𝑚

𝑠

5). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,011𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,014𝑚

𝑠

6). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,017𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,018 𝑚

𝑠

7). √2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 = √

9,8𝑚

𝑠2 ×0,005𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,009 𝑚

𝑠

c. Menghitung S1 1). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3s )

0,006 = 0,3 m2 2). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3s )

0,015ms = 0,13 m2 3). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3

s )

0,015ms = 0,13 m2 4). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3s )

0,015m s

= 0,13 m2 5). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3

s )

0,014ms = 0,14 m2 6). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3s )

0,018m s

= 0,1 m2 7). S1 = Q

V1 =

2 1000(m3s )

0,009ms = 0,2 m2 d. Menghitung Kinetik Head

1). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,3 m2)2 = 2,26 × 10−5m

(22)

22 2). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,13 m2)2= 1,20 × 10−5m 3). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,13m2)2 = 1,20 × 10−5m 4). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,13 m2)2= 1,20 × 10−5m 5). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,14 m2)2= 1,04 × 10−5m 6). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,1m2)2 = 2,04 × 10−5m 7). h = Q2

2×g×S1 = (0,002

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,2 m2)2 = 5,10 × 10−5m

e. Menghitung Piozometic Head 1). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,17 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,734 × 10−5 2). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,156 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,591 × 10−5 3). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,156 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,591 × 10−5 4). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,156 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,591 × 10−5 5). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,158 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,612 × 10−5 6). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,152 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,551 × 10−5 7). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,162 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,653 × 10−5

f. Menghitung Total Head

1). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,26 + 1,734 ) × 10−5= 3,994 × 10−5 𝑚

(23)

23

2). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 1,20 + 1,591 ) × 10−5 = 2,791 × 10−5 𝑚

3). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 1,20 + 1,591) × 10−5 = 2,791 × 10−5 𝑚

4). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 1,20 + 1,591 ) × 10−5 = 2,791 × 10−5 𝑚

5). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 1,04 + 1,612) × 10−5= 2,652 × 10−5 𝑚

6). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,04 + 1,551 ) × 10−5= 3,591 × 10−5 𝑚

7). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 5,10 + 1,653 ) × 10−5= 6,753 × 10−5 𝑚

Perhitungan 𝐐𝟐

d. Menghitung h2− h1

1). h2− h1 = 228 – 228 = 0 m

2). h2− h1 = 227 – 193 = 34 mm = 0,034 m 3). h2− h1 = 226 – 192 = 34 mm = 0,034 m 4). h2− h1 = 225 – 194 = 31 mm = 0,031 m 5). h2− h1 = 225 – 197 = 28 mm = 0,028 m 6). h2− h1 = 224 – 205 = 19 mm = 0,019 m 7). h2− h1 = 220 – 210 = 10 mm = 0,01m

e. Menghitung V1 1). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚 𝑠2 ×0 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0

2). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,034𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,025 𝑚

𝑠

3). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,034𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,025𝑚

𝑠

(24)

24 4). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,031𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,024 𝑚

𝑠

5). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,028𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,023𝑚

𝑠

6). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,019𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,019 𝑚

𝑠

7). √2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 = √

9,8𝑚 𝑠2 ×0,01𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,014 𝑚

𝑠

f. Menghitung S1 1). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3s )

0 = 0 2). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3s )

0,025ms = 0,16 m2 3). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3s )

0,025m s

= 0,16 m2 4). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3s )

0,024ms = 0,166 m2 5). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3

s )

0,023ms = 0,173 m2 6). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3s )

0,019m s

= 0,21 m2 7). S1 = Q

V1 =

4 1000(m3

s )

0,014ms = 0,285 m2

d. Menghitung Kinetik Head 1). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0)2 = 0 2). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,16 m2)2= 3,18 × 10−5m

(25)

25 3). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,16m2)2 = 3,18 × 10−5m 4). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,166 m2)2 = 2,96 × 10−5m 5). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,173 m2)2 = 2,72 × 10−5m 6). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,21m2)2 = 1,85 × 10−5m 7). h = Q2

2×g×S1 = (0,004

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,285 m2)2 = 1 × 10−5m

e. Menghitung Piozometic Head 1). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,228 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 2,32 × 10−5 2). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,193𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,96 × 10−5 3). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,192𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,95 × 10−5 4). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,194𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,97 × 10−5 5). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,197 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 2,01 × 10−5 6). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,205𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 2,09 × 10−5 7). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,21 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 2,14 × 10−5 f. Menghitung Total Head

1). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 0 + 2,32 ) × 10−5 = 2,32 × 10−5 𝑚

2). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 3,18 + 1,96 ) × 10−5 = 5,14 × 10−5 𝑚

3). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 3,18 + 1,95 ) × 10−5 = 5,13 × 10−5 𝑚

(26)

26

4). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,96 + 1,97 ) × 10−5 = 4,93 × 10−5 𝑚

5). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,72 + 2,01 ) × 10−5= 4,73 × 10−5 𝑚

6). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,72 + 2,09 ) × 10−5= 3,95 × 10−5 𝑚

7). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 1 + 2,14 ) × 10−5 = 3,14 × 10−5 𝑚

3. Perhitungan Perhitungan 𝐐𝟑

a. Menghitung h2− h1

1). h2− h1 = 235 – 237 = -2 mm = -0,002 m 2). h2− h1 = 232 – 156 = 76 mm = 0,076 m 3). h2− h1 = 229 – 160 = 69 mm = 0,069 m 4). h2− h1 = 228– 163 = 65 mm = 0,065 m 5). h2− h1 = 227 – 178 = 49 mm = 0,049 m 6). h2− h1 = 227 – 188 = 39 mm = 0,039 m 7). h2− h1 = 220 – 201 = 19 mm = 0,019m b. Menghitung V1

1). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×−0,002𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= −0,006 𝑚

𝑠

2). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,076𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,038 𝑚

𝑠

3). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,069𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,036𝑚

𝑠

4). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,065𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,035 𝑚

𝑠

5). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,049𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,030𝑚

𝑠

(27)

27 6). 2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 =

9,8𝑚

𝑠2 ×0,039𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,027 𝑚

𝑠

7). √2×𝑔×(ℎ2−ℎ1)

𝜌 = √

9,8𝑚

𝑠2 ×0,019𝑚 1000𝑘𝑔

𝑚3

= 0,019 𝑚

𝑠

c. Menghitung S1 1). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3s )

−0,006ms = −1 m2 2). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3s )

0,038m s

= 0,15 m2 3). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3s )

0,036ms = 0,16 m2 4). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3

s )

0,035ms = 0,17 m2 5). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3s )

0,030m s

= 0,2 m2 6). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3s )

0,027ms = 0,2 m2 7). S1 = Q

V1 =

6 1000(m3

s )

0,019ms = 0,31 m2 d. Menghitung Kinetik Head

1). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s)2 2×9,8m

S2×(−1 m2)2 = −1,83 × 10−6m 2). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,15 m2)2= 8,16 × 10−5m 3). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s )2 2×9,8m

S2×(0,16m2)2 = 7,17 × 10−5m 4). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,17 m2)2= 6,35 × 10−5m 5). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,2 m2)2 = 4,59 × 10−5m

(28)

28 6). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,2 m2)2 = 4,59 × 10−5m 7). h = Q2

2×g×S1 = (0,006

m3 s)2 2×9,8m

S2×(0,31 m2)2= 1,91 × 10−5m

e. Menghitung Piozometic Head 1). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,237 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 2,41 × 10−5 2). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,156 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,59 × 10−5 3). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,16 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,63 × 10−5 4). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,163 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,66 × 10−5 5). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,178 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,81 × 10−5 6). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,188 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,91 × 10−5 7). ℎ = 1

𝜌×𝑔= 0,201 𝑚

1000𝑘𝑔 𝑚3×9,8𝑚

𝑠2

= 1,05 × 10−5 f. Menghitung Total Head

1). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2 + 7,1 ) × 10−6 = 2,227 × 10−5m

2). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 4,7 + 0,2 ) × 10−5 = 9,75 × 10−5m

3). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 4,6 + 0,2 ) × 10−5 = 8,8 × 10−5m

4). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 3,4 + 0,3 ) × 10−5 = 8,01 × 10−5m

5). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,9 + 0,34 ) × 10−5= 6,4 × 10−5 𝑚

6). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 2,1 + 0,41 ) × 10−5= 6,5 × 10−5 𝑚

(29)

29

7). ℎ𝑡 = ℎ𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘+ ℎ𝑝𝑖𝑜𝑧𝑜𝑚𝑒𝑡𝑖𝑐 = ( 1,3 + 0,48 ) × 10−5= 3,96 × 10−5 𝑚

LAMPIRAN B DOKUMENTASI

(30)

30

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

Identification 1.1.

SECTION 1: Identification

1.2. Recommended use and restrictions on use

1.3. Supplier

1.4. Emergency telephone number

Classification of the substance or mixture 2.1.

SECTION 2: Hazard(s) identification

2.2. GHS Label elements, including precautionary statements

Substances 3.1.

SECTION 3: Composition/Information on ingredients

3.2. Mixtures

LAMPIRAN D MSDS

Water

Safety Data Sheet

according to Federal Register / Vol. 77, No. 58 / Monday, March 26, 2012 / Rules and Regulations

Issue date: 11/15/2013 Revision date: 06/26/2020 Supersedes: 06/12/2018 Version: 1.4

Product form : Substance

Substance name : Water

CAS-No. : 7732-18-5

Product code : LC26750

Formula : H2O

Use of the substance/mixture : For laboratory and manufacturing use only.

Recommended use : Laboratory chemicals

Restrictions on use : Not for food, drug or household use

LabChem, Inc.

1010 Jackson's Pointe Ct.

Zelienople, PA 16063 - USA T 412-826-5230 - F 724-473-0647 info@labchem.com - www.labchem.com

Emergency number : CHEMTREC: 1-800-424-9300 or +1-703-741-5970

GHS US classification Not classified

Not classified as a hazardous chemical.

Other hazards not contributing to the classification

: None.

Not applicable

Substance type : Mono-constituent

Name Product identifier % GHS US classification

Water (Main constituent)

(CAS-No.) 7732-18-5 100 Not classified

Full text of hazard classes and H-statements : see section 16 Not applicable

First-aid measures general : If you feel unwell, seek medical advice (show the label where possible).

First-aid measures after inhalation : Allow affected person to breathe fresh air. Allow the victim to rest. Adverse effects not expected from this product.

First-aid measures after skin contact : Adverse effects not expected from this product. Take off contaminated clothing.

First-aid measures after eye contact : Adverse effects not expected from this product.

Description of first aid measures 4.1.

SECTION 4: First-aid measures 2.4. Unknown acute toxicity (GHS US)

(38)

First-aid measures after ingestion : Do NOT induce vomiting. Adverse effects not expected from this product.

06/26/2020 EN (English US) Page 1

Gambar

          Gambar 1. Diagram Alir Penentuan Debit Alir dengan Hydraulic Bench  Waktu  Fluida dialirkan ke

Referensi

Dokumen terkait

Profil gradient temperatur perpindahan panas yang terjadi pada suatu dinding ( logam ) antara fluida panas pada satu sisi dan fluida dingin pada sisi lain dengan pengaliran

Jika materialnya adalah fluida, sifat utamanya adalah bahwa fluida terdeformasi secara terus menerus sepanjang tegangan geser yang diberikan pada fluida

fluida diam ( fluid at rest ) hanya dipengaruhi oleh gradien tekanan karena tidak ada tegangan geser yang bekerja... Fluida dalam Gerak

Kajian tentang perilaku aliran dikenal dengan mekanika fluida (Fluid Mechanis). Hal ini menyangkut sifat-sifat fluida dan pengaruhnya terhadap pola aliran dan gaya yang akan

Fluida mengalir dari ruang besar masuk ke dalam pipa kecil pada entrance akan terjadi friksi antara fluida yang mengalir dengan dinding pipa.. Faktor gesekan harus diperhatikan

fluida diam ( fluid at rest ) hanya dipengaruhi oleh gradien tekanan karena tidak ada tegangan geser yang bekerja... Fluida dalam Gerak

Pati singkong (tapioka) memiliki karakteristik yang sangat baik, terutama berkaitan dengan aroma yang netral, warna pasta transparan, dan sifat fungsional yang

1 Grafik Hubungan Antara Angka Asam dengan Waktu Reaksi Esterifikasi Pada percobaan ini dilakukan pembuatan biodiesel dengan bahan dasar minyak jelantah.. Percobaan pertama yang