HADIST AHAD
Farchan Rodli MZ (18106060041) Nandha Syafira R (18106060014) Badiri Syabeh (17106060047)
Pengertian Hadist Ahad
Hadist Ahad adalah hadis yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak sampai pada derajat mutawatir. Hadist yang tidak sampai jumlah rawinya kepada jumlah hadist mutawatir entah satu, dua, tiga, empat, atau lima orang periwayat.
Syarat Periwayatan
Adil
Dhabit
Faqih
Melaksanakan amal sesuai hadist tersebut
Mendatangkan hadist sesuai hurufnya
Memahami makna hadist dari lafadznya
Syarat Khusus Periwayatan
Bersambung sampai Nabi Muhammad SAW
Tidak ada keraguan dan cacat
Tidak bertentangan dengan sunnah
Tidak bertentangan dengan sahabat, tabi’in, dan kitab-kitab umum
Tidak ada pertentangan oleh sebagian ulama’
Hadist tidak mengandung matan dan sanad yang menyendiri dari kepercayaanya
Klasifikasi dan Contoh
Para ulama ahli hadits membagi Hadits Ahad menjadi tiga hadits Mashur, Aziz, dan Gharib. Gambaran sekilas bagi perbedaan pembagian tersebut, diungkapkan oleh Subhi Al Shalih. Bahwa Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang periwayat saja pada suatu tingkatan sanad. Aziz adalah periwayat yang berjumlah dua atau tiga orang. Mashur adalah jumlah periwayat lebih banyak lagi dari Gahrib dan Aziz. Kemudian bila jumlah periwayat yang banyak itu seimbang dari awal sampai akhir sanad, dapat dinamakan Mustafid. Sehingga ada yang mengatakan bahwa Mashur lebih umum dibanding Mustafid.
Kedudukan Hadist Ahad
Para ahli hadis berbeda pendapat tentang kedudukan hadis ahad antara lain : 1.
Segolongan Ulama seperti Al Qasayani sebagian Ulama Dhahiriyah dan Ibnu Dawud mengatakan bahwa kita tidak wajib beramal dengan Hadis Ahad.
2. Jumhur Ulama Ushul menetapkan bahwa Hadist Ahad memberi faedah dhan. Oleh karena itu Hadist Ahad wajib diamalkan sesudah diakui kesahihannya.
3. Sebagian Ulama menetapkan bahwa Hadist Ahad diamalkan dalam segala bidang.
4. Sebagian muhaqqiqin menetapkan bahwa Hadis Ahad hanya wajib diamalkan dalam urusan amaliyah, ibadah, kaffarat, dan hudud namun tidak digunakan dalam urusan akidah.
5. Imam Syafii berpendapat bahwa Hadist Ahad tidak dapat menghapuskan suatu hukum dari hukum hukum Al Quran. Ahlu Zhahir pengikut Daud Ibnu Ali Al Zhahiri tidak membolehkan mentakhshiskan umum ayat ayat Al Quran dengan Hadist Ahad.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat kami simpulkan bahwa Hadsit Ahad adalah hadist yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah mutawatir tidak memenuhi syarat mutawatir dan tidak pula sampai pada derajat mutawatir. Klasifikasi Hadist Ahad terbagi menjadi Mashur, Aziz, dan Gharib. Hadist Mashur di kalangan ini hadist Mashur di kalangan ulama ahli hadist, Mashur di kalangan ahli ushul fiqh, Mashur di kalangan ahli sufi, Mashur di kalangan ulama ulama Arab, dan Mashur di kalangan masyarakat awam, dan masih banyak lagi hadist yang kemashurannya di kalangan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu dan bidangnya masing masing. Hadist Ghairu mashur terbagi menjadi hadist Aziz dan hadist Gharib dan hadist Gharib terbagi lagi menjadi Gharib muthlaq dan Gharib Nisby.