PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Model pembelajaran yang berfokus pada guru nampaknya sulit mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan representasi siswa. Pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya pembelajaran dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan representasi siswa.
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Aktivitas siswa pada proses pembelajaran eksplanatori berlangsung pada materi kelas VII SMA Setia Budi Abadi Perbaungan. Aktivitas siswa selama proses Discovery Learning dikembangkan pada materi kelompok kelas VII SMA Setia Budi Abadi Perbaungan.
Rumusan Masalah
Keterampilan Representasi Matematis Siswa yang Menerapkan Model Discovery Learning pada Materi Kelompok Kelas VII di SMA Swasta Setia Budi Abadi Perbaungan.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah peningkatan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan lebih besar dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran eksplanatori. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Discovery Modeling lebih besar dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran deskriptif.
Manfaat Penelitian
Keterampilan representasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Discovery Learning.
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN
Tinjauan Pustaka
- Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
- Kemampuan Berpikir Matematis
- Kemampuan Berpikir Kreatif
- Kemampuan Representasi Matematis Siswa
- Aktifitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
- Discovery Learning(Pembelajaran Melalui Penemuan)
- Pembelajaran Ekspositori
- Teori Belajar Pendukung
- Penelitian yang Relevan
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu modal dasar yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi persaingan di era global. Kemampuan berpikir kreatif membentuk siswa yang mampu mengungkapkan dan mengembangkan ide orisinal untuk pemecahan masalah. Keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan dalam pembelajaran meliputi aspek keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinal (asli) dan keterampilan elaborasi, Hawadi (2001) dalam Puspitasari (2012).
Kerangka Berpikir
Hasil dari beberapa penelitian di atas adalah model pembelajaran penemuan akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika, prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas dan kemampuan matematika siswa. Model pembelajaran penemuan merupakan model yang mampu mengkonstruksi pengetahuan siswa, mencari pola-pola pengetahuan baru yang bermakna, dan mengalami sendiri hasil belajarnya, sehingga siswa mampu mengeksplorasi dan memecahkan masalah serta menciptakan, mengintegrasikan, dan menggeneralisasikan pengetahuannya. . Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang memperoleh model pembelajaran Discovery Learning lebih besar dibandingkan pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan lebih besar dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran eksplanatori. Model pembelajaran penemuan mendorong tumbuhnya minat, mendorong penemuan, menumbuhkan apresiasi terhadap matematika sehingga mereka dapat merasakan manfaat matematika dalam kehidupannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan lebih besar dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran eksplanatori.
Dengan menggunakan model pembelajaran penemuan diharapkan dapat melibatkan siswa dalam memahami makna dan bagaimana menggunakannya dalam mengambil keputusan tentang penemuan konsep. Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran penemuan mengharuskan siswa bekerja sama untuk menyelidiki suatu masalah autentik, siswa aktif secara individu maupun kelompok mencari hubungan antara konsep-konsep tersebut sehingga siswa memahami dan dapat memecahkan masalah tersebut.
Hipotesis
Sedangkan hasil perhitungan tes kemandirian dan koefisien kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis kelas eksperimen 2 dan kelas.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Definisi Operasional
Desain Penelitian
Kelas pertama (Eksperimen 1) diberi perlakuan dengan metode pembelajaran Ekspositori dan kelas kedua (Eksperimen 2) diberi perlakuan dengan metode pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif dan representasi antara siswa yang memperoleh metode pembelajaran Ekspositori pada kelas eksperimen 1 dan siswa yang memperoleh metode pembelajaran Discovery Learning pada kelas eksperimen. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis siswa setelah mendapat perlakuan (metode pembelajaran Ekspositori dan metode pembelajaran Discovery Learning).
Kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis siswa diukur melalui tes pada materi. Instrumen jenis tes merupakan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dan presentasi matematis pada materi himpunan. Untuk menjamin validitas isi, dilakukan dengan membangun jaringan soal untuk menguji kemampuan berpikir kreatif siswa dalam representasi matematis, yang dapat diukur berdasarkan soal yang diberikan, meliputi indikator kelancaran, kemampuan beradaptasi, elaborasi dan orisinalitas.
Sebelum instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis digunakan sebagai instrumen pengukuran dalam penelitian, terlebih dahulu diuji menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Dari hasil perhitungan penelitian dengan excel dan SPSS 20 diketahui bahwa soal tes kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis dapat digunakan atau valid.
Teknik Analisis Data
Model regresi kelompok Discovery Learning dan model regresi kelompok Explanatory Learning harus paralel (uji kesejajaran kedua model regresi). Model regresi linier diperlukan karena kita melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Model regresi linier Y pada
Uji kemiripan kedua model regresi dimaksudkan untuk menguji kemiripan model regresi kelompok Discovery Learning dan model regresi kelompok Expository Learning. SSEB s: kesalahan jumlah kuadrat, kelompok pembelajaran penemuan nE: banyak siswa dalam kelompok pembelajaran ekspositori. Uji ini dilakukan apabila dua model regresi di atas H0 ditolak dalam uji kemiripan (model regresi tidak identik).
Tujuan dari uji paralelisme kedua model regresi adalah untuk menguji paralelisme model regresi kelompok Discovery Learning dan model regresi kelompok Expository Learning. Apabila kedua model regresi tersebut tidak sama (tidak berhimpitan) dan sejajar maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis siswa pada kelompok pembelajaran Discovery Learning dan kelompok pembelajaran Ekspositori.
Prosedur Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrument Tes
- Validitas Instrumen Tes
- Reliabilitas Instrumen Tes
Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Berpikir Kreatif
- Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif
- Uji Normalitas Data
- Uji Homogenitas Data
- Model Regresi Linier
- Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Dari hasil perhitungan pre-test pada kelas eksperimen 2 kemampuan berpikir kreatif diperoleh: Lhitung= 0,14195 dan Ltabel. Dari hasil perhitungan post-test kelas eksperimen 2 untuk kemampuan berpikir kreatif diperoleh: Lhitung = 0,1057 dan Ltabel. Artinya terdapat pengaruh positif (signifikansi) hasil tes awal kemampuan berpikir kreatif siswa (X) terhadap hasil tes akhir (Y) uji coba kelas 1.
Dari uji ANOVA atau F, untuk kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen 1 diperoleh F hitung sebesar 12,151 dengan tingkat signifikansi 0,0000. Berdasarkan data hasil tes awal dan tes akhir siswa kelas eksperimen 2 keterampilan berpikir kreatif diperoleh: persamaan regresi YE. Artinya terdapat pengaruh positif (signifikansi) hasil tes awal kemampuan berpikir kreatif siswa (X) terhadap hasil tes akhir siswa (Y) kelas eksperimen 2.
Dari uji ANOVA atau F, untuk kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen 2 diperoleh F hitung sebesar 8,794 dengan tingkat signifikansi 0,006. 4 Model regresi kelompok eksperimen 2 dan model regresi kelompok eksperimen 1 sejajar (tidak berhimpitan) untuk keterampilan berpikir kreatif.
Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Representasi Matematis
- Deskripsi Kemampuan Representasi Matematis
- Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis
Dari hasil perhitungan pre-test kelas eksperimen 2 untuk kemampuan representasi matematis pada kelas eksperimen 2 diperoleh: Lhitung= 0,1574 dan Ltabel. Sedangkan keterampilan representasi matematis yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 adalah: Lhitung = Lhitung = 0,1599 dan Ltabel. Dari hasil perhitungan post test kelas eksperimen 2 untuk kemampuan representasi matematis pada kelas eksperimen 2 diperoleh : Lhitung= 0,1552 dan Ltabel.
Untuk variansi representasi matematis post-test. Untuk post-test kemampuan representasi matematis kelas eksperimen 2 (S2E dan variance pre-test kelas eksperimen 1 (S2K) = 19,3385. Artinya terdapat pengaruh positif (signifikansi) terhadap hasil tes awal siswa. kemampuan representasi matematis siswa (X) terhadap hasil tes tes akhir siswa (Y) kelas eksperimen 1. Artinya terdapat pengaruh positif (signifikansi) hasil tes awal terhadap kemampuan representasi matematis siswa (X) terhadap hasil tes akhir siswa (Y) kelas eksperimen 2.
Dari uji ANOVA atau F, untuk kemampuan representasi matematis kelas eksperimen 2 dan kelas eksperimen 1 diperoleh F hitung sebesar 3,701 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan representasi matematis pada pretest eksperimen kelas 1 adalah 12,56 dan setelah tes adalah 66,19.
Rekapitulasi Data Pengamatan Aktivitas Siswa
Persentase perhatian terhadap penjelasan guru sebesar 9,416 dengan batas toleransi aktivitas yang ditetapkan sebesar 5% ≤ persentase waktu indikator ≤ 15%. Persentase kegiatan mendemonstrasikan hasil/menyampaikan pendapat/gagasan sebesar 9,524 dengan batas toleransi 5% ≤ persentase waktu indikator ≤ 15%. Kegiatan pendataan kasus yang relevan dengan KBM sebanyak 7.516 dengan batas toleransi 0% ≤ persentase waktu indikator ≤ 10%.
Persentase pencatatan hal yang relevan dengan KBM sebesar 8,34 dengan batas toleransi 0% ≤ persentase waktu indikator ≤ 10%. Persentase portofolio (pekerjaan rumah dan pekerjaan yang diselesaikan) sebanyak 10.596 dengan batas toleransi 5% ≤ persentase waktu indikator ≤ 15%. Persentase mengikuti penjelasan guru sebesar 9,59 dengan batas toleransi aktivitas 5% ≤ persentase waktu indikator ≤ 15%.
Persentase kegiatan yang mengembangkan dan menyajikan hasil kerja sebesar 9,93 dengan batas toleransi 5% ≤ persentase waktu indikatif ≤ 15%. Persentase portofolio (tugas yang diselesaikan dan pekerjaan rumah) sebesar 10,33 dengan batas toleransi 5% ≤ persentase waktu indikator ≤ 15%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Model Discovery Learning berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Pada kelas Discovery Learning variasi siswa bervariasi dalam merevisi jawaban yang diperolehnya, sedangkan pada kelas Expository Learning hanya sedikit siswa yang mampu melakukannya. Dari penelitian ini, pada pembelajaran penemuan, 18 siswa dari 32 siswa dapat menjawab dengan lengkap dan benar, sedangkan pada pembelajaran ekspositori terdapat 10 siswa.
Dari penelitian tersebut, pada pembelajaran Discovery terdapat 23 siswa yang mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada pembelajaran ekspositori terdapat 20 siswa. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori. Discovery learning dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif penerapan pembelajaran matematika inovatif khususnya pada materi ajar persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel dan perbandingan.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran penemuan untuk memaksimalkan kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis siswa untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal. Yusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. PERTANYAAN PRETEST INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran explanatory. Rata-rata n-gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Discovery Learning. model pembelajaran sebesar 0,66 (kategori sedang) sedangkan rata-rata n-gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran eksplanatori sebesar 0,56 (kategori sedang).
Saran
Discovery learning yang menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan representasi matematis masih sangat asing di kalangan guru dan siswa, sehingga perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kreativitas dan matematis siswa. kemampuan berpikir. representasi. Discovery learning dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan. Presentasi matematis siswa pada topik persamaan dan pertidaksamaan linier dengan satu variabel dan perbandingan agar dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif pada mata pelajaran matematika lainnya. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui pendekatan konstruktivis di kelas VII Banyuasin III sekolah menengah negeri (SMP).
Berpikir kreatif dalam ilmu pengambilan keputusan dan manajemen (trans. Berpikir kreatif dalam ilmu pengambilan keputusan dan manajemen oleh Bosco Carvallo). Perbedaan pertumbuhan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konversi di SMPN 4 Padangsidempuan. Mengembangkan kemampuan berpikir logis dan komunikasi matematis pada siswa sekolah menengah melalui pendekatan matematika realistik.