• Tidak ada hasil yang ditemukan

keperawatan anak sehat dan sakit akut

N/A
N/A
Mita Purnama

Academic year: 2025

Membagikan "keperawatan anak sehat dan sakit akut"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Masa kanak-kanak merupakan masa kritis yang responsif terhadap kondisi sekitar sehingga memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi, terutama dalam hal gizi yang baik. Tahap balita ditandai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada masa balita sangat penting memerhatikan dan memastikan bahwa anak menerima gizi yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya.

Menurut WHO, diseluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak dibawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Riset Kesehatan Dasar tahun 2023 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai persen 21,6%,pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar anak di Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Thailand.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang pada waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, hal ini menyebabkan berat badan tak sesuai dengan umur seusianya. Stunting ter jadi mulai dari janin masih dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun, kekurangan gizi pada usia dini menigkatkan angka kematian bayi dan anak, yang dimana menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal pada saat dewasa.

Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, yang Dimana menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Stunting dapat di cegah dengan cara:

1. Pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil

2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang jumlahnya cukup dan kualitasnya.

3. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan

4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan

Bukan hanya itu, kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia. Secara global berdasarkan data UNICEF dan WHO angka prevalensi stunting Indonesia menduduki peringkat tertinggi ke-27 dari 154 negara yang memiliki data stunting, hal ini menjadikan Indonesia berada di urutan ke-5 diantara negara-negara di Asia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting, lebih dari sepertiga anak berusia dibawah lima tahun di Indonesia tingginya berada dibawah rata-rata.

Dari hasil studi didapatkan bahwa stunting memiliki korelasi terhadap prestasi belajar atau kemampuan akademik anak. Anak dengan status gizi buruk atau yang bisa kita sebut sebagai status gizi pendek (stunting) cenederung memiliki pencapaian akademik yang rendah dibandingkan dengan anak yang tidak menderita stunting.

Seperti yang dijelaskan pada pembahasan diatas, Perawat mempunyai peranan penting dalam upaya pencegahan kasus gizi buruk melalui upaya promotif meliputi penyuluhan kepada ibu dari balita dan penyuluhan kepada kader-kader posyandu. Upaya preventif meliputi penimbangan berat badan, pengukuran lingkar lengan dan tinggi badan yang dilakukan sebulan sekali di posyandu, pemberian paket obat dan makanan untuk pemulihan gizi (Dwijayanti dan Setiadi, 2020).

Perawat mempunyai peranan sebagai pendidik dalam mengatasi masalah gizi balita. Aspek yang paling penting dari perawan perawat adalah menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan populasi balita dengan gizi kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka peran perawat dalam praktik keperawatan anak sangat penting dan harus lebih ditingkatkan terutama di daerah terisolasi di

(2)

Indonesia, khususnya dalam mengatasi masalah gizi pada balita dan mempunyai kewajiban mulai dengan memberikan ASI, imunisasi, memberikan makanan yang mencakupi kebutuhan nutrisi dan menerima pelayanan kesehatan, serta melakukan pola hidup sehat.

Faktor gizi menjadi unsur kunci utama dalam pemahaman stunting. Kekurangan nutrisi, terutama pada aspek protein, vitamin, dan mineral isensial, dapat menghambat proses pertumbuhan anak secara menyeluruh. Khususnya status gizi selama kehamilan, menjadi faktor kunci yang memengaruhi kondisi pertumbuhan anak. Ibu yang mengalami kekurangan gizi selama kehamilan dapatt mengakibatkan bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan rentan terhadap stunting.

Peran perawat dalam mengatasi masalah gizi meliputi Pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak balita dan pemberian informasi pada orang tua tentang tanggung-jawab dalam memelihara dan menjaga kesehatan anak (Kusmawardani et. al 2020).

Intervensi keperawatan anak dalam mencegah stunting dapat diupayakan dengan memberikan intervensi edukasi, pelayanan kesehatan dengan meningkatkan gizi, terapi kesehatan bayi, dan penerapan teknologi sebagai upaya pencegahan stunting dan keterkaitannya dengan peran perawat.

Edukasi yang suportif memiliki pengaruh yang signifikan dalam peningkatan pengetahuan serta sikap pada ibu dalam memberikan nutrisi pada anak. Edukasi yang diberikan perawat bukan hanya sebagai pemberi informasi saja tetapi juga mendukung penambahan pengetahuan. Proses edukasi ini mesti dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang spesifik dan maksimal.

Keterkaitan edukasi nutrisi diberikan pada ibu sebagai upaya pencegehan stunting pada anak khususunya pencegahan diberikan pada masa kehamilan maupun postpartum. Pengetahuan ibu yang baik merupakan bentuk yang dapat meningkatkan perilaku pencegahan stunting dengan dukungan dari tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan promotive.

Selain itu, Pemberian dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting sebagai upaya pemenuhan nutrisi untuk mencegah stunting. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan Pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan mengenalkan motivasi keluarga dengan mengenalkan motivasi keluarga dalam memberikan pemenuhan gizi sehingga dapat menurunkan tingkat stunting.

Pemberdayaan keluarga akan mempengaruhi tindakan pencegahan stunting keluarga yang dapat dibentuk dari keluarga mandiri. Hasil studi ini menunjukkan pencegahan stunting. Pengaruh tidak langsung terkuat kedua dalam hal pencegahan stunting adalah faktor internal.

Selain itu, pengenalan teknologi juga penting. Pengenalan teknologi merupakan salah satu upaya dalam mengenalkan Masyarakat terhadap pencegahan stunting, pengenalan teknologi di daerah terisolasi di Indonesia dapat dilakukan dengan bentuk penyuluhan program pelatihan workshop tentang penggunaan teknologi sederhana yang relevan dengan pencegahan stunting, seperti pengenalan aplikasi pangan sehat atau monitoring pertumbuhan anak melalui aplikasi mobile.

Namun, hal ini tidak cukup relevan mengenal daerah terisolasi di Indonesia cukup sulit. Maka dari itu Kemitraan dengan organisasi lokal juga di perlukan, berkolaborasi dengan organisasi lokal dapat menyediakan akses dan pelatihan tentang penggunaan teknologi. Organisasi lokal dapat membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan terhadap stunting oleh masyarakat setempat.

Peran perawat dengan memberikan intervensi pelayanan kesehatan sangat penting, mengingat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan sebagai pendidik diperlukan perhatian yang besar terhadap nutrisi pada anak dengan kebutuhan kalori yang tidak tercukupi serta dukungan dari peran orang tua dalam memberikan nutrisi pada anak.

Pemberian dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting sebagai upaya pemenuhan nutrisi untuk mencegah stunting. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan Pendidikan kesehatan

(3)

kepada keluarga dengan mengenalkan motivasi keluarga dengan mengenalkan motivasi keluarga dalam memberikan pemenuhan gizi sehingga dapat menurunkan tingkat stunting.

Pemberdayaan keluarga akan mempengaruhi tindakan pencegahan stunting keluarga yang dapat dibentuk dari keluarga mandiri. Hasil studi ini menunjukkan pencegahan stunting. Pengaruh tidak langsung terkuat kedua dalam hal pencegahan stunting adalah faktor internal

(4)

Dalam praktik keperawatan anak di daerah terisolasi, perawat memiliki peran yang sangat penting dalam mendeteksi, mencegah, dan mengelola stunting. Namun, tantangan besar dihadapi oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan optimal kepada anak-anak di daerah ini menjadi keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud merupakan keterbatasan infrastruktur, minimnya sumber daya kesehatan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik menjadi hambatan yang perlu diatasi.

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk megembangkan keilmuannya sebagai wujud dari kepedulian dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Keperawatan anak sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat Kesehatan, variasi jenis penyakit, dan Teknik intervensi keperawatan.

Berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan

.

Ada tiga alasan mengapa pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia menjadi persoalan serius yang harus segera diselesaikan. Pertama, dari aspek kebijakan, angka stunting yang masih melebihi ambang batas (>20%) menunjukan bahwa kebijakan pencegahan dan penanggulangan stunting belum berjalan sebagai mana mestinya.

Permasalahan bisa terjadi pada proses perumusan kebijakan, dimana kebijakan yang diambil

tidak atau kurang menyentuh permasalahan yang sebenarnya, atau bisa juga permasalahan

terjadi pada saat kebijakan diimplementasikan

Referensi

Dokumen terkait

Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dalam konteks nonfarmakologis yang merupakan intervensi wajib yang

1) Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Care giver (pemberi asuhan keperawatan) Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada

Peran perawat kesehatan jiwa di masyarakat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung dimana seorang perawat harus memberikan asuhan keperawatan bagi

Bedasarkan dari uraian diatas maka perawat sebagai peran pemberian asuhan keperawatan memiliki peran yang sangat penting dengan pemberian intervensi berupa tehnik non farmakologis

Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989: 1 Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian