• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN GEOGRAFIS DAN EKONOMI

N/A
N/A
sultan sahrir

Academic year: 2023

Membagikan "KETERKAITAN GEOGRAFIS DAN EKONOMI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI INDUSTRI

“KETERKAITAN GEOGRAFIS DAN EKONOMI”

Dosen Pengampu: Dr. Citra Ayni Kamaruddin, SP.,M.Si

KELOMPOK 6

ANGREINI 210906501003

ELFA 210906502062

NUR ANNISA ARIYANTO 210906502043 PUTRI AZIZIAH 210906502042

KELAS A

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan sebesar-besarnya kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Keterkaitan Geografis dan Ekonomi” pada mata kuliah Ekonmi Industri. Tak lupa pula kami panjatkan shalawat dan salam bagi junjungan dan teladan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beliau yang senantiasa menjadi penerang bagi kehidupan umat muslim diseluruh dunia.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak yang senantiasa membantu dan membimbing kami dalam suka dan duka. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati kami sampaikan hasil makalah yang telah dikerjakan secara maksimal dengan segenap keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki sebagai manusia biasa namun berbekal pengetahuan yang ada serta arahan dan bimbingan dari Dr. Citra Ayni Kamaruddin, SP.,M.Si sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makassar, 13 September 2023

Kelompok 6

(3)

DAFTAR IS

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...ii

A. LATAR BELAKANG...ii

B. RUMUSAN MASALAH...ii

C. MANFAAT...ii

BAB II PEMBAHASAN...ii

A. PERGESERAN GEOGRAFIS PRODUKSI INDUSTRI...ii

B. KONSENTRASI INDUSTRI SECARA GEOGRAFIS...ii

C. PERUBAHAN TEKNOLOGI DAN PROSES KERJA...ii

D. TEORI YANG MENDASARI PENDEKATAN KONSENTRASI SPASIAL...ii

E. SUBTITUSI IMPOR KE SUBTITUSI EKSPOR...ii

F. PARADIGMA PERKEMBANGAN EKONOMI...ii

BAB III KESIMPULAN...ii

KESIMPULAN...ii

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kondisi geografi merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia, diantaranya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Perbedaan kondisi sosial ekonomi masyarakat ini memberikan corak kehidupan yang berbeda pula. Masalah sosial ekonomi merupakan masalah yang sering sekali dijumpai dalam kalangan masyarakat karena manusia adalah makhluk sosial dimana manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, karena manusia melangsungkan hidupnya dengan cara berinteraksi di lingkungan sekitarnya. Kondisi sosial ekonomi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan ini dapat dilihat melalui berbagai aspek, kondisi sosial ekonomi masyarakat merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Indonesia. Istilah kesejahteraan yang tercantum dalam dokumen resmi negara seperti UUD 1945, sebenarnya mempunyai makna dan pengertian yang sangat luas. Komponen-komponen kesejahteraan keluarga antara lain seperti, pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan transportasi, tabungan, serta informasi dan peranan dalam masyarakat.

Geografi merupakan ilmu yang lebih terfokus pada interaksi antara manusia dan lingkungan di mana ia hidup (Hobbs, 2009). Dari definisi yang telah dikemukakan, maka dapat kita ketahui bahwa geografi lebih menekankan pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. Manusia hidup di permukaan bumi di mana tiap area atau wilayah yang ada di permukaan bumi ini tentu memiliki karakteristik yang membedakan antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Interaksi manusia dengan alam sebagaimana diketahui, manusia memanfaatkan kondisi alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hasil alam yang diperoleh ada yang dapat dimanfaatkan secara langsung, ada pula yang perlu pemrosesan terlebih dahulu untuk dapat dimanfaatkan. Aktivitas manusia dalam mengolah sumber daya alam ini biasa dikenal dengan istilah industri, di mana industri adalah suatu kegiatan manusia mengolah bahan mentah dari alam (bahan baku) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Witherick, 2001). Pengolahan sumber

(5)

daya alam ini dilakukan dengan maksud mendapatkan keuntungan lebih dari sumber daya alam yang didapat dari alam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pergeseran geografis produksi industri?

2. Bagaimana konsentrasi industri secara geografis?

3. Bagaimana perubahan teknologi dan proses kerja?

4. Bagaimana teori yang mendasari pendekatan konsentrasi spasial?

5. Bagaimana subtitusi impor ke subtitusi ekspor?

6. Bagaimana paradigma perkembangan ekonomi?

7. Bagaimana prospek industrialisasi?

C. MANFAAT

1. Untuk mengetahui bagaimana pergeseran geografis produksi industry!

2. Untuk mengetahui bagaimana konsentrasi industri secara geografis!

3. Untuk mengetahui bagaimana perubahan teknologi dan proses kerja!

4. Untuk mengetahui bagaimana teori yang mendasari pendekatan konsentrasi spasial!

5. Untuk mengetahui bagaimana subtitusi impor ke subtitusi ekspor!

6. Untuk mengetahui bagaimana paradigma perkembangan ekonomi!

7. Untuk mengetahui bagaimana prospek industrialisasi!

8.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. PERGESERAN GEOGRAFIS PRODUKSI INDUSTRI

Geografis industri merupakan penggabungan dua hal berbeda namun memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Dari segi pengertian Geografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari segala fenomena yang ada di permukaan bumi serta perbedaan dan persamaan gejala permukaan bumi melalui pendekatan kelingkungan, pendekatan kewilayahan dan keruangan. Sedangkan industri itu sendiri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan - bahan baku menjadi barang yang memiliki manfaat serta nilai ekonomis.

Berbicara mengenai lokasi perusahaan, ada perbedaan antara lokasi industri dan kedu-dukan perusahaan. Apabila industri dimaknai sebagai perusahaan yang memproduksi barang/ jasa, maka aktivitasnya adalah memproduksi dan menjual barang/jasa tersebut ke konsumen, baik melalui distributor ataupun penjualan langsung.

Lokasi atau tempat untuk mempro duksi dan mendistribusikan barang/jasa tersebut disebut sebagai lokasi industri. Adapun istilah kedudukan perusahaan lebih mencerminkan tempat atau lokasi kantor pusat. Lokasi industri dan kantor pusat sebagai tempat untuk memproduksi/menyalurkan barang/jasa dan sebagai tempat kedudukan kantor pusat perlu diperhatikan oleh pemilik perusahaan, sebab apabila salah memilih atau pun salah dalam menentukan lokasi pabrik atau tempat kedudukan perusahaan, maka akan merugikan perusahaan di masa depan.

Pertimbangan memilih lokasi industri bukan saja untuk pabrik baru, namun juga untuk kepentingan ekspansi/perluasan/cabang dari pabrik yang sudah ada atau pun untuk kepentingan relokasi atau lokasi baru dari pabrik yang lama. Guna memudahkan pembahasan, selanjutnya pemaknaan lokasi industri yang dimaksud di sini adalah lokasi pabrik.

Pentingnya lokasi bagi perusahaan adalah berkaitan dengan tujuan perusahaan di masa depan. Penentuan lokasi suatu pabrik/ perusahaan dengan tepat adalah untuk dapat

(7)

membantu perusahaan/ pabrik beroperasi atau berproduksi dengan lancar, efektif dan efisien, juga akan menentukan:

1. Kemampuan melayani konsumen dengan memuaskan.

2. Mendapatkan bahan-bahan mentah yang cukup dan berkesinambungan dengan harga yang layak/memuaskan.

3. Mendapatkan tenaga kerja yang cukup.

4. Memungkinkan diadakannya perluasan pabrik di kemudian hari.

Secara rinci faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam merencanakan lokasi industri adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor primer antara lain meliputi:

a. Kedekatan dengan pasar

b. Kedekatan dengan sumber-sumber bahan mentah c. Terdapatnya fasilitas pengangkutan

d. Supply buruh atau tenaga kerja yang tersedia

e. Terdapatnya pembangkit tenaga listrik (power station) 2. Faktor-faktor sekunder antara lain meliputi:

a. Perencanaan masa depan b. Biaya dari tanah dan Gedung

c. Masyarakat di daerah yang bersang-kutan (sikap dan keamanan) d. Iklim

e. Keadaan tanah

f. Perumahan yang ada dan fasilitas-fasilitas lainnya (community fasilities)

Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Lokasi

(8)

B. KONSENTRASI INDUSTRI SECARA GEOGRAFIS

Penempatan lokasi pabrik juga perlu mempertimbangkan apakah akan berlokasi di wilayah kota, sub urban atau wilayah padesaan sebagai lokasi yang dipilih. Masing- masing lokasi ini mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dilihat dari kepentingan industri sebagai berikut:

1. Lokasi kota:

Pertimbangan memilih wilayah kota sebagai lokasi industri, karena kota merupakan tempat konsentrasi berbagai kegiatan seperti ekonomi, politik, sosial, hukum, budaya, dll, dalam suatu ruang tertentu. Selain itu beberapa pertimbangan lain memilih wilayah kota sebagai lokasi industri antara lain:

a. Industri memerlukan tenaga kerja terampil dalam jumlah besar, dan biasanya tersedia di kota.

b. Proses produksi sangat tergantung pada fasilitas-fasilitas yang umumnya tersedia di wilayah kota seperti listrik, gas, dll.

c. Tersedianya sarana dan komunikasi di wilayah kota.

d. Banyak persoalan TK

e. Untuk relokasi/ekspansi pabrik di tempat lain sulit, karena harga tanah mahal.

2. Lokasi sub urban:

Lokasi sub-urban adalah daerah pinggiran kota besar atau kotakota yang berada dekat kota besar. Ada banyak alasan perusahaan menempatkan lokasi industri atau perusahaan di daerah sub-urban. Beberapa alasan perusahaan memilih daerah sub- urban ini sebagai daerah lokasi pabriknya adalah karena keuntungan yang didapat di daerah ini, antara lain:

a. Upah buruh relatif murah

b. Tidak perlu membangun pembangkit listrik sendiri c. Letaknya relatif dekat pasar/kota

d. Pajak relatif rendah dibanding kota besar e. Harga tanah relatif murah

f. Biaya gedung/bangunan relatif murah

(9)

g. Ada transportasi ke kota

h. Dekat dengan servis industri di kota besar

3. Lokasi pedesaan:

Lokasi padesaaan mempunyai kelemahan, yaitu jauh dari kota atau sub urban, dan juga sulitnya transportasi serta susahnya mendapatkan barang-barang yang biasa dijual di daerah kota/suburban. Lokasi ini dipilih investor biasanya dengan alasan:

a. Lahan yang masih sangat luas.

b. Tenaga kerja kurang terampil dalam jumlah yang besar sangat dikehendaki.

c. Produk yang dihasilkan sangat berbahaya dan berisiko tinggi.

d. Standar UMR relatif lebih kecil.

e. Tenaga kerja mudah didapat.

f. Lebih dekat dengan bahan baku hasil sektor pertanian, misalnya pabrik teh dan pabrik gula yang dekat dengan lokasi perkebunan teh dan perkebunan tebu.

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumbersumber yang langka serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam kegiatan lainnya. Lokasi berkaitan dengan ruang, yaitu permukaan bumi, baik yang ada diatasnya maupun yang ada di bawahnya sepanjang manusia bisa menjangkaunya. Sehingga teori lokasi berkaitan dengan lokasi geografi dari aktivitas perekonomian. Eiselt (Eiselt and Marianov 2011) dalam bukunya Foundations of Location Analysis, membahas tempat-tempat sentral melalui teorinya von Thunen, Christaller dan Losch.

1. Teori Locational Rent dan Pemanfaatan Tanah

Von Thunen di tahun 1783-1850 telah mengembangkan model analisis yang mengacu pada pasar, produksi dan jarak. Teorinya ini ditulis sebelum era industrialisasi, jadi latar belakang teorinya berkaitan dengan pertanian. Dalam pendekatan teorinya, Thunen menganggap bahwa suatu ruang yang membentuk kota terletak di lokasi tertentu dimana di sekelilingnya dapat ditemukan berbagai tanaman pertanian/hutan/peternakan dan hasil-hasilnya. Kota ini dikenal sebagai pusat tunggal dan dilengkapi dengan tanaman pertanian yang akan memasok kebutuhan kota.

(10)

Menurut Von Thunen, budidaya tanaman hanya berharga dalam jarak tertentu dari kota, sehingga biaya tanah yang mendekati kota menjadi terlalu tinggi, demikian pula semakin jauh jarak dari kota maka biaya transport juga semakin tinggi. Di luar jarak tertentu tersebut, atau setelah jarak tertentu dari pasar (kota), produksi tanaman menjadi tidak menguntungkan, baik karena penurunan keuntungannya menjadi nol atau karena keuntungan yang diperoleh tanaman lain dengan harga yang lebih tinggi, untuk produk yang memiliki intensitas yang berbeda (sapi, kayu, biji-bijian, telur, susu, dll). Dengan kata lain, untuk setiap produk ada jarak tertentu dari kota di mana produksinya akan bermanfaat. Konfigurasi lokasi tersebut dilukiskan dengan gambar berikut:

Gambar 2.2. Pemanfaatan Lokasi

Menurut Von Thunen, budidaya tanaman hanya berharga dalam jarak tertentu dari kota, sehingga biaya tanah yang mendekati kota menjadi terlalu tinggi, demikian pula semakin jauh jarak dari kota maka biaya transport juga semakin tinggi. Di luar jarak tertentu tersebut, atau setelah jarak tertentu dari pasar (kota), produksi tanaman menjadi tidak menguntungkan, baik karena penurunan keuntungannya menjadi nol atau karena keuntungan yang diperoleh tanaman lain dengan harga yang lebih tinggi, untuk produk yang memiliki intensitas yang berbeda (sapi, kayu, biji-bijian, telur, susu, dll). Dengan kata lain, untuk setiap produk ada jarak tertentu dari kota di mana produksinya akan bermanfaat.

Pemikiran von Thunen menggambarkan langkah teoritis dalam mempelajari aspek tata ruang dari suatu perekonomian, yang sekarang disebut sebagai teori ekonomi spasial. Von Thunen mengembangkan model analisis yang mengacu pada pasar, produksi dan jarak. Dalam pendekatan pemikirannya, ia menganggap ruang

(11)

yang membentuk kota adalah suatu tempat di mana dapat ditemukan berbagai tanaman pertanian dan yang memproduksi semua barang-barang industri. Kota ini dilengkapi dengan tanaman pertanian dengan bidang sekitarnya, dan juga dikenal sebagai pusat tunggal. Menurut konfigurasi ini, seluruh kota merupakan zona pusat dari berbagai tanaman pertanian di sekitarnya yang skor anuitasnya berbeda.

Berdasarkan lokasi seperti ini dan biaya transportasi, maka harga produk pertanian berbeda sampai di kota, karena ada perbedaan jarak ke kota.

Von Thunen juga mengatakan bahwa lokasi tempat sentral menyebabkan biaya sewa tanah yang dekat dengan kota menjadi lebih tinggi. Asumsi yang digunakan:

a. wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota lain.

b. tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah.

c. seluruh wilayah dalam model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.

d. fasilitas pengangkutan adalah primitif dan relatif seragam, ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa.

e. kecuali perbedaan berat jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.

Analisisnya ditunjukkan dalam dambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Sewa Lokasi 2. Teori Tempat Sentral

Walter Christaller di tahun 1933 mengemukakan apa yang sekarang dikenal dengan teori tempat sentral (Theory of Central Place). Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak

(12)

tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Tempat sentral secara hierarki dibedakan dalam 3 jenis, yakni Market Optimising, Transport optimising dan Administration Optimising:

a. Market Optimizing. Para pembeli di pemukiman yang lebih kecil terbagi bagi ke dalam tiga kelompok yang sama saat berbelanja di tiga pemukiman besar terdekat.

b. Transport Optimizing. Pembeli di pemukiman yang lebih kecil dibagi menjadi dua kelompok yang sama saat berbelanja di dua pemukiman besar terdekat.

c. Administration Optimizing. Semua warga pemukiman kecil berbelanja di pemukiman besar terdekat.

Christaller membuat beberapa asumsi untuk membuat teorinya mudah dipahami dan membentuk dasar untuk teori lain. Asumsiasumsi ini diperlukan untuk menjelaskan struktur permukiman. Asumsi ini juga memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan kota, perilaku manusia dan dasar-dasar ekonomi. Teori tempat pusat didasarkan pada asumsi berikut:

a. Medan datar (datar) - Medan yang berbukit dan tidak rata menimbulkan kesulitan dalam pembangunan sehingga area datar yang mendorong pertumbuhan kota.

b. Populasi merata - penduduk tidak terkonsentrasi di satu tempat tertentu dan tidak ada preferensi untuk kota tertentu.

c. Sumber daya yang didistribusikan secara merata - tidak ada tempat yang memiliki kelebihan sumber daya, semua yang ditempatkan akan bersaing dalam kondisi pasar yang sempurna.

d. Daya beli serupa - bersama dengan populasi dan sumber daya, kekayaan juga terdistribusi secara merata. Karena orangorang ini memiliki daya beli yang sama.

e. Preferensi untuk pasar terdekat - orang akan membeli produk dari pasar terdekat dan menghindari perjalanan panjang. Ini membuat harga konstan seperti asumsi lainnya.

(13)

f. Biaya transportasi yang setara (sebanding dengan jarak) - biaya yang dikeluarkan dalam pengangkutan barang adalah sama untuk semua dan sebanding dengan jarak.

g. Persaingan sempurna - harga ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran.

Orang akan membeli dengan harga terendah yang ditawarkan pasar, tidak ada penjual yang memiliki kelebihan dibandingkan penjual lain.

Menurut Christaller, tanah yang produktif akan mendukung pusat kota. Beberapa anggapan yang dikemukakan adalah:

a. Hanya ada 2 kegiatan, yaitu kegiatan kota dan desa.

b. Kegiatan desa yaitu memanfaatan ekstensif tanah untuk pertanian, tidak ada ekonomi aglomerasi.

c. Kegiatan kota adalah pemakaian intensif tanah, sifatnya ekonomi aglomerasi.

d. Mereka saling membutuhkan hasil kegiatan masing-masing.

e. Kualitas tanah sama, ongkos transfer proporsional dengan jarak.

f. Kegiatan desa dan permintaan terhadap hasil kota berdistrbusi sama.

Losch tahun 1954 mengembangkan teori Christaller dengan teori Lokasi Industri Optimal (Theory of Optimal Industrial Location). Teori ini merupakan modifikasi dari teori Christaller untuk membuatnya lebih realistis. Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri adalah apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang besar

Gambar 2.4 Pengaturan Lokasi Losch

Losch mengatur daerah-daerah seperti gambar di atas, di mana jumlah terbesar urutan terendah pemukiman minimum ada di 6 ruang di sekitar pusat kota. Dari pola ini muncul 6 sektor pemukiman kaya di sekitar tempat yang sentral utama dan 6

(14)

sektor pemukiman miskin di antara mereka. Pengaturan seperti ini disebut The Loschian Economic Landscape.

3. Teori Weber

Alfred Weber dengan bukunya Uber den Standort der Industrien (1909) adalah salah satu tokoh klasik yang membahas teori lokasi secara deduktif dan normantif.

Pendekatan normantif menjelaskan mengenai di mana seharusnya lokasi aktivitas industri. Menurut Weber, lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya, di mana setiap lokasi industri tergantung pada biaya total transportasi dan tenaga kerja dengan penjumlahan yang minimum, dengan asumsi:

a. Wilayah analisis terisolasi dan mempunyai permukaan isotropic, iklim homogen, konsumen terkonsentrasi dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna, di mana setiap produsen menawarkan produk dengan jumlah tak terbatas tanpa kemungkinan monopoli.

b. Ada keuntungan sebagai implikasi pemilihan lokasi.

c. Sumber daya tersedia dimana-mana (ubiquitous) dalam jumlah memadai, material lainnya (bahan bakar, tambang) tersedia secara sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.

d. Tenaga kerja, bahan baku, dan pasar tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tapi berkelompok pada beberapa lokasi dengan mobilitas terbatas (ada lokasi yang tetap).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri adalah:

a. Biaya Transportasi. Biaya transportasi ditentukan oleh jarak dan berat lokasional.

b. Upah Tenaga Kerja. Lokasi industri ditentukan oleh penghematan biaya tenaga kerja per unit produksi yang lebih besar dari pada tambahan biaya transportasi per unit produksi, karena berpindahnya lokasi industri ke dekat sumber tenaga kerja.

c. Aglomerasi. Aglomerasi adalah tempat yang mempunyai kecenderungan berkumpulnya beberapa pelaku ekonmi pada suatu lokasi karena ada upaya saling memanfaatkan dari fasilitas yang tersedia. Lokasi Industri: Tambahan

(15)

biaya transportasi akan diimbangi oleh penghematan diluar biaya transoprtasi (non transportasi: misalnya fasilitas pendukung).

C. PERUBAHAN TEKNOLOGI DAN PROSES KERJA

Dunia saat ini sedang menyaksikan perubahan besar dalam produksi dan distribusi barang serta jasa yang semakin cepat dengan inovasi teknologi. Inovasi ini membentuk masa depan industri dan ketenagakerjaan. Sifat teknologi yang terus berubah selalu mendatangkan dampak signifikan terhadap kehidupan manusia maupun perilaku konsumsi, kesejahteraan dan produksi barang dan jasa. Kemajuan pertama dalam proses produksi dimulai sekitar paruh kedua dari abad ke-18 dan berlanjut hingga paruh pertama abad ke-19 di Inggris. Periode ini, yang kemudian dikenal sebagai revolusi industri pertama, ditandai dengan penemuan-penemuan dan mesin-mesin yang menggantikan tenaga kerja manual dengan mesin.Penggunaan mesin memungkinkan produksi secara massal dan memunculkan pabrik.Mesin uap, pemintal kapas dan pembuat mesin merupakan beberapa perubahan teknologi yang memungkinkan produksi dalam jumlah besar untuk konsumsi. Kemajuan teknologi telah berkontribusi pada kesejahteraan manusia di antaranya dalam hal pekerjaan baru, barang, layanan kesehatan, perjalanan dan komunikasi.Pada saat yang bersamaan, teknologi juga memiliki kekuatan yang menggangu.Teknologi dapat memengaruhi bagaimana tenaga kerja dipekerjakan dan perusahaan beroperasi. Perubahan teknologi dalam revolusi industri keempat ini mungkin tidak akan sedrastis yang terjadi di masa lalu, namun percepatan perbaikan dan adopsi teknologi terjadi lebih cepat lagi. Revolusi industri sebelumnya membutuhkan waktu beberapa dasawarsa untuk benar-benar mengalami perubahan sehingga waktu penyesuaian pun lebih panjang, terutama pada pasar kerja.

Secara luas, peningkatan teknologi memiliki dampak negatif dan positif terhadap pekerjaan. Ketika teknologi mengambil alih, ada beberapa pekerjaan yang hilang dan pekerja harus meningkatkan atau mempelajari keterampilan baru agar tetap berada di pasar kerja. Di beberapa kasus, teknologi secara langsung menggantikan pekerja, sementara pada kasus lain teknologi justru memperkuat sumber daya manusia. Pada sisi hasil, teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan permintaan konsumen akan produk, jasa dan industri yang baru. Pada akhirnya, ekspansi ini dapat menciptakan peluang kerja yang baru. maraknya wacana pengembangan Industri 4.0

(16)

yang mengarah pada digitalisasi, muncul kekhawatiran bahwa teknologi, termasuk robot- robot, akan merebut pekerjaan manusia. Kasus ini ternyata menjadi perhatian tidak hanya Indonesia namun juga negara-negara berkembang.

Dalam laporan World Development Report (WDR) 2019 yang dikeluarkan Bank Dunia bulan Oktober disebutkan bahwa orang-orang yang hidup di negara-negara maju cemas akan dampak teknologi terhadap lapangan kerja. Mereka khawatir meningkatnya kesenjangan yang diperparah dengan “gig economy” akan membuat kelompok tertentu berada dalam kondisi pekerjaan terbawah.Gig economy terjadi ketika beberapa perusahaan mengontrak pekerja independen untuk jangka waktu tertentu. Benar bahwa di beberapa negara maju dan negara dengan pendapatan menengah pekerjaan manufaktur hilang karena otomatisasi.Para pekerja yang melakukan pekerjaan rutin yang terkodifikasi adalah yang paling rentan digantikan,” tulis laporan tersebut, Namun, tambahnya, tetap saja teknologi menyediakan kesempatan penciptaan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas, dan menghasilkan layanan publik yang efektif.”Melalui inovasi, teknologi menghasilkan sektor baru dan pekerjaan-pekerjaan baru,” menurut World Development Report 2019.dari organisasi yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), itu menggarisbawahi empat hal terkait peran teknologi dalam penciptaan lapangan kerja dan perkembangan ekonomi suatu negara.

Pertama, perusahaan-perusahaan dapat tumbuh dengan cepat akibat transformasi digital yang mengaburkan batas-batas dan menantang pola-pola produksi tradisional.

Dengan menggunakan teknologi digital, para wirausahawan menciptakan bisnis yang berbasis global dalam sebuah jaringan yang dapat langsung menghubungkan konsumen, produsen, dan pihak penyedia. Kedua, meningkatnya perusahaan berbasis platform digital berarti dampak teknologi akan dapat menjangkau lebih banyak orang dibandingkan sebelumnya. Ketiga, teknologi mengubah kemampuan atau skills yang diperlukan perusahaan. Permintaan akan pekerja dengan skills rendah yang dapat digantikan oleh teknologi akan semakin berkurang. Namun, permintaan untuk pekerja yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, mampu memecahkan masalah, dan piawai bekerja dalam tim akan semakin meningkat. Keempat, teknologi mengubah bagaimana orang-orang bekerja.

Beberapa negara, seperti Vietnam dan Laos, yang telah meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka karena desakan teknologi, telah mampu membawa pakerja-pekerja

(17)

usia muda dengan kemampuan yang tinggi ke dalam pasar tenaga kerja. Hasilnya, para pekerja tersebut bersama dengan teknologi baru justru mampu meningkatkan produksi manufaktur negaranya, tulis laporan tersebut. Kombinasi tersebut menyebabkan tingginya permintaan produk-produk manufaktur yang berarti kenaikan permintaan tenaga kerja di sektor industri.

D. TEORI YANG MENDASARI PENDEKATAN KONSENTRASI SPASIAL

Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas ekonomi secara spasial, dimana industri tersebut berlokasi pada suatu wilayah tertentu (Fujita et, al 1999). Krugman menyatakan bahwa dalam konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial, ada 3 hal yang saling terkait yaitu interaksi antara skala ekonomi, biaya transportasi dan permintaan. Untuk mendapatkan dan meningkatkan kekuatan skala ekonomis, perusahaan-perusahaan cenderung berkonsentrasi secara spasial dan melayani seluruh pasar dari suatu lokasi. Sedangkan untuk meminimalisasi biaya transportasi, perusahaan perusahaan cenderung berlokasi pada wilayah yang memiliki permintaan lokal yang besar, akan tetapi permintaan lokal yang besar cenderung berlokasi di sekitar terkonsentrasinya aktivitas ekonomi, seperti kawasan industri maupun perkotaan (Fujita et, al 1999). Konsentrasi spasial adalah aktivitas ekonomi secara spasial menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses yang selektif dan hanya terjadi pada kasus tertentu bila dipandang dari segi geografis.

Klaster (Cluster)

Marshal (Kacung Marijan, 2005) mengemukakan klaster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktifitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan kebanyakan terspesialisasi pada satu atau dua industri utama saja. Marshall juga menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang memunculkan sentra industri: konsentrasi pekerja terampil, berdekatannya para pemasok spesialis, dan tersedianya fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan. Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah yang besar memudahkan terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja.

Lokasi para pemasok yang berdekatan menghasilkan penghematan akibat spesialisasi, yang muncul dan terjadinya pembagian kerja yang meluas antar perusahaan dalam aktifitas dan proses yang saling melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi

(18)

melalui produksi bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan organisasi secara umum.

Secara singkat, klaster adalah firm-firm yang terkonsentrasi secara parsial dan saling terkait dalam industri (Porter, 1998). Klaster sebagai konsentrasi geografis yang terbentuk dari keterkaitan kebelakang, keterkaitan kedepan, keterkaitan vertikal dan keterkaitan tenaga kerja (Nadvi dan Schmitz, 1999).

Ada tiga bentuk klaster berdasarkan perbedaan tipe dari eksternalitas dan perbedaan tipe dari orientasi dan intervensi kebijakan (Kolehmainen, 2002), yaitu : 1. The Industrial Districts Cluster

Industrial district cluster atau yang biasa disebut dengan Marshalian Industrial.

District adalah kumpulan dari perusahaan pada industri yang terspesialisasi dan terkonsentrasi secara spasial dalam suatu wilayah (Marshal,1920). Pandangan Marshal mengenai industrial district masih relevan sampai saat ini dan secara empiris masih dapat dijumpai.

2. The industrial complex cluster.

Industrial complex cluster berbasis pada hubungan antar perusahaan yang teridentifikasi dan bersifat stabil yang terwujud dalam perilaku spasial dalam suatu wilayah. Hubungan antar perusahaan sengaja dimunculkan untuk membentuk jaringan perdagangan dalam klaster.

3. The Social Network cluster.Social Network cluster menekankan pada aktifitas sosial, ekonomi, norma–norma institusi dan jaringan. Model ini berdasarkan pada kepercayaan dan bahkan hubungan informal antar personal. hubungan interpersonal dapat menggantikan hubungan kontrak pasar atau hubungan hirarki organisasi pada proses internal dalam klaster.

Spesialis

Menurut OECD (2000), spesialisasi industri menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi pada suatu wilayah dikuasai oleh beberapa industri tertentu. Suatu wilayah dapat diartikan sebagai wilayah yang terspesialisasi apabila dalam sebagian kecil industri pada wilayah tersebut memiliki pangsa yang besar terhadap keseluruhan industri. Struktur industri yang

(19)

terspesialisasi pada industri tertentu menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki keunggulan berupa daya saing pada industri tersebut.

Aglomerasi

Aglomerasi mengandung dua pengertian. Pengertian pertama adalah proses yang dilakukan secara bersama-sama dalam melakukan mobilitas secara spasial. Pengertian kedua menjelaskan suatu bentuk lokasional, terutama bagaimana aktivitas ekonomi terkonsentrasi secara spasial. Konsep aglomerasi ekonomi bersumber dari fenomena nyata dan diawali oleh teori lokasi yang dikemukakan Weber, dimana menurut Weber.

Ada 3 faktor yang menjadi alasan firm dalam menentukan lokasi industri, yaitu:

1. Perbedaan biaya transportasi 2. Perbedaan biaya upah 3. Penghematan aglomerasi

E. SUBTITUSI IMPOR KE SUBTITUSI EKSPOR

Strategi Substitusi Impor (SI) Dalam melaksanakan industrialisasi, strategi substitusi impor lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi kepada dasar domestik. Substitusi impor adalah industri domestic yang membuat barang - barang menggantikan impor, berbeda dengan strategi Promosi Ekspor lebih berorientasi ke pasar internasional dalam mengembangkan industri dalam negeri. Strategi Substitusi Impor dilandani oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dlam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti impor, sedangkan strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negri. Jadi berbeda dengan strategi SI, dalam strategi PE tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas -fasilitas kemudahan lainnya dari 14 pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi kepada pasar domestik maupun industri yang berorientasi ke pasar ekspor.

Strategi Promosi Ekspor (PE) Melihat pengalaman yang kurang berhasil dengan strategi SI, badan-badan dunia (seperti IMF dan Bank Dunia) menganjurkan agar negara- negara berkembang menerapkan strategi PE. Dalam prakteknya, banyak negara yang menerapkan strategi PE dengan menghilangkan beberapa rintangan terhadap ekspor.

Menurut strategi ini, paling tidak kesempatan yang harus diberikan kepada industri-

(20)

industri yang memproduksi untuk pasar dalam negeri dan indutri-industri untuk pasar ekspor.

Salah satu strategi industialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak jaman pemerintahan orde baru adalah Industri Substitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru di dalam negeri yang semula diimpor. Setelah substitusi impor ini berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi substitusi ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri. Strategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti impor.

Dalam pelaksanaan kebijaksanaan ISI ini ada berbagai masalah yang dihadapi oleh Indonesia. Pertama, kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai barang substitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar negeri. Kualitas barang yang rendah ini akan sulit diekspor. Kedua, biaya produksi. Pada tahap awal industrialisasi biasanya dibutuhkan biaya yang sangat besar yang digunakan untuk mendidik tenaga kerja, membeli mesin-mesin dan membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang dibutuhkan sangat banyak. Oleh karena negara itu hanya memiliki modal yang sedikit, maka dalam tahap awal industrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri. Sedangkan strategi PE didasari oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Jadi, berbeda dengan strategi SI, dalam strategi PE tidak ada diskriminasi pemberian insentif dan kemudahan lainnya dari pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi ke pasar domestik, maupun industri yang berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, 2001). Strategi industrialisasi di Indonesia, sebagai negara berkembang Indonesia telah menerapkan strategi SI sepanjang proses industrialisasinya sampai dengan pertengahan tahun 1980-an.

Substitusi Impor

1. Sectoral targeting : Sektor manufaktur bertumpu pada perusahaan-perusahaan PMDN (incumbent conglomerates) &

diproteksi.

Orientasi Ekspor 1. Enablers : membangun

secara cepat lingkungan pendukung yang menarik bagi PMA.

2. Memanfaatkan PMA multinational yang

(21)

2. Terdapat restriksi kepemilikan swasta aing pada beberapa sektor.

Sektor jasa-jasa

diliberasilisasi dan terbuka bagi PMA, terutama IT services.

3. Mobilisasi sumber daya ekonomi dalam negeri.

4. Pasar barang, input, dan tenaga kerja dikendalikan oleh pemerintah (Negara).

melakukan offshoring manufaktur untuk

membangun basis produksi dalam rangka memasok pasar ekspor regional Asia maupun global.

3. Spatial targeting:

eksperimentasi

perekonomian modern berbasis pasar dan

akumulasi kapital di Pantai timur.

Sumber:http://www.bi.go.id/id/publikasi/artikel-kertas-kerja/kertas-kerja/Documents/DKEM.pdf.

F. PARADIGMA PERKEMBANGAN EKONOMI

Paradigma pemerataan perkembangan pembangunan sebagai upaya merealisasikan amanah pembukaan UU 1945 dalam konteks pembangunan nasional.

Indikator suksesnya pembangunan didasari model perkembangan pembangunan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada kesenjangan sosial akibat pengembangan pembangunan yang tidak tepat sasaran. Perkembangan pembangunan dalam abad 21, telah dipengaruhi oleh ideologi Globalisasi dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Pemahaman globalisasi kontemporer yang bertumpu pada 3 pilar pembangunan bidang ekonomi (deregulasi, privatisasi dan stabilitas keuangan) terasa sangat penting, mendesak dan relevan untuk memotivasi setiap negara untuk dapat menemukan model pembangunan yang cocok dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat global di satu sisi, namun di sisi lain, pengaruh pemahaman tersebut tidak boleh meninggalkan atau bahkan menghapuskan sama sekali nilai-nilai lokal yang memberikan pengaruh signifikan bagi pembangunan saat ini (Atmasasmita, 2012:2).

Peran modal manusia perlu ditingkatkan untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi di suatu negara karena manusia diwajibkan harus melek pada teknlogi, kemampuan negara untuk mengembangkan sumber daya manusia, khususnya dalam menyediakan tenaga kerja yang terampil diberbagai bidang menjadi kunci untuk kesuksesan kebijakan ekonomi di setiap negara. Modal manusia dan pendidikan merupakan dua faktor penting dan keduanya saling memiliki keterkaitan satu sama lain dalam berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dari suatu negara. Modal manusia

(22)

itu sendiri adalah suatu sumber daya yang menggabungkan pengetahuan, pelatihan dan keterampilan dengan kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ' (Islam et al., 2016).

Peningkatan output suatu negara tidak hanya diukur dengan modal, sumber daya, dan kemajuan teknologi tetapi juga oleh pertumbuhan produktivitas.

Produktivitas merupakan rasio antara keluaran dibandingkan dengan output.

Produktivitas adalah total barang dan jasa yang diproduksi oleh pekerja pada setiap jam kerja. Pertumbuhan ekonomi berbeda-beda disetiap negara. Negara berkembang seperti Indonesia sendiri berada di peringkat keempat dengan jumlah penduduk terpadat di dunia yang mencapai 264 juta jiwa (World Bank ,2018 :27) hal ini tentu pemerintah harus dapat mengoptimalkan mengoptimalkan modal manusia yang terdapat di wilayahnya untuk meningkatkan produktivitas pembangunan nasional. Sebagai salah satu negara dengan populasi terpadat di dunia maka Indonesia memiliki keuntungan dalam jumlah tenaga kerja. World Bank mendefiniskan tingkat partisipasi angkatan kerja sebagai persentase antara tenaga kerja yang bekerja terhadap total populasi penduduk yang berumur antara 15 tahun 64 tahun. Berdasarkan kajian dari World Bank pada tahun 2018, tingkat partisipasi tenaga kerja di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.

Tabel 1. Model Pembangunan People Centered Model

No. Karakteristik Indikator

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Fokus Nilai Indikator

Peran Pemerintah Sumber Utama Kendala

Pemberdayaan

Berpusat pada manusia Hubungan manusia dengan sumberdaya

Enabler/facilator

Kreativitas dan komitmen Struktur dan prosedur yang mendukung

Sumber: diolah dalam Kartono, 2016

Dalam perkembangan paradigma pembangunan sebagaimana pada tabel 1 diatas bahwa focus dala model ini adalah permberdayaan. Tentunya ini berbeda dengan model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan yang berfokus kepada industry, dan model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan yang berpusat kepada pelayanan public. Peran pemerintah dalam mendorong pembangunan dengan model pembangunan

(23)

kebutuhan dasar adalah sebagai penyedia pelayanan (service provider) dan entrepreneur pada model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan. Namun dalam model pembangunan berbasis masyakarat peran pemerintah adalah sebagai fasilitator. Oleh karena itu, maka esensi model ini mendorong adanya keberdayaan dan independensi kepada individu, masyarakat bukan sebagai subyek namun sebagai actor yang memiliki peran penting dalam proses pembangunan.

G. PROSPEK INDUSTRIALISASI

Industrialisasi (industrialization) adalah sebuah proses di mana perekonomian bertransisi dari berbasis pertanian ke basis manufaktur. Investasi di fasilitas fasilitas produksi meningkat pesat. Itu kemudian mengarah ke produksi barang dan jasa dalam skala besar. Tenaga kerja ditransfer dari pertanian ke pabrik-pabrik di mana peralatan modal terkonsentrasi. Orang berpindah dari pedesaan ke perkotaan, di mana aktivitas manufaktur berlokasi. Produktivitas dan output meningkat pesat untuk mengimbangi peningkatan permintaan barang. Industrialisasi bagus untuk membawa lebih banyak output, pekerjaan dan pendapatan ke dalam perekonomian. Selain itu, itu juga merangsang pertumbuhan berbagai industri pendukung, terutama jasa. Tapi, itu juga memunculkan masalah lainnya. Kerusakan lingkungan dan permasalahan sosial di perkotaan adalah contohnya. Lainnya adalah praktik kerja yang buruk untuk mengejar keuntungan.

Adapun faktor yang melatarbelakangi terjadinya industrialisasi yaitu : 1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Tentu saja akan ada perkembangan setiap saat, apalagi di era globalisasi ini. Segala hal yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan produksi, penjualan, pemasaran, dan lain- lain tidak akan luput dari penggunaan teknologi canggih ini. Hal inilah yang mendorong suatu daerah untuk secara perlahan menyesuaikan segala bidang kehidupannya, terutama perekonomiannya, terhadap berbagai perubahan yang ada.

Segala kegiatan perekonomian yang sebelumnya hanya bersifat konvensional, perlahan-lahan mulai dipadukan dengan semakin banyaknya penggunaan mesin dan teknologi produksi lainnya.

(24)

2. Melimpahnya Sumber Energi

Semakin canggih teknologi dan mesin yang ada, maka semakin mudah pula manusia memperoleh sumber energi yang menunjang segala aktivitasnya, terutama proses produksi atau usaha. Energi yang sering dibutuhkan manusia dalam menjalankan usaha atau kegiatannya adalah batu bara, minyak bumi, dan lain sebagainya.

Dengan berbagai kemudahan maka proses produksi pun akan semakin mudah dilakukan. Jadi tidak ada alasan lagi masyarakat harus menolak industrialisasi. Sebab, nyatanya industrialisasi massal membuat segala pekerjaan kompleks menjadi lebih mudah dilakukan.

3. Sudah Banyak Infrastuktur Yang Di Bangun

Tentu saja, setiap hari semakin mudah untuk menemukan infrastruktur yang terkait dengan kepentingan publik. Infrastruktur ini meliputi jalur kereta api, jalan raya, pelabuhan dan lain sebagainya. Hal ini akan memudahkan masyarakat untuk melakukan mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Tidak hanya itu, dengan berbagai struktur publik yang berkembang, tentunya segala kegiatan yang berkaitan dengan perekonomian dapat terbantu dan dipermudah. Hal ini terlihat dari mudahnya produsen mendistribusikan produknya kepada konsumen dari satu tempat ke tempat lain.

4. Munculnya Pemahaman Spesialisasi Kerja

Di sini masyarakat sudah memahami mekanisme pembagian kerja untuk dapat melaksanakannya dengan lebih efektif. Hal ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti di perusahaan, di sektor produksi dan sebagainya. Dengan pemahaman perusahaan terhadap adanya spesialisasi kerja ini, maka seluruh pekerjaan dapat dilakukan secara lebih terstruktur dan tentunya lebih detail. Dengan cara ini nantinya tidak memakan banyak waktu dan segala macam kesalahan bisa diminimalisir.

Berikut dampak positif dan negatif dari Industrialisasi :

Dampak positif :

1. Pasokan barang dan jasa di dalam perekonomian meningkat signifikan.

2. Barang dan jasa semakin beragam dan bernilai tambah lebih tinggi.

3. Orang-orang memiliki lebih banyak pilihan ke barang-barang yang lebih murah.

(25)

4. Kesempatan kerja meningkat dan upah lebih tinggi daripada upah di sektor primer.

5. Produktivitas tenaga kerja adalah lebih tinggi karena spesialisasi, dibantu dengan mesin yang lebih canggih.

6. Pendapatan nasional meningkat seiring nilai tambah yang lebih tinggi dan berkembangnya berbagai industri pendukung, menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di dalam perekonomian.

7. Perekonomian mengekspor lebih banyak barang bernilai lebih tinggi, meningkatkan pendapatan ekspor dan cadangan devisa.

8. Sektor ekonomi lainnya berkembang, terutama sektor jasa, seiring dengan perekonomian yang lebih makmur.

9. Neraca perdagangan membaik karena ekspor meningkat dan, pada saat yang sama, impor berkurang karena pasokan domestik lebih dapat memenuhi permintaan domestik.

10.Standar hidup membaik karena akses yang lebih baik terhadap barang dan jasa yang lebih mudah dan bervariasi seperti kesehatan dan pendidikan.

11.Pekerja berkualitas semakin banyak seiring dengan upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui pelatihan dan pendidikan.

Dampak Negatif

1. Praktik kerja yang buruk muncul seperti upah rendah, kondisi kerja yang buruk dan pekerja anak karena pemanufaktur mengejar output dan keuntungan.

2. Penduduk perkotaan menghadapi kondisi hidup yang buruk di mana urbanisasi memunculkan berbagai masalah, misalnya, terkait akses terhadap perumahan dan kriminalitas.

3. Pencemaran lingkungan meningkat melalui polusi, sampah perkotaan yang menumpuk, dan emisi gas rumah kaca.

4. Sumber daya alam semakin menipis karena dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sektor manufaktur yang meningkat.

5. Ekspansi manufaktur mempersulit bisnis untuk merekrut tenaga kerja baru, terutama jika tidak didukung dengan sistem pendidikan dan pelatihan yang memadai.

(26)

6. Pemilik modal semakin kaya tapi buruh kesulitan untuk mendapatkan lebih banyak uang, menciptakan kesenjangan kekayaan yang lebih lebar.

7. Mekanisasi di sektor pertanian mengarah pada pengangguran struktural yang lebih tinggi di sektor ini karena beberapa buruh tani tidak dapat mengupgrade keahlian mereka sebagaimana yang diminta pasar.

8. Impor lebih besar untuk bahan baku dan barang modal, terutama jika sumber daya alam domestik tidak memadai dan industrialisasi tidak tidak diarahkan untuk membangun rantai pasokan yang terintegrasi di pasar domestik.

9. Perekonomian domestik lebih rentan terhadap guncangan eksternal dan nilai tukar karena semakin terhubung dengan perekonomian luar negeri melalui perdagangan internasional dan investasi.

PERTANYAAN DAN JAWABAN:

5. Sebutkan faktor-faktor yang mesti dipertimbangkan oleh industri ataupun perusahaan dalam memilih lokasi!

Jawab:

Secara rinci faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam merencanakan lokasi industri adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor primer antara lain meliputi:

a. Kedekatan dengan pasar

b. Kedekatan dengan sumber2 bahan mentah c. Terdapatnya fasilitas pengangkutan

d. Supply buruh atau tenaga kerja yang tersedia

e. Terdapatnya pembangkit tenaga listrik (power station) 2. Faktor-faktor sekunder antara lain meliputi:

a. Perencanaan masa depan b. Biaya dari tanah dan gedung

c. Masyarakat di daerah yang bersang-kutan (sikap dan keamanan)

2. Masalah apa yang dihadapi oleh Indonesia dalam pelaksanaan kebijakan ISI?

Jawab:

(27)

Dalam pelaksanaan kebijakan ISI ini ada masalah yang dihadapi oleh Indonesia yaitu:

a. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai barang subsitusi impor jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar negeri. Kualitas barang yang rendah ini akan sulit diekspor.

b. Biaya produksi, pada tahap awal industrialisasi dibutuhkan biaya yang sangat besar yang digunakan untuk mendidik tenaga kerja, membeli mesin-mesin dan membeli bahan-bahan baku yang diperlukan, sehingga modal yang dibutuhkan sangat banyak.

3. Bagaimana perusahaan industri beradaptasi dengan pergeseran geografis produksi untuk tetap bersaing di pasar global?

Jawab:

Dalam persaingan pasar global saat ini, persaingan antar usaha menyebabkan masalah yang juga berpengaruh untuk mencapai konsumen baru, mempertahankan pelanggan loyal, dan meningkatkan penjualan. Ditambah lagi dengan kemudahan akses informasi dari internet, sehingga setiap konsumen bisa menimbang dan membandingkan produk-produk yang diinginkan. Tentunya, keberadaan kompetitor tidak terlepas pada satu wilayah tertentu, tetapi setiap perusahaan dengan produk sejenis dari berbagai wilayah adalah kompetitor yang nyata.

Upaya meningkatkan penjualan harus diiringi cara-cara atau strategi yang efektif agar mendapat konsumen baru dan mempertahankan loyalitas konsumen lama.

Berikut ini, beberapa cara meningkatkan penjualan dalam menghadapi persaingan pasar global.

1. Menjaga Loyalitas Pelanggan.

2. Fokus Terhadap Target Pasar dan Kualitas Produk.

3. Menciptakan Produk Unggulan dan Branding.

4. Menciptakan Produk Unggulan.

(28)

5. Membangun Tim Sales dengan Performa Tinggi.

6. Peranan Penting Tim Sales Handal.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. (2020). Analisis Kebijakan Industrialisasi di Indonesia Mutakhir. JIP (Jurnal Industri Alexander, K. C. (1994). The process of development of societies. Sage Publications.

Alirasta, R. (2014). Teori-teori pembangunan. Kompasiana: Beyond Blogging.

Ary, D., Jacobs, L. C., & Razavieh, A. (1985). Introduction to research in education (3rd ed.).

Holt, Rinehart, and Winston.

Atmasasmita, R. (2012). Tiga paradigma hukum dalam pembangunan nasional. Jurnal Hukum PRIORIS, 3(1), 1–26.

Bailey, Elizabeth E., David R. Graham, dan Daniel P. Kaplan. Deregulasi Maskapai Penerbangan. 1985. Eckbo, Espen. "Merger Horizontal, Kolusi, dan Kekayaan Pemegang Saham." Jurnal Ekonomi Keuangan 11 (1983): 241-73.

Damayanthi, V. R. (2008). PROSES INDUSTRIALISASI DI INDONESIA DALAM PRESPEKTIF EKONOMI POLITIK. In Journal of Indonesian Applied Economics (Vol.

2, Nomor Mei).

dan Perkotaan), 13(24), 20–63. https://jip.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/article/view/5755 https://feb.ui.ac.id/blog/2021/05/08/university-lecture-2-road-to-indonesia- development-forum-

2021-strategi-industrialisasi-untuk-mendorong-transformasi- ekonomi/

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/30/180000269/industrialisasi-pengertian-faktor- ciri-ciri-dan-proses

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2015. “Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota Dan Jurnal Sosial Humaniora, 1(2), 196–209. https://doi.org/10.12962/j24433527.v1i2.676 Problematikanya.” Sosiologi Perkotaan 2(2):59– 80.

Riezkiana, Putri. 2009. Analisis Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Tangerang. Skripsi.

Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(30)

Rusdi, S. (n.d.). Strategi Pembangunan Industri Indonesia (Analisis Kebijaksanaan dan Perspektif industri Masa Depan).

Sudarsih, E. (2008). Kajian Konsep Sustanible Farming Dalam Pembangunan Sektor Pertanian.

University Lecture #2 Road to Indonesia Development Forum 2021: Strategi Industrialisasi untuk Mendorong Transformasi Ekonomi – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. (2001, August 1). University Lecture #2 Road to Indonesia Development Forum 2021: Strategi Industrialisasi Untuk Mendorong Transformasi Ekonomi – Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kelayakan pendirian industri meliputi aspek pasar dengan meramalkan jumlah permintaan dan strategi pemasaran, aspek teknik dengan menganalisis lokasi dan

Industri penolahan garam cenderung untuk menyimpan bahan baku optimal (dan atau lebih sedikit) jika memiliki tambak sendiri yang berdekatan dengan lokasi pabrik pengolaan.

Analisis kelayakan pendirian industri meliputi aspek pasar dengan meramalkan jumlah permintaan dan strategi pemasaran, aspek teknik dengan menganalisis lokasi dan

Pengembangan agro industri akan memacu sektor pertanian untuk bekerja lebih optimal, selain tingkat penyerapan tenaga kerja akan meningkat signifikan baik dari sektor pertanian

Teori penawaran dan permintaan (bahasa Inggris: supply and demand) dalam ilmu ekonomi, adalah penggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para

Capaian Perusahaan dan permintaan industri (Industry Demand) Dipengaruhi oleh: •Kondisi Ekonomi •Kependudukan •Kesukaan pelanggan... Capaian Perusahaan dan

– Rawstron: ‘teori’ lokasi industri spatial margin = tempat atau lokasi yang dikelilingi oleh titik-titik di mana total cost of producing suatu jumlah output sama dengan total

Isard yang tetap menitikberatkan pada lokasi industri dikaitkan dengan biaya angkutan Tercipta Beberapa teori lokasi, antara lain oleh Weber, yang mengkaitkan