لَّلِ دُمْحَلِاَ
،ىرَثَّلِاَ تَحَتَ امَوَ امْهُنَيْبَ امَوَ ضِرْلْأَاَوَ تِاَوَمْسَّلِاَ بِّرْ هِ
ىدُهَ مَّثُ هُاَوَسَّفَ (بِّاَرَتَ نْمَ نَاسَّنْلْإِاَ قَلَّخَوَ
،ىفَخَأَوَ رَ سَّلِاَ مَّلَّعْيَ ،هِلِ كَيَرَشَ لاَ هُدُحْوَ هِلَّلِاَ لاَإِ هِلِإِ لاَ نَأَ دُهُشَأَ
ىلَّثَّمْلِاَ مَّيْقِلِاَ ىلِاَ عِاَدُلِاَ ،هِلِوَسُرْوَ هُدُبْعَ اَ>دُمْحَمَ نَأَ دُهُشَأَوَ
ايْلَّعْلِاَ لِئِاضَفَلِاَوَ
ىلَّصَ (دُمْحَمَ انَ يْبْنْ ىفَطَصْمْلِاَ هِلِوَسُرْ ىلَّعَ كْرْابَوَ مَّ لَّسُوَ لِصَ مَّهُلَّلِاَ
ىلَّعَوَ ،ىمْظْعْلِاَ ةُعَافَشَّلِاَوَ ةُلَّيْضَفَلِاَوَ ةُلَّيْسُوَلِاَ هِلِ ،مَّلَّسُوَ هِيْلَّعَ هِلَّلِاَ
امْبَ (سٍفَنْ Jلِكُ ىزَجْتَ (مٍوَيَ ىلِاَ (نَاسَّحْإِبَ مَّهُعْبْتَ نْمَوَ هِبْحَصَوَ هِلِآ .ىعْسَّتَ
؛دُعْبَ امَأَ
زَافَ دُقِفَ هِلَّلِاَ ىوَقِتَبَ يسَّفَنْوَ مَّكُيْصَوَأَ ،نَوَرَضِاحَلِاَ اهُJيَأَ ايْفَ
اَوَنَمَآ نْيَذِلِاَ اهُJيَأَآيَ ، مَّيْظْعْلِاَ نَآرَقِلِاَ يفَ ىلِاعْتَ هِلَّلِاَ لَاقَ ،نَوَقِتَمْلِاَ
نَوَمْلَّسَّمَ مَّتَنْأَوَ لاَإِ نْتَوَمْتَ لاَوَ هِتَاقِتَ قَحْ هِلَّلِاَ اَوَقِتَاَ
Ma’assyiral muslimin rohimakumullah
Setiap manusia memiliki potensi untuk berbut jahat dan kesalahan. Maing-msing diantara kita ada yang melakukannya secra terang-teragan dan ada pula dengan sembunyi. Potensi itu bermula dari hati yang lemah imannya. Untuk menguatkann imann kita yang lemah diperlukan kesungghan dalam bertaubat dann memperbaiki diri. . Salah satunya dengan meningkatkan kualitas amal salih. Rasulullah Saw., memberikan resep agar iman semakin kuat dan amal salih semakin berkualitas, yakni sikap ihsan kepada Allah Swt. “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak sanggup melihat-Nya, yakinlah, sesungguhnya Allah melihatmu.” (H.r. Muslim).
Ihsan kepda allah swt maksdnya adalah beridah dengan sebi-biknya, mersaa seolah ia meliihat kita dan juga bisaa diarikan menjalankan seluruh perintahnya serta menjauhi larangannya.
Sifat ihsan bukan hanya terbatas pada ibadah semata tetapi mencakup perilaku sehari-hari.
Ma’assyiral muslimin rohimakumullah
Untuk menumbuhkan sifat ihsan tersebut, baik kiranya beberapa hal berikut ini diperhatikan: Pertama, selalu menjaga dan memperbaiki niat. Nabi Saw. bersabda, “Segala amal
perbuatan tergantung pada niatnya. Dan seseorang hanya akan mendapatkan balasan apa yang ia niatkan.” (H.r. Bukhari-Muslim ). Kedua, memiliki keyakinan yang sempurna bahwa sesungguhnya Allah Swt. Maha Mengetahui segala yang dirahasiakan dan segala yang nyata.
Allah Swt. berfirman,
نَوَبْسَّكُتَ امَ مَّلَّعْيَوَ مَّكُرَهُجَوَ مَّكُرَسُ مَّلَّعْيَ
“Dia (Allah) Mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan, dan Dia Mengetahui apa yang kamu usahakan.” (Q.s. Al-An'am: 3).
Ma’assyiral muslimin rohimakumullah
Ketiga, memiliki keyakinan bahwa Allah Swt. akan menghisab segala amal yang telah dilakukan, meskipun itu kecil. Dia akan memberitahukan hal itu kelak pada hari Kiamat, dan memberikan balasannya sesuai dengan jenis amal perbuatan seseorang. Keempat, menghindari dosa dan kemaksiatan. Kelima, selalu berdzikir kepada Allah. Nabi Saw., “Perumpamaan orang yang zikir dengan orang yang tidak berzikir itu perbandingannya seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (H.r. Bukhari).
Ma’assyiral muslimin rohimakumullah
Yang terahir adalah zuhud/sikap hati yang tidak terlalu terpaut terhadap dunia .
Ma’assyiral muslimin rohimakumullah Demikianh khutbah singkat
هِيْفَ امْبَ مَّكُايَإِوَ ينَعْفَنْوَ ،مَّيْظْعْلِاَ نَآرَقِلِاَ يفَ مَّكُلِوَ يلِ هِلَّلِاَ كْرْابَ
عُيْمْسَّلِاَ وَهَ هِنْإِ هِتَوَلاَتَ مَّكُنَمَوَ ينَمَ لِبْقِتَوَ مَّيْكُحَلِاَ رَكُ ذِلِاَوَ تِايَلآاَ نْمَ
مَّيْلَّعْلِاَ
Khutba II