Orang Kafir Jangan Dipandang Hina
هُللا لاَّإِ هُلإِ لاَّ نْأَ دُهَشْوَ .نْامَزَ لِّكُ يْفِ دِوْبُعْمَلا هُلل دُمَحَلا انَيَّبُنَوَ انَدُيَّسَ نْأَ دُهَشْأَوَ .نُمَحْرَّلا مُيَّحْرَّلا هُل كَيْرَّشْلَأَ هُدُحْوَ
تُاوْلصَ .1نْاجَوَ سٍنَإِ نُمَ نُيَّلقَثَّلا دُيَّسَ هُلوْسَرَوَ هُدُبُعَ ا8دُمَحَمَ
نُيَّيَّبُنَلا نُمَ هُنَاوْخْإِوَ هُءِابَآ ىلعَوَ هُيَّلعَ هُمَلاَسَوَ هُللا امَأَ.نُيْدُلا مِوْيْ ىلإِ مُهَعْبُتَ نُمَزَ هُبُحَصَوَ هُلآ ىلعَوَ نُيَّلسَرَّمَلاوَ
مُتُنَأَوَ لاَّإِ نُثُؤْمَتَ لاَّوَ هُتَاقَتَ قَّحْ هُEللاوْقَتَا نْوْنَمَؤْمَلا اهَFيْأَ ايَّفِ دُعْبَ
.نْوْمَلسْمَ
Kita diperintahkan untuk tidak menyakiti atau menghina manusia terutama sesama muslim Bahkan, kita juga diperintahkan agar tidak memandang hina orang kafir atau merasa lebih baik dari orang kafir. Sebab,kita tidak tahu bagaimana akhir hidupnya.
Jangan-jangan dia matinya membawa iman, husnul khotimah. Kita boleh menghina atau melaknati orang kafir, jika dia telah jelas-jelas mati kafir, misalnya Firaun, Abu Jahal. Imam Al-Ghozali, mencontohkan, ketika beliau melihat orang kafir, beliau tidak pernah merasa lebih baik dari orang itu. Sebab, menurut beliau kita tidak tahu, siapa tahu orang kafir itu di akhir hayatnya mendapat hidayah dan mati membawa iman husnul khotimah. Sebaliknya, meski kita beriman, kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita. Ini adalah adab agar kita tidak sombong dan memandang hina orang lain. Tentang hidayah dan kehidupan serta kematian manusia, para ulama menyebutkan ada empat golongan.
Pertama, Orang yang diberi hidayah selama hidupnya, tapi tidak ditaqdirkan menjadi penghuni surga. Orang seperti ini, selama hidupnya juga beribadah. Rajin sholat, ngajinya juga rutin, sedekahnya banyak dan sebagainya. Namun, dia ditaqdirkan bukan sebagai ahli surga. Di akhir hayatnya dia mati suul khotimah, na'udzubillah. Sesungguhnya Allah SWT menjadikan surga untuk orang yang mati membawa iman dan islam, meskipun selama hidup nya menjadi kafir dan banyak berdosa. Sebaliknya, Allah SWT menjadikan neraka untuk orang yang mati kafir, tidak membawa
iman dan islam, meskipun selama hidupnya menjadi orang beriman dan banyak beribadah.
Kedua, orang yang selama hidupnya tidak diberi hidayah tapi ditaqdirkan menjadi ahli surga. Pintu hidayah dikunci oleh Allah SWT. Tidak beriman,bahkan hidupnya dipenuhi dengan perbuatan durhaka. Namun, di akhir hayatnya dia beriman, dan mati husnul khotimah membawa iman.
Ketiga, orang yang selama hidupnya mendapat hidayah dan matinya juga membawa iman (ditaqdirkan menjadi ahli surga).
Inilah orang yang paling mulia. Selama hidupnya dia beriman dan dimudahkan untuk beribadah melakukan berbagai amal kebaikan dan matinya juga husnul khotimah. Keempat, orang yang selama hidupnya tidak mendapat hidayah Dan, di akhir hidupnya dia mati tidak membawa iman (ditaqdirkan menjadi ahli neraka). Inilah orang yang paling rugi. Husnul khotimah itu adalah barang ghoib. Tidak ada orang yang tahu bagaimana akhir hidupnya.
Oleh karena itu, kita harus menjaga dan menguatkan iman sekaligus melakukan kebaikan Dan, jangan lupa untuk memohon kepada Allah agar diberi husnul khotimah. Allahumma inna nas'aluka husnal khotimah wana'udzubika min suuil khotimah (Ya Allah, aku mohon kepada-Mu, dianugerahi husnul khotimah. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari suul khotimah). Syekh Abdul Wahhab As-Sya'roni, seorang wali qutub, mengatakan, ada satu amaliyah yang bisa menghantarkan seseorang mendapat husnul khotimah. Beliau berkata, barang siapa membaca dua bait ini, maka tidak diragukan, insyaallah mati membawa iman dan islam. "Ilahi lastu lil firdausi ahla, walaa aqwa 'ala naaril jahiimi. Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghofirud dzanbil adzhiimi." (Ya Allah, aku tidaklah pantas menjadi ahli surga. Dan, aku juga tidak sanggup menghadapi siksa neraka jahannam. Maka, berilah aku taubat, dan ampunilah dosaku. Karena sesungguhnya Engkau adalah pengampun dosa yang besar). Dua bait ini dibaca sebanyak 3 kali setelah shalat Jum'at. Jadi, kalau imamnya tidak membaca kalimat ini, makmum bisa membaca sendiri-sendiri.
Untuk perempuan yang tidak diwajibkan shalat Jum'at, membacanya 3x setelah shalat Shubuh di hari Jum'at.