KOMPOSISI BENTOS PADA BATANG KENAIKAN DI KENAGARIAN MUARA KIAWAI KECAMATAN GUNUNG TULEH KABUPATEN
PASAMAN BARAT
Wenda Mutia Zahra, Armein Lusi Zeswita, Ismed Wahidi
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Email: [email protected]
ABSTRACT
Muara Kiawai has wideth 163,99 km2with has length its flow less than 10 km.
Batang Kenaikan gives benetif for villager as place of sand mining, people activity dayly and also for throwing waste from industries, where villager’s garden on the left side and on the right side of river. There are activities contaminate for organism that live in river especially bentos. The aim of this research is to find out composition of bentos and to know the environment’s factor in Batang Kenaikan. This research has done in July 2016 by using descriptive method, by collecting bentos that is on Batang Kenaikan directly.
Technique of collecting data on each station are three samples. Tools that are used such as surber net with 30,5 cm x 30,5 cm for stone substrat and eckmandrage with size 15 cm x 15 cm for sand substrat then all of samples are identified in laboratorium STKIP PGRI Sumatera Barat. The resulf of research has getten Bentos are 8 genus which are in 2 classes on Batang Kenaikan. Its classes are Insecta class with genera Baetis, Psephenus, Dytiscus, Eoophyla, Belastoma, Hydropsyche, Hastaperla and Gastropoda class with genus Melanoides. Diversity value of bentos approximately 1,010– 1,341. Condition of enveronmet’s factors are still in encouraging to grow makrozoobentos which are in Batang Kenaikan.
Key word: Composition, Bentos, river.
PENDAHULUAN
Menurut Suwondo, Febrita, dan Alpusari (2004), sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah sekitarnya sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan di sekitarnya. Sungai sebagai suatu ekosistem, tersusun dari komponen biotik dan abiotik dan setiap komponen tersebut membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi sehingga membentuk
suatu aliran energi yang dapat mendukung stabilitas ekosistem tersebut
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Walinagari setempat yaitu Bapak Harju dan beberapa orang warga setempat menyatakan bahwa Batang Kenaikan merupakan sungai yang terbentang di Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat dengan panjang badan sungai lebih kurang 10 km yang mengalir mulai dari sebelah Timur yaitu Simpang Lolo sampai sebelah Barat yaitu Batang Pasaman. Sungai ini
memiliki arus aliran yang deras, sedang, hingga tenang dengan dasar sungai berupa kerikil pasir dan kerikil berbatu.
Batang Kenaikan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk penggalian pasir dan kerikil, mandi, mencuci, dan kakus dan tempat pembuangan limbah pertanian dan perkebunan yang terdapat di sebelah kiri dan kanan badan sungai dan mengalir ke badan sungai. Dengan adanya aktivitas masyarakat di Batang Kenaikan maka akan dapat mempengaruhi kualitas air dan kondisi fisik badan perairan dan mempengaruhi biota yang hidup di dalam sungai tersebut, salah satunya adalah hewan bentos. Menurut Widodo ( 1997) dalam Purnami, Sunarto, dan Setyono (2010) faktor utama yang mempengaruhi jumlah bentos, keragaman jenis, dan dominasi, antara lain adanya kerusakan habitat alami, pencemaran kimiawi, dan perubahan iklim.
Bentos adalah organisme air yang hidup di dasar badan air yang
cukup besar peranannya dalam ekosistem perairan (Suin dan Syafinah, 2006). Penelitian tentang bentos telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti yang meneliti tentang komposisi bentos tersebut diantaranya Oktavia (2012), selanjutnya Tanjung (2012), Elvina (2012) dan Diniharja (2014).Sejauh ini penelitian tentang komposisi bentos di Batang Kenaikan Kenagarian Muara Kiawai belum pernah dilakukan.
Berdasarkan uraian tentang Batang Kenaikan dan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat maka penulis telah melakukan penelitian tentang “ Komposisi Bentos Pada Batang Kenaikan di Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi genus bentos dan untuk mengetahui faktor fisika kimia yang terdapat pada Batang Kenaikan di Kenagarian Muara Kiawai Kabupaten Pasaman Barat.
BAHAN DAN METODE
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2016 dengan metode survey deskriptif dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menetapkan tempat pengambilan sampel sebanyak 3 stasiun. Untuk stasiun I daerah sungai sebelum penambangan pasir, stasiun II merupakan sentral penambangan pasir, dan stasiun III daerah sungai setelah penambangan pasir. Identifikasi dilaksanakan di
laboratorium Zoologi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Analisis faktor fisika kimia air yang meliputi : suhu, derajat keasaman (pH), kecepatan arus, dan oksigen terlarut (DO) dilaksanakan di lapangan. Analisis data meliputi kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan indeks diversitas.
Cara Kerja
Pengambilan Sampel Bentos
Bentos diambil pada tiga stasiun dan pada masing-masing stasiun dibuat titik pengambilan sampel yang telah ditetapkan pada badan sungai yaitu tepi kiri, tengah, dan tepi kanan. Pada stasiun 1 dan 3 digunakan Surber Net dengan substrat kerikil berbatu dengan 3 titik pengambilan sampel (tepi kiri, tengah
dan tepi kanan) dan setiap titik 3 kali pengulangan. Surber Net diletakkan di dasar sungai, kemudian dilakukan pengerukan substrat sehingga makrozoobentos ikut terjaring didalam Surber Net. Untuk stasiun 2 dengan menggunakan Ekman Grap dengan 3 titik pengambilan sampel dan 3 kali
ulangan pada tiap titiknya. Ekman Grab dimasukkan ke dasar sungai kemudian jatuhkan pemberat dari atas agar Ekman Grab tertutup dan sampel masuk ke dalam Ekman Grab. Sampel selanjutnya disaring dari substrat dasar perairan dan ditampung di dalam plastik ukuran 1 kg yang diberi formalin 4 % untuk pengawetan kemudian ditutup dengan isolasi dan diberi label. Selanjutnya sampel diidentifikasi di laboratorium STKIP PGRI Sumatera Barat. Adapun langkah-langkah identifikasi bentos adalah sebagai berikut:
a. Sampel dipisahkan dari kerikil, pasir dan lumpur dengan menggunakan saringan biasa (saringan kawat) dan
dimasukkan kedalam botol sampel yang telah yang berisi formalin 4%
dan diberi label.
b. Sampel diidentifikasi dan dihitung dengan menggunakan mikroskop stereo. Buku Acuan identifikasi : Pennak (1978), Achtenberg (1991), Abizar (2007)
c. Sampel yang terbawa oleh alat kemudian diamati semuanya
d. Bentos yang telah ditemukan dikelompokkan sampai tingkat genus kemudian dihitung jumlah individu.
Analisis data yang dihitung adalah Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Diversitas.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang komposisi bentos pada Batang Kenaikan di Kenagarian Muara Kiawai
Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat didapat hasil seperti pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Bentos yang ditemukan di Batang Kenaikan Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
Kelas Ordo Family Genus
Stasiun Jml.
1 2 3
Jumlah individu
I.Insecta 1.Ephemeroptera 1.Baetidae 1.Baetis 68 3 33 104
2.Coleoptera 1.Psephenidae 2.Dystiscidae
2.Psephenus 3.Dystiscus
32 4
2 0
1 0
35 4
3.Lepidoptera 1.Pyralidae 4.Eoophilla 2 0 1 3
4.Hemiptera 1.Belastomidae 5.Belastoma 3 0 2 5
5.Trichoptera 1.Hydropsychoidae 6.Hydropsyche 2 0 2 4
6..Plecoptera 1.Perlodidae 7.Hastaperla 1 1 2 4
II.Gastropoda 1.Mesogastropoda Thinidae 8.Melanoides 55 0 32 87
Total genus 8 3 7
Total Individu 167 6 73
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa bentos yang ditemukan pada Batang Kenaikan Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari 8 genus dimana semuanya termasuk kedalam 2 kelas yaitu kelas Insecta dan Gastropoda.
Dari tabel tersebut pada stasiun 1 ditemukan 8 genera dengan 167
individu, stasiun II 3 genera dengan 6 individu, dan stasiun III 8 genera 73 individu. Pada stasiun I ditemukan 8 genera. Sementara untuk stasiun III genus Dystiscus yang tidak ditemukan, dan untuk stasiun II ditemukan 3 genera yaitu Baetis, Psephenus, dan Hastaperla.
Untuk kelas Gastropoda genus Melanoides yang ditemukan
Tabel 2. Komposisi Bentos Pada Batang Kenaikan di Kenagarian Muara KiawaiKecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
N
o Genus
Stasiun Stasiun Stasiun
I II III
K F Pi lnpi K F Pi lnpi K F Pi lnpi
1 Baetis 81,2 1 -0,365 14,81 0,67 -0,346 39,41 1 -0,358
2 Psephenus 38,2 1 -0,316 9,87 0,33 -0,366 1,19 0,33 -0,058
3 Dytiscus 4,67 0,67 -0,089 0 0 0 0 0 0
4 Eoophilla 2,38 0,33 -0,052 0 0 0 1,19 0,33 0,058
5 Belastoma 3,58 0,67 -0,072 0 0 0 2,38 0,33 -0,098
6 hydropsyche 2,38 0,33 -0,052 0 0 0 2,38 0,33 -0,098
7 Hastaperla 1.19 0,33 -0,030 0 0 0 2,38 0,33 -0,098
8 Melanoides 65,69 1 -0,364 4,93 0,33 -0,298 38,22 1 -0,361
Jumlah 199,4 5,33 -1,341 29,61 1,33 -1,010 87,15 3,65 -1,129
H’ 1,341 1,010 1,129
Jumlah indeks deversitas
3,48
kepadatan tertinggi untuk semua stasiun yaitu ditemukan pada stasiun I dengan total kepadatan 199,4 ind./m2 sebanyak 8 genera dengan 7 genera dari kelas Insekta dan 1 genus dari kelas Gastropoda. Banyaknya bentos dari kelas Insecta yang ditemui pada stasiun ini disebabkan oleh keadaan perairan yang masih mendukung kehidupan bentos kelas Insecta ini dan tidak adanya gangguan terhadap ekosistem sungai.
Golongan ini lebih banyak hidup di permukaan bebatuan dari pada di dalam sedimen (Hubbard dan Peters, 1984 dalam Winarno., dkk 2000). Kemudian
pengukuran suhu pada stasiun I yaitu 27,1
0C. Berdasarkan hal tersebut sesuai untuk kehidupan bentos. Hal ini merujuk pendapat Lusianingsih
(2011) dalam Purwati (2016) menyatakan bahwa suhu yang optimum untuk kehidupan organisme makrozoobentos adalah berkisar antara 25˚C - 30˚C.
Jumlah kepadatan terendah dilihat dari semua stasiun penelitian ditemukan pada stasiun II dimana dengan 3 genera dengan total kepadatan 29,61 ind./m2. Rendahnya kepadatan bentos pada stasiun II ini diduga bahwa lokasi peneletian yang merupakan sentral lokasi penambangan pasir yang dilakukan oleh warga. Oleh sebab adanya aktivitas yang dilakukan oleh warga tersebut terganggulah habitat dari bentos yang hidup pada substrat perairan.Tabel 3. Faktor Fisika Kimia Air Batang Kenaikan di Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
Parameter Satuan Stasiun
1 2 3
Derajat keasaman (pH) 7,1 7,0 7,0
Suhu (
0C) 27,1 30 27
Kecepatan arus (m/dtk) 1 0,7 0,5
Oksigen terlarut (DO) ppm 8 6 6
pengukuran faktor fisika kimia air yaitu berkisar antara 270C-300C.
Berdasarkan hal tersebut diduga suhu yang sesuai untuk kehidupan bentos. Hal
ini merujuk pendapat Lusianingsih (2011) dalam Purwati (2016) menyatakan bahwa suhu yang optimum untuk kehidupan organisme
makrozoobentos adalah berkisar antara 25˚C - 30˚C. Kecepatan arus air pada Batang kenaikan berkisar 0,5 m/dtk –1 m/dtk dan hasil pengukuran tersebut menerangkan katergori berarus kencang.
Menurut Effendi (2003) sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/dtk. Nilai derajat keasaman (pH) berkisar 7,0 – 7,1.
Kisaran pH yang di dapat diduga sesuai untuk kehidupan bentos. Menurut Sastrawijaya (1991) sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai derajat keasaman (pH) sekitar 7 – 8,5. Kadar oksigen terlarut (DO) penelitian berkisar 6 – 8 ppm.
Hasil pengukuran yang didapatkan masih tergolong sesuai untuk kehidupan organisme air. Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa perairan yang memiliki kadar oksigen terlarut (DO) >
5,0 sangat disukai oleh hampir semua organisme akuatik. Sedangkan menurut Sastrawijaya (1991) kehidupan
makrozoobenthos dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg/l (5 bpj atau 5 ppm), selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. Analisis nilai indeks keanekaragaman Shannow Weinner (H’) bentos pada Batang Kenaikan berkisar antara 1,010– 1,341.
Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 1,341 dan yang terendah pada stasiun II yaitu 1,010. Untuk jumlah indeks diversitas dari ke tiga stasiun penelitian yaitu 3,48.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lokasi penelitian yaitu Batang Kenaikan termasuk kualitas air dengan kategori kualitas air bersih. Mengacu pada kriteria kualitas air tersebut berdasarkan indeks keragaman jenis Shonnow – Winner ada 3 kelompok kategori kualitas air yaitu kategori kualitas air bersih (indeks keragaman >3)
KESIMPULAN
Komposisi genus bentos yang terdapat di aliran Batang Kenaikan di Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat yaitu sebanyak 8 genus yang termasuk kedalam 2 kelas. 8 genus tersebut antaranya Baetis, Psephenus, Dytiscus, Eoophyla, Hydropsyche, Hastaperla dan Melanoides. Indeks diversitas komunitas bentos di Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat yaitu berkisar 1,010-1,341.
Dilihat dari hasil penelitian yang
didapat dimana ordo Ephemeroptera dengan genus Baetis yang memiliki nilai kepadatan tertinggi (81,2 ind/m
2) dengan ini kualitas perairan pada kategori air bersih .
Kondisi faktor fisika kimia perairan masih berada pada kondisi yang mendukung kehidupan bentos yang berada pada Batang Kenaikan di Kenagarian Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Achtenberg, Van K. 1991. The Insects Of Australia A Textbook For Students and Research Workers. Ornell University Press. New York.
Diniharja, Widya Trisna. 2014.
Komposisi Bentos di Taluak
Buo Kecamatan Bungus Teluk Kabupaten Kota Padang. Skipsi.
Padang:STKIP-PGRI Sumatera Barat.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Kanisius.
Elvina, Resti. 2012. Komposisi Bentos Yang Ditemukan Di Sumber Air Panas Bukik Gadang Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok.Skipsi. Padang:STKIP- PGRI Sumatera Barat.
Fauziah, Yuslim, Elya Febrita dan Sholahudin Alayubi. 2010.
Struktur Komunitas
Makrozoobentos di Perairan Sungai Suir Kanan Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Skripsi.
Pekan Baru:Universitas Riau.
Oktavia, Ika. 2012. Komposisi Bentos di Sungai siak kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekan Baru. Skipsi.
Padang:STKIP-PGRI Sumatera Barat.
Pennak, RW. 1978. Fresh- Water Invertebrata of The United States. John Wiley and Sons, inc. Newyork.
Purnami, A.,T.,Sunarto dan Prabang Setyono. 2010. Study Of Bentos Community Based On Diversiti And Similarity Index In Cengklik Dam Boyolali.Jurnal EKOSAINS.II(2):50-65.
Purwati, S.,U. 2015. Karakteristik Bioindikator Casadine Kajian Pemanfaatan Makrobentik Untuk Menilai Kualitas Sungai Cisadane.Ecolab.9(2).
Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suin, N. M. dan Raibilan Syafinah.
2006. Ekologi. Padang:
Andalas Universiti Perss.
Suwondo, Elya Febrita, Desi dan Mahmud Alpusari. 2004.
Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan Sago dan Sail di Kota Pekan baru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos. Jurnal Biogenesis.
1(1):15-20.
Tanjung, Afdal Umri. 2012. Komposisi Bentos Di Sungai Sikabau Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat.
Skipsi. Padang:STKIP-PGRI Sumatera Barat.
Winarno, K., Okid, P.A., dan Ahmad, D.S. 2000. Pemanfaatan Rawa
Jabung Berdasarkan
Keanekaragaman Dan kekayaan Komunitas Bentos. BioSMART 2(1):40-46.