• Tidak ada hasil yang ditemukan

konflik tertutup pedagang kaki lima

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "konflik tertutup pedagang kaki lima"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK TERTUTUP PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN GAJAH MADA KOTA PADANG

ARTIKEL

Rosia Desta Verma NPM: 10070228

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)
(3)

KONFLIK TERTUTUP PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN GAJAH MADA KOTA PADANG Rosia Desta Verma

1

Firdaus,M.Si

2

Rio Tutri, M.Si

3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Merchants who sell at gajah mada street of Padang exactly in front of SD 03 Alai, merchants starting the activity at 17.00 pm after elementary school go home and merchants closed at 01.00 a.m clock. Carrying out the activity the merchants have conflict between another. The conflict is different styling of selling and vilify another one with other. This caused shut conflict in marchants at Gajah mada street in Padang. The purpose in this research are: 1) describe merchants shut conflict Gajah Mada streep in Padang 2) describe the factors of shut conflict at Gajah Mada street in Padang. This research used theory by lewis A. Coser discuse above social conflict. This research used kualitatif approach, informant in this research is 13 person. Informant choose by purpose sampling. Method of th is reseach are observation, interview and document.

Pase on the result of the research the researcharer conclude that history stand of merchants at Gajah Mada street in Padang at 2010 years. The first people is Mr.Yeyen in selling any shut conflict at Gajah Mada street in Padang are conflict and group and out group. ungroud shut conflict become opened conflict because merchants by mentioned and situation coflict will inflct disturb, public and coused factor of conflict is realistis and conflict non realistic conflict.

Key word: conflict of PKL

(4)

ABSTRAK

Pedagang Kaki Lima yang berjualan di Jalan Gajah Mada Kota Padang tepatnya di depan SD 03 Alai, Pedagang memulai aktifitas berdagang jam 17.00 sore sepulang anak sekolah dan ditutup jam 01.00 malam, dalam menjalankan aktivitas Pedagang Kaki Lima mengalami konflik antara pedagang, konflik yang dialami Pedagang Kaki Lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang yaitu dalam cara berjualan yang berbeda-beda dan saling menjelekan antara satu pedagang dengan pedagang lainnya hal ini meyebabkan konflik tertutup antara sesama pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang. tujuan penelitian yaitu 1) mendeskripsikan bentuk konflik tertutup pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang 2) mendeskripsikan faktor penyebab konflik tertutup pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Lewis A. Coser yang membahas tentang konflik sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, informan dalam penelitian ini adalah 13 orang. Pemilihan informan melalui purposive sampling. Metode penelitian yaitu observasi, wawancara dan dukumen.Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa sejarah berdirinya pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota padang pada tahun 2010 yang pertama kali adalah bapak yeyen, dalam berdagang terdapat konflik tertutup pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang yaitu konflik in group dan out group.Tidak berkembangnya konflik tertutup menjadi konflik terbuka karena pedagang tersebut tidak mau dengan adanya konflik akan merugikan mereka dan dianggap mengganggu masyarakat dan faktor penyebab konflik yaitu konflik realistis dan konflik non realistis.

Kata kunci: Konflik, pedagang kaki lima

(5)

PENDAHULUAN

Lokasi perdagangan merupakan tempat dimana orang atau kegiatan dibidang ekonomi yang mempunyai peran strategis dalam rangka pembangunan yang merupakan salah satu urat nadi perekonomian. Secara umum dapat dikemukakan bahwa aktivitas perdagangan adalah semua kegiatan pendistribusian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sektor perdagangan berperan dalam mendukung kelancaran penyaluran barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta mendatangkan pembentukan harga yang wajar (Kurniadi, 2006:2).

Jenis pedagang dapat dibagi tiga yaitu pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang kecil. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli barang dalam skala besar dan kemudian menjual kembali kepada pedagang yang lebih kecil untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan Pedagang menengah adalah merupakan pedagang yang memiliki barang dagang dengan skala yang besar dari pedagang yang lebih besar dan menjualnya kembali kepada pedagang yang lebih kecil dan Pedagang kecil adalah pedagang yang terdiri dari pedagang toko di pasar Tradisonal maupun pusat perkotaan di bawah dinas pasar, sampai pedagang kaki lima yang kadang saling berhadapan (bersebelahan) lokasinya dengan pusat perdagangan besar dan menengah. Sedangkan pedagang kecil terdiri tiga sub tipe (a). Pedagang profesional yaitu pedagang yang mengangap aktivitas pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. (b) Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui aktifitas untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

(c) Pedagang subtensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas subtensi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga (Damsar, 2005:108).

Menurut Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan Ketentraman masyarakat menjelaskan bahwa pedagang kaki lima adalah orang atau perorangan yang dalam usahanya menggunakan sarana dan prasarana atau perlengkapan yang mudah

dibongkar pasang baik yang menetapkan, maupun tidak yang menggunakan sebagai atau seluruhnya tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat

usaha atau berjualan

(http://ejurnal.bunghatta.

[email protected]).

Dalam menjalankan usaha, kelompok pedagang kaki lima memiliki ciri-ciri yang merupakan bentuk prilaku dalam berdagang yaitu tidak memiliki izin tempat usaha, kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena timbulnya unit usaha, tidak memiliki fasilitas atau kelembagaan di sektor formal (Hijrianti, 2006:19).

Menurut hasil penelitian Hanifa (2013:11) Pedagang kaki lima dapat dikelompokan sebagai berikut: 1) Pedagang minuman, 2) Pedagang makanan, 3) Pedagang buah-buahan, 4) Pedagang sayur- sayuran, 5) Pedagang dagin dan ikan, 6) Pedagang rokok dan obat-obatan, 7) Pedagang tekstil dan pakaian, 9) Pedagang makanan seperti lontong, 10) Pedagan beras serta penjualan jasa.

Pedagang kaki lima muncul akibat sulitnya perekonomian yang dialami masyarakat, membuat mereka memilih suatu alternatif usaha di sektor informal dengan hal ini modal yang relatif kecil untuk menunjang kebutuhannya. Kehadiran PKL yang menempati pinggir-pinggir jalan yang sangat mengganggu ketertiban lalu lintas dan gangguan pada prasarana jalan. Selama ini yang menjadi pilihan bagi pedagang kaki lima adalah daerah fasilitas umum seperti trotoar jalan yang berada di depan sekolah.

Berdasarkan observasi data awal yang diamati di salah satu trotoar yang di jadikan tempat berjualan bagi pedagang yang berada di Jalan Gajah Mada Kota Padang tepatnya di depan SD 03 Alai sebagi berikut:

Tabel 1.1.Data Pedagang Di Depan SD 03 Alai

No Jenis Dagangan Jumlah 1 Celana, baju 12 2 Sendal, sepatu 1 Jumlah keseluruhan 13 Sumber : wawancara dengan pedagang kaki lima di jalan Gajah Mada Kota Padang Depan SD 03 Alai.

(6)

Dari data diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa jumlah pedagang kaki lima yang berjualan di depan SD 03 Alai.

Berjumlah 13 orang yang berjualan baju,celana sebanyak 12 orang, tiap pedagang mempunyai anggota 2-3 orang dan ada yang berasal dari kerabat sendiri dan ada anggota dari luar, sedangkan yang berjualan sendal, sepatu 1 orang.

pedagang kaki lima memulai aktivitas berdagang jam 17.00 sore sepulang anak sekolah dan ditutup jam 01.00 malam.

Dalam menjalankan aktivitas pedagang kaki lima mengalami konflik antara pedagang, konflik ini terjadi semenjak pedagang mulai berdagang di depan SD 03 Alai, setiap pedagang memiliki cara berjualan yang berbeda-beda, dapat dilihat dari bagaimana cara pedagang tersebut menawarkan barang dagangannya kepada konsumen seperti salah satu pedagang yang berjualan dia sangat ramah kepada konsumen dan barang yang di jual pun mengikuti model-model terbaru dan harganya lebih murah, ini menyebabkan barang daganganya menjadi laris.

Hal tersebut menimbulkan kecemburuan sosial diantara pedagang yang lainnya sehingga untuk mempertahankan konsumen yang sering belanja, mereka saling menjelekan antara satu pedagang dengan pedagang lainnya. Hal di atas menjadi konflik tertutup antara pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang

Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat berkonflik, Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan dengan perbedaan pendapat. Konflik biasanya diselesaikan tanpa kekerasan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat berkonflik (Fisher,1948:4).

Rumusan masalah Seharusnya Pedagang kaki lima itu bersaing secara sehat untuk mendapatkan konsumen, tetapi pada kenyataannya pedagang tersebut melakukan berbagai cara untuk mendapatkan konsumen, yang terkadang cara-cara itu menimbulkan konflik tertutup antara sesama pedagang kaki lima.

TUJIAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan bentuk konflik tertutup pedagang kaki lima di jalan gajah mada kota padang.

2. mendeskripsikan faktor penyebab konflik tertutup pedagang kaki lima di jalan gajah mada kota padang.

TEORI PENELITIAN

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lewis A. Coser yang membahas tentang konflik sosial. Konflik menurut Lewis A. Coser adalah perselisihan nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang berkenaan dengan status kuasa dan sumber- sumber kekayaan yang tidak mencukupi, dimana pihak-pihak tidak hanya bermaksud memperoleh barang yang diinginkannya, melainkan juga ingin memojokkan lawannya (veeger,1985:211).

Coser juga menyebutkan konflik dapat berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Coser juga menyebutkan bahwa konflik tidak selamanya bersifat negatif tetapi juga mempunyai sifat yang positif dalam hal membantu mewujudkan rasa persatuan dan kesadaran akan hidup bermasyarakat. Hal ini tergantung dari cara dan kelanjutan dari konflik itu sendiri. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat identitas kelompok dan melindunginya agar tidak kabur kedalam dunia sosial sekelilingnya (Poloma,2010:114).

Katup penyelamat sangat diperlukan disini sebagai salah satu mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial, Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan keluar untuk meredakan permusuhan yang ada dalam masyarakat, tanpa katup penyelamat maka hubungan diantara pihak- pihak yang berkonflik akan semakin tajam (Poloma, 2010 :108). Apa bila tidak terdapat katup peyelamat dalam konflik tertutup pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada, Kota Padang akan terjadi kekajauan atau perpecahan antara sesama pedagang.

JENIS DATA DAN METODE

Penelitian ini mulai dilakukan sejak tanggal 18 mei 2015 sampai 8 juni 2015.

Bertempat di jalan gajah mada kota padang,pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan tipe penelitian ini adalah deskriptif. Metode

(7)

pemilihan informan dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive samplin.(Sugiono, 2011:30). Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yang terdiri dari 6 orang pedagang kaki lima yang berjualan di jalan gajah mada kota padang, 3 orang konsumen, serta 3 oarang masyarakat sekitar yang mengamati realistas dan 1 oarang dari pemerintahan setempat berdasarkan sumber informan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumen. Model analis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data. Miles dan Huberman analisis data yang terdiri dari alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu :pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display), dan penarikan kesinpulan /verivikasi ( sugiono 2008:247).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemunculan Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima atau yang sering disebut PKL yang berjualan di pinggir Jalan Gajah Mada Kota Padang tepatnya di depan SD 03 Alai pada awal berdirinya tahun 2010 yang berjualan pertama kali adalah Bapak Yeyen yang juga merupakan penjaga sekolah SD 03 Alai, pada waktu pertama kali berjualan bapak yeyen hanya menjual baju kaus, karena melihat ada yang berjualan di tempat tersebut maka tidak berapa lama ada yang ikut berjualan juga dan akhirnya pada tahun 2010 yang berjualan di Jalan Gajah Mada tepatnya di depan SD 03 Alai menjadi tiga pedagang yaitu bapak yeyen, Roni, Dedi. Pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada tersebut mulai ramai pada tahun 2012 dan sudah banyak orang yang berjualan sudah menjadi 13 orang tidak hanya berjualan baju kaus saja tapi sudah beragam ada kemeja, celana panjang, celana pendek, jaket dan bahkan ada yang menjual sandal dan sepatu, dan melihat orang sudah ramai berjualan dengang barang dagangan yang beraneka ragam akhirnya Bapak Yeyen tersebut juga tidak hanya menjual baju kaus saja tapi sudah mulai beragam.

B.

Proses Berdagang

Pedagang kaki lima Jalan Gajah Mada Kota Padang mulai beraktifitas pada jam 17.00 sampai jam 01.00 malam, berbeda pada bulan rahmadhan pedagang tersebut

melakukan aktifitas pada jam 13.30 sampai jam 04.00 menjelang subuh. Pada awal berdagang pedagang tersebut membuat tempat untuk mengantungkan baju yaitu dari pipa kecil yang dibentuk sampai bisa mengantung baju dengan menggunakan anger, tempat tersebut mereka namakan stanless (tempat gantungan baju) selain itu mereka membeli anger baju dan anger celana serta besi tempat mengantungkan celana serta membuat tempat untuk memajang barang daganggannya yang lain dari papan agar bisa mengantung kan baju atau celana yang sudah dianger agar pembeli mudah melihatnya. Setengah jam sebelum buka biasanya pedagang tersebut sudah membawa terlebih dahulu stanles, papan pajangan, besi dan semua barang dagangannya ketempat mereka berdagang agar di susun, dengan menggunakan motor becak dan mobil bagi yang punya mobil.

Sampai di tempat berdagang pedagang tersebut menurunkan stanless dan barang daganngannya dan mereka memasang tenda agar barang dangannya tidak basah jika ada hujan yang tiba-tiba datang dan pedagang menyalakan genset untuk menghidupkan lampu, setelah selesai pedagang tersebut menyusun stanless dan papan yang dirasa perlu untuk mengatungkan baju atau celana dan mengeluarkan barang danganngnya dan memajangnya. Pedagang tersebut melakukan aktifitas berdagang, pedagang bisa saja pulang melewati jam yang ditentukan, jika jual belinya lagi ramai dan bisa juga pulang lebih cepat, jika jual belinya lagi sepi dan ada hujan deras sehingga tenda mereka tidak bisa menahan genangan air dan dari pada barang dangannya basah maka mereka lebih memilih untuk menyusun kembali barang daganggannya untuk dibawa pulang, karena pedagang tersebut harus membawa kembali semua barang daganggannya pulang beserta papan dan stanless, tidak mungkin ditinggalkan karena mereka berdagang di depan SD 03 Alai yang mana pada paginya akan ada kegiatan proses belajar mengajar dan tidak mungkin barang mereka ditinggalkan karena akan mengganggu ketertiban dan kebersihan di sekolah tersebut.

C.

Bentuk –Bentuk Konflik

Soerjono Soekanto menyebutkan konflik sebagai suatu proses sosial individu

(8)

atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan, yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Lewis A.Coser berpendapat bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai atau melayapkan lawan (Suryawati, 2006:54).

Menurut Coser, konflik dapat dilihat dari segi jelas atau tidak jelasnya sumber konflik, dengan demikian Coser membagi dua bentuk-bentuk konflik diantaranya yaitu konflik Realistis dan non realistis serta konflik ingroup dan out group. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan sosial dan perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipasi dan ditunjukan kepada objek yang mengecewakan dan Konflik non realistis adalah konflik yang tidak berasal dari tujuan-tujuan persaingan antagonistis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan. Sedangkan Konflik antara in group dan Out group adalah konflik yang melibatkan dua kelompok yang saling berbeda satu sama lain. Baik itu perbedaan struktur organisasi atau teritorial perbedaan kepentingan atau konsep dan lain-lain, sama halnya dengan konflik yang terjadi di Jalan Gajah Mada Kota Padang yang merupakan bentuk konflik in group. Berikut ini uraian tentang konflik yang saya temukan di lokasi penelitian.

1. Konflik In Group Pedagang Kaki Lima

Konflik antara in group adalah konflik yang melibatkan dua kelompok yang saling berbeda satu sama lain. Baik itu perbedaan struktur organisasi atau teritorial perbedaan kepentingan atau konsep dan lain-lain, sama halnya dengan konflik yang terjadi di Jalan Gajah Mada Kota Padang yang merupakan bentuk konflik in group, konflik in group yang terjadi di Jalan Gajah Mada Kota Padang yaitu konflik yang terjadi pada pedagang kaki lima Jalan Gajah Mada Kota Padang yang timbul karena adanya persaingan dalam harga dan kualitas barang sehingga menimbulkan kecemburuan antara pedagang dan saling menjelekkan barang dagangan

,

kecemburuan itu yang membuat pedagang tersebut melakukan

segala cara agar tidak kalah bersaing dengan pedagang lainnya, termasuk menjatuhkan harga barang yang sudah ditetapkan sebelumnya, tidak hanya itu pedagang tersebut juga membeli jenis barang dagangan yang sama dengan pedagang disebelahnya jika melihat barang dagangan itu laku terjual, hal ini menyebabkan pedagang yang merasa jenis barang dagangannya telah dijual juga menjadi sakit hati karena seharusnya pembeli belanja ketempat dia tapi malah belanja ke pedagang sebelahnya karena menjual barang dagangan yang sama dengan merek yang sama juga, hal ini terjadi ketika adanya salah satu pedagang yang berjualan lagi ramai para pedagang tersebut tidak hanya merasa sakit hati karena barangnya di jual juga oleh pedagang lain dengan harga yang murah, tetapi pedagang tersebut lebih sakit hati karena pedagang yang meniru barang dagangan tersebut pedagang lain kepada konsumen dengan maksud untuk menjatuhkan disinilah timbulnya konflik antar pedagang.

2. Konflik Out Group Pedagang Kaki Lima

Selain konflik in group yang terjadi di Jalan Gajah Mada Kota Padang tersebut tetapi juga ada konflik out group. Konflik ini juga melibatkan dua kelompok yang saling berbeda satu sama lain yang mana konflik antar pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang dengan masyarakat sekitar, konflik ini terjadi karena untuk mendapatkan tempat berjualan di Jalan Gajah Mada Kota Padang tepatnya di depan SD 03 Alai, masyarakat sekitar bagi yang ingin jualan mereka bebas masuk untuk berjualan termasuk menggeser pedagang yang sebelumnya sudah lama berjualan, masyarakat sekitar biasanya mencari sasaran untuk digeser tempat jualannya itu pada pedagang yang merupakan bukan penduduk sekitar Jalan Gajah Mada Kota Padang tersebut dan terutama sekali kepada pedagang yang berasal dari luar kota padang,

D. Tidak Berkembangnya Konflik Tertutup Menjadi Konflik Terbuka

Penyebab konflik tertutup tersebut tidak berkembang menjadi konflik terbuka adalah disebabkan karena pedagang tersebut lebih memilih konflik yang terjadi antar

(9)

pedagang tidak meluas sampai kepermukaan, artinya para pedagang tidak ingin konflik antar pedagang tersebut orang luar tahu jika mereka berkonflik terutama pihak sekolah SD 03 Alai di mana mereka berjualan dan juga masyarakat, karena mereka berfikir jika sampai konflik itu menyebar maka akan mempengaruhi dagangannya jika pihak sekolah sampai tahu maka bisa-bisa mereka akan terusir dari tempat berjualannya karena dianggap mengganggu dan menjadi contoh yang tidak baik bagi siswa disana dan jika masyarakat tahu bisa-bisa mereka akan takut untuk belanja dan dianggap meresahkan warga, padahal mereka berkonflik dengan maksud untuk mendapatkan konsumen dan untuk mempertahankan tempat jualannya karena itu mereka tidak ingin dengan adanya konflik tersebut juga akan merugikan mereka, jadi cukup hanya pedagang tersebut dalam berdagang yang berkonflik di luar dari berdagang mereka biasa-biasa saja dan bertegur sapa.

E. Faktor Penyebab Konflik Dewasa ini begitu banyak perilaku–

perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang muncul dalam masyarakat khususnya pedagang kaki lima Jalan Gajah Mada Kota Padang. Permasalahan yang saya temukan antara pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang yaitu konflik antara sesama padagang di Jalan Gajah Mada Kota Padang. Konflik yang muncul antara pedagang kaki lima Jalan Gajah Mada Kota Padang sebagai berikut:

1. Konflik realistis

Konflik realitis yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan antara pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang. Dimana kekecewaan itu timbul karena ada persaingan dan sudah ditetapkannya harga barang antara pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang tetapi tetap diturunkan haraganya untuk mengambil perhatian konsumen. Berikut ini dapat dilihat gambaran harga rata-rata barang dagangan pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang pada tabel di bawah ini ;

Tabel 5.2Harga Rata-Rata Barang Dagangan Pedagang Kaki lima Jalan

Gajah Mada Kota Padang

No Nama barang Harga rata- rata (Rp) 1 Kaus pendek 35.000,00 2 Kaus panjang 45.000,00 3 Kemeja pendek 50.000,00 4 Kemeja panjang 80.000,00 5 Celana pendek 55.000,00 6 Celana panjang 100.000,00 Sumber : Pedagang Kaki Lima Jalan Gajah Mada Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas harga rata-rata barang dagangan pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama, tentang harga barang.

2. Konflik Non Realistis

Konflik non realistis adalah konflik yang tidak berasal dari tujuan-tujan persaingan tetapi untuk meredakan konflik, disini biasanya untuk membuat konflik biar tidak berkembang biasanya ada salah satu pedagang untuk meredakan agar konfliknya tidak menjadi berkepanjangan. Meskipun adanya konflik antar pedagang tersebut tetapi konflik tersebut tidak berkembang terus menerus berkepanjangan, sehingga konflik itu hanya antara mereka saja tanpa melibatkan orang lain karena setiap ada konflik tentu ada yang berusaha untuk mencegahnya ada yang meredakannya, biasanya orang yang disegani seperti bapak yeyen karena beliau yang sudah lama berjualan disana, sehingga pedagang lain menghormati bapak tersebut, selain itu bapak yeyen juga merupakan penjaga sekolah di depan SD 03 Alai.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang saya lakukan terhadap pedagang kaki lima dijalan gajah mada kota padang yang telah diuraikan dalam pembahasan maka dapat diambil kesimpulan

(10)

mengenai konflik tertutup antara sesama pedagang kaki jalan gajah mada kota padang antara lain sebagai berikut :

A. Pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang berawal pada tahun 2010 yang pertama kali berjulan adalah bapak yeyen selaku penjaga sekolah SD 03 Alai, di pertama kali hanya berjualan baju kaus.

B. Bentuk-bentuk konflik yang terjadi pedagang kaki lima di Jalan Gajah Mada Kota Padang tersebut adalah konflik tertutup yang merupakan adanya persaingan antara pedagang tersebut baik dalam harga maupun kualitas barang yang akhirnya menimbulkan persaingan yang disebabkan oleh kecemburuan dan saling menjatuhkan.

C.

Faktor penyebab konflik adalah adanya ketidak samaan harga barang meskipun kualitas barangnya sama dan harga barang tersebut sudah ditetapkan

.

2. Saran

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka saya menyarankan tidak hanya untuk pedagang kaki lima dijalan gajah mada kota padang tetapi untuk seluruh pedagang kaki lima agar dalam berdagang perlu di bentuk suatu paguyuban/persatuan pedagang kaki lima yang lebih kongkret yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah persatuan tolong menolong tetapi yang lebih luas lagi, misalnya informasi mengenai usaha, keterampilan dan pendanaan yang juga mencakup penetapan harga yang sesuai dengan kualitas barang agar antara satu dengan yang lain tidak merasa dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

Damsar, 2005. Sosiologi pasar. Padang:

Laboratorium Sosiologi FISIP Unand

Juju Suryawati,spd. 2006. Sosiologi Untuk Sma Dan Ma Kelas X1.PT.

Gelora Aksara Pratama.

Poloma, margaret. M. 2010. Sosiologi kotomporer . ( Trej). Jakarta:

Raja Grafindo :Rajawali.

Sugiyono.2011. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alvabeta,CV.

Veerger. R.J.1985. Realita Sosial. jakarta : Gramedia.

Skripsi

Kurniadi Harry.2006.Tingkatan Pendapatan Pedagang Buah Musiman Pada Kaki Lima Sekitar Pasar Pembantu Kecamatan Padang Tumur.padang Skripsi geografi Universitas Negeri Padang.

Internet

http://ejurnal.bunghatta.Amriljiha@yahoo co.id.

Referensi

Dokumen terkait

Konflik antar kelompok yaitu satu dengan yang lain dalam suatu. organisasi terjadi karena beberapa perbedaan

Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda.. Konflik atau perbedaan merupakan kenyataan

C. Wright Mills , pendiri teori konflik modern menyatakan bahwa konflik dalam masyarakat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dan sumber daya. Dalam pandangan Mills,

Kedua, informan paham dengan konflik sosial yang terjadi antara PKL dengan Pemerintah Kota Surabaya mulai dari sebelum pedagang direlokasi (masih berjualan di bahu jalan),

Konflik politik merupakan konflik yang terjadi karena kepentingan atau tujuan dan cara pandang politik yang berbeda antara seseorang dengan orang lain atau pun orang dengan

Gaya akomodasi ini lebih mendahulukan kepentingan pihak lain daripada kepentingan diri sendiri atau kepentingan golongannya sendiri. Gaya menyelasaikan konflik dengan ko- laborasi

Konflik antarindividu merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang subtansi, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan,

Konflik adalah suatu benturan antara dua pihak atau lebih yang memiliki perbedaan kepentingan dan